BAB II LANDASAN TEORI
A. Stakeholder Theory Stakeholder theory menyatakan bahwa kesuksesan dan hidup matinya suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuannya menyeimbangkan beragam kepentingan dari para stakeholder atau pemangku kepentingan (Andreas Lako. 2011:5). Teori stakeholder pertama kali digagas oleh R. Edward Freeman, yang menyatakan bahwa, “Stakeholder theory is a theory of organizational management and business ethics that addresses morals and value in managing an organization”. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Dalam hal ini, pengungkapan sosial harus dianggap sebagai wujud dialog antara manajemen dengan stakeholder (Indrawati, 2009). Praktik pengungkapan CSR memainkan peran yang penting bagi perusahaan karena perusahaan hidup dilingkungan masyarakat sehingga memungkinkan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan. Wibisono (2007) mengartikan stakeholder sebagai pemangku kepentingan yaitu pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok tersebut mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh perusahaan. Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian
11
12
sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007)
B. Teori Legitimasi Dalam persepektif teori legitimasi, perusahaan dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat dalam suatu social contact (Andreas Lako. 2011: 5) . Teori Legitimasi pertama kali digagas oleh Lindbolm yang menyatakan bahwa Legitimasi adalah suatu kondisi dimana sistem nilai sebuah entitas sama dengan sistem nilai dri sistem sosial masyarakat dimana suatu entitas menjadi bagian dari masyarakat. Teori legitimasi secara eksplisit mengakui bahwa bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyebutkan bahwa perusahaan sepakat untuk menunjukkan berbagai aktivitas sosial perusahaan agar perusahaan memperoleh penerimaan masyarakat akan tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Reverte, 2009). Teori legitimasi merupakan teori yang paling sering digunakan terutama ketika berkaitan dengan wilayah sosial dan akutansi lingkungan. Meskipun masih terdapat pesimisme yang kuat yang dikemukakan oleh banyak peneliti, teori ini telah dapat menawarkan sudut pandang yang nyata mengenai pengakuan sebuah perusahaan secara sukarela oleh masyarakat.
13
C. Corporate Sosial Responsibility (CSR) 1. Definisi CSR Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan yang mempunyai arti bahwa adanya kemampuan manusia sebagai individu anggora masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalarn pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dan stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders dan penanam
modal) maupun eksternal
(kelembagaan pengaturan umurn, anggota-anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan perusahaan lain). Sebenarnya definisi CSR sangatlah beragam, bergantung pada visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire, wants dan interest komunitas. Berikut adalah beberapa definisi CSR: a. Sebuah bentuk komitmen perusahaan dalam berkontribusi membangun perekonomian perusahaan yang diimbangi dengan melakukan kegiatan etis yang dapat meningkatkan kualitas hidup dari pekerja atau karyawan beserta keluarganya agar setaraf dengan komunitas lokal dan masyarakat luas. (Nor Hadi, 2011:46)
14
b. Corporate social responsibility is the company’s commitment to improving the welfare of the community through good business practices and contribute some corporate resources. (Kotler, Philip&Nancy, 2005:4) Corporate Social Responsibility adalah masalah yang semakin penting bagi para agen ekonomi. Hal ini disebabkan masalah tersebut menjadi perhatian baru untuk semua aspek dari aktivitas perusahaan dan hubungan mereka dengan stakeholders. Pada konteks Asia, sejumlah perusahaan memaknai CSR dengan fokus pada sejumlah aktivitas berikut: Tabel 2.1 Fokus kegiatan CSR pada perusahaan-perusahan Asia
Characteristic of responsible 2007
2006
2005
86%
80%
81%
86%
80%
78%
78%
72%
70%
73%
59%
52%
67%
58%
54%
corporation in Asia Offers top quality product/services Stands behinds its products/services when something goes wrong Provides senior leadership that can be trusted Communicates frequently and openly with employees Operates in an open an transparent
15
fashion Makes products that really impress
63%
55%
45%
62%
51%
46%
54%
41%
35%
other people Works hard at building relationship with core stakeholders Concerned about/active in doing something about community welfare Sumber : Edelman Asia-Pasific Stakeholder Study 2007 dalam Reza Rahman (2009:11)
