perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Sampah a. Pengertian Sampah Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Menurut SNI 19-2454-2002, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008, mengartikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, berasal dari kegiatan manusia. Berdasarkan batasan-batasan tersebut menunjukkan bahwa sampah merupakan hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna (Adnani, 2011). b. Jenis Sampah Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya : 1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik. 2) Sampah organik misalnya : sisa makanan, tulang ikan, kotoran hewan, sisa pembungkus makanan berupa daun. commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Berdasarkan dapat tidaknya dibakar : 1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu. 2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk : 1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging. 2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca. (Dainur, 1995 dalam Silalahi, 2010) Sedangkan menurut Thobanoglous et al., (1993) dalam Pamungkas (2012), berdasarkan identifikasi karakteristik sampah domestik, jenis sampah dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1) Sampah Organik. 2) Sampah Anorganik. 3) Bahan Berbahaya Beracun (B3). Sampah B3 merupakan sampah yang keberadaannya
secara
substansial
membahayakan
kesehatan,
lingkungan dan kehidupan organisme. Sedangkan sampah B3 menurut Environmental Protection Agency memiliki sifat korosif, mudah terbakar, reaktif dan beracun (baterai, tempat bekas bahan bakar, pupuk kimia, cat, pestisida dan lain-lain). c. Karakteristik Sampah 1) Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan sayuran atau hewan dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas. 2) Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak termasuk garbage. 3) Ashes (abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik di rumah, di kantor, maupun industri. 4) Street Sweeping (sampah jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin commit todaun-daunan. user yang terdiri dari kertas-kertas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
5) Dead Animal (bangkai binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam, penyakit atau kecelakaan. 6) Household Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal dari perumahan. 7) Abandonded Vehicles (bangkai kendaraan) yaitu bangkai-bangkai mobil, truk, kereta api. 8) Sampah industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industriindustri dan pengolahan hasil bumi. 9) Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung. 10) Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung. 11) Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar berupa zat organik hasil saringan pada pintu masuk pusat pengolahan air buangan. 12) Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kaleng-kaleng cat dan zat radioaktif (Mukono, 2008). d. Sumber-sumber Sampah Menurut Chandra (2007), sampah berasal dari beberapa sumber yaitu sebagai berikut : 1) Pemukiman penduduk Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu atau sampah sisa tumbuhan. 2) Tempat umum dan tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul
dan
melakukan
kegiatan,
termasuk
juga
tempat
perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sisa makanan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
(garbage), sampah kering (rubbish), sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan terkadang sampah berbahaya. 3) Sarana layanan masyarakat milik pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud yaitu tempat hiburan dan tempat umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan misalnya rumah sakit dan puskesmas, kompleks militer, gedung pertemuan, tempat hiburan dan sarana pemerintah yang lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering. 4) Industri berat dan ringan Industri berat dan ringan meliputi industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum serta kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau proses bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya. 5) Pertanian Sampah dihasilkan dari lokasi pertanian seperti kebun, ladang atau sawah. Sampah yang dihasilkan berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman. e. Timbulan Sampah Timbulan (kuantitas) sampah merupakan volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu per satuan waktu (DPU, 2005). Data ini diperlukan dalam menentukan dan mendesain jenis atau tipe peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, desain sistem pengolahan persampahan dan desain TPA. Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat. Jika digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah) harus dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena ketelitiannya lebih tinggi dan tidak perlu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
memperhatikan derajat pemadatan (Damanhuri dan Padmi, 2008). Timbulan sampah ini dinyatakan sebagai : 1) Satuan berat
: kg/org/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari, dan sebagainya.
2) Satuan volume : L/org/hari, L/m2/hari, L/bed/hari, dan sebagainya. Di Indonesia umumnya menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi yang harus diperhitungkan. Sebagai ilustrasi, 10 unit wadah yang berisi air masing-masing 100 liter, bila air tersebut disatukan dalam wadah yang besar, maka akan tetap berisi 1000 liter air. Namun 10 unit wadah yang berisi sampah 100 liter, bila sampah tersebut disatukan dalam sebuah wadah, maka volume sampah akan berkurang karena mengalami kompaksi. Berat sampah akan tetap karena terdapat faktor kompaksi yaitu densitas (Damanhuri dan Padmi, 2008). Tabel 1. Besarnya Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya No Komponen sumber Satuan Volume Berat (kg) sampah (liter) 1. Rumah permanen /orang/hari 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400 2. Rumah semi /orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350 permanen 3. Rumah non /orang/hari 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300 permanen 4. Kantor /pegawai/hari 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100 5. Toko/ruko /pegawai/hari 2,50 - 3,00 0,150 - 0,350 6. Sekolah /murid/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020 7. Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 - 0,16 0,020 - 0,100 8. Jalan kolektor /m/hari 0,10 - 0,17 0,010 - 0,050 sekunder 9. Jalan lokal /m/hari 0,05 - 0,10 0,005 - 0,025 10. Pasar /m²/hari 0,20 - 0,60 0,100 - 0,300 Sumber: Damanhuri dan Padmi, 2008
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Berdasarkan SNI 19-3964-1994, spesifikasi sumber sampah berasal dari : 1) Perumahan 2) Non Perumahan 3) Besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota adalah sebagai berikut : a) Satuan timbulan sampah kota sedang = 2,75 – 3,25 liter/orang/hari atau 0,70 – 0,80 kg/orang/hari (rata-rata = 0,75 kg/orang/hari). b) Satuan timbulan sampah kota kecil = 2,5 – 2,75 liter/orang/hari atau 0,625 – 0,70 kg/orang/hari (rata-rata = 0,663 kg/orang/hari). Menurut
Peavy
(Environmental
Engineering,
1999)
dalam
Pamungkas (2012) menyebutkan bahwa jumlah timbulan sampah yang diakibatkan oleh aktivitas kota dipengaruhi faktor-faktor antara lain : 1) Pertumbuhan penduduk 2) Perkembangan sosial, ekonomi dan budaya 3) Perkembangan industri 4) Kenaikan pendapatan perkapita f. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah adalah suatu bidang kegiatan yang berkaitan dengan pengaturan terhadap sumber sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai, baik dari segi kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan berbagai pertimbangan lingkungan lainnya dengan memperhatikan sikap masyarakat (Sarudji dan Keman, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah yang baik, diantaranya : 1) Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber Sampah yang ada dilokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya
dikumpulkan
memudahkan
dalam
pemusnahannya.
