BAB II LANDASAN TEORI
A. Implementasi Quantum Teaching dan Pembelajaran PAI Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pelaksanaan atau penerapan.1 Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap.2 Implementasi adalah penerapan ide, kebijakan atau inovasi dalam bentuk suatu tindakan praktis dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. 1.
Quantum Teaching a. Pengertian Quantum Teaching Quantum teaching, terdiri dari quantum dan teaching. Secara etimologi quantum diambil dari istilah fisika yang berarti sejumlah energi yang dipancarkan atau dibebaskan atau diserap dalam suatu proses. Secara terminologi, quantum adalah interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.3 Sedangkan teaching berasal dari bahasa inggris, dari kata teach yang berarti mengajar.4 Maksudnya mengajar merupakan suatu usaha yang menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jadi yang dimaksud quantum teaching adalah suatu usaha menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar dengan pengubahan bemacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi tersebut dapat mengubah kemampuan bakat alami peserta didik menjadi cahaya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Quantum teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar, lewat pemasukan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Berfokus untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis, lingkungan pembelajaran yang dapat mempercepat pemahaman peserta didik dengan menyingkirkan hambatan-hambatan belajar yang menghalangi proses belajar alamiah peserta didik secara sengaja. Dalam mewujudkan hal itu, quantum
1
Tim Penyusun Kamus Besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 327. 2
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.
93. 3
Bobbi De Porter dkk, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Judul Asli: Quantum Teaching: Unleashing the Genius in You, Terj. Alwiyah Abdurrahman,(Bandung: Kaifa, 2012), hlm. 16. 4
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm.
580.
12
teachuing menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara yang efektif dalam penyajian pembelajaran, terlibat aktif saat pembelajaran dan menggunakan musik atau video untuk membuat suasana lingkungan belajar lebih berwarna. Sehingga quantum teaching merupakan fasilitas yang mengembalikan proses belajar yang mudah dan alami dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang dinamis dan cara-cara yang praktis dalam pembejaran. Quantum teaching dimulai di Super Camp sebuah progam percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan peribadi. Quantum teaching merupakan badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi Super Camp. Diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro-Linguistic progamming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Elements Effective Instruction (Hunter), quantum teaching merangkaikan teori yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah pakar multisesori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang pada akhirnya melejitkan kamampuan guru dan kamampuan peserta didik untuk berprestasi. Metodeologi ini, dibangun berdasarkan pengalaman delapan belas tahun dan penelitian terhadap 25.000 peserta didik dangan sinergi pendapat dari ratusan guru.5 Sebagai sebuah pendekatan belajar yang sangat segar, mengalir, praktis, dan mudah diterapkan. Quantum teaching menawarkan suatu sintesis dari komponenkomponen yang sangat vital dalam melakuakan proses pembelajaran dan cara-cara baru untuk memaksimalkan hasil pengajaran. Quantum teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Cara-cara belajar quantum teaching dapat meningkatkan: 1)
Partisipasi dengan mengubah keadaan.
2)
Memotivasi dan minat dengan menerapkan kerangka rancangan yang terkenal dengan singkatan TANDUR.
3)
Rasakan keberhasilan dengan mengunakan delapan kunci keunggulan
4)
Daya ingat dengan menggunakan SLIM-n-BIL.
5)
Daya dengar anak didik dengan mengikuti prinsip-prinsip komunakasi ampuh.
6)
Kehalusan transisi dengan MPT. 6
5
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas ..., hlm. 32. 6
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas ..., hlm. 33.
