BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode berasal dari bahasa Greek-Yunani, yaitu metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dari arti kata tersebut dapat kita ambil pengertian bahwa metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.31 Sedangkan kata demonstrasi diambil kata ”demonstration” (to show) yang artinya memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu. Jadi yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.32 Demonstrasi merupakan salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau demonstrator (orang yang sengaja diminta) atau seorang siswa untuk memperlihatkan kepada seluruh siswa di kelas tentang suatu proses.33
31
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2009), hlm.112. 32 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, Cet I, 2002), hlm. 190. 33 Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 29.
22
23
Sedangankan metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjannya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif, sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang memperlihatkan bagaiman proses terjadinya sesuatu dimana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak guru.34
34
hlm 106-
Ibrahim dan S Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),
24
Sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru lebih dahulu mendemonstrasikan yang sebaik-baiknya serta memperlihatkan beberapa aspek penting dalam metode demonstrasi yang antara lain: a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas dimana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis. e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan f. Kelemahan dari demonstrasi yang ada sebelumnya hendaknya dicarikan jalan keluar.35
2. Fungsi dan Kegunaan Metode Demonstrasi Metode memiliki manfaat tertentu bagi seorang pendidik, maka diperlukan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tidak menjadi siasia. Namun untuk lebih jelasnya berikut ini akan dikemukakan beberapa fungsi dan kegunaan dari pemakaian metode demonstrasi. Adapun fungsi dan kegunaan dari metode demonstrasi yang digunakan antara lain:
35
Arif Armai, Op.Cit.,hlm. 190.
25
a. Untuk memberikan keterangan dan keterampilan tertentu kepada anak didik. b. Untuk memudahkan penjelasan, hingga mudah dipahami sebab penggunaan bahasa dalam pengajaran memiliki sifat keterbatasan. c. Untuk menghindari verbalisme dalam pengajaran. d. Untuk meneliti sejumlah fakta dan objek tertentu 36 e. Perhatian murid menjadi terpusat kepada proses belajar semata-mata. f. Proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. g. Siswa dapat mengamati dan memperlihatkan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.37
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Adapun kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi adalah : a. Kelebihan metode demonstrasi 1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat). 2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 3) Proses pengajaran lebih menarik.
36
Yusuf Tayar dan Anwar Saiful, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 1 37 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm.102.
26
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri. b. Kekurangan metode demonstrasi 1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif. 2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tdak selalu tersedia dengan baik. 3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.38 Dalam penggunaan metode ini guru harus bisa menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain yang ahli dalam bidang pelajaran itu. Metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan rangsangan visual siswa.
4. Langkah-langkah Penggunaan Metode Demonstrasi Suatu metode memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Metode turut menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, sehingga seorang pendidik dituntut untuk mengetahui dan memahami kedudukan metode dalam kegiatan belajar mengajar.
38
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, 2006), hlm. 90-91.
(Jakarta: PT
27
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berlangsung secara efektif, langkah-langkah yang dianjurkan adalah sebagai berikut : a. Lakukan perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai. Halhal tertentu perlu dipersiapkan, terutama fasilitas yang akan digunakan untuk kepentingan demonstrasi. b. Rumuskanlah tujuan pembelajaran fiqih dengan metode demonstrasi, dan pilihlah materi (shlat idain) yang tepat untuk didemonstrasikan. c. Buatlah garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif jika yang dikuasai dan dipahami baik oleh peserta didik maupun guru. d. Tetapkanlah apakah demonstrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh peserta didik, atau oleh guru kemudian diikuti peserta didik. e. Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik, dan ciptakanlah suasana yang tenang dan menyenangkan, f. Upayakanlah agar semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. g. Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap efektivitas metode demonstrasi maupun terhadap hasil belajar peserta didik.39 Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, diharapkan guru dapat melaksanakan metode demonstrasi dalam pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Maka dalam hal ini guru
39
Zaenal Mustakim, Op.Cit., hlm. 125.
28
harus: (1) merumuskan keterampilan yang diharapkan akan dicapai oleh siswa setelah demonstrasi dilakukan; (2) mencoba alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi, supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; (3) memperkirakan jumlah siswa apakah memungkinkan diadakan metode demonstrasi; (4) menetapkan garis besar langkah yang akan dilaksanakan; (5) memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
B. Prestasi Belajar Dalam dunia pendidikan masalah prestasi belajar bukan lagi menjadi masalah baru, setiap keberhasilan belajar itu selalu dihubungkan dengan prestasi belajar. Anak dikatakan mempunyai prestasi belajar tinggi, sedang dan kurang biasanya dilihat dari buku laporan hasil belajar yang disebut Raport. Dan biasanya dalam buku raport tersebut terdapat huruf atau angka yang menunjukan prestasi seseorang. Sebelum membahas tentang prestasi belajar, maka penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian prestasi belajar.