1. Jenis-Jenis CSR Kotler dan Lee menyebutkan enam kategori kegiatan CSR, yaitu: Cause promotion, cause related marketing, corporate sosial marketing, corporate philanthropy, community volunteering, dan socially responsible Business Practice (Dwi Kartini. 2009:63) a. Cause
Promotion
(promosi
kegiatan
sosial)
adalah
perusahaan
menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. b. Cause Related Marketing (pemasaran terkait dengan kegiatan sosial). Dalam
kegitan
ini,
perusahaan
memiliki
komitmen
untuk
menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu
16
kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan tertentu, untuk jangka waktu tertentu. c. Corporate Social Marketing (pemasaran kemasyarakatan korporat), dalam kegiatan ini perusahaan dan mengembangkan dan melaksanakan kampanye
untuk
mengubah
perilaku
masyarakat
dengan
tujuan
meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. d. Corporate Philanthropy (kegiatan filantropi perusahaan), dalam kegiatan ini perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk dana untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau pelayanan secara cuma-cuma. e. Community Volunteering
(pekerja sosial kemasyarakatan secara
sukarela), dalam kegiatan ini, perusahaan mendukung dan mendorong karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasiorganisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. f. Socially Responsible Business Practice (praktis bisnis yang memiliki tanggung jawab sosial), dalam kegiatan ini, perusahaan melaksanakan kegiatan bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum
17
serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup. Yang dimaksud komunitas dalam hal ini mencakup karyawan perusahaan, pemasok, distributor, organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta masyarakat secara umum. Sedangkan yang dimaksud dengan kesejahteraan mencakup didalamnya aspek-aspek kesehatan, keselamatan, kebutuhan, pemenuhan kebutuhan psikologis dan emosional (Dwi Kartini. 2009: 63-73).
2. Prinsip-Prinsip Social Responsibility Crowther David (2008) mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab sosial (sosial responsibility) menjadi tiga, yaitu: a. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhatikan keberlanjutan sumber daya dimasa depan. b. Accountability,
merupakan
upaya
perusahaan
terbuka
dan
bertanggungjawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. c. Transparency,
merupakan
prinsip
penting
bagi
pihak
eksternal.
Transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut dampak terhadap pihak eksternal.
18
3. Keuntungan Pelaksanaan CSR Menurut Yusuf Wibisono (2007) manfaat CSR bagi perusahaan adalah : a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan b. Layak mendapatkan sosial license to operate c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan d. Melebarkan akses sumber daya e. Membentangkan akses menuju market f. Mereduksi biaya g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders h. Memperbaiki hubungan dengan regulator i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan j. Peluang mendapatkan penghargaan Dengan demikian dapat dilihat bagaimana CSR dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Dengan melaksanakan dan menjalankan CSR, perusahaan pada pokoknya akan memperoleh manfaat dan/ atau keuntungan, baik untuk jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
4. Tujuan Pelaksanaan CSR Menurut Darwin (2005) dalam Hardhina (2007) tujuan pengungkapan CSR (CSR Disclosure) diantaranya adalah:
19
a. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik. b. Untuk memebebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi kontrak sosial diantara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial. c. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk memberikan informasi pada pengguna.
D. Konsep Corporate Sosial Responsibility Awal mula munculnya konsep CSR adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Perusahaan yang dimaksud disini tidak hanya untuk Perseroan Terbatas, tetapi setiap kegiatan usaha yang ada, baik perbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat semakin sadar akan pentingnya perlindungan atas hak-hak mereka. Masyarakat menuntut perusahaan untuk lebih peduli pada masalah-masalah yang terjadi dalam komunitas mereka. Lebih jelasnya, masyarakat menuntut tanggung jawab sosial perusahaan. Bagi banyak perusahaan, melaksanakan CSR dengan baik tidak lagi dilihat sebagai biaya ekstra atau beban manajemen. Bahkan, CSR dilihat tidak hanya untuk menciptakan citra bisnis yang baik dari suatu perusahaan tetapi juga
20
memberikan kontribusi pada kemakmuran jangka panjang dari perusahan tersebut, dan tentunya mempertahankan eksistensi perusahaan tersebut.
E. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Ikatan Akuntan Indonesia telah memberikan suatu aturan mengenai pengungkapan social dalam PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraf 12 yang menyatakan bahwa: “Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”. Pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya sukarela, karenanya perusahaan memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan
informasi
yang
tidak
diharuskan
oleh
badan
penyelenggara pasar modal. Keleluasaan tersebut menyebabkan terjadinya keragaman
dalam
kualitas
pengungkapan
diantara
perusahaan
publik
(Marwata,2001).
F. Media Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada umumnya, banyak perusahaan di Indonesia mengungkapkan kegiatan sosial ekonomi secara sukarela, karena belum adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang khusus mewajibkan pencatatan, pengukuran, dan
21
pelaporan ini. Belum ada ketentuan cara pengungkapan apakah melalui laporan keuangan, catatan laporan keuangan, penjelasan umum, penjelasan direksi melalui laporan keuangan, konferensi pers dan sebagainya. Berfariasi cara memilih media pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan nampaknya didasarkan pada kepentingan tertentu. Misalnya pengungkapan biaya pengolahan lingkungan, perusahaan lebih banyak memilih laporan perspektus karena laporan perspektus ini dapat digunakan sebagai ajang propaganda pada saat perusahaan menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia . Dalam penelitian ini media pengungkapan CSR menguunakan annual report untuk melihat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan yang dijadikan sampel dengan Indikator pengungkapan GRI versi 3.0 yang berjumlah 79 item. GRI versi 3.0 juga dipakai dalam penelitian sebelumnya milik Jayanti Purnasiwi (2011).
G. CSR Pilar Perkembangan Perusahaan Berkembangnya konsep triple bottom line, seperti telah disebut, menandai berakhirnya dominasi ekonomi dalam tata kelola perusahaan. Perhitungan ekonomi yang tidak lagi menjadi satu-satunya variabel yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan perusahaan. Ekonomi penting namun tidak cukup bagi perusahaan yang ingin mencapai sukses dalam waktu lama. Perusahaan perlu menempatkan aspek sosial dan lingkungan sejajar dengan aspek ekonomi.
22
Setiap perusahaan selayaknya memahami bahwa setiap perusahaan yang hadir ditengah komunitas tertentu, akan menjadi bagian dari lingkungan sosial tertentu tersebut. Dalam kondisi seperti itu, perusahaan tidak akan mengabaikan masyarakat disekitarnya. Itulah sebabnya perusahaan seharusnya menyadari dan tidak hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikoogis, ekonomi dan budaya terhadap orang-orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia disekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan kalau perusahaan menyandang nama dengan skala besar. Mengapa demikian, sebab perusahaan yang demikian itu dengan sendirinya mengusung tekhnologi tinggi dengan resiko yang tinggi pula. Sebelum perusahaan atau pabrik menimbulkan masalah fisik, kehadirannya menjadi terpencil, terlebih jika mereka tidak mampu memahami tekhnologi yang diterapkan dalam perusahaan.
23
TIGA PILAR UTAMA TRIPLE BOTTOM LINE
EKONOMI (ECONOMIC) Menghasilkan kinerja keuangan yang memuaskan untuk mendukung kelanjutan operasi dan pengembangan perusahaan kedepan Bringing about a satisfactory financial performance to support the continuity of corporation operation and development in the future
LINGKUNGAN (ENVIRONMENT) Memberi solusi dalam mengelola/mengendalikan dampak negatif secara fisik terhadap lingkungan. Giving a solution in managing/handling physically-negative impacts on the environment
SOSIAL (SOCIAL) Perusahaan perlu mengurangi/meminimalkan dampak psikologis, ekonomi dan budaya, khususnya dengan kehadiran industri The company needs to reduce or minimize psychological, economical and cultural impact, especially because of the emergency of industry.