tempat Adapun
yang tempat
terpisah
untuk
penyimpanan
sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut ini : a) Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor. b) Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan. c) Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang. Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam depo (rumah sampah). Depo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak pemerintah. Untuk membangun suatu depo, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya : a) Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah. b) Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah. c) Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam depo. d) Ada kran air untuk membersihkan. e) Tidak menjadi tempat tinggal lalat atau tikus. f) Mudah dijangkau masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode : a) Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah. b) Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar. 2) Tahap pengangkutan Dari depo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota (Chandra, 2007). 3) Tahap pemusnahan Menurut Chandra (2007), tahap pemusnahan sampah terdiri dari beberapa metode yang dapat digunakan antara lain : a) Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik, dalam metode ini pemusnahan dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alatalat besar. Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill yaitu : (1) Metode galian parit (trench method) Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah ditimbun dengan tanah penutup yang dipadatkan kemudian diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
(2) Metode area Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut. (3) Metode ramp Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas. Prinsipnya yaitu penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah. Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut
dapat
dimanfaatkan
sebagai
sarana
jalur
hijau
(pertamanan), lapangan olahraga, tempat rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya (Kusnoputranto, 1986 dalam Silalahi, 2010). b) Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain : (1) Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya. (2) Tidak memerlukan ruang yang luas. (3) Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap. (4) Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini yaitu biaya besar, membutuhkan tempat yang besar dan luas, dan menghasilkan asap yang akan mencemari udara. Peralatan yang digunakan dalam insinerasi, antara lain : (1) Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk. (2) Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang commit to user dilengkapi dengan jeruji besi yang berguna untuk mengatur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
jumlah sampah yang masuk dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh. (3) Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama. (4) Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan mengalirkan udara ke dalam. (5) Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007). c) Composting yaitu pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh bakteri-bakteri tertentu, proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk hijau (Dainur, 1995 dalam Silalahi, 2010). Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos : (1) Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi dan sebagainya. (2) Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran 5 cm). (3) Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N=1:30). (4) Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik. (5) Pembolak-balikan sampah 4 – 5 kali selama 15 – 21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik. d) Hog feeding yaitu pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (babi) tetapi perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus diolah terlebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing pita (trichinosis) ke hewan ternak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
e) Discharge to sewers yaitu sampah dihaluskan kemudian dimasukan ke dalam sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif jika sistem pembuangan air limbah dilakukan dengan baik. f) Open dumping yaitu sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapang, jurang atau TPA sampai sampah tersebut penuh dan pembuangan sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru. g) Dumping in water yaitu sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir (Mukono, 2008). h) Individual
incineration
yaitu
pembakaran
sampah
secara
perorangan yang biasa dilakukan oleh penduduk terutama di daerah pedesaaan. i) Recycling yaitu pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau didaur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat didaur ulang antara lain plastik, kaleng, gelas, besi, dan sebagainya. j) Reduction yaitu metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak. k) Salvaging yaitu pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit (Chandra, 2007). g. Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan 1) Pengaruh Positif Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut : a) Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah. b) Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
c) Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak. d) Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga dan binatang pengerat. e) Menurunkan insidensi
kasus
penyakit
menular
yang erat
hubungannya dengan sampah. f) Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat. g) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat. h) Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra, 2007). 2) Pengaruh Negatif Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut : a) Pengaruh terhadap kesehatan (1) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, jamur. (2) Penyakit demam berdarah meningkat disebabkan vektor Aedes Aegypti yang hidup berkembang biak di lingkungan yang pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air). (3) Penyakit sesak napas disebabkan bau sampah yang menyengat yang
mengandung
amonia,
metylmercaptan. commit to user
hydrogen
sulfida
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
(4) Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan tifus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah. (5) Insidensi
penyakit
penyakitnya
hidup
kulit
meningkat
karena
dan
berkembang
biak
penyebab di
tempat
pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara. (6) Penyakit cacingan. (7) Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya. (8) Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain (Mukono, 2008). b) Pengaruh terhadap lingkungan (1) Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata, misalnya banyaknya tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat. (2) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal (Mukono, 2008). (3) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk. (4) Adanya asam organik dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir akan mempercepat terjadinya kerusakan fasilitas pelayanan masyarakat seperti jalan, jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain. (5) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