1.
Pengertian Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang kemudian diambil alih kedalam bahasa Indonesia menjadi prestasi
29
yang berarti hasil usaha atau bukti keberhasilan usaha yang dicapai.40 WJS Poerwadarminta mengatakan dalam kamus umum bahasa Indonesia, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai setelah mengikuti pendidikan atau latihan-latihan tertentu.41 Prestasi belajar cenderung menunjukan hasil-hasil nyata dari suatu usaha.42 Jadi seorang akan memperoleh prestasi setelah mengikuti pendidikan atau kegiatan dan latihan tertentu dan mendapat hasil. Menurut Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa prestasi adalah nilai yang harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran.43 Sedangkan menurut Zainal Arifin dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Intruksional Pendidikan prestasi menjelaskan bahwa adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.44 Jadi prestasi yang dimaksud adalah adanya kecakapan nyata yang dicapai oleh siswa, setelah melalui proses belajar mengajar selama waktu tertentu yang dinyatakan dengan angka atau nilai, 40
W.S. Winkel S.J., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983),
hlm.161. 41
WJS Poerwadarminta, Op.Cit., hlm. 768. M Pasaribu dkk, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1984) hlm. 10. 43 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1980), hlm. 269. 44 Zaenal Arifin, Evaluasi Intruksional Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 1991), h. 2. 42
30
angka atau nilai inilah yang menunjukan sebagian dari perilaku siswa sendiri. b. Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dari tingkah laku yang ditimbulkan dari hubungan dengan lingkunganya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Slameto dan Ali, yang dikutip oleh Tohirin, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.45 Menurut Barlow, dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching–Learning Process sebagaimana dikutip oleh Tohirin, mengatakan bahwa belajar adalah a process of progressive behavior adaptation ( belajar adalah proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif ).46 Morgan,
dalam
buku
Introduction
of
Psychology
mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
45
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 8. 46 Ibid.,hlm.59.
31
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan
Witherington,
dalam
buku
Educational
of
Psychology, sebagaimana dikutip oleh Tohirin, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.47 Dari beberapa definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh individu sehingga menghasilkan perubahanperubahan yang relatif tetap dalam pengetahuan, sikap serta tingkah laku dari adanya hubungan dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, percakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek - aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan dengan demikian belajar
47
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.208.
32
pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat terus menerus dan berkesinambungan. Perubahan dalam belajar terjadi karena adanya tujuan yang hendak tercapai sehingga terjadi perubahan yang benar-benar disadari. Disamping itu perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan
saja. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.48 Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa prestasi belajar adalah indikator keberhasilan dari usaha yang dicapai anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Secara lebih tegasnya dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang (anak didik) yang dicapai melalui proses belajar mengajar dan yang menghasilkan kemampuan tingkah laku atau kecakapan-
48
http://melangkahpastismpn9cimahi.blogspot.com/2009/11/pengertian-belajar.html (dipostingkan tanggal 8 November 2009), diunduh pada tanggal 17 Mei 2015 pukul 10.56.
33
kecakapan secara maksimal sebagai sebagai hasil sebagai hasil kegiatan belajar mengajar.49 Adapun yang dimaksud prestasi belajar dalam skripsi ini adalah prestasi belajar mata pelajaran Fiqih tentang sholat id kelas IV yang merupakan hasil kemampuan anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar, dan kemudian dinyatakan dalam lambang atau huruf tertentu sebagai tolok ukur keberhasilan belajar.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar individu dapat dibagi dalam dua bagian yaitu: a. Faktor endogen (faktor internal), Yakni semua faktor yang berada dalam diri individu. Faktor internal ini terdiri dari dua faktor yaitu faktor fisik dan faktor psikis. yang termasuk faktor fisik itu antara lain seperti faktor kesehatan. Umpamanya anak yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajarnya akan kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Sedangkan faktor psikis yang bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran paling banyak disoroti pada saat ini antara lain faktor intelegensi atau kemampuan, faktor
49
hlm. 121.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
34
perhatian dan minat, faktor bakat, faktor motivasi, faktor kematangan, dan faktor kepribadian. b. Faktor eksogen (faktor eksternal) Yakni semua faktor yang berada diluar diri individu, misalnya orang tua dan guru, atau kondisi lingkungan disekitar individu. Sebagian besar faktor eksogen dapat dibagi menjadi tiga faktor yakni faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan lain diluar keluarga dan sekolah.50 Belajar sebagai proses atau aktivitas yang banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sumadi Suryabrata dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain : a. Faktor yang berasal dari luar diri pelajar, meliputi : 1) Faktor-faktor non sosial, misalnya : keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), atau alat-alat yang dipakai dalam belajar. 2) Faktor-faktor sosial, misalnya : kehadiran orang lain dalam proses belajar b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, meliputi : 1) Faktor-faktor fisiologis, misalnya : keadaan tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra. 50
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah,(Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 244-248.
