BAB II LANDASAN TEORI
A. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari persediaan adalah cadangan, sedangkan pengertian persediaan menurut Moh. Benny Alexandri (2009:135) menyatakan : Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan pada umumnya meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian penting dari seluruh aktiva perusahaan, disamping itu transaksi yang berhubungan dengan pesediaan merupakan aktivitas yang paling sering terjadi. Pengertian persediaan menurut Agus Ristono (2009) menyatakan bahwa: Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Persediaan digunakan untuk mengidentikfikasikan persediaan barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk
8
9
tujuan tertentu. Persediaan untuk tiap-tiap perusahaan berbeda-beda tergantung kepada jenis perusahaan persediaan yang bersangkutan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.1) menjelaskan bahwa pengertian persediaan yaitu : ” Persediaan adalah aktiva : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengadaan, atau c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa,” Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.2) lebih ditegaskan lagi apa saja yang dapat dikategorikan sebagai persedian yaitu : Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali misalnya barang dagang dibeli pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persedian juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Definisi di atas menjelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva milik perusahaan yang tujuannya untuk dijual tanpa mengadakan perubahan yang mendasar terhadap barang tersebut, baik berupa bentuk maupun manfaat dari barang tersebut. Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis. Pada perusahaan manufaktur (consumer goods industry), persediaan dapat terdiri dari :
10
a. Persediaan bahan baku b. Persediaan bahan pembantu c. Persediaan barang dalam proses ( WIP ) d. Persediaan barang jadi, dan persediaan suku cadang. Menurut Kieso (2008:402) menerangkan bahwa “Persediaan adalah pos–pos yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual”. 2. Faktor–faktor Menentukan Tingkat Persediaan Menurut
Manahan
(2005:86)
dalam
Ardiansyah
(2012:19)
menerangkan bahwa dalam menentukan kebijaksanaan tingkat persediaan barang secara optimal perlu diketahui faktor–faktor yang menentukan yaitu : a. Biaya Persediaan. b. Seberapa besar permintaan barang oleh pelanggan dapat diketahui, apabila permintaan barang dapat diketahui, maka korporasi dapat menentukan barang dalam suatu periode. c. Lama penyerahan barang antara saat dipesan dengan barang tiba atau disebut sebagai lead time atau delivery time. d. Terdapat atau tidak, adanya kemungkinan untuk pemenuhan dari pembeli atau disebut sebagai backlogging. e. Kemungkinan diperolehnya discount atas pembelian dalam jumlah yang besar.
11
3. Fungsi Persediaan Persediaan
memiliki
berbagai
fungsi
yang
berguna
untuk
mempertahankan kualitas perusahaan dan mempertahankan kepercayaan dari konsumen. Menurut Eddy Herjanto (2007:238) “Fungsi dari persediaan antara lain : a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan. b. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. c. Menaikan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi. d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan baku itu tidak tersedia di pasaran. e. Mendapatkan
keuntungan
dari
pembelian
berdasarkan
diskon
kuantitas. f. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.” Menurut
Manahan
(2005:86)
dalam
Ardiansyah
(2012:20),
menerangkan bahwa tujuan menyimpan persediaan adalah : a. Penyimpanan barang diperlukan agar korporasi dapat memenuhi pesanan pelanggan secara cepat dan tepat waktu. b. Untuk berjaga-jaga pada saat barang dipasar sukar diperoleh, pengecualian pada saat musim panen tiba.