Sumber : John Elkington, 1994 dalam Elvinaro (2011:159)
Gambar 2.1 Triple Bottom Line
H. Faktor-Faktor Yang Diprediksi Mempengaruhi Pengungkapan CSR. Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR adalah size, profitabilitas, kepemilikan saham oleh publik, dan leverage. Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian dari masing-masing variabel independen dalam penelitian ini.
24
1. Size (Ukuran Perusahaan) a. Pengertian Size (Ukuran Perusahaan) Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat tuntutan masyarakat. Menurut Kusuma (2009) Size perusahaan dapat diukur dengan beberapa proksi: aktiva (asset), penjualan, jumlah pekerja dan nilai tambah (value added). Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu: a) Perusahaan besar (large firm) b) Perusahaan menengah (medium firm) c) Perusahaan kecil (small firm) Dalam penelitian ini agar nilai dari ukuran perusahaan menjadi normal, maka perlu normalisasi menggunakan logaritma, sehingga penentuan size (ukuran perusahaan) dapat dituliskan sebagai berikut: Size
=
log (total aset)
25
2. Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas (Kasmir. 2008:114) Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan
atau
dari
pendapatan
investasi.
Dikatakan
perusahaan
rentabilitasnya baik apabila mampu memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya. Rasio Profitabilitas atau rasio rentabilitas dibagi dua yaitu sebagai berikut. a) Rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan seluruh modal (modal sendiri dan asing). b) Rentabilitas usaha (sendiri), yaitu dengan membandingkan laba yang disediakan untuk pemilik dengan modal sendiri. Rentabilitas tinggi lebih penting dari keuntungan yang besar.
b. Tujuan dan Manfaat Profitabilitas (Kasmir. 2008:197) Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu :
26
a) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. b) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu d) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. f) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk : a) Untuk mengetahui tingkat laba yang dipperoleh perusahaan dalam satu periode. b) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. d) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
27
c. Jenis-jenis Profitabilitas (Kasmir. 2008:198) Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah : a) Profit margin (profit margin on sales) Profit Margin on Sales atau Rasio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut: 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 =
𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉 − 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒑𝒐𝒌𝒐𝒌 𝒑𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔
atau 𝑵𝒆𝒕 𝑷𝒓𝒐𝒇𝒊𝒕 𝑴𝒂𝒓𝒈𝒊𝒏 =
𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝑻𝒂𝒙 (𝑬𝑨𝑰𝑻) 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔
b) Return on Total Asset (ROA) Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
28
perusahaan. Rasio ini juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung Return on Investmen (ROI) atau Return on Total Aseet (ROA) adalah sebagai berikut: 𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝒐𝒏 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 =
𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝑻𝒂𝒙 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔
c) Return on equity (ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk menghitung ROE adalah sebagai berikut: 𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝒐𝒏 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 =
𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝑻𝒂𝒙 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
d) Laba per lembar saham Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan
29
bagi pemegang saham. Rasio yang rendah menandakan bahwa manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham menigkat. Dengan kata lain, tingkat pengembalian yang tinggi. Rumus untuk menghitung laba per lembar saham adalah sebagai berikut: 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒑𝒆𝒓 𝑳𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 =
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓
3. Kepemilikan Saham oleh Publik Kepemilikan saham oleh publik adalah jumlah saham yang dimiliki oleh publik. Pengertian publik disini adalah pihak individu diluar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan (Mulyono, 2010). Semakin besar saham yang dimiliki publik, akan semakin banyak informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan, investor ingin memperoleh informasi seluasluasnya tentang tempat berinvestasi serta dapat mengawasi kegiatan manajemen, sehingga kepentingan dalam perusahaan terpenuhi (Rahajeng, 2010). Perusahaan yang memiliki pemegang saham publik akan terdorong untuk mengungkapkan aktivitas corporate sosial responsibility lebih banyak (cahyono, 2010).
30
Variabel kepemilikan saham oleh publik ini dihitung dengan menggunakan rumus % 𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 =
4. Leverage =𝟏+
a. Pengertian Leverage
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐎𝐥𝐞𝐡 𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫 𝐏𝐞𝐫𝐮𝐬𝐚𝐡𝐚𝐚𝐧
𝒏𝒙 𝒏 𝒏 − 𝟏 𝒙𝟐 + +⋯ 𝟏! 𝟐!