(6) Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal. (7) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air (Chandra, 2007). c) Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat (1) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya masyarakat setempat. (2) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut (Mukono, 2008). (3) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola. (4) Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga produktivitas masyarakat menurun. (5) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang. (6) Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat. (7) Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis. (8) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa (Chandra, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
2. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008 menyatakan tempat pembuangan akhir sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. TPA merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan dan memusnahkan sampah dengan cara tertentu sehingga dampak negatif yang ditimbulkan kepada lingkungan dapat dihilangkan atau dikurangi. Adapun persyaratan umum TPA menurut SK SNI T-11-1991-03 adalah : a. Ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan. b. Mudah dicapai oleh kendaraan-kendaraan pengangkut sampah. c. Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah. d. Aman terhadap lingkungan sekitarnya. e. Lokasi/jenis tanah kedap air. f. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian. g. Dapat dipakai minimal 5 – 10 tahun. h. Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air. i. Jarak dari daerah pusat pelayanan maksimal 10 km. j. Daerah bebas banjir. Degradasi sampah organik secara alami terjadi dalam kondisi aerobik dan anaerobik. Kondisi anaerobik akan menghasilkan gas-bio, salah satunya adalah gas metana sebesar 50 – 60 % volume total produksi gas-bio (WangYao et al., 2006). Gas metana yang dihasilkan dari sanitary landfill akan lebih banyak daripada dari lahan urug terbuka karena timbunan sampah ditutup oleh tanah sehingga menghasilkan kondisi anaerobik. Namun, pada sistem sanitary landfill dilengkapi dengan sistem pengelolaan gas-bio, dimana gas-bio
yang diproduksi
akan dikumpulkan dan dibakar
(Tchobanoglous dan Keith, 2002). Sedangkan pada sistem open dumping, gas metana yang dihasilkan akan langsung teremisikan ke atmosfer. Pengukuran konsentrasi gas metana yang dilakukan di TPA dengan sistem open dumping akan lebih efektif karena konsentrasi gas metana yang diukur commit to user akan langsung teremisikan ke atmosfer.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
3. Pencemaran Udara a. Pengertian Pencemaran Udara Pencemaran udara didefinisikan oleh Henry (1974) dalam Kristianto (2002) sebagai adanya suatu atau beberapa kontaminan di atmosfer seperti debu, busa, gas, bau-bauan, asap atau uap dalam jumlah banyak, dengan berbagai sifat dan lamanya berlangsung di udara hingga menimbulkan gangguan terhadap kehidupan makhluk hidup. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. b. Penyebab Pencemaran Udara Menurut Wardhana (2004), secara umum penyebab pencemaran udara ada dua macam, yaitu : 1) Faktor internal (secara alamiah), contoh : a) Debu yang berterbangan akibat tiupan angin. b) Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik. c) Proses pembusukan sampah organik. 2) Faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh : a) Hasil pembakaran bahan bakar fosil. b) Debu/serbuk dari kegiatan industri. c) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
c. Komponen Pencemar Udara di TPA Komponen pencemar udara di TPA yang berupa gas dihasilkan melalui beberapa proses (ATSDR, 2001) diantaranya yaitu : 1) Bakteri pengurai. Sebagian besar gas di TPA dihasilkan oleh bakteri pengurai, yang terjadi ketika sampah organik diurai oleh bakteri alami yang terdapat dalam limbah dan tanah yang digunakan untuk menutup TPA. Limbah organik tersebut termasuk makanan, sampah kebun, penyisiran jalan, tekstil, produk kayu dan kertas. 2) Penguapan. Gas di TPA dihasilkan ketika limbah tertentu, terutama senyawa organik, berubah dari cairan atau padat menjadi uap. Proses ini dikenal sebagai penguapan. Non methane organic compounds (NMOCs) dalam gas TPA mungkin merupakan hasil dari penguapan bahan kimia tertentu yang dibuang di TPA. 3) Reaksi kimia. Gas di TPA, termasuk NMOCs, dihasilkan dari reaksi kimia tertentu yang ada dalam sampah. Sebagai contoh, jika pemutih klorin dan amonia kontak satu sama lain akan menghasilkan gas yang berbahaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Tabel 2. Komponen Gas di TPA Komponen Volume (%) Metana 45 – 60 Karbon dioksida
40 – 60
Nitrogen
2–5
Oksigen
0,1 – 1
Ammonia
0,1 – 1
NMOCs (senyawa organik non metana)
0,01 – 0,6
Sulfida (hidrogen sulfida, dimetil sulfida, merkaptan) Hydrogen Karbon monoksida
0–1 0 – 0,2 0 – 0,2
Karakteristik Tidak berwarna dan tidak berbau. TPA adalah sumber terbesar emisi metana. Tidak berwarna, tidak berbau dan sedikit asam. Ditemukan pada konsentrasi kecil di atmosfer (0,03%). Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna, terdapat 79% di atmosfer. Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna, terdapat 21% di atmosfer. Tidak berwarna dengan bau yang menyengat. NMOCs adalah senyawa organik (senyawa yang mengandung karbon), terjadi secara alami dari proses kimia sintetis. NMOCs paling sering ditemukan di tempat pembuangan sampah termasuk acrylonitrite, benzena, 1,1-dikhloroetana, dikloroetilen 1,2-cis, diklorometana, karbonil sulfida, etil benzena, heksana, metil etil keton, tetrachlorethylene, toluena, trichloroethylene, vinil klorida, dan xilena. Terjadi secara alami, berbau telur busuk bahkan pada konsentrasi sangat rendah. Tidak berbau dan tidak berwarna. Tidak berbau dan tidak berwarna.
Sumber: EPA, 1995
Gas yang dihasilkan dari TPA terdiri dari campuran ratusan gas yang berbeda. Berdasarkan tabel di atas, metana dan karbon dioksida adalah gas utama yang dihasilkan oleh pembusukan bakteri limbah di TPA. Bahan kimia lainnya (nitrogen, oksigen, amonia, sulfida, hidrogen, karbon monoksida, dan senyawa organik non metana (NMOCs) seperti trichloroethylene, benzena dan vinil klorida) juga ada dalam gas di TPA walaupun volumenya sangat kecil dibandingkan dengan volume metana dan karbon dioksida (US-EPA, 1991; ERL, 1995). Sulfida yang terdiri dari hidrogen sulfida, dimetil sulfida, dan commit to user merkaptan adalah gas yang bertanggung jawab untuk bau di TPA. Gas-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
gas ini menghasilkan bau telur busuk yang sangat kuat bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah. Dari ketiga sulfida, hidrogen sulfida adalah gas dengan konsentrasi tertinggi yang dihasilkan di TPA. Manusia sangat sensitif terhadap bau hidrogen sulfida dan bisa mencium bau tersebut pada konsentrasi serendah 0,5 sampai 1 ppm. Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Connecticut Departement of Public Health, konsentrasi hidrogen sulfida di udara ambien sekitar TPA ± 15 ppm (CTDPH, 1997). Dalam penelitian ini, gas yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap keluhan gangguan pernapasan pemulung adalah gas metana, karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Berikut penjelasan masing-masing komponen : 1) Metana (CH4) Gas metana (CH4) merupakan senyawa hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan mudah terbakar sehingga dapat menimbulkan ledakan dan kebakaran pada TPA jika berada di udara dengan konsentrasi 5 – 15 % (NIST, 2001). Metana (CH4) merupakan gas yang diproduksi oleh bakteri tertentu
pada
peningkatan
proses
jumlah
pemecahan penduduk
bahan
akan
organik.