13
b. Asas Quantum Teaching Konsep quantum teaching, memiliki asas utama yang terkenal dengan istilah, “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.”7 Maksudnya, pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah untuk mendapatkan hak mengajar dari peserta didik dengan membangun jembatan autentik untuk memasuki kehidupan peserta didik. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengizinkan seorang guru mengajar hanya berarti bahwa guru memiliki wewenang untuk mengajar. Hal ini tidak berarti bahwa guru memiliki hak mengajar. Mengajar adalah hak yang harus diraih dan diberikan oleh peserta didik, bukan Depertemen Pendidikan. Belajar dari segala definisinya adalah kegiatan full contact, dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek keperibadian manusia baik berupa pikiran, perasaan, bahasa tubuh di samping pengetahuan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan kepada peserta didik dan diraih oleh guru. Dengan demilian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar dan diraih oleh seorang guru. Jadi, pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah untuk mendapatkan hak mengajar, karena tindakan ini akan lebih memberi izin untuk memimpin, memuntun dan memudahkan perjalanan peserta didik menuju kesadaran dalam belajar atau ilmu pengetahuan. Menghubungkan apa yang guru ajarkan dengan pristiwa, pikiran atau perasaan peserta didik yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari, di rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi dan akademik. Akhirnya maksud artian “bawalah dunia mereka ke dunia kita,” antarkan pengalaman dan pengetahuan guru ke peserta didik, merupakan sebuah pengertian guru dapat membawa peserta didik ke dalam dunia guru dan memberikan peserta didik pemahaman mengenai isi pembelajaran. Di sinilah kosakata baru, model mental, rumusan dan lain-lainnya yang berkaitan dengn pembelajaran dijelaskan dan penguasaan lebih mendalam, peserta didik dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia peserta didik dan pada situasi baru.8 c. Prinsip Quantum Teaching Quantum teaching memiliki prinsip, anggaplah prinsip ini sebagai struktur ”chord” dasar dari simponi belajar. Diantaranya adalah:
7
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas ..., hlm. 34. 8
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas ..., hlm. 35.
14
1)
Segalanya berbicara, mulai dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh anda, seraya kertas yang anda bagikan sehingga rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2)
Segalanya memiliki tujuan, semua kejadian yang terjadi dalam pengubahan anda memiliki tujuan tertentu.
3)
Pengalaman sebelum pemberian kata kunci, proses belajar yang baik terjadi ketika
otak
berkembang
pesat
dengan
rangsangan
kompleks
dapat
mengarahkan rasa ingin tahu dalam artian siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh kata kunci apa yang akan dipelajari bagi mereka. 4)
Akui setiap usaha, belajar mengandung risiko dan patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri.
5)
Jika layak di pelajari, maka layak pula untuk dirayakan, sebagai umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.9
d. Model dan Strategi Quantum Teaching Dalam mengelola pembelajaran banyak unsur yang menjadi faktor penunjang mengelola pengajaran seorang guru, quantum teaching membagi unsurunsur tersebut menjadi dua kategori, yaitu: 1) Konteks (context) Konteks adalah latar belakang pengalaman guru, maksudnya kondisi dan situasi yang terlibat. Guru memiliki kemampuan untuk mempengaruhi situasi yang mendukung proses pembelajaran meliputi suasana hati atau mood, aturan yang berlaku dikelas, pengalaman pembelajaran yang terdahulu, suasana yang memperdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Unsur-unsur ini berpadu, kemudian menciptakan pengalaman belajar yang menyeluruh. 2) Isi (content) Isi adalah sesuatu yang akan disampaikan oleh guru, maksudnya apa yang akan guru katakan dalam menyiapkan materi atau info yang akan disampaikan. Mengunakan strategi yang dibutuhkan peserta didik untuk bertanggung jawab atas apa yang peserta didik pelajari: penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar, dan ketrampilan hidup. Penggunaan bahasa tubuh sebagai media penyampaian mulai dari postur, kontak mata, ekspresi wajah sampai gerakan tubuh. Hal-hal tersebut, berkaitan dengan keterampilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.10
9
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas ..., hlm. 36. 10
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 38.
15
Dari dua kategori tersebut, quantum teaching menciptakan strategi dan cara-cara praktis untuk menciptakan lingkungan belajar efektif dan dinamis, sebagai, berikut: 1)
Partisipasi dengan mengubah keadaan
2)
Memotivasi dan minat dengan menerapkan kerangka rancangan yng terkenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuh, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan). Dibawah ini tinjauan sekilas mengenai TANDUR dan maknanya.11 a)
Tumbuhkan Dalam kerangka strategi quantum teaching tahap yang pertama menumbuhkan minat dan motivasi peserta didik dengan menyertakan atau memanfaatkan pengalaman hidup yang dimiliki peserta didik sehingga menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan untuk saling memahami. Quantum teaching dalam menumbuhkan minat peserta didik dengan mencari apa yang peserta didik pahami? apa yang mereka setujui? dan apa manfaat bagi mereka atau disingkat dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku?) dan pada apa peserta didik berkomitmen? 12 Hal tersebut, menumbuhkan minat, motivasi, dan tanggung jawab atas hidup peserta didik untuk mengadakan perubahan interaksi dengan lingkungan menjadi menyenangkan, mudah, dan mempertahankan status quo.
