BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Logistik Menurut Ghiani, dkk., (2004): “Logistik berhubungan dengan perencanaan dan
pengaturan dari aliran material dan informasi pendukung lainnya, baik dari sektor umum dan khusus. Tujuannya adalah untuk mendapatkan material, tempat dan waktu yang tepat. Sistem logistik disusun dari beberapa fasilitas dan transportasi pelayanan”. Sistem logistik disusun untuk tiga tujuan utama: 1. Order processing Termasuk informasi yang sangat kuat tentang aliran sistem logistik dan jumlah operasi. 2. Inventory management Bagaimana mengatur penimbunan barang yang akan diproduksi, dikirim dan dijual. 3. Freight transportation Hal ini sangat berpengaruh di bidang perekonomian, karena transportasi muatan biasanya mempunyai perbedaan jarak yang sangat jauh antara satu tempat dengan yang lainnya. Dalam freight transportation, sebuah pabrik ataupun distributor dapat memiliki tiga alternatif untuk transportasi material, antara lain: a. Perusahaan dapat mengoperasikan kendaraan perusahaan. b. Barang dapat dikenai biaya melalui transportasi pengiriman secara langsung dengan adanya perjanjian (contract transportation). c. Perusahaan dapat mengusahakan untuk menggunakan sumber daya yang digunakan seperti kendaraan, para pekerja dan terminal untuk memenuhi keperluan pelanggan (common transportation).
65
2.1.1
Manajemen Logistik Balou, mengartikan manajemen logistik sebagai:
Kumpulan aktifitas yang berulang pada suatu jalur tempat terjadinya perubahan bahan mentah menjadi produk serta penambahan nilai produk dipandang dari sisi konsumen. Dengan demikian aktifitas logistik bertujuan untuk memastikan ketersediaan produk dalam kuantitas, kondisi, waktu, dan untuk konsumen yang tepat. Dalam suatu perusahaan aktifitas logistik dijalankan oleh fungsi pengadaan, penyimpanan, manufaktur, distribusi, transportasi, dan pemasaran. Martin, mengartikan manajemen logistik sebagai: Proses yang secara strategis mengatur pengadaan bahan (procurement), perpindahan dan penyimpanan barang (storage material), dan penyimpanan barang jadi (dan informasi terkait) melalui organisasi dan jaringan pemasaran dengan cara tertentu sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan baik untuk jangka waktu sekarang maupun waktu mendatang melalui pemenuhan dengan biaya efektif. Council for Logistics Management, mendefinisikan logistik atau manajemen logistik sebagai: Proses merencanakan, mengimplementasikan, serta mengendalikan arus penyimpanan barang (bahan baku, barang setengah jadi, maupun barang jadi) secara efektif dan efisien. Tercakup didalamnya, menangani informasi yang berkaitan dari titik asal barang ke titik konsumsi barang dalam rangka memuaskan kebutuhan pelanggan. Secara umum logistik dapat disimpulkan sebagai ilmu dan manajemen praktis yang berkaitan dengan barang yang secara umum bertujuan dan meliputi: Pemilihan jenis yang tepat Penetapan jumlah yang tepat Pengiriman ke lokasi yang tepat Pengiriman sesuai dengan waktu dan permintaan Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kinerja fungsi logistik meliputi: Pergudangan Pengepakan
66
Kegiatan pihak ketiga Transportasi ”inbound” dan ”outbound” Pendistribusian Pengendalian persediaan Pembeli Perencanaan lokasi dan pengelolaan fasilitas (produksi), dan Kepuasan pelanggan
2.1.2
Komponen Sistem Logistik Menurut Bowersox (1995), terdapat 5 komponen yang bergabung untuk
membentuk sistem logistik ,yaitu: 1. Struktur Fasilitas Peranan pemilihan jaringan fasilitas yang sebaik mungkin itu tidaklah berlebihan. Walaupun pemindahan (relocation) semua fasilitas pada satu waktu tidak termasuk akal untuk suatu perusahaan, tetapi tetap terdapat ruang gerak yang luas bagi perusahaan dalam memilih lokasi dan disain fasilitas selama jangka waktu tertentu. Seleksi serangkaian lokasi dan disain yang unggul (superior) dapat memberikan keuntungan yang kompetitif. Tingkat efisiensi logistik yang dapat dicapai itu berhubungan langsung dengan dan dibatasi oleh jaringan fasilitas. 2. Transportasi Ada tiga aspek transportasi yang harus diperhatikan karena berhubungan dengan sistem logistik. Pertama, seleksi fasilitas menetapkan suatu struktur atau jaringan yang membatasi ruang lingkup alternatif-alternatif transport dan menentukan sifat dari usaha pengangkutan yang hendak diselesaikan. Kedua, biaya dari pengangkutan fisik itu menyangkut lebih daripada ongkos pengangkutan saja diantara dua lokasi. Ketiga, seluruh usaha untuk mengintegrasikan kemampuan transport kedalam suatu sistem yang terpadu mungkin akan sia-sia sajalah jika pelayanan tidak teratur (sporadic) dan tidak konsisten. 3. Pengadaan Persediaan Program logistik hendaklah diadakan dengan tujuan mengingatkan (committing) sedikit mungkin aktiva pada pengadaan persediaan. Jawaban untuk program persediaan
67
yang sehat dapat dijumpai dalam penyebaran (deployment) yang selektif yang berkisar disekitar empat faktor, yaitu: (1) mutu nasabah, (2) mutu produk, (3) integrasi transport, dan (4) kegiatan saingan. 4. Komunikasi Makin efisien desain sistem logistik suatu perusahaan, maka semakin peka ia terhadap gangguan-gangguan arus informasi. Sistem yang sangat berimbang tidak memegang persediaan yang berlebihan. Dalam situasi yang demikian, persediaan pengaman (safety stock) dipertahankan pada tingkat yang minimum berdasarkan kemampuan transporiasi. Informasi yang tidak betul dapat menimbulkan gangguan terhadap prestasi sistem dan keterlambatan dalam arus komunikasi dapat memperbesar kesalahan itu sehingga menyebabkan serangkaian kegoncangan dalam sistem tersebut karena koreksi yang berlebihan dan koreksi yang kurang. Komunikasi membuat dinamisnya suatu sistem logistik. Mutu dan informasi yang tepat waktu merupakan faktor penentu yang utama dari kestabilan sistem. 5. Penanganan dan Penyimpanan Keempat komponen dasar dari suatu sistem logistik (lokasi fasilitas, kemampuan trransportasi, lokasi persediaan, dan jaringan komunikasi) itu dapat terpengaruh oleh berbagai alternatif pengaturan disain yang masing-masing memiliki efektifitas potensialnya dan keterbatasan dalam efisiensi yang dapat dicapai. Pada dasarnya,keempat pusat kegiatan ini memberikan suatu struktur sistem bagi arus produk yang terpadu. Bidang terakhir dari disain penanganan dan penyimpanan (handling and strorage) juga merupakan bagian yang integral dari sistem logistik, tetapi ia tidak cocok benar dengan skema struktural dari komponen-komponen yang lain. Penanganan dan penyimpanan menembus sistem ini dan langsung berhubungan dengan semua aspek operasi. Ia menyangkut arus tersebut yang hanya bergerak untuk menanggapi kebutuhan akan suatu produk.