12
c. Untuk menekan harga pokok unit barang. Dari fungsi persediaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi persediaan adalah untuk menekan tingkat resiko yang ada, sehingga perusahaan tidak terlalu khawatir apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam kegiatan operasi perusahaan. 4. Perputaran Persediaan Berikut beberapa pengertian perputaran persediaan : Menurut Jumingan (2006:128), menerangkan bahwa : perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan berapa kali barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi. Menurut Munawir (2007:77), menerangkan bahwa : Turn over persediaan adalah merupakan rasio atau jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Persediaan barang atau inventory merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan. Masalah penentuan alokasi modal dalam inventory mempunyai efek langsung terhadap keuntungan perusahaan, kesalahan dalam penetapan alokasi dana akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya alokasi dana yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan
memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gedung, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Sebaliknya, adanya alokasi dana
13
yang terlalu kecil akan mengakibatkan perusahaan kekurangan material dan perusahaan tidak dapat bekerja secara optimal. Hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata-rata yang akhirnya akan menekan keuntungan yang diperoleh perusahaan . Berdasarkan Mamduh dan Abdul Halim (2009:79). Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Berikut perhitungan rasio aktivitas persediaan :
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan merupakan alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan perputaran barang dagangannya dalam periode akuntansi dan menunjukkan adanya hubungan antara suatu barang atau persediaan terhadap penjualan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Perputaran persediaan merupakan salah satu ukuran efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva terutama aktiva lancar. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalan suatu perusahaan. B. Piutang 1. Pengertian Piutang Menurut Manulang dan Sinaga (2005:36) dalam Debora Siahaan (2009), “Piutang adalah semua tuntutan terhadap pelanggan, baik
14
berbentuk perkiraan uang, barang maupun jasa serta segala hal yang berbentuk perkiraan seperti transaksi”. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:30) “piutang adalah tagihan kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal. Warren Reeve dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”. Menurut Martono dan Harjito (2007:95), piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Definisi piutang menurut Benny Alexandri (2009:117) adalah: “Piutang merupakan sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit kepada perusahaan”. Dengan penjualan secara kredit maka akan muncul piutang dagang dan dengan munculnya piutang dagang ini berarti perusahaan harus menyisihkan sejumlah dana yang akan diinvestasikan ke dalam piutang tersebut. Dengan adanya penjualan secara kredit maka akan menimbulkan piutang, semakin besar penjualan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang dan akibatnya risiko atau biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar pula. Santoso dan Nur (2008).
15
2. Jenis-Jenis Piutang Sebelum suatu transaksi penjualan dilakukan, biasanya terlebih dahulu ada kesepakatan mengenai cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas, namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang. Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007:451) mengemukakan bahwa menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua (2) kategori yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain. Berikut adalah pengelompokan piutang secara umum: a. Piutang Dagang (Trade Receivable) Piutang dagang merupakan jumlah tagihan perusahaan kepada pelanggan yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang dagang merupakan tipe piutang yang paling lazim ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang ini dapat dibagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih. b. Piutang Usaha (Account Receivable)
16
Piutang usaha yang berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu. c. Wesel Tagih (Notes Receivable) Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembayaran atau transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu : 1) Wesel tagih berbunga (Interest Bearing Notes). Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus. 2) Wesel tagih tanpa bunga (Non-Interest Bearing Notes). Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga. d. Piutang Lain-lain (Non Dagang) Piutang lain-lain merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Piutang lain-
17