menyebabkan
Terjadinya terjadinya
peningkatan kegiatan pertanian, peternakan, dan industri, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi gas metana pula (Mukono, 2008). Menurut laporan Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2008 berjudul kontribusi sampah terhadap pemanasan global diperkirakan bahwa 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Jika pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan sekitar 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun, maka pada tahun tersebut Indonesia menghasilkan emisi gas metana sebesar 9500 ton. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Gas metana termasuk gas rumah kaca atau Green House Gases (GHG) yang 21 kali lebih kuat dari karbon dioksida (CO2) yang menyebabkan terjadinya pemanasan global karena mampu menyerap dan meneruskan radiasi sinar matahari (gelombang pendek) namun memantulkan kembali radiasi gelombang panjang yang dipancarkan dari permukaan bumi sehingga mengakibatkan kenaikan suhu bumi (PUSARPEDAL, 2011). Peningkatan konsentrasi gas metana di atmosfer sebanyak 70 % berasal dari kegiatan manusia, salah satunya dari TPA (US-EPA, 2010b). Emisi gas metana dari TPA ke atmosfer berkisar antara 19 – 40 ton per tahun (Doorn, 1995 dalam Mor et al., 2006) atau berkontribusi meningkatkan konsentrasi gas metana di atmosfer sebesar 10 – 20 % (IPCC, 1996). Konsentrasi gas metana yang tinggi akan mengurangi konsentrasi oksigen di atmosfer sehingga menyebabkan gejala kekurangan oksigen (PADEP, 2011). Jika kandungan oksigen di udara hingga di bawah 19,5 % akan mengakibatkan asfiksia atau hilangnya kesadaran makhluk hidup karena kekurangan asupan oksigen dalam tubuh. Efek dari penurunan kadar oksigen dipaparkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 3. Efek Kesehatan dari Penurunan Kadar Oksigen Konsentrasi oksigen Efek kesehatan 21 % Konsentrasi oksigen normal. 17 % Volume pernapasan meningkat dan detak jantung cepat. 14 – 16 % 6 – 10 % Kurang dari 6 %
Peningkatan volume pernapasan, detak jantung cepat, koordinasi otot melemah, cepat lelah, pernapasan terputus-putus. Mual, muntah, ketidakmampuan beraktivitas, ketidaksadaran. Pernapasan spasmatik, kejang, dan kematian dalam hitungan menit.
Sumber: OSHA. n.d.a.
The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) merekomendasikan konsentrasi maksimum metana yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
aman untuk pekerja selama 8 jam kerja yaitu 1.000 ppm (0,1 %) (PADEP, 2011). 2) Karbon dioksida (CO2) Karbon dioksida yang terdiri dari 40 – 60 % dari gas di TPA berasal dari proses biodegradasi senyawa organik baik secara aerobik maupun anaerobik. Karbon dioksida tidak berwarna dan tidak berbau sehingga tidak mudah dideteksi. CO2 dapat menggantikan oksigen dalam sistem pernapasan dengan konsentrasi ambien sekitar 250 – 350 ppm. Nilai Ambang Batas CO2 yaitu 5.000 ppm (0,5 %) yang merupakan paparan rata-rata untuk orang dewasa yang sehat selama waktu kerja 8 jam sehari (OSHA, 2012). Pada konsentrasi 3 % terjadi sesak napas dan sakit kepala atau mulai mengantuk. Konsentrasi di atas 5 % dapat membahayakan kehidupan (Fischer, 1999). Nilai toksisitas dari paparan CO2 bagi pernapasan dijelaskan secara lengkap dalam Health Protection Agency (2010) seperti dibawah ini : Tabel 4. Nilai Toksisitas dari Paparan CO2 terhadap Pernapasan ppm mg/m3 Gejala 20.000 36.000 Sakit kepala dan sesak napas (paparan beberapa jam). 30.000 54.000 Penurunan daya dengar, hipertensi, takikardia. 50.000
90.000
80.000-100.000
108.000-180.000
100.000
180.000
120.000
216.000
200.000-300.000 360.000-540.000
Sakit kepala, sesak napas, pusing, kebingungan, gangguan pernapasan. Sakit kepala parah, berkeringat, keremangan, tremor, dan kehilangan kesadaran pada 5 – 10 menit. Kesulitan bernapas, muntah, hipertensi, dapat berakibat fatal. Ketidaksadaran mungkin terjadi. Paparan dapat menyebabkan kejang-kejang dan koma dalam waktu 1 menit.
to user Hazard Management) dalam HPA, Sumber: Carbon Dioxidecommit (HAZARDTEXT® 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
3) Hidrogen Sulfida (H2S) Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk. Hidrogen sulfida juga bersifat korosif terhadap metal dan menghitamkan berbagai material. Karena H2S lebih berat daripada udara, maka H2S ini sering terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah dan sering diperoleh di sumur-sumur, saluran air buangan, dan biasanya ditemukan bersama gas beracun lainnya seperti metana dan karbon dioksida (Soemirat, 2009). Gas ini merupakan gas tidak berwarna, beracun, sangat mudah terbakar, karakteristik bau telur busuk (sudah tercium pada konsentrasi 0,5 ppm) dengan berat molekul 34,1 dan titik didih -77˚F pada tekanan mmHg, rapat gas 1,2 serta sedikit larut dalam air. Bila terbakar menghasilkan SO2 (US-EPA, 2010c). Pada umumnya manusia dapat mengenali bau H2S ini dengan konsentrasi 0,0005 ppm sampai dengan 0,3 ppm. Bila konsentrasi tinggi menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan penciuman. Hidrogen sulfida dilepaskan dari sumbernya terutama sebagai gas dan menyebar di udara pada lapisan bawah, dekat dengan manusia. Gas ini dapat bertahan di udara rata-rata 18 jam sampai 3 hari. Selama waktu itu hidrogen sulfida dapat berubah menjadi sulfur dioksida (SO2). Absorbsi dari paparan inhalasi terutama akibat ukuran partikel hidrogen sulfida yang kecil dapat mencapai saluran napas bawah dimana hidrogen sulfida dapat diabsorbsi. Partikel dengan ukuran kecil akan mengalami penetrasi pada sacus alveolaris yang sebagian dari partikel akan mengalami pembersihan oleh macrophage dan sebagian lainnya akan diabsorbsi dalam darah. Zona alveolar merupakan bagian dalam paru dengan permukaan 50 sampai 100 m2. Gas pada alveoli hampir selalu menyatu dengan aliran darah yang tergantung pada kelarutan gas tersebut (Mukono, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Gas H2S dengan konsentrasi 500 ppm, dapat menimbulkan kematian, edema pulmonary, dan asphyxiant. H2S digolongkan asphyxiant karena efek utamanya adalah melumpuhkan pusat pernapasan,