2.1.3
Aktifitas Utama Logistik
Aktifitas-aktifitas utama logistik antara lain: Customer Service Demand Forecasting
68
Inventory Management Logistic Communications Material Handling Order Processing Packaging Dukungan Komponen dan Jasa Pemilihan Lokasi gudang Procurement/Purchasing Reverse Logistics Transportasi Gudang dan Penyimpanan Logistik merupakan bagian atau fungsi yang cukup penting dalam aktivitas bisnis,perusahaan manufacturing atau perdagangan yang mempunyai fungsi untuk melakukan pengadaan barang (material, barang setengah jadi, dan barang jadi), memindahkan atau menyimpan ke suatu atau beberapa lokasi gudang atau pabrik untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi dan di distribusikan kembali ke lokasi-lokasi gudang atau pasar tempat para pelanggan atau konsumen berada. Secara garis besar, logistik menyangkut aktifitas pemindahan dan pengumpulan atau penyimpanan barang dari titik permintaan. Lebih lanjut lagi dapat dikatakan bahwa logistik menyangkut koordinasi dari manajemen material, pengadaan dan penyimpanan material untuk siap diolah lebih lanjut menjadi barang jadi, dan mendistribusikannya hingga konsumen akhir. Dalam aktifitas logistik terkandung dua nilai utama, yaitu nilai waktu (yang berkaitan dengan penyimpanan atau persediaan dari waktu hingga waktu yang diperlukan), dan nilai tempat (yang berkaitan dengan pemindahan atau transportasi barang dari suatu tempat ke tempat yang memerlukan).
2.1.4
Keputusan Lokasi Fasilitas
2.1.4.1 Lokasi Fasilitas Konsep & Teori Penempatan fasilitas yang tetap dalam seluruh jaringan logistik merupakan suatu persoalan keputusan penting dalam memberikan format, struktur, dan bentuk sistem logistik keseluruhan. Perancangan, definisi-definisi alternatif, dan ongkos-
69
ongkos yang dipertimbangkan, semuanya dapat digunakan untuk mengoperasikan sistem logistik. Keputusan lokasi ini mencakup penentuan jumlah, lokasi, dan ukuran fasilitas yang digunakan. Pengertian fasilitas disini merupakan sejumlah tempat (points) dalam jaringan seperti pabrik-pabrik (plants), pelabuhan-pelabuhan (ports), para penjual (vendors), gudang-gudang (warehouse), tempat-tempat penjualan (retail outlets), dan pusat-pusat pelayanan (service point). Tempat-tempat dalam jaringan logistik merupakan tempat perhentian sementara barang-barang yang dikirim menuju pengguna akhir. Pengembangan metode-metode penempatan lokasi merupakan suatu area riset yang terkenal. Fokus metode-metode disini diarahkan untuk: Merepresentasikan tipe-tipe metode solusi yang ada. Untuk kebutuhan berbagai permasalahan lokasi bisnis umum. Menggambarkan isu-isu para pengambil keputusan jaringan.
2.1.4.2 Klasifikasi Permasalahan Lokasi Ketika mendiskusikan sebuah teknik-teknik penempatan fasilitas yang digunakan untuk sebuah permasalahan penempatan fasilitas tersebut berguna bagi penempatan yang dapat digolongkan kedalam suatu jumlah yang terbatas. yaitu: Berdasarkan Kekuatan Pemicu (by driving force) Penempatan fasilitas adalah sering ditentukan oleh satu faktor kritis. Dalam kasus pabrik atau penempatan gudang, faktor ekonomi pada umumnya mendominasi. Di lokasi eceran, pendapatan yang dihasilkan oleh suatu gudang adalah sering menentukan faktor tersebut dengan biaya lokasi mengurangi dari pendapatan untuk menentukan profitabilitas. Dimana suatu operasi diharapkan untuk ditempatkan dalam keadaan lokasi yang memungkinkan untuk penempatan yang tetap,terutama ketika pendapatan dan biaya tidaklah dengan mudah ditentukan. Berdasarkan Jumlah Fasilitas (by number of facility) Penempatan satu fasilitas adalah suatu masalah yang berbeda dari menempatkan banyak fasilitas pada suatu waktu. Penempatan fasilitas tunggal menghindari kebutuhan untuk mempertimbangkan kekuatan kompetitif, bagian antar fasilitas,
70
menginventarisir efek konsilidasi, dan biaya-biaya fasilitas. Biaya transportasi secara khas merupakan pertimbangan utama. Penempatan fasilitas tunggal adalah yang paling sederhana untuk dua jenis masalah tersebut. Berdasarkan Pilihan yang Berbeda (by discretness of choice) Beberapa teknik penempatan disepanjang suatu rangkaian dan memilih satu-satunya yang terbaik. Sebagai alternatif, penempatan metode dapat memilih dari daftar pilihan yang berbeda yang telah dikenali untuk kebijaksanaan mereka. Ini adalah metode penempatan terpisah yang sebagian besar untuk berbagai penempatan fasilitas. Berdasarkan Tingkat Agregasi Data (by degree of data aggregation) Permasalahan penempatan secara khas melibatkan evaluasi dari sejumlah besar jaringan yang mendisain bentuknya. Untuk mengatur ukuran masalah dan memperoleh suatu solusi, umumnya menggunakan hubungan data ketika pemecahan suatu masalah penempatan yang sederhana. Mengakibatkan metode penempatan terbatas pada ketelitian yang areanya tersebar luas. Pada sisi lain, metode ini menggunakan pengumpulan data kecil, terutama untuk pemilihan lokasi yang dapat membedakan diantara lokasi yang memisahkan dalam suatu jaringan besar. Berdasarkan Horison Waktu (by time horizon) Metode ini memiliki penempatan yang dinamis dan statis. Metode statis merupakan penempatan berdasarkan pada data untuk periode tunggal seperti satu tahun. Perencanaan lokasi biasanya dapat direncanakan dengan segera, bagaimanapun jika fasilitas menghadirkan suatu investasi dengan biaya yang tinggi. Metode yang menangani multi periode perencanaan penempatan dikenal sebagai metode dinamis. Pemilihan adalah salah satu dari keputusan yang paling menantang yang dihadapi oleh manajer logistik. Untuk orang awam, hal tersebut adalah hal yang mudah, hanya menentukan harga kepemilikan dan ketersediaannya. Dalam kenyataannva, pekerja tersebut lebih kompleks. Pemilihan lokasi untuk fasilitas distribusi yang baru memiliki dampak yang penting dalam ongkos logistik dan efisiensi operasional, dan bahkan dalam kesuksesan penempatan pasar perusahaan secara keseluruhan. Hal tersebut juga melibatkan hubungan yang luas tapi merupakan keputusan yang sulit. Tujuan dari pemilihan lokasi gudang ini adalah agar barang yang disimpan di gudang aman dan mudah diambil dalam waktu yang singkat serta menyerap biaya sekecil mungkin. Segala macam pertimbangan akan muncul