b)
Alami Tahap kedua kerangka strategi quantum teaching, menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti peserta didik. Unsur ini memberi pengalaman pada peserta didik dengan memanfaatkan hasrat alami otak dalam menjelajah kehidupan nyata. Pengalaman tersebut bisa menjadi petunjuk dan memuaskan keinginan tahuan peserta didik. Dalam menciptakan unsur alami dalam langkah ini, mencari cara apa yang terbaik agar peserta didik memahami informasi? Permainan atau kegiatan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik? Dengan permainan atau kegiatan yang memanfasilitasi keinginan tahuan peserta didik.13
c)
Namai
11
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 39. 12
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 128. 13
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 130.
16
Tahap ketiga dalam kerangka strategi quantum teaching, dibangun di atas pengetahuan dan keingin tahuan peserta didik saat pembelajaran. Penamaan meupakan menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus dan strategi, sebagai masukan untuk mempermudah penguasaan ketrampilan belajar peserta didik. Dalam pemberian penamaan (namai) guru dapat menggunakan metafora berupa susunan gambar, warna, alat, kertas tulis dan poster dinding.14 d)
Demonstrasikan Tahap Demonstrasi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan bahwa “mereka tahu” peserta didik tahu. Tahap ini guru memberi peluang terhadap peserta didik untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam media pembelajaran lain (situasi baru) dengan menunjukan dan mendemonstrasikan di depan orang lain.15
e)
Ulangi Tahap mengulang atau berlatih dalam pembelajaran berfungsi untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya. Sehingga harus mencari apa yang terbaik bagi peserta didik untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan mendapat kesempatan untuk mengulang?16
f)
Rayakan Pada tahap akhir, perayaan dengan memberikan pengakuan atau penghormatan
atas
penyelesaian,
partisipasi
dan
pemperolehan
keterampilan dalam ilmu pengetahuan. Untuk tahap ini seorang guru harus mencari, apa yang paling baik untuk merayakan dan bagaimana mengakui setiap orang atau prestasi peserta didik.17 Hal tersebut, dapat dilakukan dengan ungkapan pujian,”bagus”, “baik”, atau berupa hadiah, pesta kelas, tepuk tangan, bernyanyi bersama orang lain dan lain-lain. Yang merupakan tindakan yang dapat 14
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 131. 15
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 132. 16
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 133. 17
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 136.
17
menanamkan keyakinan pada diri anak didik, akan ilmu yang dimilikinya. Dan juga penguatan dalam pembelajaran atau motivasi peserta didik, serta dapat memberi suasana santai akan keseriusan belajar.
3) Rasakan Keberhasilan dengan Mengunakan Delapan Kunci Keunggulan Dalam quantum teaching, menggunakan satu set prinsip yang disebut delapan kunci keunggulan. Dengan menggunakan delapan kunci keunggulan yang bermanfaat untuk mendapatkan keselarasan dan kerja sama saat pembelajaran. a) Integritas Bersikap jujur, tulus, dan menyeluruh. Selaraskan nilai-nilai yang di ajarkan pendidik dengan perilaku keseharian pendidik. b) Kegagalan awal kesuksesan Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memeberikan informasi yang dibutuhkan untuk sukses. Kegagalan itu tak ada yang ada hanya hasil dan umpan balik. Semuanya dapat diselesaikan jika tahu cara menemukan hikmahnya.
