BAB II LANDASAN TEORI 2.1
ENTREPRENUERSHIP ( KEWIRAUSAHAWAN ) Menurut Bjerke (2005) menyatakan bahwa “Studi kewirausahaan berkembang
dalam disiplin ilmu lain yang penekanannya pada wirausaha sendiri”. Menurut Baldacchino (2009) menyatakan bahwa “kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses”. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Menurut Jong and Wennekers (2008) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai berikut: “Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan
usaha
sendiri
dengan
memanfaat-kan
peluang-peluang
untuk
menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangantantangan persaingan”. Jadi kewirausahaan adalah pengambilan resiko, menjalankan usaha sendiri, memanfaatkan peluang-peluang, menciptakan usaha baru, pendekatan yang inovatif , mandiri. Menurut Carson, MC. (1982:9-10) menyatakan bahwa “kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
13
14
berinovasi”. Oleh sebab itu studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Definisi awal dari kewirausahaan difokuskan pada atribut perilaku, yang mendefinisikan wirausaha sebagai agen perubahan, orang yang tidak berusaha menyempurnakan, atau mengoptimalkan cara melakukan sesuatu, tapi lebih suka mencari metode dan pasar baru – tepatnya, cara berbeda dalam melakukan sesuatu. Adapun
ciri-ciri
kewirausahaan
lainnya
secara
komprehensif
telah
dikemukakan oleh Scarborough dan Zimmerer (2005:6) yang mencakup:
Desire for responsibility, yakni hasrat bertanggung jawab terhadap usahausaha yang tengah dirintisnya yang diaktualisasikan melalui sikap mawas diri.
Preference for moderate risk, yakni kecenderungan untuk senantiasa mengambil risiko yang moderat yang direfleksikan oleh pilihan keputusannya yang selalu menghindari tingkat risiko yang terlalu tinggi maupun yang terlalu rendah.
Confidence in their ability to success, yakni dimilikinya keyakinan atas kemampuan dirinya untuk sukses yang direfleksikan melalui moto bahwa kegagalan itu tak lain adalah sukses yang tertunda.
Desire for immediate feedback, yakni kehendak untuk senantiasa memperoleh umpan balik yang sesegera mungkin.
High level of energy, yakni dimilikinya semangat dan dorongan bekerja keras untuk mewujudkan impiannya yang lebih baik di masa mendatang.
15
Future orientation, yakni dimilikinya perspektif ruang dan waktu ke masa depan
Skill at organizing, yakni dimilikinya keahlian dan keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
Value achievement over money, yakni dimilikinya suatu tolok ukur yang bersifat kuantitatif-finansial dalam menilai suatu kinerja.
2.1.1 PROSES KEWIRAUSAHAWAN Proses untuk mengembangkan usaha baru terjadi pada proses kewirausahawan yang
dimana
seorang
pengusaha
harus
menemukan,
mengevaluasi,
dan
mengembangkan sebuah peluang. Menurut Serian Wijatno (2009:11) ada empat fase dalam proses kewirausahawan yaitu : 1. Indentifikasi dan Evaluasi Peluang Seorang pengusaha harus melihat, dan memiliki ketajaman untuk mengindentifikasi suatu peluang yang potensial. 2. Pengembangan Rencana Bisnis Rencana bisnis yang baik adalah mengembangkan suatu peluang dan menentukan sumber daya yang diperlukan, serta mengelola usaha baru dengan sukses. 3. Penetapan Sumber Daya Seorang pengusaha harus mampu menentukan sumber daya apa yang akan digunakan dan memanfaatkan peluang yang ada. pengusaha juga
16
harus melihat resiko terburuk terkait dengan sumber daya yang tidak cukup atau tidak tepat. 4. Manajemen Perusahaan Manajemen perusahaan harus bisa mengimplementasi gaya, dan struktur manajemen, serta harus bisa menentukan variable-variable kunci kesuksesan, sehingga apapun masalah yang dihadapi bisa segera diselesaikan.