71
jika tujuan dari pemilihan lokasi gudang tersebut ingin tercapai. Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu : Gerakan Minimum Salah satu tujuan dari pemilihan lokasi gudang ini adalah agar penyerapan biaya yang muncul sekecil mungkin, agar hal ini dapat tercapai maka gerak transportasi barang dari atau ke gudang harus diusahakan seminimum mungkin. Oleh karena itu lokasi gudang hendaknya dekat dengan pemakai barang, apakah berupa pabrik atau pelanggan perusahaan. Perluasan Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu adanya kemungkinan untuk perluasan gudang. Dengan adanya harapan di waktu mendatang perusahaan akan semakin berkembang, sehingga kemungkinan akan memerlukan gudang yang luas lagi. Sarana Penunjang Dalam memilih lokasi gudang, perlu dipikirkan ketersediaan sarana-sarana penunjang yang penting seperti fasilitas telepon, listrik, dan air. Apakah saranasarana tersebut mudah diperoleh dilokasi gudang yang akan dipilih. Prasarana Hendaknya
dipertimbangkan
pula
tersedianya
jalan
ke
gudang
untuk
mempermudah transportasi dan bongkar muat barang. Prasarana ini dapat berupa jalan aspal, rel kereta api, lapangan terbang, pelabuhan, dan lain-lain. Tenaga Trampil Untuk memenuhi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan gudang, perlu dipikirkan tersedianya tenaga trampil di sekitar lokasi gudang yang dipilih. Musibah Perlu dipastikan sebelumnya bahwa lokasi gudang yang dipilih bebas banjir, jarang terjadi gempa dan bencana alam lainnya. Keamanan Perlu diselidiki apakah daerah lokasi gudang yang dipilih rawan terhadap pencurian dan resiko kehilangan barang lainnya.
72
Penentuan lokasi pada dasarnya adalah penentuan modal point pada suatu area dan akan menjadi salah satu basis pendistribusian dalam suatu jaringan distribusi. Penentuan lokasi mempunyai dampak yang cukup berarti bagi efisien operasi dan biaya logistik.
2.2
Pemilihan Lokasi, Ukuran Lokasi dan Jumlah Gudang Secara berjenjang proses pemilihan lokasi, ukuran lokasi dan jumlah gudang
dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu:
2.2.1
Macro Analysis. Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang terkait dengan penentuan
lokasi disuatu negara atau wilayah yang relatif luas, dengan memperhitungkan faktor jaringan distribusi dalam skala luas. Seperti ditunjukan pada gambar 2.1 berikut : Define Objective
Define Trade Off Components
Collec Data
Develop Decision Criteria
Identify Optimal Number of Facilities
Identify Optimal Location of Facilities
Evaluate Alternatif Scenarios
Micro Analysis
Gambar 2.1 Proses Pemilihan lokasi, Ukuran dan Jumlah Gudang Tahapan Macro Analysis
73
Proses analisis mikro dimulai dengan penentuan tujuan pemilihan lokasi, didasarkan pada aspek-aspek ekonomi dan aktivitas distribusi produk di masa datang. Penentuan tujuan pemilihan lokasi ini perlu dirumuskan secara jelas dan kongkrit agar memberikan arah dan dasar yang tepat, agar terdapat kesesuaian antara lokasi yang terpilih dengan tujuan pemilihan lokasi. Setelah tujuan pemilihan lokasi ditentukan, tahapan selanjutnya adalah penentuan trade off components,misalnya tampak pada gambar 2.4 berikut :
Cost Warehouse Inventory
Transportation
Number of Warehouse
Gambar 2.2 Trade Off Components
Trade Off Components dengan mempergunakan grafik diatas dilakukan dengan mempertimbangkan variable warehousing cost, inventory , cost, customer sevice dan transportation cost. Apabila trade off component telah terdefinisi, selanjutnya kriteria keputusan harus dikembangkan sebagai pedoman pengambilan keputusan. Dan pada saat yang sama harus dilakukan pengumpulan data, agar pengambilan keputusan pemilihan lokasi dapat segera dilakukan. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi jumlah kebutuhan gudang yang optimum, dengan mempertimbangkan perkiraan volume dan lokasi permintaan, volume produksi, dan jaringan distribusi produk. Setelah jumlah lokasi gudang yang dibutuhkan dapat ditentukan, selanjutnya berdasarkan trade off component, kriteria keputusan dan data yang terkumpul dipilih
74
berbagai alternatif lokasi yang memungkinkan. Berdasarkan alternatif-alternatif yang dipilih, dilakukan evaluasi alternatif dengan berbagai skenario. Hasilnya akan menjadi bahan dalam melakukan analisis mikro.
2.2.2
Micro Analysis. Analisis mikro menjelaskan area geografis yang mana untuk melokasikan
fasilitas (didalam area metropolitan, dan/atau lebih spesifik lagi, dalam bagian dari area metropolitan tersebut). Setelah dilakukan analisis ditingkat makro, maka ditingkat mikro dilakukan analisis terhadap lingkup area tertentu yang telah terpilih ditingkat makro. Tampak pada gambar 2.5 berikut: Result of Macro Analysis
Potential Facility Location
Collect Information: - Labor -Tax - Location - Business Activities - Utilities - Compctitors - Support Services
Comparative analysis
Location Selection
Gambar 2.3 Proses Pemilihan Lokasi, Ukuran dan Jumlah Gudang Tahapan Micro Analysis
75
Pada tahap analisis mikro,maka langkah-lanakah yang dilakukan pertama berdasarkan hasil evaluasi lokasi analisis mikro, dilakukan penilaian terhadap fasilitasfasilitas tokasi potensial, dengan terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data dan informasi tentang tenaga kerja, pajak, aktifitas bisnis, listrik air, telepon, pesaing,dan layanan-layanan pendukung lainnya. Selanjutnya dilakukan analisis perbandingan diantara alternatif-alternatif terpilih, untuk digunakan sebagai dasar bagi analisis yang lebih spesifik lagi, yaitu specific site selection.