c) Bicaralah dengan niat baik Bicaralah dengan pengertian positif dan bertanggung jawab untuk berkomunikasi jujur dan lurus, hindari gosip dan komunikasi yang berbahaya. d) Hudup disaat ini Pusatkan perhatian pada saat ini, manfaatkan waktu sebaik-baiknya dan kerjakan tugas sebaik mungkin. e) Komitmen Penuhi janji, kewajiban pada peserta didik dan laksanakan visi yang telah dimiliki oleh peserta didik f) Tanggung jawab Bertanggung jawablah atas tindakan yang rela dilakukan oleh pesera didik. g) Sikap luwes dan Fleksibel Bersikaplah terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu guru memperoleh hasil yang diinginkan. h) Keseimbangan
18
Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa. Sisihkan waktu membangun dan memelihara tiga bidang ini.18
4) Memaksimalkan Daya Ingat dengan Menggunakan SLIM-n-BIL Quantum teaching juga memberikan pandangan lain, mengenai “kecerdasan” dengan tentang kecerdasan teori dari Howard Garder, seorang psikolog kognitif dan koderektur Project Zero di Universitas Harvard. Gardner menawarkan pandangan yang lebih luas mengenai kecerdasan IQ dan menyarankan bahwa kecerdasan adalah suatu kesinambungan yang dapat dikembangkan seumur hidup. Karya Gardner telah membuka kesempatan dan tantangan baru bagi pendidik untuk mempelajari cara-cara baru untuk memudahkan proses pembelajaran secara mendalam melalui kecerdasan berganda, karena setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan dengan cara berbeda pula mereka unggul. Quantum teaching menyingkatnya dengan SLIM-n-BIL (Spesial Visual, Lingustik-Verbal, Interpeseonal, Musikal-Ritmik, Naturalis, Badan-Kinestetik, Intrapersonal, Logis-Matematis). a) Spesial Visual, jenis kecerdasan ini memiliki cara berpikir dalam bentuk citra dan gambar. Melibatkan kemampuan untuk memahami hubungan ruang dan citra mental dan secara akurat mengerti dunia verbal, melalui gambar, mensketsa, mencoret-coret, visualisasi, citra, grafik, desain, tabel, seni, video, film dan ilustrasi. b) Lingustik-Verbal, berpikir dalam kata-kata. Mencakup kemahiran dalam berbahasa untuk berbicara, menghubungkan dan menafsirkan. Seperti, katakata, berbicara, menulis, bercerita, mendengarkan, buku, kaset, dialog, diskusi, puisi, lirik, mengeja, bahasa asing, pidato, makalah, dan esai. c) Interpeseonal, jenis kecerdasan yang berpikir lewat komunikasi dengan orang lain. Ini mengacu kepada “keterampilan manusia”, dapat dengan mudah membaca, berkomunikasi dan berintraksi dengan orang lain. Dengan individu-individu Interpeseonal, yang cenderun memiliki kelebihan dalam memimpin, mengorganisasi, berintraksi, berbagi, menyayangi, berbicara, sosialisasi, manipulasi, menjadi pendamai, permainan kelompok, klub, teman-teman, kelompok kerja sama. d) Musikal-Ritmik, jenis kecerdasan berpikir dalam irama dan melodi. Menurut Gardner, ada beberapa peran yang dapat diambil oleh individu-individu yang cenderung musikal, dari komposer avantgarde yang berusaha menciptakan
18
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 82.