lain meliputi piutang pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang dividen, piutang bunga, dan lain-lain. Sedikit berbeda dengan pendapat Niswonger (2005:392), jenis piutang dibedakan atas tiga (3) jenis, yaitu: a. Piutang usaha, merupakan jenis piutang yang diperkirakan dapat ditagih antara 30 - 60 hari. b. Piutang wesel / wesel tagih, merupakan jenis piutang yang periode kreditnya lebih dari 60 hari. c. Piutang lain-lain, merupakan jenis piutang yang jika dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Namun jika piutang tersebut tidak dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. 3. Perputaran piutang Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:34) piutang dagang digolongkan sebagai alat pembayaran yang likuid, oleh karena itu likuiditasnya harus pula diuji. Alat untuk menguji piutang ini adalah ratio perputaran piutang dan jumlah hari piutang. Ratio perputaran piutang memberikan ukuran secara kasar tentang seberapa cepat dana dalam piutang perusahaan berputar menjadi kas. Semakin lunak syarat pembayaran yang diberikan akan semakin lama dana terikat pada piutang, demikian sebaliknya. Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai dampak yang lansung terhadap besar kecilnya dana yang dinvestasikan ke dalam piutang. Semakin tinggi perputaran piutangnya, berarti semakin
18
cepat perputarannya, yang berarti pula semakin pendek waktu terikatnya dana ke dalam piutang, dengan demikian untuk mempertahankan penjualan kredit neto tertentu dengan naiknya tingkat perputaran, akan dibutuhkan jumlah dana yang lebih kecil yang diinvestasikan kedalam piutang. Sartono (2010:119) menyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas. Bambang Riyanto (2008:85) mengemukakan bahwa Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan. Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pendapat mengenai perputaran piutang menurut Munawir (2004:75) mengatakan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang (turnover receivable) yaitu dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan dengan piutang. Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2009:78) Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
19
Menurut Warren (2005:407) perputaran piutang adalah “usaha (account receivable turn over) untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”. C. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap Menurut IAI melalui PSAK No.16 (Revisi 2011) mengemukakan pengertian aktiva tetap sebagai berikut: “Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.” Menurut Tjahjono ( 2009:112) Aktiva tetap adalah Aktiva berwujud yang diperoleh dalam keadaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Menurut Rudianto (2008:272) aktiva tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aktiva tetap yaitu aktiva yang dimiliki perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan yang memiliki bentuk fisik dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, merupakan pembelian dalam jumlah besar dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
20
Sedangkan menurut Warren, Reeve & Fess (2006:504) yang di alih bahasakan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan, mengemukakan pengertian aktiva tetap sebagai berikut: “Aktiva tetap (fixed assets) merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanen.” Menurut Waren (2005:63) ”Aktiva (Assets) adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha, sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis”. Aktiva disajikan dalam beberapa kelompok, yaitu : a. Aktiva lancar, b. Aktiva tetap, c. Aktiva tidak berwujud, d. Aktiva lain-lain. Menurut Rudianto (2008:272), aktiva tetap dikelompokkan dalam beberapa kriteria: a. Berwujud Aktiva tersebut berupa barang yang memiliki wujud fisik. Bukan sesuatu yang tidak memiliki bentuk fisik, seperti goodwill, hak paten, dan sebagainya. b. Umurnya lebih dari satu tahun Aktiva tersebut harus dapat dipergunakan dalam operasi lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi. Walaupun memiliki bentuk fisik, tetapi jika masa manfaatnya kurang dari satu tahun, seperti: kertas,
21
tinta printer, dan sebagainya, tidak dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap. Yang dimaksud umur aktiva adalah umur ekonomis, bukan umur teknis yaitu jangka waktu dimana suatu aktiva dapat dipergunakan secara ekonomis oleh perusahaan. c. Digunakan dalam operasi perusahaan Barang tersebut harus dapat dipergunakan dalam operasi normal perusahaan yaitu dipakai perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bagi organisasi. Jika suatu aktiva memiliki wujud fisik dan berumur lebih dari satu tahun tetapi rusak dan tidak dapat diperbaiki, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk operasi perusahaan, maka aktiva tersebut harus dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap. d. Tidak diperjualbelikan Aktiva berwujud yang dimiliki perusahaan dan umurnya lebih dari satu tahun, tetapi dibeli perusahaan dimaksudkan untuk dijual lagi, tidak dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap dan harus dimasukkan ke dalam kelompok persediaan. e. Material Barang milik perusahaan yang berumur lebih dari satu tahun dan dipergunakan dalam operasi perusahaan tetapi nilai atau harga per unitnya ataupun harga totalnya relatif tidak terlalu besar dibanding total aktiva perusahaan, tidak perlu dimasukkan sebagai aktiva tetap. Seperti: kertas, pulpen, dan sebagainya. Memang tidak ada ketentuan baku,