sehingga
kematian
disebabkan
oleh
terhentinya
pernapasan (Soemirat, 2009). Berdasarkan data dari Public Health England (2009) menjelaskan kategori nilai toksisitas paparan H2S pada pernapasan yaitu sebagai berikut : Tabel 5. Nilai Toksisitas dari Paparan H2S terhadap Pernapasan ppm mg/m3 Gejala 10 – 20 15 – 30 Iritasi mata 50 – 100 70 – 140 Kerusakan mata serius 150 – 250 210 – 350 Berkurangnya kemampuan indra penciuman 320 – 530 450 – 750 Edema paru dengan risiko kematian 530 – 1000 750 – 1400 Strong CNS stimulation, hyperpnoea followed by respiratory arrest 1000 – 2000
1400 – 2800
Immediate collapse with paralysis of respiration
Sumber: Air Quality Guidelines for Europe, WHO (2000) dalam PHE (2009)
Konversi dari ppm ke mg/m3 berdasarkan Urban Air Quality Management Toolbook (2014) yaitu : ppm =
mg / m3 x24,465 x10 6 BM
Keterangan : BM : berat molekul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
4. Dampak Pencemaran Udara pada Gangguan Pernapasan a. Sistem Pernapasan Manusia menghirup udara dan oksigen yang di dalamnya terdapat debu, bakteri, virus, spora, jamur dan lain-lain. Sistem pernapasan berawal dari hidung, tenggorokan, bronkus, cabang-cabang bronkhioli hingga akhirnya alveoli dilengkapi dengan sistem pertahanan tubuh (Achmadi, 2011).
Gambar 1. Sistem Saluran Pernapasan
Pernapasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan dalam mengubah sumber energi menjadi energi serta membuang CO2 sebagai sisa metabolisme. Sistem pernapasan manusia terdiri atas beberapa organ yang dapat mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau penyakit yang dapat mengakibatkan terganggunya proses pernapasan. Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri, virus, asap rokok, debu atau polutan udara. Tingkat polusi yang tinggi akan menyebabkan banyak sekali gangguan pernapasan (Budiono, 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Lingkungan yang digunakan untuk membuang sampah terutama sampah yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme menghasilkan gas metana (CH4) dan gas hidrogen sulfida (H2S) yang menimbulkan polutan udara dan berpengaruh terhadap sistem pernapasan serta bersifat racun bagi tubuh (Soemirat 2009). Menurut Somantri (2009), pernapasan pada manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini : 1) Lingkungan Pada lingkungan yang panas terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan darah mengalir ke kulit sehingga akan meningkatkan jumlah kehilangan panas dari permukaan tubuh. 2) Aktivitas dan istirahat Latihan atau kegiatan akan meningkatkan laju respirasi dan menyebabkan peningkatan suplai serta kebutuhan oksigen dalam tubuh. 3) Kesehatan Seorang yang sehat, sistem pernapasannya secara normal menyediakan oksigen bagi kebutuhan tubuh. Penyakit sistem pernapasan dapat mempengaruhi oksigenasi dalam darah. 4) Gaya hidup Orang
yang
perokok
atau
terpapar
polusi
udara
dapat
mengindikasikan adanya gangguan paru-paru. b. Gangguan Saluran Pernapasan Saluran pernapasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneks seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan saluran pernapasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ-organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2007). Infeksi saluran pernapasan yaitu infeksi pada berbagai area saluran pernapasan termasuk hidung, telinga tengah, pharing, laring, trakea, to user bronchi dan paru (WHO,commit 1995). Sedangkan gangguan saluran pernapasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
menurut Wardhana (2004) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu dan polusi udara lainnya yang masuk dan mengendap di dalam paru-paru. Gejala-gejala yang mungkin timbul akibat dari pencemaran udara, diantaranya adalah : 1) Batuk Batuk adalah salah satu keluhan kesehatan pada sistem pernapasan,
batuk
bukan
suatu
penyakit.
Batuk
merupakan
mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat dibedakan dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronik. Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari berturut-turut disebut batuk kronik atau batuk kronik berulang (Zein, 2010). Gangguan pernapasan harus tetap diwaspadai karena dapat berupa gejala penyakit yang lebih serius. Adanya batuk terus-menerus, dahak bercampur darah, dan timbul rasa sakit atau nyeri dada merupakan gejala yang mengarah ke penyakit kanker paru-paru (Budiono, 2011). 2) Nyeri dada Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernapasan yang berfungsi menukar oksigen dengan karbon dioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin, proses ini dikenal sebagai respirasi atau pernapasan. Seseorang yang tinggal di lingkungan dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi lebih rentan mengalami gangguan pernapasan (Budiono, 2011). Nyeri dada adalah salah satu keluhan pada sistem pernapasan. Nyeri dada merupakan perasaan sakit atau perasaan tidak nyaman yang cukup mengganggu di daerah dada. Nyeri terjadi akibat rangsangan organ tubuh pada rongga dada yang disalurkan ke dinding commit to user dada melalui saraf pusat. Nyeri dada berkaitan dengan paru, jantung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
atau organ yang lain. Sifat nyeri dada bermacam-macam diantaranya nyeri terasa berat, dada terasa penuh, dada seperti diremas, menusuk dan rasa terbakar. Nyeri dada yang berkaitan dengan paru, nyeri terasa tajam dan menusuk. Sedangkan nyeri yang berkaitan dengan jantung biasanya dimulai dari daerah dada bagian tengah kemudian menyebar ke bagian leher dan dagu. Rasa nyeri tersebut dapat pula menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri bagian dalam. Nyeri dada juga dapat disebabkan gangguan pada oesophagus dan lambung. Nyeri biasanya berasal dari ulu hati yang kemudian dirasakan di dada bagian dalam dan disertai adanya mual dan muntah. 3) Sesak Napas Sesak napas adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi subjektif merasakan ketidaknyamanan bernapas, terdiri dari berbagai sensasi yang berbeda intensitasnya dan merupakan hasil interaksi berbagai faktor fisiologi, psikologi, sosial dan lingkungan. Sesak napas biasanya disertai dengan keluhan batuk dan nyeri dada (Zein, 2010). Orang yang mengalami sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diabaikan karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awalnya dan segera diatasi. Sesak napas dapat terjadi karena faktor lingkungan, pencemaran lingkungan, udara dingin dan lembab. Selain itu bekerja di lingkungan berdebu atau berasap dapat memicu sesak napas berkepanjangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