Menurut Jeffry Timmons (Bygrave, 2007 : 56), terdapat 3 komponen utama untuk menjadi entrepreneurship yang sukses. Ketiga komponen tersebut adalah: kesempatan, seorang wirausahawan (atau team manajemen, bila perusahaan venture), dan sumber daya untuk memulai membangun perusahaan dan membuatnya berkembang. Hubungan ketiga komponen tersebut digambarkan Timmons sebagai berikut :
Uncertainty
Opportunity
Entrepreneur
Fits & Gaps Business plan Uncertainty
Uncertainty
Resources
Gambar 2.1 Basic Timmons Framework Sumber : http://media.wiley.com/product_data/excerpt/43/04712715/0471271543.pdf
17
2.2
TECHNOPRENEUR Technopreneur secara sederhana dapat diartikan sebagai seorang peminat
teknologi yang berjiwa entrepreneur dan tanpa jiwa enterpreneur, seorang peminat teknologi hanya akan menjadi teknisi yang dimana kurang dapat menjadikan teknologi yang digelutinya sebagai sumber kehidupannya. Menurut Dennis Posada (2007) mendefinisikan istilah technopreneurship dalam cakupan yang lebih luas, yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknologi semikonduktor sampai ke asesoris Komputer Pribadi ( PC). Menurut Daniel Mankani (2003) menyatakan bahwa “ Technopreneur adalah orang-orang yang mengindentifikasi masalah dan memanfaatkan kesempatan. Ada dua karakter yaitu : •
Melakukan hal-hal yang tidak mencari keuntungan semata
•
Merasa nyaman bekerja dngan menggunakan teknologi Technopreneurship adalah bentuk semangat dan keberanian seseorang untuk
melakukan usaha-usaha berbasis teknologi secara mandiri. Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan dan Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Orang yang mempunyai gagasan ide dan menciptakan produk dalam bidang teknologi disebut dengan technopreneur, karena seorang technopreneur harus mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan suatu produk yang akan dijual di pasar.
18
Dengan demikian, technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis).
2.3
RESTAURANT Menurut Marsum (2000:7) menyatakan bahwa “restoran adalah suatu tempat
atau bangunan yang diorganisir secara komersil, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua konsumennya baik berupa makanan maupun minuman”. Restoran
berasal
dari
bahasa
Perancis
yaitu
restore
yang
artinya
mengembangkan, dan pengembalian dari kata restore adalah Restoration. Dalam bahasa Inggris berubah menjadi restaurant, dan Indonesia menjadi restoran. Usaha bisnis restoran semacam barter yaitu antara pembeli dengan penjual, dalam hal ini antara produk jasa dengan uang. Restoran mempunyai tujuan untuk mengejar keuntungan demi kelangsungan hidup di dalam suatu usaha. Restoran adalah sebuah usaha yang dimana bagaimana cara mengelolanya, bagaimana cara membuat customer senang, dan puas sehingga customer selalu datang dan menjadi pelanggan tetap pada restoran tersebut. Menurut Soekresno ( 1991:16-17) menyatakan bahwa Restoran adalah usaha suatu usaha komersil yang menyediakan jasa pelayanan makanan, dan minuman bagi masyarakat umum.
19
2.4
ANALISIS SWOT Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi
dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan pada faktor internal, dan faktor eksternal yaitu Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats. Metode ini paling sering digunakan di dalam mengevaluasi bisnis untuk mencari strategi apa yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi, tetapi bukan sebagai suatu pemecahan masalah. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu: 1. Strengths (kekuatan) Strengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. 2. Weakness (kelemahan) Weakness merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. 3. Opportunities (peluang) Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
20
4. Threats (ancaman) Threats merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Menurut Freddy Rangkuti (2006:18) menyatakan bahwa “SWOT adalah identitas berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi pelayanan”. Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal. Pada Gambar 2.1 terdapat empat kuadran pada analisis SWOT yaitu : •
KUADRAN I Pada Kuadran 1 dapat dilihat bahwa situasi ini sangat menguntungkan, yang dimana Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
•
KUADRAN II Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/jasa)
•
KUADRAN III
21
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. •
KUADRAN IV Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Gambar 2.2 Analisis SWOT Sumber: http://eprints.undip.ac.id/26745/1/skripsi_wita%28r%29.pdf
Menurut Ferrel dan Harline (2005:122) fungsi dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya atau
22
memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan.