berapa
nilai
minimal
dari
suatu
barang
agar
dapat
22
dikelompokkan sebagai aktiva tetap. Setiap perusahaan dapat menentukan kebijaksanaan sendiri mengenai kriteria materialitas tersebut. f. Dimiliki perusahaan Suatu aktiva berwujud yang bernilai tinggi, dipergunakan di dalam operasi dan berumur lebih dari satu tahun, tetapi disewa perusahaan dari pihak lain, tidak boleh dikelompokkan sebagai aktiva tetap. Kendaraan sewaan misalnya, walaupun dipergunakan untuk operasi perusahaan dalam jangka panjang, tetap tidak boleh diakui sebagai aktiva tetap. 2. Penilaian Aktiva Tetap Menurut Rudianto (2008:274) untuk memperoleh aktiva tetap, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak hanya dipakai untuk membayar barang itu sendiri sesuai dengan nilai yang tercantum di dalam faktur, tetapi juga untuk beban pengiriman, pemasangan, perantara, balik nama, dan sebagainya. Dan keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut disebut dengan harga perolehan, sedangkan di neraca, aktiva tetap dicatat sebesar nilai bukunya. Harga perolehan adalah keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan. Karena itu harga perolehan meliputi: harga faktur aktiva tersebut, beban angkut, beban pemasangan, bea impor, bea balik nama, komisi perantara, dan sebagainya. Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dicatat dan diakui
23
sebesar nilai bukunya yaitu harga perolehan aktiva tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi depresiasi aktiva tetap. Sedangkan nilai buku adalah nilai bersih dari suatu aktiva. Akumulasi depresiasi berarti kumpulan dari seluruh beban depresiasi selama beberapa periode akuntansi. 3. Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Michael Simbolon penyusutan dalam resume standar akuntansi aset tetap (2011) adalah setiap bagian dari suatu aset tetap dengan biaya yang signifikan dalam hubungannya dengan total biaya barang harus disusutkan secara terpisah. Penyusutan yang dibebankan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali termasuk dalam nilai tercatat aktiva lain. Penyusutan yang dibebankan untuk periode biasanya diakui dalam laporan laba rugi. Namun, terkadang manfaat ekonomi masa depan aset tetap diserap untuk memproduksi aset lainnya. Demikian pula, penyusutan aktiva tetap dan peralatan yang digunakan untuk kegiatan pembangunan dapat dimasukkan dalam biaya aset tidak berwujud. Nilai sisa dan masa manfaat aset harus direview setidaknya setiap akhir tahun keuangan. Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aktiva tersebut melebihi jumlah yang tercatat sebagai residu nilai aktiva selama tidak melebihi nilai tercatat. Perbaikan dan pemeliharaan aset tidak meniadakan kebutuhan untuk depresiasi itu. Tanah dan bangunan adalah aset dipisahkan dan dicatat secara terpisah, bahkan ketika mereka diperoleh bersama-sama. Dengan beberapa pengecualian, seperti tambang dan situs yang digunakan
24
untuk TPA, tanah tersebut mempunyai masa manfaat yang tidak terbatas dan karena itu tidak disusutkan. Sedangkan bangunan memiliki masa manfaat yang terbatas, karena itu merupakan aset depresiasi. Peningkatan nilai tanah di mana bangunan berdiri tidak mempengaruhi penentuan nilai aset bangunan. Metode perhitungan depresiasi menurut Rudianto (2008:276) a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Adalah suatu metode penghitungan depresiasi aktiva tetap, dimana setiap periode akuntansi diberikan beban yang sama secara merata. Beban depresiasi dihitung dengan cara berikut ini:
Metode perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus akan menghasilkan beban depresiasi aktiva tetap yang sama dari tahun ke tahun. b. Metode Jam Jasa (Service Hour Method) Adalah suatu metode penghitungan depresiasi aktiva tetap, dimana beban depresiasi pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa jam periode akuntansi tersebut mempergunakan aktiva tetap itu. Semakin lama aktiva tersebut dipergunakan di dalam suatu periode, akan semakin besar pula beban depresiasinya dan sebaliknya.
25
Beban depresiasi aktiva tetap yang dihitung dengan metode jam jasa akan menghasilkan tarif depresiasi per jam atau per satuan waktu tertentu. Berdasarkan tarif depresiasi tersebut, beban depresiasi suatu periode dihitung dengan mengalikan tarif tersebut dengan jumlah jam atau waktu yang digunakan di dalam periode tersebut. c. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method) Adalah suatu metode penghitungan depresiasi aktiva tetap, dimana beban depresiasi pada suatu periode akuntansi dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang dihasilkan periode akuntansi tersebut dengan mempergunakan aktiva tetap itu. Semakin banyak produk yang dihasilkan di dalam suatu periode, akan semakin besar pula beban depresiasinya, dan sebaliknya.