5. Faktor-faktor
yang
Berhubungan
dengan
Keluhan
Gangguan
Pernapasan Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan gangguan pernapasan terutama dari aspek pekerja (pemulung) yang terpapar gas di TPA diantaranya yaitu : a. Umur Menurut Rosbinawati (2002) menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan gejala gangguan pernapasan. Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh, aktivitas fisiologis berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang. Bermacam-macam perubahan biologis berlangsung seiring dengan bertambahnya umur dan ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja. Atmaja dan Ardyanto (2007) dalam penelitiannya di PT. Semen Gresik menyebutkan bahwa karakteristik umur tenaga kerja pada umur 50 – 59 tahun paling banyak menderita keluhan subjektif saluran pernapasan (45,8 %). b. Jenis Kelamin Jenis kelamin akan mempengaruhi kapasitas parunya, karena secara anatomi sudah berbeda. Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dibandingkan pria (Guyton dan Hall, 2008). c. Masa Kerja Rosbinawati (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan gangguan pernapasan, sehingga semakin lama masa kerja seseorang maka semakin lama terpapar kontaminan pencemar udara sehingga semakin mengganggu commit to user kesehatan paru.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
d. Lama Paparan Menurut Horrington dan Gill (2005), lama bekerja adalah durasi waktu untuk melakukan suatu kegiatan/pekerjaan setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan jam. Budiono (2003) menyatakan lama kerja sebagai durasi waktu pekerja terpapar risiko faktor fisika atau faktor kimia dalam melakukan pekerjaannya (time exposure). e. Status Gizi Status gizi dapat mempengaruhi kapasitas paru, orang kurus tinggi biasanya kapasitas vital paksanya lebih besar dari orang gemuk pendek. Salah satu akibat kekurangan zat gizi dapat menurunkan sistem imunitas dan antibodi sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare dan juga berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap benda asing seperti debu organik yang masuk dalam tubuh (Almatsier, 2002). Di Indonesia, Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Rumus IMT sebagai berikut : IMT =
BB
TB2
Keterangan: BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (m) Tabel 6. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Kategori Keterangan Kurus Kekurangan BB tingkat berat Kekurangan BB tingkat ringan Normal Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan Kelebihan BB tingkat berat Sumber : Supriasa, dkk, 2002
commit to user
IMT < 17,0 17,0 - 18,5 > 18,5 - 25,0 > 25,0 - 27,0 > 27,0
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
f. Kebiasaan Merokok Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur, fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Akibat perubahan anatomi saluran napas pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru dengan segala macam gejala klinisnya. Semakin banyak rokok yang dihisap tiap hari, makin tinggi risiko terkena kanker. Peneliti di Italia menjelaskan bahwa perokok dengan 15 batang atau lebih tiap harinya memiliki risiko relatif 2,6 kali menderita bronkhitis kronis, 1,7 kali emfisema, 2,1 kali ulcul gastroduodenum dan 1,6 kali menderita haemorroids dibandingkan dengan bukan perokok (Fontham et al., 1994 dalam Yulaekah, 2007). Pembagian derajat merokok menurut American Thoracic Society (1995) dalam Yulaekah (2007) adalah sebagai berikut : a) Derajat 1 : 1 – 12 batang/hari. b) Derajat 2 : 13 – 24 batang/hari. c) Derajat 3 : > 25 batang/hari. g. Riwayat Penyakit Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena penyakit yang diderita seseorang akan mempengaruhi kondisi kesehatan dalam lingkungan kerja. Apabila seseorang pernah atau sementara menderita penyakit sistem pernapasan, maka akan meningkatkan risiko timbulnya penyakit sistem pernapasan jika terpapar gas. h. Kebiasaan Memakai APD Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat pelindung untuk pekerja agar aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan suatu pekerjaan. APD dapat memperkecil pengaruh paparan gas di TPA terhadap adanya keluhan gangguan pernapasan pemulung. APD yang digunakan untuk mencegah gas di TPA masuk ke dalam saluran pernapasan adalah masker. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Selain faktor dari aspek pekerja, faktor lingkungan kerja juga memperbesar pengaruh dampak paparan gas di TPA terhadap gangguan pernapasan pemulung. Faktor lingkungan kerja tersebut diantaranya yaitu : a. Suhu dan Tekanan udara Perbedaan suhu di udara ambien akan menimbulkan perbedaan tekanan udara. Perbedaan udara akan mempengaruhi arah dan kecepatan angin di suatu wilayah. Pada prinsipnya angin bertiup dari wilayah bertekanan tinggi ke wilayah bertekanan rendah. Semakin tinggi udara berada maka semakin rendah juga suhu ambiennya (Qipra, 2007). b. Arah dan kecepatan angin Angin merupakan penentu arah dan jauhnya polutan (gas di TPA) akan tersebar. Tiupan angin kencang akan membuat polutan mampu menjangkau objek penerima dampak dengan jarak yang jauh sekalipun. Angin bertiup dari berbagai arah, sehingga tidak ada satupun lokasi di sekitar sumber emisi gas di TPA yang terbebas dari sebaran polutan (Qipra, 2007). c. Kelembaban Kelembaban udara berpengaruh terhadap konsentrasi polutan udara, pada kelembaban tinggi kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan polutan udara, sehingga polutan dapat bertambah atau berkurang (Soedjono, 2002 dalam Rachmawati, 2013).