35
2) Faktor psikologis, misalnya : rasa ingin tahu, keinginan mendapatkan simpati, keinginan mendapatkan rasa aman, dan lain sebagainya.51 Bimo Walgito dalam bukunya “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”, membagi faktor yang harus diperhatikan dalam belajar ada 3 (tiga) bagian yaitu : 1) Faktor anak atau individu yang belajar 2) Faktor lingkungan anak 3) Faktor bahan atau materi yang dipelajari.52 Sedangkan
menurut
Dimyati
dan
Mudjiono,
faktor
yang
mempengaruhi belajar adalah : 1) Cita-cita atau aspirasi siswa, keberhasilan mencapai keinginan tersebut dapat menumbuhkan kemauan, giat melaksanakan aktivitas. 2) Kemampuan siswa, kemampuan ini akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. 3) Kondisi siswa, meliputi kondisi jasmani dan rohani. 4) Kondisi lingkungan siswa, berupa keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebagaya, dan kehidupan kemasyarakatan. 5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, diantaranya pemanfaatan sumber belajar. 6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa.53 51
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.249-252. 52 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982). Hlm. 120.
36
Dari beberapa pembagian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu meliputi : 1) Pembawaan/bakat yang merupakan potensi yang siap sejak kecil 2) Keadaan psikis, yaitu keadaan jiwa seseorang karena jiwa pusat perbuatan dan tingkah laku. 3) Keadaan fisik/jasmani, dimana jasmani yang sehat dan kuat akan mempengaruhi terhadap motivasi dalam belajar 4) Tingkat kebutuhan, karena kebutuhan yang besar akan mendorong seseorang untuk lebih giat berusaha memenuhi kebutuhanya sendiri. Faktor ekstern yaitu meliputi : 1) Latihan dan pengalaman, dimana latihan adalah suatu kejadian yang disengaja dilakukan secara berulang-ulang. 2) Keadaan lingkungan, karena manusia tidak pernah lepas dengan lingkungan yang mereka tempati untuk berinteraksi dengan yang lainya. 3) Sarana dan prasarana yang tersedia 4) Upaya guru dalam membelajarkan siswa-siswanya.
53
Dimyati dan Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 97-99.
37
3. Indikator Prestasi Belajar Menurut S. Hartati Surodijono, sebagaimana dikutip oleh Alex Sobur
mengemukakan,
anak-anak
yang
memiliki
tingkah
laku
berprestasi pada umumnya menunjukan empat macam tingkah laku yang dapat membedakan mereka dari anak-anak lain, yaitu : a. Dalam berbagai situasi mereka akan menunjukan usaha yang kuat untuk selalu dapat menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapinya dengan tuntas, mereka cenderung untuk selalu berhasil dengan baik menyelesaikan tugasnya. b. Mereka ummumnya mempunyai rasa kompetisi terhadap diri sendiri, mereka akan selalu berusaha meningkatkan prestasinya melebihi prestasi terakhir yang dicapainya. c. Mereka juga senantiasa bersaing dengan teman-temannya dalam mencapai suatu pestasi, mereka bersaing dengan teman dan bersaing dengan diri sendiri. d. Meraka berusaha memperlihatkan hasilnya yang telah dicapainya pada guru atau orang tua. Umumnya mereka senang kalau mendapat pujian atau semacamnya dari orang lain (guru, orang tua)54 Untuk mengukur kualiatas prestasi belajar siswa maka penulis merujuk pada pendapat Suharsini arikunto yang menyatakan sebagai berikut :55
54
Alex Sobur, Anak Masa Depan. (Bandung : Angkasa, Cet I, 1968), hlm 61. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1989), hlm 208. 55
38
No
Kategori
Prosentase Capaian
1.
Baik
76 - 100%
2.
Cukup
56 - 75%
3.