2.2.3
Specific Site Selection. Pemilihan lokasi yang spesifik mengidentifikasikan lokasi khusus atau property
untuk menempatkan suatu lokasi. Pertimbangan tersebut harus dikaitkan dengan kebutuhan perusahaan mengenai gambaran waktu dimana fasilitas tersebut diperlukan, anggaran yang tersedia, masalah-masalah yang dilibatkan dalam membangun atau memodifikasi fasilitas dan property. Jadi "pertimbangan penentuan lokasi" adalah sebagian dari pemilihan lokasi yang spesifik. Seperti ditunjukan pada gambar 2.6 berikut :
76
Result of Micro Analysis
Define Requirments
Definr Decision Criteria
Site Evalution
Existing Facilities
Construction Site
Site Selection
Gambar 2.4 Proses Pemilihan Lokasi, Ukuran dan Jumlah Gudang Tahapan Spesific Site Selection
Keputusan lokasi fasilitas dalam jaringan logistik adalah keputusan kunci, karena hal tersebut penting untuk diketahui dalam struktur ongkos terhadap pelayanan dalam konteks sistem logistik. Keputusan tersebut menjelaskan jumlah, lokasi dan ukuran dari fasilitas penyimpanan yang mendukung aliran barang. Dalam kasus fasilitas pelayanan, keputusan tersebut bersifat penentuan lokasi dan ukuran fasilitas adalah berdasarkan pelayanan mana yang akan dikirimkan. Keputusan Logistik terdiri dari (Ballou, 1985 : 300): Memutuskan pada lokasi umum yang didasarkan pada ongkos primer dan pertimbangkan pelayanan pelanggan. Memilih lokasi yang spesifik dari lokasi yang lebih umum. Secara garis besar masalah keputusan lokasi dibedakan atas dua model (Ballou, 1985 :301):
77
A. Model Lokasi Fasilitas Tunggal Dalam beberapa kasus perusahaan menetapkan pada lokasi tunggal pabrik, gudang maupun terminalnya. Jika masalah lokasi dibatasi kepada masalah fasilitas tunggal, terdapat beberapa pendekatan diantaranya adalah: Pendekatan Grafik Pendekatan grafik dipakai jika kita ingin mengetahui lokasi gudang yang memiliki ongkos trasportasi yang minimum, dimana ongkos total diperoleh dari penjumlahan inbound dan outbound dan penentuan lokasi gudangnya adalah dengan mencoba-coba pada setiap lokasi dan dipilih pada lokasi dimana total costnya paling kecil. Pendekatan Grid (Center of Gravity) Pendekatan grid (sering disebut dengan pendekatan Center of Gravity atau metode First Movement atau metode ton-mile Center). Metode ini dipakai jika kita ingin mengetahui lokasi gudang yang memiliki ongkos transportasi yang minimum dengan pendekatan center of gravity. Metode ini umumnya dapat memberikan nilai penting dalam lokasi fasilitas dimana hanya mengaitkan antara ongkos dengan jarak. Bagian ini melukiskan pemakaian teknik analitis untuk membantu menentukan lokasi suatu gudang distribusi atau pabrik. Ada sejumlah metode, baik metode matematis maupun yang bukan dapat digunakan untnk masalah lokasi tunggal ini. Biaya dan kompleksitas teknik ini hendaklah dipadankan dengan kesukaran masalahnya. Disini disajikan suatu teknik analitis untuk memecahkan masalah lokasi. Dengan memakai teknik ini adalah mungkin untuk menentukan lokasi suatu fasilitas pada pusat-ton, pusat-mil, dan pusat waktu ton-mil dalam suatu daerah pelayanan, yaitu yang mana yang paling rendah total biayanya. Jika perlu untuk menentukan lokasi multi gudang distribusi dalam suatu jaringan total sistem, dapat digunakan teknik seperti yang akan dibahas dalam bagian yang berikut. Teknik yang dipakai berasal dari geometri analitis. Modelnya didasarkan atas koordinat caries. Dalam sistem koordinat caries ini, sumbu horizontal atau sumbu timur barat disebut sumbu Y. Sumbu vertical atau sumbu utara selatan disebut sumbu y. Kedua sumbu ini membagi 4 kuadran. Setiap titik dalam suatu kuadran dapat dikenali dengan menunjuk pada koordinat x dan y. Koordinat y dari suatu titik disebut ordinat. Ordinat dapat dicari dengan mengukur
78
jaraknya dari sumbu x, pararel dengan sumbu y. Koordinat x suatu titik disebut absisnya. Absis dan ordinat ini bersama-sama merupakan koordinat dari suatu titik tertentu, absisnya yang disebut lebih dahulu. Dengan memakai sistem dasar orientasi ini adalah mungkin untuk mereplikasi daerah pasar geogralis dimana fasilitas gudang itu akan ditempatkan. Semua titik pengantaran diplot dalam bidang caries. Masing-masing tidak dikenali dengan sebuah subscript dan ditempatkan dalam pasar replikasi dengan acuan pada koordinatnya. Dengan perkataan lain, tujuan-tujuan diplot dengan acuan pada absis dan ordinatnya diukur pada skala mil yang seragam. Metode aljabar untuk pemecahan masalah lokasi ini menunjukan posisi koordinat dari gudang distribusi yang disarankan. Perhitungan sesungguhnya adalah rata-rata ditimbang (weighted average) dari suatu jumlah variabel berbeda (independent variables) dengan variabel tak bebasnya adalah lokasi gudang. Pendekatannya adalah mudah untuk menentukan koordinat x dan y dari lokasi gudang itu. Rumus untuk perhitungan ini bergantung pada variabel-variabel bebas (independent variables) yang dinyatakan dalam ukuran lokasi yang dipakai. Dalam rumus aljabarnya, data yang dipakai sebagai masukan pengukuran ini adalah variabel bebas. Lokasi yang dihasilkannya adalah variabel tak bebas (dependent variables). Masalah lokasi ini distruktur dengan standar-standar pelayanan yang identik yang dibutuhkan dari seluruh lokasi gudang distribusi yang potensial. Berdasarkan standar pelayanan ini, tujuannya adalah meminimumkan biaya transportasi. Pada umumnya diakui bahwa biaya transportasi itu ditentukan oleh waktu, berat dan jarak. Akan tetapi, bila dipakai teknik-teknik analitis, tidak semua faktor biaya dimasukan sebagai variabel bebas dalam alat pengukuran. Disini disajikan 4 (empat) cara pemecahan terhadap masalah lokasi ini, yaitu (1) pemecahan pusat-ton, (2) pemecahan pusat-mil, (3) pemecahan pusat ton-mil, dan (4) pemecahan pusat waktu-ton-mil. Sebagaimana di tunjukan oleh namanya, tiga yang pertama adalah terbatas pada variabel yang berkaitan dengan berat dan jarak. Cara yang keempat memasukkan ketiganya plus waktu sebagai faktor yang mempengaruhi biaya. Kegunaan dari COG (Center of Grafity) adalah sebagai berikut:
79
1. Untuk mengetahui lokasi gudang yang memiliki ongkos transportasi yang minimum. 2. Untuk memberikan nilai penting dalam lokasi fasilitas dimana hanya mengaitkan antara ongkos dengan jarak. 3. Untuk membantu menentukan lokasi suatu gudang distribusi atau pabrik. 4. Untuk menentukan lokasi suatu fasilitas pada pusat-ton, pusat-mil, dan pusat waktu ton-mil dalam suatu daerah pelayanan, yaitu yang mana yang paling rendah total biayanya. Untuk kekurangan dari COG sendiri adalah sebagai berikut: 1. Tidak dapat mengetahui fasilitas yang ekonomis. 2. Pemecahan masalah dari suatu sistem kadang-kadang tidak dapat dirumuskan secara matematis. 3. Dalam dunia nyata model optimasi tersebut sulit untuk dipahami dan perlu ketrampilan teknis dimana banyak manajer tidak memiliki ketrampilan tersebut.