19
idiom baru hingga pendengar yang belum berpengalaman yang mencoba memahami sejak anak-anak. Menyanyi, bersenandung, mengetuk-ngetuk, irama, melodi, kecepatan, warna nada, alat music dan irama. e) Naturalis, berpikir dalam acuan alam. Kecerdasan ini menyangkut pertalian, seseorang dalam alam, yang dapat melihat hubungan dan dunia dalam pola alamiah dan berintraksi dengan proses alam. Misalnya: lebih suka untuk jalan-jalan di alam terbuka, berinteraksi dengan binatang, pengatagorian, menatap bintang, meramal cuaca, simulasi dan penemuan. f) Badan-Kinestetik, jenis pemikiran yang berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik. Badan-Kinestetik, merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan fisik dengan mudah dan cekatan. Misalnya: menari, berlari, melompat, menyentuh, menciptakan, mencoba, mensimulasikan, merakit atau membongkar, bermain drama, permainan dan indera peraba. g) Intrapersonal, jenis kecerdasan yang berpikir secara reflektif. Intrapersonal lebih mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Individu intrapersonal lebih suka atau unggul dalam hal berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, merencanangkan tujuan, refleksi, merenung, menilai diri. h) Logis-Matematis, jenis kecerdasan yang berpikir dengan penalaran. Melibatkan pemecah masalah secara logis dan ilmiah. Sedangkan individu logis-matematis lebih suka berekspresimen, bertanya, menghitung, logika deduktif dan induktif, mengorganisisasikan, fakta, teka-teki, skenario.19 Dengan mengetahui berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki peserta didik, bisa dijadikan untuk pertimbangan serta analisa dalam menerapkan atau perencanaan sebuah metode dan strategi pembelajaran, sehingga bisa memaksimalkan pengunaan metode dan strategi. 5) Memaksimalkan Daya Dengar Anak Didik dengan Mengikuti Prinsip-Prinsip Komunakasi Ampuh Dalam meningkatkan daya dengar peserta didik, ada empat prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang pengajar untuk menciptakan komunikasi ampuh untuk memunculkan asosiasi positif dalam menciptakan kerja sama dalam pembelajaran. a) Munculkan kesan dalam menjelaskan. b) Arahkan fokus dalam berkomunikas. c) Inklusif dalam memberikan intruksi.
19
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 138-139.
20
d) Spesifik dalam memberikan perintah.20 6) Kehalusan transisi dengan MPT Kemudian, quantun teaching juga juga mengunkan sebuah strategi untuk mempengaruhi
perilaku
melalui
tindakan
yang
disingkat
dengan
MPT
(Mempengaruhi Perilaku melalui Tindakan). Sangat praktis jika seorang guru atau pendidik untuk mendapatkan perhatian dari peserta didik saat mereka berkerja sama dalam kelompok, team, pasangan. Dengan menciptakan sebuah gerakan atau suara yang telah disepakati untuk menyatukan tujuan dan maksud yang telah ditentukan bersama, atau pendidik sendiri menentukan gerakan itu untuk di sepakati bersama dengan peserta didik.21 Jadi, quantum teaching merupakan okestrasi belajar dengan memadukan berbagai dimensi dalam pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang dinamis, meriah dan segala nuansa seperti seorang konduktor simfoni yang piawai menghasilkan yang terbaik dari setiap musisi, instrumen bagaikan ruang konser.
2.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar “belajar” banyak pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan. Diantaranya, belajar adalah proses berpikir yang
menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan
melalui interaksi dengan lingkungan.22 Hal ini berarti manusia belajar melalui interaksi dengan lingkungannya yang akan berlangsung seumur hidupnya. Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial yang tidak lepas dari lingkungannya. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. al-Baqarah/1: 30. ....
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:” sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang khalifah diatas bumi (Adam).” (Q.S. al-Baqarah/1: 30). 23
20
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 159-161. 21
Bobbi De Porter dkk, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di RuangRuang Kelas ..., hlm. 200. 22
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentrasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 107. 23
Departemen Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), hlm. 6.
21
Beberapa pengertian belajar yang telah dikutip oleh Heri Rahyubi, menurut Mayer, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam pengetahuan dan prilaku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Begitu juga belajar menurut Singer, belajar di indikasikan dengan suatu perubahan yang relatif permanen dalam penampilan atau perubahan tingkah laku yang disebabkan latihan atau pengalaman masa lalu dalam situasi tertentu.24 Menurut Morgan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi dari hasil latihan atau pengalaman. Pendapat ini hampir sama dengan beberapa ahli lainnya yang intinya menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang bisa mengubah tingkah laku seseorang disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang tejadi didalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Laester D. Crow dan Alice Crow, belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Menurut Hudgins, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku yang mengakibatkan adanya pengalaman. Menurut Ngalimpurwanto yang telah dikutip Heri Rahyubi, belajar adalah setiap perubahan yang relatif dalam tingkah laku yang terjadi dari hasil latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Damiri, belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan aspek kognitif, mengembangkan aspek afektif dan mengembangkan keterampilan gerak (psychomotor) yang diharapkan menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat permanen atau tetap.25 Sedangkan menurut WS.Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam intraksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap, perubahan ini relatif konstan dan berbekas.26 Dari beberapa definisi belajar diatas, data diambil kesimpulan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya barupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indra yang ia miliki dan pengalaman yang telah dilaluinya. Atau bisa dikatakan suatu proses intraksi dengan lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan, baik dalam tingkah laku, pemikiran,
24
Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Diskripsidan Tinjauan Kritis ..., hlm. 3. 25
Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Diskripsidan Tinjauan Kritis ..., hlm. 5-6. 26
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Grasindo, 1991), hlm. 36.