2.5
ANALISIS FIVE FORCES Michael E. Porter merupakan salah satu marketing merupakan salah satu ahli
marketing terkenal. Teori Porter yang paling terkenal adalah Porter’s Five Forces Analysis. Menurut Porter ( 2008:3 ) definisi analisis Five Forces ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah suatu produk memiliki potensi yang menguntungkan dimana keuntungan tidak hanya diambil dari kondisi yang baik tetapi juga harus dari kondisi yang lemah. Porter’s Five Forces Analysis terdiri dari lima analisis yaitu : 1. Ancaman Produk atau Jasa pengganti (Threat Of Subtitute Product and Services), dimana cara mudah masuknya produk atau jasa yang dapat menjadi alternatif dari produk atau jasa yang sudah ada, khususnya yang dibuat dengan biaya lebih murah. 2. Persaingan di antara pemain yang sudah ada (Rivalry Among Existing Firms), dimana analisis Bagaimana kuatnya persaingan diantara pemain yang sudah ada.Apaka ada pemain yang sangat dominan atau semuanya sama. 3. Masuknya Kompetitor (The Threat of New Entrants), dimana di dalam analisis ini melihat bagaimana Cara yang mudah atau sulit untuk kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada. 4. Daya tawar dari supplier (The Bargaining Power Of Suppliers), dimana analisis ini melihat bagaimana kuatnya posisi penjual. Apakah ada banyak
23
supplier atau hanya beberapa supplier saja, bisa jadi mereka memonopoli supply barang. 5. Daya tawar dari pembeli (Bargaining Power of Customers), dimana analisis ini Bagaimana kuatnya posisi pembeli. Pembeli mempunyai kekuatan utk menentukan kemana dia akan melakukan transaksi
Gambar 2.2 Model Porter Five Forces Sumber : http://www.valuebasedmanagement.net/methods_porter_five_forces.html
2.6
PEMASARAN ( MARKETING ) Menurut Swastha dan Irawan (2008:29) menyatakan bahwa “pemasaran
sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang berupaya meletakkan asumsi–asumsi yang dapat digunakan dalam menciptakan nilai optimal bagi stakeholders dari waktu
24
ke waktu”. Ketika perubahan nilai terjadi, maka konsep pemasaran akan berubah sesuai dengan peruabahan tuntutan stakeholders dan perkembangan pasar. Menurut Assauri, Sofjan (2007) menyatakan bahwa pemasaran akan lebih optimal apabila marketer perlu memiliki dukungan yang kuat tentang pemahan dari cara yang paling efektif dan efisien dalam melaksanakan kegiatan pemasaran berdasarkan pemikiran strategis yang disusun dalam rencana keseluruhan yang menggambarkan semua aktivitas pemasaran akan dilakukan, ditentukan dengan ukuran waktu tertentu meliputi: proyeksi produksi, harga, target keuntungan, promosi, penjualan, dan anggaran pengeluaran untuk biaya aktivitas pemasaran untuk mencapai sasaran dan tujuan pemasaran yang diinginkan. Menurut Kotler dan Keller (2007:6) mendefinisikan pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing dengan cara yang tetap mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan konsumen ( Kotler, 2007:30 ). Menurut Pribadi dan Mundung (2007:26) konsep pemasaran mengandung tiga unsur pokok yaitu:
25
1. Mengarahkan usaha kepada pelayanan keperluan konsumen yang dilayani (menyediakan/menemukan barang yang diperlukan). 2. Melaksanakan kegiatan pemasaran yang terpadu dalam usaha mempengaruhi pasar untuk merebut konsumen. 3. Mewujudkan kepuasan konsumen dalam upaya menciptakan pelanggan tetap.