B.
Model Lokasi Fasilitas Jamak
Dalam menentukan lokasi fasilitas (gudang), yaitu fasilitas antara pabrik dan konsumen permasalahannya dapat dipecahkan menjadi beberapa pertanyaan, yaitu (Ba1ou, 1985 : 316): C.
Berapa jumlah gudang yang harus tersedia serta berapa ukuran dan dimana lokasinya.
D. Konsumen mana saja harus dilayani oleh setiap gudang serta gudang yang mana saja yang harus disuplai dari pabrik atau pemasok. E.
Produk mana saja yang disimpan pada setiap gudang serta produk yang mana saja yang harus dikirim secara langsung dari pabrik ke konsumen.
2.2.4
Metode Mixed Integer Linier Programming (MILP) Keuntungan dari metode ini adalah kemampuannya untuk menangani fixed cost
dengan optimal. Penelitian yang mengaplikasikan pendekatan pemrograman integer menggambarkan satu problem lokasi gudang sebagai berikut:
80
Terdapat beberapa komoditi yang dihasilkan oleh beberapa pabrik dengan kapasitas produksi yang diketahui. Ada satu permintaan (demand) yang diketahui untuk masing-masing zona penjualan (shipping) via gudang-gudang, dengan masing-masing gudang ditugaskan untuk satu zona customer saja. Harga gudang dinyatakan sebagai muatan tetap (fixed charge) dibebankan untuk tempat-tempat yang sebenarnya digunakan, ditambah muatan variabel linier. Biaya transportasi diambil sebagai fungsi linier. Untuk lebih jelasnya, permasalahan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Menentukan jumlah, ukuran dan lokasi gudang dalam satu jaringan logistik yang akan meminimasi variabel harga tetap dan variabel duri aliran semua produk melalui jaringan yang dipilih dengan syarat : Suplai yang sesuai dari pabrik tidak dapat melebihi untuk masing-masing produk. Permintaan untuk semua produk harus terpenuhi. Throughput dari masing-masing gudang tidak dapat melebihi kapasitasnya. Minimum throughput dari sebuah gudang harus dicapai sebelum gudang dibuka. Semua produk dari customer yang sama harus dilayani dari gudang yang sama.
2.2.5
Metode Heuristik Dengan metode ini dapat diketahui apakah ada fasilitas yang tidak ekonomis.
Bila diinginkan untuk mendapatkan jumlah dan letak lokasi yang optimal dan membuang lokasi yang tidak ekonomis, metode heuristic dapat dipakai. Dalam metode heuristic dikenal beberapa model seperti Kuehn-Hamburger dan model Shannon-Igniizio. Penggunaan model Krehn-Hamhurgen dapat disebabkan adanya beberapa alasan yaitu: 1. Cocok digunakan dalam masalah lokasi. 2. Dalam penentuan jumlah dan lokasi harus dalam skala jaringan distribusi yang besar. 3. Modelnya didasarkan pada kekuatan pembuktian matematika. 4. Pemecahannya menggunakan metode komputer. Model Kuehn-Hamburger dan model Shannon-Ignizio pada prinsipnya hampir sama, hanya bedanya pada model Kuehn-Hamburger tahap penghilangan fasilitas dilakukan
81
berkali-kali sehingga dicapai keadaan yang mendekati optimal. Sedangkan dalam model Shannon-Ignizio tahap penghilangan lokasi fasilitas hanya dilakukan sekali.
2.2.6
Metode Simulasi Pemecahan masalah dari suatu sistem kadang-kadang tidak dapat dirumuskan
secara matematis, kasus seperti ini sering terjadi pada sistem interelasi yang kompleks. Untuk memecahkan persoalan yang demikian dapat digunakan model simulasi. Model simulasi adalah model yang melibatkan proses matematika dan proses logika, kemudian mengumpulkannya dalam suatu digital komputer tertentu sehingga diharapkan dapat menyelesaikan tingkah laku sistem dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam memprediksi hasil atau keluaran sistem. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model ini, yaitu: a. Penyelesaian masalah lokasi secara matematis dapat menghasilkan solusi optimum terbaik, akan tetapi dalam dunia nyata model optimasi tersebut sulit untuk dipahami dan perlu ketrampilan teknis dimana banyak manajer tidak memiliki ketrampilan tersebut. b. Ongkos pembuatan dan pengesahan model simulasi komputer sangat mahal. c. Pemakaian program simulasi terbesar lebih mengarah pada pengaturan oleh orang daripada oleh teknisnya. Orang lebih cenderung menggunakan metode simulasi walaupun bukan metode analisis yang terbaik.
2.2.7
Metode Delphi Metode Delphi dikembangkan sebagai pendekataan ke analisis permasalahan
ketika sangat sedikit data tersedia atau sistem nyata sedang dipertimbangkan. Dalam metode Delphi, sekelompok ahli terpilih membentuk panel yang akan menghasilkan jawaban konsensus terhadap pertanyaan yang diajukan ke mereka. Dalam lingkungan simulasi, panel mungkin terdiri dari mana manager dan sistem di bawah kondisi operasi tertentu.
82
Metode Delphi terdiri dari prosedur interaktif berikut : Kuisoner yang memuat pertanyaan respon sistem nyata terhadap input tertentu atau perubahan struktural dikirim ke setiap anggota panel. Didasarkan pada respon akan kuisoner pertama, kuisoner kedua dibentuk yang akan menarik respon lebih spesifik dari panel. kuisoner baru dikirimkan ke panel bersamaan dengan pemurniaan respon panel akan pertanyan dari tahap sebelumnya. Fakta dari metode Delphi mungkin menjadi metode yang efektif biaya dalam beberapa situasi.