22
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap yang baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah Allah. Sedangkan pengertian pembelajaran adalah proses intraksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik agar dapat memperoleh ilmu, penguasaan kemahiran, serta pembentukan sikap. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara siswa dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dalam intraksi tersebut banyak dipengaruhi faktor internal yang dipengaruhi oleh diri sendiri dan faktor eksternal yang dipengaruhi lingkungan pembelajaran, tugas utama seorang guru adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjung perubahan perilaku peserta didik. 27 Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong untuk belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.28 Pembelajaran merupakan upaya yang diselenggarakan untuk membelajarkan siswa, dalam belajar bagaimana memperoleh infomasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan diri dan cara-cara bagaimana belajar. Pembelajaran juga suatu ilmu dan teknologi sebagai ilmu, pembalajaran bertolak dari bangunan teori ilmiah yang telah teruji validitas dan reabelitasnya. Setiap keputusan tentang tindakan pembelajaran yang dilakikan oleh guru seyogyanya rasional dan selaras dengan akal sehat, serta ada landasan teori yang mendasarinya. Akrifitas pembelajaran dapat dilakukan siapapun yang berminat, dan sampai kapan pun. Pada hakekatnya, setiap manusia sadar atau tidak seorang pembelajar dalam lingkup dan caranya masing-masing. Setidaknya ada tiga variabel yang perlu diperhatikan dalam aktivitas pembelajaran.29, yaitu 1) Kondisi pembelajaran yang meliputi karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, kendala pembelajaran, dan tujuan instruksional. 2) Metode pembelajaran, yang meliputi strategi pengkoganisasian, strategi pengolahan, dan strategi penyampaian pembelajaran. 3) Hasil pembelajaran yang meliputi efektifitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.
27
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi ..., hlm. 100.
28
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), Cet.V, hlm. 183. 29
Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Diskripsi dan Tinjauan Kritis ..., hlm. 8.
23
b. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Menurut Muhaimin, pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong untuk belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus-menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.30 Dalam bukunya Ramayulis “Metodologi Pembelajaran Agama Islam,” pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa beraklak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan alHadits
melalui
kegiatan
bimbingan,
pengajaran
latihan,
serta
pengunaan
pengalaman.31 Sedangkan pendidikan Islam menurut Said Ismail Ali, yaitu:
هي جمموعة األصول اخلاصة ببناء اإلنسان املسلم والواردة يف الكتاب والسنة واآل راء,الرتبية اإلسالمية 32 والتطبيقات الرتبوية الىت ترعاها اجلهود الفردية واجلماعية يف أي زمان أو مكان Pendidikan Islam merupakan sekumpulan pedoman khusus untuk membina manusia Islam berdasarkan al-Quran dan Sunnah, yang diaplikasikan dalam bentuk kepribadian maupun dalam bermasyarakat di segala waktu dan tempat. Dalam hal ini, pendidikan Islam
dapat dipahami: pertama, sebagai segenap kegiatan yang
dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk membantu seseorang
atau
sekelompok peserta didik dalam menanamkan, menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya. Pengertian yang kedua, segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau sekelompok orang yang dampaknya adalah tertanamnya, tumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.33 Dari penjelasan di atas, dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI, yaitu: 1) PAI sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai 2) Perserta didik yang hendak disipkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan atau latihan dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran Islam.
30
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya mengefektifkan PAI di Sekolah ..., hlm. 183.
31
Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: KALAM MULYA, 2008), Cet. V, hlm. 82. 32
Said Ismail Ali, al Tarbiyah al Islamiyah, ( Mesir: Darul Fikri al Arabi, 2010), Juz I, hlm. 62.