(Kasmir. 2008:150) Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio Leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Penggunaan rasio Leverage bagi perusahaan memberikan banyak manfaat yang dapat dipetik, baik rasio rendah maupun rasio tinggi. Menurut (Fred Weston, 2004 dalam kasmir. 2008:150) rasio Leverage memiliki beberapa implikasi berikut : a) Kreditor mengharapkan ekuitas (dana yang disediakan pemilik) sebagai marjin keamanan. Artinya jika pemilik memiliki dana yang kecil sebagai modal, risiko bisnis terbesar akan ditanggung oleh kreditor.
31
b) Dengan pengadaan dana melalui utang, pemilik memperoleh manfaat, berupa
tetap
dipertahankannya
peguasaan
atau
pengendalian
perusahaan. c) Bila perusahaan mendapatkan penghasilan lebih dari dana dipinjamkan dibandingkan dengan bunga yang harus dibayarnya, pengembalian kepada pemilik diperbesar. Pengukuran Rasio Leverage, dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: a) Mengukur rasio-rasio neraca dan sejauh mana pinjaman digunakan untuk permodalan. b) Melalui pendekatan rasio-rasio laba rugi.
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Leverage (Kasmir. 2008:153) Berikut adalah beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio Leverage, yaitu : a) Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya (kreditor). b) Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga). c) Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
32
d) Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. e) Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan aktivitas. f) Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dan setiap rupiah modal sendiri yang disajikan jaminan utang jangka panjang. g) Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih terdapat sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki. Sementara itu, manfaat rasio Leverage adalah : a) Untuk menganalisis kemampuan posisi perushaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. b) Untuk menganalisis kemampuan peusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga). c) Untuk menganalisis keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. d) Untuk menganalisis seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. e) Untuk menganalisis seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset. f) Untuk menganalisis berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih ada terdapat sekian kalinya modal sendiri.
33
c. Jenis-jenis Rasio Leverage (Kasmir. 2008:155) Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio Leverage yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio dalam rasio Leverage antara lain : a) Debt to asset ratio (debt ratio) Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumus untuk menghitung debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒅𝒆𝒃𝒕 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏) 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 (𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂)
b) Debt to equity ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara utang, termaksud utang lancar dengan seluruh ekuitas. Ratio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
34
Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil. Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut:
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝒆𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈 (𝑫𝒆𝒃𝒕) 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔 (𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚)
c) Long term debt to equity ratio Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus untuk mencari long term debt to equity ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri, yaitu
𝒍𝒐𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒎 𝒅𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝒆𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 =
𝑳𝒐𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒎 𝒅𝒆𝒃𝒕 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
35
I. Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Nama
Judul
Variabel
Metode
Hasil
Peneliti
Penelitian
Penelitian
Analisis
Penelitian
No Hasil Analisis
Faktor-
Faktor
1.
menyatakan
ini
bahwa
secara
Profil
bersama-sama
Mempengaruhi Luas
Perusahaan,
Perusahaan,
Ukuran
Pengungkapan
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Irma
Tanggung
Rahmayanti
Sosial
(2012)
Perusahaan
Yang
penelitian
Jawab Pada
Manufaktur
Yang
Perusahaan,
Regresi
Financial
Profitabilitas,
Linier
Ukuran
Financial
Berganda
Komisarisberpengaruh
Leverage,
Terdaftar Di Bursa
Ukuran
Efek
Komisaris.
Indonesia
Profil
Dewan
Leverage,
Dewan
signifikan
terhadap
CSR.
Sedangkan
secara
parsial
profitabilitas
Tahun 2009
dan
dan
leverage
tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Faktor-Faktor
2.
Ukuran
Hasil
Mempengaruhi
perusahaan,
menyatakan
Pengungkapan
profitabilitas,
Regresi
bersama-sama
kepemilikan
linier
perusahaan,
berganda
kepemilikan
Agatha
Corporate
Aprinda
Responsibility
Yang
Social Pada
saham
oleh
Kristi
Perusahaan Publik Di
publik,
dan
(2011)
Indonesia
media eksposure
penelitian bahwa
ini secara Ukuran
profitabilitas, saham
oleh
publik, dan media eksposure berpengaruh
signifikan
36
terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan
secara
profitabilitas, saham
parsial
kepemilikan
oleh
publik
kepemilikan
saham
institusi
sebagai
control
tidak
dan oleh
variabel memiliki
pengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan 3.