2.3
Transportasi
2.3.1
Pengertian dan Fungsi Transportasi Definisi dari transportasi itu sendiri adalah memindahkan barang dari satu titik ke
titik yang lain dengan meminimumkan ongkos distribusi dengan menggunakan suatu moda yang berasal dari suatu sumber. Sedangkan menurut sumber yang lain model transportasi adalah “ Transportation models is seeks the determination of a transportation plan of a single commodity from a number of sources to a number of destinations” (Taha,1992). Model transportasi didalamnya mempunyai beberapa model lainnya yang berhubungan dengan suatu transportasi diantaranya adalah : 1. Tingkat supply dari tiap sumber dan beberapa permintaan dari tiap tujuan 2. Ongkos tiap unit dari suatu transportasi pada saat distribusi terjadi dari satu sumber ke titik tujuan. Asumsi dari suatu transportasi adalah bahwa dalam transportasi terdapat suatu ongkos dari tiap rute yang akan dilewati dengan berdasarkan tiap unit dari jumlah moda yang ada. Dari tiap moda yang ada model transportasi ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos dari tiap pendistribusian yang dilakukan. Untuk tujuan yang akan dikirim dari tiap sumber atau supply dalam model transportasi dalam satu tujuan dapat dikirim oleh beberapa sumber tujuannya adalah untuk meminumkan ongkos transportasi itu sendiri. Dalam transportasi terdapat model yang diantaranya adalah sebagai berikut :
83
1. North West Corner Method Model
ini
merupakan feasible awal
dari permasalahan transportasi,
cara
pengerjaannya dimulai dari sudut kanan atas dari supply. Metode ini digunakan sebagai langkah awal untuk kemudian di optimalkan lagi oleh metode Vogel’s 2. Least Cost Method Metode least cost juga merupakan feasible awal dari permasalahan transportasi metode ini menggunakan komponen biaya sebagai solusinnya metode ini dapat dibandingkan dengan metode North West, sedangkan untuk feasible atau solusinya menggunakan metode Vogel’s. 3. Vogel’s Appoximation Method Metode Vogel’s ini merupakan feasible akhir dari permasalahan transportasi yang ada, metode ini digunakan pada feasible akhir setelah mendapatkan perbandingan dari kedua metode sebelumnya. Berikut model pendistribusian dalam suatu transportasi
WAREHOUSE
One Function Distribution INVENTORY
DEPOTS
STORES
One Function Distribution
Two Functions - Temporal Warehouse - Retailer
TEMPORAL INVENTORY
Gambar 2.5 Tipe Distribusi (Pribadi, 2006 )
Dalam suatu jaringan fasilitas, transportasi merupakan suatu mata rantai penghubung. Pada umumnya, suatu perusahaan mempunyai tiga alternatif untuk menerapkan kemampuan transportasinya. Ketiga alternatif tersebut adalah:
84
1. Armada peralatan swasta dapat dibeli atau disewa. 2. Kontrak khusus dapat diatur dengan spesialisasi transport untuk mendapatkan kontrak jasa-jasa pengangkutan. 3. Suatu perusahaan dapat memperoleh jasa-jasa dari suatu perusahaan transport berijin (legally authorized) yang menawarkan pengangkutan dari suatu tempat ketempat lain dengan biaya tertentu.
2.3.2
Model Transportasi Secara diagramatik, model transportasi dapat digambarkan se-bagai berikut:
Misalkan ada m buah sumber dan n buah tujuan.
Masing-masing sumber mempunyai kapasitas ai , i= 1, 2, 3 ..., m
Masing-masing tujuan membutuhkan komoditas sebanyak bj = 1, 2, 3,..., n
Jumlah satuan (unit) yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j adalah sebanyak x ij.
Ongkos pengiriman per unit dari sumber i ke tujuan j adalah C ij. Dengan demikian, maka formulasi programa liniernya adalah bagai berikut :
85
m
n
Minimumkan : z = c x
ij ij
i1 j1
n
Berdasarkan pembatas :
x j1
ai , ,
ij
m
x j1
ij
i = 1, 2, ........,m
bj ,
j = 1, 2, ........,n
xij 0 untuk seluruh i dan j m
dengan asumsi
n
a b i1
i
j1
j
Keterangan : m = tempat asal atau baris n = tempat tujuan atau kolom xij = jumlah barang yang harus dialokasikan dari tempat asal (i) ke tempat tujuan (j) cij = biaya alokasi per unit dari tempat asal (i) ke tempat tujuan (j) ai = jumlah barang ditempat asal (i) bj = jumlah permintaan ditempat tujuan (j)
2.3.3
Langkah-langkah Penyelesaian Transportasi Gamabar 2.6 menunjukkan ikhtisar langkah penyelesaian masalah transportasi.
Setiap langkah memiliki perbedaan dengan yang lain. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam setiap langkah adalah sebagai berikut :
86
Membentuk table awal transportasi yang feasible
Langkah 1
Langkah 2
STOP Apakah table sekarang sudah optimalTidak ?
Pindah ke langkah 2 hingga didapatkan solusi yang feasible
Langkah 3
Gambar 2.6 Langkah-langkah Ya Tranportasi Langkah 1 : Ada empat metode untuk membentuk tabel awal yang feasible yaitu : 1. Metode North West Corner (NWC)→pojok kiri atas pojok kanan NW-Corner) Kelemahan : tidak memperhitungkan besarnya biaya sehingga kurang efisien. 2. Metode biaya minimum → mencari dan memenuhi yang biayanya terkecil dulu. Lebih efisien dibanding metode NWC. 3. Metode VAM (Vogel’s approximation method)
Langkah 2 : Apakah tabel sudah optimum ? Ada dua metode yabg dapat digunakan untuk menemukan tabel optimum yaitu : Metode Stepping Stone (Metode batu loncatan) Tabel awal dapat dibuat dengan dua metode, yaitu:
87
Metode North West Corner (NWC) → dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah Kelemahan : tidak memperhitungkan besarnya biaya sehingga kurang efisien. Metode biaya terkecil => mencari dan memenuhi yang biayanya terkecil dulu. Lebih efisien dibanding metode NWC. Setelah tabel awal dibuat, tabel dapat dioptimalkan lagi dengan metode: 1. Stepping Stone (batu loncatan) 2. Modified Distribution Method (MODI)
2.3.4
Masalah Dalam Metode Transportasi
1. Ketidakseimbangan Supply dan Demand, dan Degeneracy 2. Ketidakseimbangan Supply dan Demand 3. Supply Lebih Besar dari Demand 4. Supply Lebih Kecil dari Demand
2.3.5
Kasus Degeneracy Kasus degeneracy dalam metode transportasi terjadi jika jumlah sel yang
mendapat alokasi dalam tabel transportasi kurang dari jumlah baris ditambah jumlah kolom dikurangi satu (atau m + n – 1). Akibat langsung dari kasus degeneracy adalah dua metode untuk mengevaluasi solusi yang ada, yaitu metode stepping stone dan MODI, tidak dapat diaplikasikan. Untuk itu, prosedur tambahan dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan degeneracy ini. Prosedur yang dimaksud adalah dengan menetapkan salah satu dari sel kosong dan menempatkan alokasi bernilai nol pada sel tersebut sehingga persyaratan jumlah sel yang mendapat alokasi sebanyak m + n – 1 terpenuhi. Pemilihan sel dilakukan secara sembarang sepanjang evaluasi dengan metode stepping stone dan MODI dapat dilakukan. Selanjutnya, kita mengasumsikan sel ini sebagai sel yang mendapatkan alokasi.