Menurut Pribadi dan Mundung (2007:58) mendefinisikan bahwa “Konsep pemasaran adalah upaya pemasaran yang berfokus pada pasar dan berorientasi kepada konsumen untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sebagai kunci mencapai tujuan perusahaan”. Kohli dan Jaworski (2005) menyatakan, konsep pemasaran juga membutuhkan inteligensi pasar yaitu sistem intelgensi pemasaran merupakan sistem yang memberikan data tentang kejadian sehari-hari. Suatu Marketing Strategy adalah analisa segmen-segmen pasar. Adapun langkah-langkah dari marketing Strategi yaitu : 1. Segmentasi Pasar Segmentasi pasar merupakan suatu langkah awal pemasaran yang dimana memilih konsumen untuk dijadikan sebagai segmen di dalam target pemasaran. Di dalam segmentasi mencakup beberapa analisis yaitu segmen pasar mana yang akan menjadi target pasar, apa yang diinginkan oleh customer.
26
2. Targeting Ada beberapa pembagian dari targeting Strategy yaitu :
Single Target Market strategy hanya memilih satu target market diantara beberapa segmen pasar.
Concentrated Marketing Strategy lebih memilih beberapa target market di beberapa segmen pasar.
Full Coverage Marketing Strategy lebih megarah ke semua segmen pasar yang ada. Tujuan dari Targeting strategy adalah memikirkan cara yang paling efisien untuk mencapai target pasar yang dimana sesuai dengan segmentasi pasar yang telah dipilih.
3. Positioning Positioning merupakan upaya untuk menempatkan suatui produk di pasar tertentu. Tujuan dari positioning adalah secara tidak langsung menyeleksi pangsa pasar misalnya dalam menjual produk sesuai dengan kemampuan customer di dalam membeli. Jadi positioning juga melihat lokasi pemasaran, jenis barang, dan bagaimana upaya pendistribusiannya.
2.6.1 BAURAN PEMASARAN ( Marketing Mix ) Menurut Philip Kotler (2000:82), meyatakan bahwa “marketing mix adalah serangkaian alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai target
27
pasar dan diperlukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan eksekusi atau pelaksanaan kesluruhan operasi pemasaran”. Menurut Buchari Alma (2007:205) menyatakan bahwa “marketing mix adalah strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar mendatangkan hasil yang memuaskan”. Marketing mix terdiri dari empat komponen atau disebut dengan 4P yaitu product, place, price, promotion. Menurut Kotler (2000:147) mengemukakan bahwa marketing mix adalah “Campuran dari variable-variabel yang dikendalikan dan dipergunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar penjualan yang diinginkan dalam sasaran pasar”. Jadi dapat disimpulkan bahwa marketing mix adalah strategi yang dijalankan oleh perusahaan dengan menggunakan seperangkat alat pemasaran yang menggambarkan seluruh faktor produksi dari perusahaan guna untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.6.2 PEMASARAN JASA Pengertian jasa menurut Buchari Alma (2007:243) menyatakan bahwa “Jasa adalah sesuatu yang dapat diindentifikasi secara terpisah tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan”. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan bendabenda berwujud atau tidak. Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi, dan diproduksi pada saat bersamaan dapat memberikan nilai tambah, dan secara prinsip tidak berwujud bagi pembeli pertamanya.
28
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Suatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutihan konsumen. 2. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan suatu produk fisik. 3. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. 4. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa.
2.6.3 BAURAN PEMASARAN JASA Menurut Ratih Hurriyati (2008:47) mengemukakan bahwa “Bauran pemasaran jasa adalah elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen, dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen”. Menurut Ratih Hurriyati (2008:47) mengemukakan bahwa konsep bauran pemasaran tradisional yang terdiri dari 4P, yaitu product, price, place, dan promotion. Sementara itu, pemasaran jasa perlu bauran pemasaran yang diperluas dengan penambahan unsur non-tradisional marketing mix, yaitu people (orang), physical evidence (fasilitas fisik), dan process (proses) sehingga semuanya menjadi unsur 7P. Berikut ini penjelasan unsur 7P adalah sebagai berikut :
29
1. Product Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. 2. Price Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain. 3. Place Tempat adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. 4. Promotion Promosi adalah semua jenis kegiatan yang ditujukan untuk mendorong permintaan. 5. People People Adalah semua pelaku yang turut ambil bagian dalam penyajian jasa dan dalam hal ini mempengaruhi persepsi pembeli. Yang termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan dan konsumen. 6. Physical Evidence Physical Evidence yaitu Lingkungan tempat jasa di-deliver dan tempat perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, beserta semua komponen tangible yang memfasilitasi kinerja dan komunikasi jasa.