6. Pemulung a. Pengertian Pemulung Pemulung adalah pekerja yang memisahkan atau mengambil barangbarang yang sudah dianggap tidak berguna oleh pihak yang membuangnya. Barang-barang yang masih dianggap bernilai guna tersebut akan dikumpulkan untuk kemudian dijual ke lapak atau bandar untuk selanjutnya dijual kepada pendaur. Para pemulung ini bekerja mulai dari pemukiman penduduk hingga lokasi Tempat Panampungan commitada to user Sementara (TPS) atau bahkan yang di Tempat Pembuangan Akhir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
(TPA) sebelum sampah itu benar-benar dibuang karena tidak bernilai guna lagi (Herlinda, 2010). b. Kegiatan Pemulung Pada umumnya pemulung bekerja mulai pagi hari sekitar pukul 05.00 hingga waktu yang tidak jelas, kadang hingga larut malam. Namun pada umumnya untuk pemulung yang bekerja di TPS dan TPA mereka mulai ke lokasi TPS/TPA sekitar jam 08.00 atau sesuai jadwal pengiriman sampah ke TPS atau TPA tersebut. Pengumpulan terhadap bahan/barang bekas dimulai saat tiba di TPA hingga siang hari (pukul 12.00). Pengumpulan bahan/barang bekas dilakukan dengan cara mengais, kemudian menampung pada tempat yang telah tersedia hingga istirahat siang. Saat sedang memulung, bila ditemukan bahan/sampah yang dapat dimakan, bahan tersebut langsung dimakan tanpa dicuci, bila ditemukan sampah sayur-mayur atau bumbu masak seperti cabe, bawang, dan lain-lain maka bahan tersebut dibawa pulang untuk dikonsumsi. Terkadang pemulung mendapat keberuntungan menemukan uang dalam jumlah banyak, menemukan emas atau juga benda berharga lainnya. Pada siang hari pemulung beristirahat untuk makan. Sebagian pemulung membawa makanan dari rumah dan sebagian membeli di penjual makanan di sekitar TPA. Makanan yang dibawa dari rumah bukan menu lengkap tetapi menu seadanya. Di TPA, jenis makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi berupa mie goreng, tahu dan tempe goreng, dan gorengan lainnya. Dengan makanan seperti itu mereka sudah dapat bertahan bekerja hingga sore hari. Dengan kondisi makan dan minum di TPA seperti itu, tidak dapat dianggap bahwa pemulung dapat dikatakan terpenuhi kebutuhan makan, minum serta gizinya. Makan dan minum yang mereka lakukan pada dasarnya hanya sebagai pemenuhan perut untuk dapat bekerja. Setelah istirahat siang, pekerjaan memulung dilanjutkan hingga sore hari. Bila pemulung merasa jumlah bahan yang dikumpulkan relatif commit to user berhenti mengais dan mulai sudah banyak, seringkali mereka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
mengumpulkan serta memilah-milah hasil pulungannya. Jika terasa belum banyak, mereka terus saja mengais sampai semua sampah tidak lagi tersisa. Intensitas kerja pada paruh kedua (siang-sore) waktu kerja pemulung ini relatif lebih rendah dibanding pagi hingga siang hari. Pada sore hari setelah mengais, memilah dan mengemas bahan pulungan, pemulung menimbang ke pengepul. Ada juga sebagian bahan pulungan tidak langsung dijual, tetapi dibawa pulang untuk dicuci dan dijemur untuk mengurangi kadar air, kemudian baru dijual keesokan harinya. Pemulung yang melakukan proses pengolahan seperti ini menjual produknya sekitar 4 atau 5 hari sekali atau sampai per minggu. Di beberapa tempat pembuangan, pemulung tidak begitu terikat dengan pengepul sehingga penjualan hasil pulungan dapat dilakukan ke pengepul mana saja. Pemulung bebas memilih pengepul yang disukai untuk menjual produknya, tentu dengan harga per kilogram yang lebih layak. Kegiatan sore hingga malam hari setelah penimbangan adalah kembali ke rumah, mandi, makan dan lain-lain. Pemulung istirahat malam sekitar pukul 20.00 - 21.00. Kadang bila ada acara tertentu hingga malam hari para pemulung akan dengan setia menunggu acara selesai untuk mengambil sisa-sisa acara yang masih bernilai guna dari mulai makanan sisa hingga barang-barang sisa aktivitas (Herlinda, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
7. Baku Mutu Gas CH4, CO2 dan H2S a. Metana (CH4) Konsentrasi gas metana yang terukur tidak dapat dibandingkan dengan baku mutu konsentrasi gas metana di udara ambien karena di Indonesia belum ada baku mutu yang mengatur konsentrasi gas metana di udara ambien (Lestari, 2013). Baku mutu konsentrasi gas metana di udara ambien menurut The National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yang aman untuk pekerja selama 8 jam kerja yaitu 1.000 ppm (0,1 %). b. Karbon dioksida (CO2) Occupational Safety and Health (OSHA) Amerika Serikat menyatakan bahwa paparan rata-rata untuk orang dewasa yang sehat selama waktu kerja 8 jam sehari tidak boleh melebihi 5.000 ppm (0,5 %). Batas aman maksimum untuk balita, anak-anak, orang tua, dan individu dengan masalah kesehatan kardiopulmonari (jatung dan paru-paru) secara signifikan lebih kecil. Untuk paparan dalam jangka waktu pendek (di bawah 10 menit), batasan dari NIOSH adalah 30.000 ppm (3 %). NIOSH juga menyatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida yang melebihi 4 % langsung berbahaya bagi keselamatan jiwa dan kesehatan (OSHA, 2012). c. Hidrogen Sulfida (H2S) Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang baku tingkat kebauan menyebutkan bahwa bau dari odoran (zat yang dapat berupa zat tunggal maupun campuran berbagai macam senyawa) dalam hal ini hidrogen sulfida yang merupakan odoran tunggal mempunyai baku tingkat kebauan sebesar 0,02 ppm. Hidrogen sulfida dapat diukur dengan Spektrometer dan Gas Kromatograf dengan metode pengukuran merkuri tiosinat atau absorbsi gas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Secara ringkas tentang baku mutu gas CH4, CO2 dan H2S dipaparkan di bawah ini : Tabel 7. Baku Mutu Gas CH4, CO2 dan H2S No. Gas Baku Mutu g/m 1. 2. 3.