88
2.3.6
Metode Transportasi Pengangkutan Jarak Pendek Menurut Ghiani, dkk., (2004), metode transportasi pengangkutan jarak pendek
(Short-Haul Freight Transportation) lebih memperhatikan pada pengiriman dan pengambilan barang di daerah yang relatif lebih kecil. Sebagai contoh di desa ataupun di negara dengan menggunakan truk atau beberapa armada. Peraturannya, kendaraan mempunyai satu basis pada satu depot dengan perjalanan kendaraan pada satu shift kerja dan dapat termasuk ke beberapa titik pengambilan barang.
2.4
Distribusi Pengertian distribusi adalah berkaitan dengan pemindahan dan penyimpanan
barang atau produk jadi. Distribusi fisik yang dipakai secara umum adalah pemindahan barang jadi dari produsen ke konsumen/pelanggan, (Donald, 1995). Selain itu, distribusi fisik juga didefinisikan sebagai suatu bentuk manajemen yang mempertimbangkan integrasi dua atau lebih aktifitas yang bertujuan untk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian aliran yang efisien dari bahna baku, barang dalam proses dan produk jadi dari titik asal ke titik konsumsi. Penggunaan distribusi fisik memberikan kegunaan waktu, tempat dan kepemilikan barang. Pengertian ini mencakup pengangkutan produk dari tempat atau produksi lanjutan ke tempat penjualan atau pabrikasi selanjutnya, penyimpanan barang sampai mereka diperlukan, perdagangan, peragaan, pengiklanan dan penjualan atau transfer yang sebenarnya sehingga menjadi milik si pembeli. Jadi jelaslah bahwa distribusi fisik berperan aktif dalam upaya pemesasan. Kegiatan distribusi fisik melibatkan customer service, peramalan permintaan, pemrosesan order, dukungan suku cadang dan pelayanan, pemilihan lokasi pabrik dan gudang, pengadaan pemesanan, penanganan pengembalian produk, transportasi dan lalu lintas barang serta penyimpanan barang.
2.4.1
Pergudangan Gudang dapat digunakan untuk menyimpan berbagai bahan, dan pergudangan
merupakan kegiatan yang berperan mendukung aktivitas lainnya seperti industri dan
89
perdagangan. Fungsi pergudangan adalah sebagai penyimpanan bahan mentah (raw material), barang setengah jadi (intermediate goods), maupun tempat penyimpanan produk yang telah jadi (finished goods), serta juga menjadi tempat penampungan barang yang akan dikirim atau barang yang baru datang. Semua poin-poin penyimpanan stok dalam sistem produksi dikelola dan dikontrol dengan menggunakan modul-modul manajemen stok secara individu. Semua stok yang masuk ke dalam gudang harus diterima atas dasar suatu dokumen. Proses ini termasuk penerimaan produk dari produksi, order-order pembelian maupun produk yang dikembalikan oleh pelanggan. Setiap barang di gudang ditandai dengan nomor dan diberi label. Setiap gudang dibagi menjadi lokasi-lokasi (bin) sehingga mudah pengontrolannya. Penandaan lokasi gudang adalah sangat fleksibel. Lokasi gudang tidak harus ditegaskan sebelumnya
kecuali
jika
hal
ini
merupakan
ketentuan
bisnis
Anda.
(www.arelasiapacific.com tanggal akses 10 November 2007).
2.4.2
Peranan Gudang dalam Rantai Pasok Peran gudang dalam sistem rantai pasok dan sistem logistik adalah sangat
penting, gudang melayani sebagai fasilitas konsolidasi. Karena perusahaan dapat mengangkut produk berulang kali dengan jumlah kecil ke dalam gudang, selanjutnya dilakukan konsolidasi dalam gudang menjadi beban penuh dan selanjutnya diangkut lagi sampai ke tujuan dan kegiatan ini dapat mengakibatkan ongkos transport yang rendah. Pergudangan juga bisa bertindak sebagai tempat penggabungan produk (product mixing). Gudang dapat menyimpan berbagai jenis lini produk dan jika pelanggan memesan lebih dari satu tipe produk, maka gudang dapat melayaninya, kemudian produk yang berbeda – beda tersebut diangkutnya pada satu kali pengiriman. Aktivitas ini lebih efisien dalam hal pengisian dan pengiriman pesanan. Peran gudang lainnya adalah pelayanan. Pelanggan dapat mengisi pesanan dari tempat gudang berada dan tidak perlu harus pesan ke pabrik, sehingga pemesanan dan pengiriman produk jauh lebih cepat, mengurangi kekurangan dan pada umumnya dapat melayani pelanggan lebih baik. Fungsi ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan akan berakibat terhadap meningkatnya penjualan.
90
Raw Material Warehouse
Raw Material Warehouse
Finished Goods (FG) Warehouse
Finished Goods (FG) Warehouse
Factory
Factory
Work-In-Process (WIP) Warehouse
Work-In-Process (WIP) Warehouse
Distribution Center
Fulfillment Center
Local Warehouse
Home Delivery
Local Delivery
Local Delivery
Gambar 2.7 Peran Gudang dalam Sistem Logistik dan Manajemen Rantai Pasok (Sumber: Frazelle, 2002) Keterangan:
Raw material and component warehouse, gudang tempat menyimpan bahan baku dan komponen yang diperlukan. Sedangkan lokasi dari gudang ini terletak dititik yang dekat dengan lokasi pabrikasi atau lokasi proses assembling.
Work-in-process warehouse, gudang tempat menyimpan berbagai macam komponen yang telah selesai dirakit atau produk yang sedang dirakit tapi belum selesai (barang setengah jadi). Lokasi dari gudang ini adalah terletak di sepanjang lokasi proses perakitan dan sepanjang line production.
Finished warehouse, merupakan tempat menyimpan inventory (persediaan) yang digunakan untuk menyeimbangkan variasi dan perbedaan jadwal produksi dan permintaan.
2.4.3
Gudang Sebagai Penghubung Produsen dengan Konsumen Dipandang dari sudut pandang logistik, pergudangan adalah sebuah kebutuhan,
karena produksi mengharapkan gudang yang bisa mencapai produksi yang ekonomis melalui siklus produksi yang panjang. Pemasaran menganjurkan gudang untuk memelihara dan meningkatkan “customer service”. Jika proses peramalan permintaan persis sama dengan realitas (tidak ada deviasi), maka tidak perlu ada persediaan akibatnya tidak memerlukan kegiatan pergudangan. Akan tetapi dalam kenyataannya, ramalan
91
permintaan tidaklah sempurna, selalu ada penyimpangan, maka keberadaan gudang diperlukan sebagai penyangga antara “supply dari produsen dengan demand konsumen”. Kecuali untuk keperluan produksi dan pemasaran, pergudangan diperlukan pula untuk:
Memperoleh ongkos transport yang ekonomis, karena apabila produk yang diangkut bervolume tinggi akan mengakibatkan ongkos angkut per-unit menjadi rendah.
Memperoleh potongan harga, sebab jika pembelian dilakukan dengan volume tinggi maka harga per-unit produk yang dibeli akan rendah.