Sembiring,
Tanggung
(2005)
Sosial: Study Empiris Pada
Jawab
Perusahaan
Yang Tercatat (Go Public)
Di
Bursa
Efek Jakarta
Pengaruh 4.
Hasibuan
Karakteristik
(2001)
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial
penelitian
ini
Size,
menyatakan
Profitabilitas,
bersama-sama
profile,
Profitabilitas, profile, ukuran
ukuran
bahwa
secara Size,
dewan komisaris,
Regresi
dewan
leverage
linier
berpengaruh
berganda
terhadap pengungkapan CSR.
dan
pengungkapan
komisaris,
leverage signifikan
tanggung jawab
Sedangkan
secara
sosial
profitabilitas
perusahaan
tidak berpengaruh signifikan
dan
parsial leverage
terhadap pengungkapan CSR. Size,
ratio
Hasil
penelitian
kepemilikan
Regresi
menyatakan
publik,
linier
bersama-sama
berganda
kepemilikan public, profile
profile
perusahaan, basis perusahaan
dan
bahwa
ini
Size,
secara ratio
perusahaan, basis perusahaan
37
jenis industry.
dan
jenis
industry
berpengaruh
signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan rasio
secara
parsial
kepemilikan
publik,
basis perusahaan dan jenis industri
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan CSR. Hasil
penelitian
menyatakan Some
5.
Of
dan
Environmental
Milne
Social
And
Disclosures In New
(1996)
secara
bersama-sama Industri, Size,
Determinants
Hackston
bahwa
ini
Industri,
Size,
Profitabilitas
Regresi linier berganda
Zealand Companies
Profitabilitasberpengaruh signifikan
terhadap
pengungkapan
CSR.
Sedangkan
secara
profitabilitas
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Social Belkoui 6.
Karpik (1989)
&
Hasil
Determinants of the
Perfomance,
Corporate
Leverage,
to
Decision
DisclosebSocial
Information
Dividen, Rasio
Regresi Size,
Modal
Intensif, Resiko
linier berganda
penelitian
menyatakan bersama-sama Perfomance,
bahwa
ini secara Social
Leverage,
Dividen, Size, Rasio Modal Intensif, Resiko Sistematis,
38
Sistematis,
Return On Asset, Stock
Return On Asset,
Price
Stock
signifikan
Price Return
pengungkapan
Return
berpengaruh terhadap CSR.
Sedangkan
Social
performance, size, dan risiko sistematis berpengaruh positif signifikan
terhadap
pengungkapan
CSR,
dan
Leverage
berpengaruh
negative signifikan terhadap pengungkapan CSR.
J. Kerangka Pemikiran dan Model Konseptual Uma sekaran dalam Widaryanti dan Ndaruningpuri (2008) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Jika dilihat dari sisi bisnis, tujuan dari pendirian suatu usaha adalah untuk memperoleh laba yang tinggi, namun dengan perkembangan zaman yang terjadi saat ini, semakin disadari bahwa banyak perusahaan yang menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat seperti polusi udara, limbah yang dibuang ke sungai, kebisingan, demonstrasi buruh atas kebijakan upah yang dikeluarkan perusahaan,
39
dan lain-lain. Oleh karenanya, masyarakat menuntut perusahaan untuk memperhatikan dan mengambil tindakan atas dampak yang dihasilkan. Penelitian ini menentukan dan mengukur sejauh mana size (ukuran perusahaan), profitabilitas, kepemilikan saham oleh publik, dan leverage perusahaan
dapat
mempengaruhi
pengungkapan
tanggung jawab
sosial
perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang diproksi dalam empat variabel diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Size (X1) Profitabilitas (X2) Kepemilikan Saham oleh Publik (X3)
(Y) Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Leverage (X4)
Gambar 2.2 Model Konseptual Hubungan Antar Variabel