33
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah ..., hlm. 30.
24
3) Pendidik/GPAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untk mencapai tujuan pendidikan agama Islam. 4) Kegiatan pembelajarn PAI diarahkan untuk membantu meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran PAI dari peserta didik, disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, yang sekaligus untuk membentuk kesalehan. c. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman perserta didik tentang beragama sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.34 Tujuan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. adz Dzariyat (51): 56.
Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (Q.S. adz-Dzariyat/51: 56)35 Syeikh M. Abduh sebagaimana dikutip Quraish Shihab menyatakan bahwa Allah menciptakan jin dan manusia dengan tujuan agar supaya mereka menyembahNya yang diartikan beribadah kepada-Nya. Ibadah disini bukan sekedar ketaatan dan tunduk, tetapi ibadah adalah sesuatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapi puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepada-Nya, mengabdi. Merupakan dampak dari keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau arti hakekatnya.36 Pendidikan agama Islam bertujuan menciptakan sebuah wahana yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik dalam memahami, menghayati serta dapat mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dalam hal ini peserta didik sendiri yang akan memilih, memutuskan, mengembangkan jalan hidup dan kehidupan yang telah dipelajari dan dipilinya. Karna pada dasarnya tidak ada seorang pun, termasuk GPAI (Guru Pendidikan Agama Islam) yang mampu membuat seorang menjadi manusia muslim, mukmin, mutttaqin dan sebagainya. Tetapi, peserta didik sendiri yang memilih dan menentukan jalan hidupnya dengan izin Allah SWT. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW. 34
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. III, hlm. 135. 35
Departemen Agama RI., al Qur’an dan Terjemahannya ..., hlm. 756.
36
M.Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), Vol. 13, hlm. 356.
25
ِِّ من ي ِرِد هللا بِِه خي را ي َف ِِّقهه ِيف: ال رسو ُل هللاِ صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم ِ ََّع ْن اِبْ ُن َعب الديْ ِن َ َاس َر ِض َي هللاُ َعْنهُ ق ْ ُ َ َ َ ق: ال ْ ُ ْ ُ ًَْ ُ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ( ) َرَواهُ الْبُ َخا ِر ْى
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. (H.R. Bukhari).37 Fungsi guru pendidikan agama Islam adalah berupaya untuk memilih, menetapkan,
dan
mengembangkan
metode-metode
pembelajaran
yang
memungkinkan dapat membantu kemudahan, kecepatan, kebiasaan, dan kesenangan peserta didik mempelajari Islam, untuk dijadikan pedoman dan petunjuk hidup dalam kehidupannya. Sedangkan menurut Ramayulis, pendidikan agama Islam memiliki dua fungi yaitu mengembangkan dan menyalurkan. Mengembangkan dalam artian meningkatkan keiman kepada Allah SWT, dan menyalurkan yang memiliki makna menyalurkannya kepada peserta didik yang bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain.38 Dengan pembelajaran PAI peserta didik diharapkan bisa menjadi manusia yang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Disamping itu pendidikan agama Islam yang juga diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis baik dengan sesama muslim maupun dengan non-muslim, serta dalam berbangsa dan bernegara serta terciptanya persatuan dan kesatuan. d. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berkenaan dengan ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, kesadaran, dan keseimbangan anatara: 1) Hubungan manusia dengan Allah SWT. 2) Hubungan manusia dengan sesama manusia. 3) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri. 4) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup beban pengajaran (materi) pendidikan agama Islam meliputi unsur pokok, 39 yaitu: 1) Keimanan 2) Ibadah 3) Al-Qur’an 4) Akhlak 5) Muamalah 6) Syariah 37
Abu Abdillah Muhammad Ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih al Bukhari, ( Libanon: Dar al Hadits, 2004), juz I, hlm. 54. 38
Ramayulis, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ..., hlm. 82.
39
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah ..., hlm. 79.
26
7) Tarikh. e. Model dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam pembelajaran model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran merupakan komponen-komponen yang sangat berpengaruh dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. 1)
Model Pembelajaran PAI Model pembelajaran adalah sebuah sistem proses pembelajaran yang utuh mulai dari awal sampai akhir. Model pembelajaran menlingkupi pendekatan poembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran.40 Dengan kata lain, model pembelajaran PAI adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran PAI.