30
7. Process Proses adalah Prosedur, mekanisme dan arus aktivitas aktual saat jasa dideliver: delivery dan sistem operasi jasa.
Gambar 2.4 Strategi Marketing / Unsur-Unsur 7P Sumber : http://www.marketing-made-simple.com/articles/marketing-plan.htm
2.7
E-COMMERCE E-Commerce merupakan salah satu keunggulan dari Internet. Ada beberapa
sebuatan E-Commerce yaitu Internet Commerce, Ecom, atau Immerce, yang pada dasarnya semua sebutan di atas mempunyai makna yang sama. Istilah-istilah tersebut
31
berarti membeli atau menjual secara elektronik, dan kegiatan ini dilakukan pada jaringan Internet. E-Commerce juga dapat berarti pemasangan iklan, penjualan dan dukugan dan pelayanan yang terbaik menggunakan sebuah web shop 24 jam sehari bagi seluruh pelanggannya. Menurut Abdul Halim Barakatullah (2005:12) menyatakan bahwa “Pengertian E-commerce adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan jasa komputer online di Internet”. Definisi dari E-Commerce menurut Kalakota dan Whinston (1997) dapat ditinjau dalam perspektif berikut: a. Dari perspektif komunikasi, E-Commerce adalah pengiriman barang, layanan, informasi, atau pembayaran melalui jaringan komputer atau melalui peralatan elektronik lainnya. b. Dari perspektif proses bisnis, E-Commerce adalah aplikasi dari teknologi yang menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja. c. Dari perspektif layanan, E-Commerce merupakan suatu alat yang memenuhi keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen untuk memangkas biaya layanan ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan pengiriman. d. Dari perspektif online, E-Commerce menyediakan kemampuan untuk membeli dan menjual barang ataupun informasi melalui Internet dan sarana online lainnya.
32
2.8
CLOUD COMPUTING Cloud Computing muncul pertama kali pada Tahun 1960 oleh John McCarthy
yang menyatakan bahwa “Komputasi suatu hari nanti akan menjadi sebuah utilitas umum”. Persamaan Cloud Computing memiliki sebuah karateristik yang sama dengan biro jasa, yang dimana biro jasa ini ditujukan bagi pengguna. Disini Cloud computing mempunyai 3 tingkatan layanan yang diberikan kepada pengguna, yaitu:
Infrastructure as service ( IaaS ) Hal ini meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Contohnya seperti Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service.
Platform as a service (PaaS) Hal ini memfokuskan pada aplikasi dimana dalam hal ini seorang developer tidak perlu memikirkan hardware dan tetap fokus pada pembuatan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan sistem operasi, infrastructure scaling, load balancing dan lain-lain. Contohnya yang sudah mengimplementasikan ini adalah Force.com dan Microsoft Azure investment.
Software as a service (SaaS) Hal ini memfokuskan pada aplikasi dengan Web-based interface yang diakses melalui Web Service dan Web 2.0. Contohnya adalah Google Apps, SalesForce.com dan aplikasi jejaring sosial seperti FaceBook.
33
Perusahaan yang ingin memakai Cloud Computing ataupun menyediakan layanan Cloud Computing harus melihat beberapa karateristik layanan Cloud Computing yang ideal yaitu sebagai berikut :
On-Demand Self-Services Sebuah layanan Cloud Computing harus dapat dimanfaatkan oleh pengguna melalui mekanisme berlangganan dan langsung tersedia pada saat dibutuhkan. Campur tangan penyedia layanan adalah sangat minim. Jadi, apabila kita saat ini membutuhkan layanan aplikasi CRM, maka kita harus dapat mendaftar secara berlangganan dan layanan tersebut langsung tersedia saat itu juga.
Broad Network Access Sebuah layanan Cloud Computing harus dapat diakses dari mana saja, kapan saja, dengan alat apa pun, dan asalkan terhubung ke jaringan layanan. Dalam contoh layanan aplikasi CRM, selama terhubung ke jaringan Internet maka layanan tersebut sudah dapat digunakan baik melalui laptop, desktop, warnet, handphone, tablet, dan perangkat lain.