Beban depresiasi aktiva tetap yang dihitung dengan metode hasil produksi akan menghasilkan tarif depresiasi per unit atau per satuan tertentu. Berdasarkan tarif depresiasi tersebut, beban depresiasi suatu periode dihitung dengan mengalikan tarif tersebut dengan jumlah unit atau satuan lain yang digunakan di dalam periode tersebut. d. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years Digits Method) Adalah suatu metode penghitungan depresiasi aktiva tetap, dimana beban depresiasi pada suatu periode akuntansi dihitung dengan cara berikut ini:
26
Menghitung depresiasi aktiva tetap dengan metode ini beban depresiasi suatu aktiva tetap akan semakin berkurang dari tahun ke tahun. Pada awal tahun umur aktiva tetap tersebut, beban depresiasinya akan menjadi paling besar, kemudian akan berkurang pada tahun berikutnya dan semakin berkurang pada tahun berikutnya lagi. 4. Perputarasn Aset Tetap Rasio perputaran aset tetap (fixed asset turnover ratio) mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan pabrik dan peralatannya. Menurut Kasmir (2008:184) menjelaskan bahwa Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Berdasarkan Mamduh dan Abdul Halim (2007:78) Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran aktiva tetap adalah perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap neto pada suatu perusahaan. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin dan perlengkapan kantor dalam menunjang aktivitas perusahaan dalam melakukan kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan laba.
27
D. Return On Assets (ROA) 1. Pengertian Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja keuangan perusahaan. Pengertian ROA menurut beberapa ahli yaitu : Menurut Jumingan (2006:141) ”Operating income ratio dengan operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal dalam aktiva tanpa mengandalkan dari sumber mana modal tersebut berasal (keseluruhan modal)”. Menurut Hutami (2010:14) : Profitabilitas ekonomi yang sering juga disebut dengan return on asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan sejumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan perusahaan. Usaha untuk memperbesar profitabilitas merupakan harapan bagi manajer perusahaan, oleh karena itu untuk mempertinggi profitabilitas perlu diketahui berbagai faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya profitabilitas ekonomi. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa return on asset adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan. 2. Perhitungan Return On Asset (ROA) Beasley (2009:297) merumuskan formula untuk menghitung pengembalian tingkat aktiva / Return On Asset (ROA) sebagai berikut :
28
ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya. Jadi dapat disimpulkan bahwa, ROA adalah suatu alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengalikan laba berdasarkan penggunaan aktiva perusahaan. E. Analisis Rasio Keuangan 1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasiorasio suatu perusahaan, penganalisis tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan (Jumingan: 2009). Analisis rasio keuangan merupakan peralatan untuk memahami laporan keuangan (khususnya neraca dan laba-rugi). Penting disadari bahwa analisis rasio bukanlah proses mekanis membagi suatu pos dengan pos lainnya (Mardiyanto:2009).
29
Pengertian rasio keuangan menurut James C van Horne dalam buku Kasmir (2008:104) adalah “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan”. Menurut Sutrisno (2009:214) mengatakan bahwa “Analisis rasio keuangan adalah menghubungkan elemen–elemen yang ada dilaporan keuangan”. Menurut Kimmel (2008:395) “Analisis rasio menyatakan hubungan diantara pos-pos tertentu dari data laporan keuangan. Sebuah rasio menyatakan hubungan matematika antara 1 (satu) kuantitas dengan yang lainnya. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase”. Analisis rasio memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknik analisis lainnya. Ada beberapa kelebihan dari analisis rasio keuangan, yaitu : a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan, b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dan ditafsirkan, c. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain, d. Sangat bermanfaat sebagai bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi, e. Menstandarisasi size perusahaan,
30
f. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik, g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Disamping
kelebihan-kelebihan
diatas,
analisa
rasio
juga
mempunyai beberapa keterbatasan. Keterbatasan analisa rasio keuangan menurut Sawir (2005:44) adalah : a. Kesulitan dalam mengidentifikasi jenis industri dari perusahaan yang dianalisa apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha, b. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi, c. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, d. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan. Analisa laporan keuangan menyangkut pemeriksaaan keterkaitan angka–angka dalam laporan keuangan dan trend angka–angka dalam beberapa periode, satu tujuan dari analisis laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk memperkirakan bagaimana akan terjadi dimasa yang akan datang.