Metana (CH4) Karbon dioksida (CO2) Hidrogen Sulfida (H2S)
3
Sumber
-
ppm 1000 5.000
% 0,1 0,5
-
0,02
-
NIOSH OSHA KepMenLH No. 50 Tahun 1996
8. Pengaruh Gas CH4, CO2 dan H2S terhadap Keluhan Gangguan Pernapasan Tempat pembuangan akhir sampah menghasilkan berbagai macam komponen pencemar udara diantaranya metana, karbon dioksida, nitrogen, oksigen, amonia, sulfida, hidrogen, karbon monoksida, dan senyawa organik non metana (NMOCs) seperti trichloroethylene, benzena dan vinil klorida. Gas-gas tersebut dihasilkan dari proses dekomposisi bakteri, penguapan dan reaksi kimia baik secara aerob maupun non aerob. Gas metana dan karbon dioksida merupakan gas dengan konsentrasi paling besar diantara gas lainnya (US-EPA, 1991) dan gas hidrogen sulfida menghasilkan bau telur busuk dan sudah tercium pada konsentrasi 0,5 ppm (Soemirat, 2004). TPA dengan sistem open dumping akan mempermudah gas yang dihasilkan untuk langsung teremisikan ke atmosfer, sehingga akan memperbesar dampak paparan gas tersebut baik pada makhluk hidup maupun lingkungan di sekitarnya. Salah satu dampak paparan gas-gas tersebut adalah pada gangguan pernapasan terutama pada pemulung. Pemulung yang bekerja setiap hari di TPA akan secara langsung menghirup gas-gas yang dihasilkan dari TPA terutama metana, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida. Keluhan gangguan pernapasan yang dialami pemulung terjadi mulai dari hidung sampai alveoli serta organ-organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura, seperti keluhan batuk, nyeri dada, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
dan sesak napas. Tingkat terjadinya keluhan tergantung dari jumlah paparan gas-gas tersebut. Berdasarkan penelitian Listautin (2012) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara kadar gas metana dengan keluhan kesehatan pemulung. Sebanyak 82 responden yang bekerja di lingkungan dengan kadar gas metana yang melebihi control, mayoritas mengalami keluhan kesehatan yaitu 68 orang (82,9%). Selain itu, sebuah studi di Finlandia menyebutkan bahwa terdapat dampak kronis berupa batuk, infeksi pada saluran pernapasan dan sakit kepala pada paparan H2S dengan konsentrasi 1,4 – 2,2 ppb (2,3 μg/m3), 17,3 ppb (24 μg/m3) dan 109,4 ppb (152 μg/m3) maksimum selama 24 jam (Parti-Pellinen et al., 1996 dalam Sianipar, 2009). Dari beberapa penelitian di atas dapat diketahui bahwa pengaruh paparan gas metana dan hidrogen sulfida terhadap adanya keluhan gangguan pernapasan cukup signifikan. Sedangkan untuk pengaruh paparan gas karbon dioksida di TPA terhadap keluhan gangguan kesehatan belum ada penelitian yang mendukung. Gas karbon dioksida akan mempengaruhi pernapasan apabila dalam konsentrasi tinggi. Pada konsentrasi 3 % terjadi sesak napas dan sakit kepala atau mulai mengantuk. Konsentrasi di atas 5 % dapat membahayakan kehidupan (Fischer, 1999).
9. Asas Lingkungan Asas lingkungan yaitu asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori, dan model seperti pada ilmu lingkungan. Asasasas lingkungan yang ada dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : a. Asas 3 mengatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman semuanya adalah kategori sumber alam Tumpukan sampah di kota besar seperti Kota Kediri ini merupakan kelalaian manusia yang tidak memberikan waktu dan kesempatan kepada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
mikroba pembusuk untuk melakukan fungsinya dalam proses resiklus materi. Pada asas tersebut, manusia telah menggali dan mengelola materi dalam ekosistemnya (menghasilkan sampah) melebihi kecepatan pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga terjadi pencemaran alam. Sampah bertumpuk karena tidak sempat di resiklus oleh mikroba dalam ekosistemnya. Kemudian masalahnya bertambah parah ketika ada sampah plastik yang tidak dapat membusuk secara biologi. Sementara itu, industri plastik saat ini terus berkembang dengan pesatnya. Pencemaran ini merupakan hal yang sangat merugikan karena adanya penggunaan energi yang besar oleh peradaban modern (industri) dewasa ini. Penggunaan energi yang sangat besar ini tidak merata, melainkan hanya terpusat di wilayah tertentu saja (di Kota Kediri), sehingga terkonsentrasi pada ruang tertentu saja, dan timbullah kesulitan untuk membuang limbahnya. b. Asas 4 mengatakan bahwa dalam setiap proses yang berlaku di suatu lingkungan terdapat tingkat optimum untuk pengadaan sumber alamnya. Asas ini menjelaskan adanya batas kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses, karena memang sumber alam itu terbatas jumlah atau pengadaannya. Sehingga pencemaran alam (pencemaran udara) menjadi sangat berbahaya apabila kita terlalu memperjenuh kapasitas udara dengan bahan pencemar (gas di TPA). Pencemaran alam (udara) dapat merupakan faktor pembatas pada populasi manusia. Artinya pencemaran alam dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran alam dan penurunan nilai ekosistem tempat hidup manusia merupakan akibat terlalu cepatnya peningkatan daya penggunaan energi (seperti banyaknya industri).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
B. Kerangka Pemikiran
TPA sistem open dumping
Sampah
- Dekomposisi bakteri - Penguapan - Reaksi kimia Di atas NAB
Gas
CH4, CO2, H2S
Terhirup 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Umur Jenis kelamin Masa kerja Lama paparan Status gizi Kebiasaan merokok Riwayat penyakit Kebisaan memakai APD Faktor lingkungan
Masuk ke saluran pernapasan
Timbul keluhan gangguan pernapasan
Keterangan : : Variabel yang tidak diteliti
: Variabel pengganggu
: Variabel yang diteliti
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
C. Hipotesis 1. Konsentrasi gas metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S) di TPA Klotok Kediri melebihi baku mutu. 2. Ada pengaruh paparan gas metana (CH4), karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S) terhadap keluhan gangguan pernapasan pemulung di TPA Klotok Kota Kediri.
commit to user