Kurang Biak
40 - 55%
4.
Tidak Baik
Kurang dari 40%
Sebagai orang tua yang bertanggung jawab atas masa depan dan perkembangan anak-anaknya sudah sewajarnya mengetahui hal-hal yang dapat menigkatkan prestasi belajar anak-anaknya.
C. Mata Pelajaran Fiqih 1. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih Menurut Nana Sudjana, mata pelajaran adalah “Pengetahuan dan pengalaman masa lalu yang disusun secara sistematis, logis melalui proses dan metode keilmuan”.56 Fiqih menurut bahasa artinya “tahu atau paham” 57 Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Fiqih
56
Nana Sudjana, Dasar-dasar Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), hlm. 5-6. 57 Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih , (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 15.
39
muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam melalui keteladanan dan pembiasaan. Meskipun demikian, para pendidik MI tampaknya harus mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11 tahun adalah operasional konkrit (piaget). Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga merupakan masa social imitation (usia 6-9 tahun) atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat memberi contoh contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga, pendidik, dan teman-teman sepermainan), usia 9-12 tahun sebagai masa second star of individualisation atau masa individualisasi, dan usia 12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial. 58 Pada hakekatnya mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan pengalaman riil pada aspek spiritual dari praktik ibadah dalam Islam yang dihadapi dengan sepenuh jiwa. Namun, dikarenakan seringnya para pendidik agama Islam mengabaikan aspek spiritual, dan terlalu menekankan pada aspek legal formalnya, maka pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah terkesan hanya bersifat dogmatis. Akibatnya pembelajaran Fiqih seperti terlepas dari ruhnya yang bisa menjadi pembentuk al-akhlak al-karimah lewat pembiasaan berdisiplin 58
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Menteri Hukum dan HAM RI, 2008), hlm. 67.
40
dalam beribadah dan penghayatannya. Disamping itu pada aspek muamalah bisa dikatakan sebagai implementasi dari aspek spiritual yang dibumikan dalam bentuk hubungan dengan sesama manusia yang harmonis, yang aturannya dalam Islam sudah sedemikian lengkap. Fiqih bukan sesuatu yang terpisah dari materi yang lainnya, ia adalah bagian integral dari materi Pendidikan Agama Islam yang lain. 59 Jika aspek spiritual dalam ibadah ini bisa ditanamkan pada diri para peserta didik Madrasah Ibtidaiyah, hal ini berarti penanaman secara lebih dini pada penghayatan ibadah telah dilakukan. Penanaman nilainilai spiritual pada anak didik secara lebih dini ini dan ditambah dengan kompetensi akademik pada aspek ibadah dan muamalahnya, akan menjadi pondasi yang kokoh dan membentuk generasi yang memiliki kedalaman spiritual plus unggul secara intelektual dan keluhuran akhlak. Sebuah generasi yang siap mengarungi tantangan globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia. 2. Fungsi Mata pelajaran Fiqih Fungsi mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah sebagairnana tertera dalam Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah GBPP mata Pelajaran Fiqih adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam aspek hukum, baik berupa ajaran ibadah maupun muamalah sebagai
59
Ibid., hlm. 67.
41
pedoman kehidupan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam yang diperoleh pada jenjang pendidikan dasar untuk dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 3) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dengan cara mengelola dan memanfaatkan lingkungan untuk meningkatkan kualitas kehidupan seharihan. 4) Menanamkan sikap dan nilai keteladanan terhadap perkembangan syariat Islam. 5) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT yang telah ditanamkan sejak pendidikan dasar dan pendidikan di lingkungan keluarga agar dapat memperbaiki kesalahan, kelemahan dan kekurangan serta mampu menangkal hal-hal negatif dan lingkungan siswa atau dan budaya lain yang dapat membahayakan dan
menghambat
perkembangan
dirinya
menuju
manusia
seutuhnya.60 3. Tujuan Mata pelajaran Fiqih Dalam undang-undang RI No 20 tahun 2003 pasal 3 disebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 60
Kementerian Agama RI, Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010), hlm. 14.
42
membentuk rangka
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.61 Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang Fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari
sebagai
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
61
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2003), hlm. 2.
43
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.62 Pemahaman dan pengetahuan tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sosial. Dan pengalaman yang mereka miliki diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, tnggung jawab dan disiplin yang yinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Jadi pemahaman, pengetahuan serta pengalaman dalam kehidupan peserta didik senantiasa dilandasi dengan dasar dan hukum Islam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
62
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, op. cit., hlm. 20