Membuat pasokan kontinyu, hal ini penting untuk “memelihara” semua pemasoknya, yang biasanya mengharapkan pembelian material, walaupun perusahaan tidak perlu, hal ini dilakukan untuk membuat para pemasok “senang”.
Untuk mengantisipasi perubahan kondisi pasar, permintaan bisa berubah karena musim, tipe dan jumlah persaingan serta karena adanya fluktuasi permintaan.
Mendukung program JIT (Just In Time) dalam sistem logistik, kendati secara ideal JIT berarti sedikit atau nihil persediaan dalam sistem, namun sering kali persediaaan ekstra dilakukan untuk menghindari kekurangan persediaan atau berhentinya aktivitas produksi, karena kurang akuratnya informasi.
A
F B
E C
K O N S U M E N
D
INBOUND LOGISTICS
MATERIAL MANAGEMENT
PHYSICAL DISTRIBUTION
BUSINESS LOGISTICS/LOGISTICS SYSTEM
Gambar 2.8 Pengendalian Pergerakan Material dari Inbound sampai Outbound (Sumber: Saefulbachri, 2003)
92
Keterangan:
A : Material, bahan baku, dan komponen
B : Proses awal dan atau sub-assembling
C : Pabrik
D : Persediaan produk jadi
E : Distribusi kepada gudang dan agen
F
2.5
: Ritel
Terminologi Jaringan Menurut Larson dan Odoni (1981), pada dasarnya masalah penentuan rute dapat
dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu : 1. Edge-Covering, yaitu masalah penentuan rute yang dapat dikelompokkan pada jaringan tertentu semua busur harus dilalui paling sedikit satu kali. Sebagai contoh untuk kelompok pertama ini adalah rute patroli polisi, rute pengantar pos, rute penyapu jalan, dan sebagainya. 2. Node Covering, yaitu masalah penentuan rute yang ditekankan pada pencapaian node-node atau titik-titik tertentu yang ada pada suatu jaringan. Artinya bahwa semua node yang ada pada suatu jaringan harus disinggahi paling tidak satu kali, sebagai contoh untuk kelompok kedua ini adalah masalah Traveling Salesman Problem (TSP) dan Vehicle Routing Problem (VRP). Beberapa kriteria yang biasanya digunakan dalam masalah penentuan rute, antara lain transportasi, waktu, jarak dan sebagainya, sedangkan kendala-kendala yang umumnya terdapat adalah kendala kapasitas muat, jarak tempuh, waktu tempuh, dan sebagainya. Setiap permasalahan rute memiliki karakteristik sendiri, sehingga kriteria yang dihadapi juga terkadang berbeda. Model tranportasi dapat juga dipresentasikan dan diselesaikan sebagai suatu jaringan. Pada persoalan jaringan, berdasarkan terminologi teori grafis, maka suatu fisik akan terdiri dari suatu set titik-titik yang dihubungkan yang disebut node. Node tertentu dihubungakn oleh garis yang disebut busur. Gambar 2.9 adalah contoh sebuah grafik lingkaran-lingkaran yang menyatakan stasiun-stasiunnya adalah node-nya, dan jalan-jalan yang menghubungkan stasiun-stasiun itu adalah busurnya.
93
A T D 0
B
C
E
Gambar 2.9 Jaringan Transportasi (Sumber: Dimyati, 2004)
Lintasan diantara node i dengan node j adalah urutan-urutan busur yang menghubungkan kedua nodes tersebut. Misalnya pada Gambar 2.3, lintasan yang menghubungkan node 0 dengan node T adalah urutan-urutan dari busur 0 ke B ke D, D ke T atau sebaliknya. Beberapa terminologi tambahan dari jaringan ini adalah:
Siklus, yaitu lintasan yang menghubungkan suatu node dengan node itu sendiri. Contoh lintasan A ke D, D ke B, dan B ke A.
Pohon (tree), yaitu grafik yang mempunyai lintasan yang menghubungkan pasanganpasangan node, dimana siklus tidak terjadi
Busur maju i, yaitu busur yang meninggalkan node i. Contoh: A
Busur mundur i, yaitu busur yang menuju node i.
Contoh: A
Kapasitas aliran suatu busur dengan arah tertentu, yaitu batas atas aliran (atau jumlah aliran total) yang fisibel pada busur tertentu.
94
Sumber suatu jaringan, yaitu node yang menjadi awal bagi busur-busurnya, dimana aliran bergerak meninggalkannya. Pada Gambar 2.3, node 0 adalah sumber jaringan.
Tujuan suatu jaringan, yaitu node yang dituju oleh busur-busurnya, dan aliran masuk ke node tersebut. Pada Gambar 2.3, T adalah tujuan jaringan.
2.5.1
Penentuan Jarak Data mengenai jarak antara dua tempat tertentu, terutama antara tempat-tempat
terkenal dapat mudah diperoleh. Untuk mengetahui jarak anatara semua tempat, bisanya dilakukan dua pendekatan yaitu : Pendekatan Rectilinier dan Euclidean.
2.5.2
Penentuan Rectilinier
Misalkan terdapat 2 titik yaitu A dan B dengan koordinat A (X1, Y1) dan B (X2, Y2) maka jarak antara 2 titik tersebut ádalah jika A dan B = X1, Y1 + X2, Y2
2.5.3
Penentuan Euclidean Misalkan terdapat 2 titik yaitu A dan B dengan koordinat A (X1, Y1) dan B (X2,
Y2) maka jarak antara 2 titik tersebut ádalah jaka A dan B =
X 1 X 2 2 Y1 Y2 2 (Sumber: Francis dan White 1974)
2.5.4
Pendekatan Metode Penelusuran Jalan Pendekatan metode penelusuran jalan dari awal hingga tujuan sesuai dengan
keadaan jalan yang dilalui sehingga kita akan mengetahui besarnya jarak dari node-node yang ada.
95
2.5.5
Ongkos Transportasi Sejumlah biaya akan didatangkan dalam pelayanan transportasi seperti biaya
tenaga kerja, bahan bakar, perawatan, administrasi dan lain-lain. Ongkos terbagi menjadi dua yaitu ongkos yang berubah dalam pelayanan (variable cost), dan ongkos yang tidak berubah/tetap (fixed cost). Tentu saja, semua biaya merupakan variable cost apabila periode waktu yang panjang dan volume yang cukup besar untuk dipertimbangkan. (Ballou, 1998).
2.6
Gas Elpiji Elpiji, dari pelafalan singkatan bahasa Inggris; LPG (Liquified Petroleum Gas),
adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Dalam kondisi atmosfir, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1. Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang dipasarkan Pertamina adalah elpiji campuran yang di kemas dalam ukuran 3 Kg dan 12 Kg. Dalam kasus ini yg digunakan hanya elpiji berukuran 12 Kg, karena tidak adanya program konversi untuk wilayak Sumatera Barat. Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut: 1. Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar 2. Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat
96
3. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder. 4. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat. 5. Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.
97