Resource Pooling Sebuah layanan Cloud Computing harus tersedia secara terpusat, dan dapat membagi sumber daya secara efisien. Dikarenakan Cloud Computing digunakan bersama-sama oleh berbagai Customer, dan penyedia layanan harus dapat membagi beban secara efisien, sehingga sistem dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Rapid Elasticity
34
Sebuah layanan Cloud Computing harus dapat menaikkan atau menurunkan kapasitas sesuai kebutuhan. Misalnya apabila pegawai di kantor bertambah, maka kita harus dapat menambah user untuk aplikasi CRM tersebut dengan mudah, dan begitu juga jika pegawai berkurang ataupun menempatkan sebuah website berita dalam jaringan Cloud Computing, apabila terjadi peningkatkan traffic karena ada berita penting, maka kapasitas harus dapat dinaikkan dengan cepat.
Measured Service Sebuah layanan Cloud Computing harus disediakan secara terukur, karena nantinya akan digunakan di dalam proses pembayaran. Layanan Cloud Computing dibayar sesuai penggunaan, sehingga harus terukur dengan baik.
Adapun kelebihan di dalam Cloud Computing itu sendiri yaitu :
Kelebihan Cloud Computing 9 Menghemat biaya investasi awal untuk pembelian sumber daya. 9 Bisa menghemat waktu sehingga perusahaan bisa langsung fokus ke profit dan berkembang dengan cepat. 9 Membuat operasional dan manajemen lebih mudah karena sistem pribadi/perusahaan yang tersambung dalam satu cloud dapat dimonitor dan diatur dengan mudah. 9 Menjadikan kolaborasi yang terpercaya dan lebih ramping.
35
9 Menghemat biaya operasional pada saat realibilitas ingin ditingkatkan dan kritikal sistem informasi yang dibangun.
Cloud Computing dikatakan sebagai bisnis service. Dengan teknologi cloud diharapkan perusahaan dapat mengetahui dan memastikan apa yang ingin diinvestasikan perusahaan sepenuhnya. Ada beberapa hal yang perlu dilihat di dalam Cloud Computing yaitu :
Service level Cloud provider mungkin tidak akan konsisten dengan performance dari application atau transaksi. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk memahami service level yang anda dapatkan mengenai transaction response time, data protection, dan kecepatan data recovery.
•
Privacy Karena perusahaan lain juga melakukan hosting yang dimana kemungkinan data perusahaan akan keluar atau dibaca oleh orang lain tanpa sepengetahuan perusahaan yang memakai jasa Cloud Computing.
•
Compliance Perusahaan juga harus memperhatikan regulasi dari bisnis yang dimiliki, dimana secara teoritis cloud service provider diharapkan dapat menyamakan level compliance untuk penyimpanan data didalam cloud, namun karena service ini masih sangat muda, perusahaan diharapkan untuk berhati hati dalam hal penyimpanan data.
36
•
Data ownership Apakah data anda masih menjadi milik anda begitu data tersebut tersimpan di dalam cloud computing? mungkin pertanyaan ini sedikit aneh, namun anda perlu mengetahui seperti hal nya yang terjadi pada Facebook yang mencoba untuk merubah terms of use aggrement nya yang mempertanyakan hal ini.
•
Data Mobility Perusahaan juga harus mengetahui bagaimana melakukan share data diantara cloud service, jika terminate cloud relationship bagaimana perusahaan mendapatkan data kembali, dan memastikan apakah data yang tersimpan di dalam Cloud Computing terhapus atau tidak.
2.8.1 Software As A Service ( SaaS ) Model Software as a service di dalam cloud computing adalah sebagai vendor untuk mensuplai infrastruktur perangkat keras, produk software, dan interaksi dengan user melalui portal front-end. Layanan dari SaaS itu bervariasi dari email berbasis Web sampai kepada inventory control, dan pemrosesan data. Perusahaan yang menyewakan software dengan Cloud Computing yang mengarah pada layanan Software As a Service / SaaS. Layanan SaaS ini dapat diakses dimanapun sepanjang terdapat koneksi internet. Adapun karakter dari SaaS adalah :
Network based access.
Manajemen aktvitas terpusat dan tersentralisasi.