31
Menurut Van Horne ( 2005:234) : “Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri”. Meskipun analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan keadaan operasi dan kondisi keuangan perusahaan,
terdapat
juga
unsur
keterbatasan
informasi
yang
membutuhkan kehati–hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Menurut Keown (2004:108) Rasio keuangan setidaknya dapat memberikan jawaban atas empat pertanyaan yaitu : a. Bagaimana likuiditas perusahaan b. Apakah manajemen efektif menghasilkan laba operasi atas aktiva c. Bagaimana perusahaan didanai d. Apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup. e. Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan rata–rata pembanding yang tepat bagi perusahaan yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang berlainan. Menurut Van Horne ( 2005:234) angka rasio dapat dibedakan atas : a. Rasio-Rasio Neraca ( Balance Sheet Ratio ), yaitu ratio–ratio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid
32
test ratio, current asset to total asset ratio, current liabilities to total asset ratio dan lain sebagainya. b. Rasio–Rasio Laporan Laba Rugi ( Income Statement Ratio ), ialah data yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit, net margin, operating margin, operating ratio dan sebagainya. c. Rasio-Rasio Laporan Keuangan ( Intern Statement Ratio), ialah rasio– rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainya berasal dari income statement, misalnya asset turnover, Inventory turnover, receivable turnover, dan lain sebagainya. F. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap profitabilitas (ROA) 1.
Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap ROA Pengelolaan persediaan merupakan suatu pekerjaan yang sulit, dimana kesalahan dalam menentukan tingkat persediaan dapat berakibat fatal. Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti berapa kali persediaan yang ada diubah menjadi penjualan. Rasio perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada. Sebaliknya, rasio perputaran persediaan yang habis sehingga mengakibatkan ketidakpuasan, Hutami (2010). Tentunya hal ini akan mempengaruhi laba atau profitabilitas yang akan diperoleh perusahaan. Sedangkan Munawir (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap
33
kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. Raharjaputra (2009) dalam Sufiana, Nina dan Ni Ketut Puernawati (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, kemungkinan semakin besar perusahaan akan memperoleh keuntungan, begitu pula sebaliknya, jika tingkat perputaran persediaannya rendah maka kemungkinan semakin kecil perusahaan akan memperoleh keuntungan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sufiana, Nina dan Ni Ketut Purnawati (2012) dan Kamaliah dkk (2009) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas. Serta hasil penelitian dari Suhartiningsih (2012:15) yang menyatakan bahwa bahwa perputaran persediaan mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. H1 : Perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
2.
Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap ROA Perputaran piutang menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam satu periode atau kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:189). Mengingat pentingnya modal kerja di dalam perusahaan, manajer keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
34
karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan (Supriyadi dan Fazriani, 2011). Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjulan secara kredit untuk meningkatkan volume usahanya. Riyanto (2001:90) dalam Sufiana, Nina dan Ni Ketut Purnawati (2012) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Sufiana, Nina dan Ni Ketut Purnawati (2012) yang menyatakan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. H2 : Perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 3.
Pengaruh Perputaran Aktiva Tetap Terhadap ROA Menurut Mamduh dan Abdul Halim (2009:80) perputaran aktiva tetap adalah “Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan “. Jadi dapat disimpulkan bahwa perputaran aktiva tetap adalah kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan dari aktiva tetap yang dimilikinya. Semakin tinggi perputaran aktiva tetap berarti semakin
35
efektif penggunaan aktiva tersebut. Rasio perputaran aktiva tetap digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengukur efisiensi penggunaan
aktiva
tetap
dalam
menunjang
kegiatan
penjualan
perusahaan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Dian (2011) bahwa perputaran aktiva tetap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Harahap (2008:309) dalam Bramasto (2008) mengatakan bahwa rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya kemampuan aktiva tetap dalam menciptakan penjualan tinggi. H3 : Perputaran aktiva tetap berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. 4.
Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Perputaran Aktiva Tetap Terhadap ROA Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Profitabilitas dapat dijadikan suatu gambaran bagaimana kemampuan perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan Kasmir (2008:210).
36
Dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas perusahaan dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Karena jika semakin baik rasio ini maka semakin baik juga profitabilitas perusahaan. Menurut Munawir (2004:89), “Besarnya Profitabilitas dipengaruhi oleh tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi. Perputaran aktiva itu terdiri dari perputaran aktiva tetap, perputaran persediaan, dan perputaran piutang“. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Kamaliah dkk (2009) yang menyatakan bahwa rasio aktivitas mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. H4 : Perputaran persediaan, perputaran piutang dan perputaran aktiva tetap berpengaruh terhadap ROA.
G. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No
Nama
Judul
Hasil Penelitian
1
Ari
Analisis Perputaran
Terdapat hubungan yang kuat
Bramasto
Aktiva Tetap dan
antara kecepatan aset tetap dan
Universitas
Perputaran Piutang
piutang dengan kecepatan laba-
Langlangbu
Kaitannya Terhadap
kemampuan (return on asset), yang
ana (2008)
Return On Assets
berarti bahwa variabel independen
Pada PT. Pos
secara simultan (bersama-sama)
Indonesia (Persero)
mampu menjelaskan perubahan
Bandung
terhadap profitabilitas sebesar 39% dan 61% sisanya dipengaruhi oleh
37
faktor lain yang tidak diamati. 2
3
Rahmat
Pengaruh perputara
perputaran
piutang
dan
Agus
piutang dan
pengumpulan
Santoso dan
pengumpulan
sama memiliki efek signifikan
Mohammad
piutang terhadap
terhadap
Nur
likuiditas perusahaan Sarana Jaya. Perputaran piutang
piutang
likuiditas
bersama-
CV.
Bumi
pada CV. BUMI
dan pengumpulan piutang secara
SARANA JAYA di
parsial
Gresik
terhadap likuiditas perusahaan.
Dian Julia
Pengaruh
Perputaran
Rahmi
Perputaran
(2011)
Tetap,
berpengaruh
signifikan
aktiva
Aktiva mempunyai
tetap
pengaruh
dengan
Perputaran tingkat signifikan sebesar 0,002
Persediaan, Perputaran
(dibawah dari 5%). Sedangkan Piutang perputaran
Terhadap
persediaan
perputaran
aktiva
Profitabilitas
Pada memiliki
Perusahaan
Real profitabilitas.
dan
tetap
pengaruh
tidak
terhadap
Estate Dan Property Yang Listing Di Bei 4
Nina
Pengaruh Perputaran
Perputaran kas tidak berpengaruh
Sufiana dan
Kas, Perputaran
signifikan dan memiliki arah yang
Ni Ketut
Piutang Dan
negatif secara parsial terhadap
Purnawati
Perputaran
profitabilitas,
(2012)
Persediaan Terhadap perputaran piutang dan perputaran Profitabilitas
namun
pada
persediaan memiliki berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.
38
H. Model Penelitian Rasio perputaran persediaan yaitu rasio dimana penjualan dibagi dengan asset. Rasio ini menunjukkan berapa kali pos tersebut berputar sepanjang tahun. Jadi, rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio) dinyatakan sebagai penjualan dibagi dengan persediaan. Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali piutang usaha dapat berputar dalam satu tahun. Perputaran piutang memberikan kontribusi terhadap pencapaian laba perusahaan. Perputaran piutang yang semakin cepat menunjukkan semakin cepat piutang berubah menjadi kas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba. Semakin besar rasio ini maka semakin baik, karena semakin besar piutang perusahaan yang terkumpul. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan. Perputaran aktiva tetap mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjulan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Semakin cepat perputaran aktiva tetap maka return on asset akan semakin besar. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
39
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
Variabel Dependen
Perputaran Persediaan Perputaran Piutang Perputaran Aktiva Tetap
H1 H2
Return On Asset (ROA)
H3 H4