37
Penyediaan aplikasi one-to-many, maksudnya dengan one-to-many disini yaitu satu software bisa digunakan oleh banyak perusahaan (multi-tenant), termasuk arsitekturnya, harga, dan karakteristik manajemen.
Pengupdate-an software secara terpusat, sehingga customer tidak perlu mendownload patches untuk mendapatkan fitur – fitur terupdate.
Di dalam perubahan bisnis model pada SaaS, dapat dilihat sebagai berikut :
Menggantikan kepemilikan software dari customer menjadi external provider. Pada umumnya, jika customer ingin memiliki software, customer harus membeli “license” kepada penyedia, lalu menginstallnya pada media penyimpanan yang dimiliki oleh customer, atau media penyimpanan lain yang menjadi tanggung jawab customer, lalu penyedia memberikan layanan perawatan software sesuai dengan kontrak perjanjian. Pada model yang ditawarkan Software as a Service, customer dapat membayar atas langganan jasa penyediaan software yang terinstall pada server milik pihak ketiga.
Merubah tanggung jawab perawatan infrastruktur IT dari customer ke provider. Secara umum dana yang dikeluarkan untuk penerapan resource IT terbagi menjadi 3 area, yaitu : 9 Software : Aktual program yang perusahaan gunakan untuk mengolah informasi. 9 Hardware : Desktop computer, server, komponen networking, yang menyediakan fasilitas user untuk mengakses software.
38
9 Professional Service : Orang-orang atau institusi yang menjamin keberlangsungan adanya software, termasuk Teknikal Staff, dan Konsultan
2.9
Pengertian Build-up Method Menurut William Bygrave dalam buku “Entrepreneurship” (2008, p312), jika
kita berpikir mengenai proses perencanaan bisnis, maka kita akan dihadapkan dengan beberapa pertanyaan yang akan membantu kita untuk menjawab sebuah pertanyaan besar: Apakah ini merupakan peluang yang atraktif? Lalu kita melakukan evaluasi industry, kompetisi, pelanggan, dan lainnya. Membuat perencanaan keuangan merupakan bagian dari keputusan kita apakah akan menjalankan bisnis ini atau tidak. Metode yang digunakan adalah build-up. Menurut William Bygrave dalam buku “Entrepreneurship” (2008, p313), metode build-up dimulai dari asumsi pendapatan bisnis kita nantinya per hari atau per bulan. Setelah itu kita juga membuat perkiraan pendapatan per tahun. Hal yang sama juga kita lakukan saat membuat perencanaan keuangan lainnya, seperti asumsi revenue projection, COGS, Income Statement, Cash Flow, dan Balance sheet. Pertama-tama kita identifikasi berdasarkan sumber pendapatan kita, lalu yang kedua adalah identifikasi berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan. Dengan langkah seperti ini, akan membantu kita dengan asumsi atau perkiraan pendapatan dan keuangan rutin kita dengan lebih realistis.
39
2.10 Software Menurut Roger S Pressmann (2005:774) menyatakan bahwa “Software adalah sebuah perkembangan dari hardware dan sistem engineerin, dalam rekayasa peranti lunak (software) mencakup tiga elemen kunci, antara lain metode, alat, dan prosedur”. Tiga elemen tersebut bertujuan untuk membantu manager dalam mengontrol perkembangan software yang produktif. Metode menyediakan cara bagaimana secara teknis membangun software, yang menitik beratkan pada pekerjaan yang meliputi : •
Estimasi Proyek
•
Analisa Sistem dan pengusulan Software
•
Design dari struktur data, arsitektur program, dan prosedur algoritma
•
Pengkodean
•
Pengetesan
•
Maintenance
Menurut Abdul kadir (2003:202) menyatakan bahwa “perangkat lunak (software) adalah sekumpulan instruksi yang diberikan untuk mengendalikan perangkat keras komputer” Menurut Jogiyanto (2005:358) mengatakan bahwa perangkat lunak (software) adalah Teknologi yang canggih dari perangkat keras akan berfungsi apabila instruksiinstruksi tertentu telah di berikan kepada perangkat keras tersebut. Instruksi-instruksi tersebut disebut dengan perangkat lunak (software)”.