2)
Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Wina sanjaya, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something.”41 Kemudian, didalam strategi terdapat metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: metode pembelajaran kooperatif, metode pembelajaran kontekstual, dan metode pembelajaran umum lainnya. Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seorang guru dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik,42 misalnya dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik berbeda antara kelas yang peserta didiknya tergolong aktif dengan kelas yang peserta didiknya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
e.
Media Pembelajaran PAI
40
Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2014), hlm. 128.
41
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentrasi Standar Proses Pendidikan ..., hlm.126-
127. 42
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentrasi Standar Proses Pendidikan, .... hlm. 126-
127.
27
Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik dan sempurna.43 Sedangkan media pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai alat bantu yang diterapkan dalam proses pembelajaran, dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI secara optimal dan tidak bertentangan dengan agama Islam. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Karena penggunaan media secara kreatif oleh pendidik akan meningkatkan performance mereka sesuai dangan tujuan yang hendak dicapai. Adapun fungsi media antara lain: 1) Penyaji stimulus, informasi, sikap. 2) Meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. 3) Mengatur langkah–langkah kemanjuan serta memberi umpan balik dan sebagainya. f.
Guru Pendidikan Agama Islam Guru secara etimologis adalah orang yang pekerjaannya mengajar.44 Secara terminologis guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.45 Sedangakan, menurut Syaiful Bahri Djamarah memberi makna sederhana tentang guru, guru sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya.46 Dengan demikian dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa guru PAI adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensi dengan cara mendidik, mengajar dan membimbing untuk mencapai tingkatan kedewasaan atau ilmu pengetahuan disertai nilai ajaran Islam sebagai pandangan hidup. Guru adalah salah satu faktor yang mempengatuhi kualitas pendidikan. Para pakar mnyatakan bahwa, betapa pun
43
Cecep Hustandi dan Bambang Sucjipto, Media pembelajaran: Manual dan Digital, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2001), hlm. 9. 44
Tim Penyusun Kamus Besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 188. 45
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI., 2005). 46
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2000), hlm. 31.
28
bagusnya sebuah kurikulum(official, hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru didalam amupun diluar kelas.47 Disamping melaksanakan prosedur pembelajaran secara efektif dan efisien sebagaimana tugasnya sebagai pengajar dengan tuntutan mencerdaskan peserta didiknya, guru sebagai pengembang amanah pembelajaan PAI harus orang yang memiliki pribadian yang saleh. Seorang guru agama sebagai penyampaikan ilmu semestinya dapat menegaskan jiwa atau hati peserta didiknya sehingga semakin dekat dengan Allah dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi. Semua ini tercermin melalui tugasnya sebagai pembimbing, model (uswah), maupun sebagai penasehat dalam proses pembelajaran.
B. Kajian Pustaka Penelitian quantum teaching dalam proses belajar mengajar, memang bukan pertama kali dilakukan ada beberapa skripsi yang membahas tentang kompetensi profesional guru dengan quantum teaching. Dalam penelitian ini, peneliti lebih terfokus dalam implementasi quantum teaching dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dengan menawarkan model quantum teaching sebagai salah satu model dan strategi alternatif dalam pendidikan agama Islam. Sehingga penelitian yang sudah ada yang berkaitan dengan profesionalisme guru tersebut dapat dijadikan sebagai sandaran teoritis dan komparasi dalam mengupas berbagai masalah yang ada dalam penelitian ini. Di antaranya adalah: Skripsi yang disusun oleh Ratnawati (2100064) tahun 2005 yang berjudul “Aplikasi Quantum Learning dalam Pembelajaran PAI (Studi Analisa Penerapan Quantum Learning di SMA Plus Muthahhari Bandung”. Skripsi ini menjelaskan tentang proses pembelajaran PAI dengan model quantum teaching dilakukan dengan cara menyenangkan yang mengedepankan pada pengembangan potensi, bakat dan kecerdasan peserta didik. Skripsi yang disusun oleh Muhammadun (3199081) yang berjudul “Quantum Teaching dalam Pembelajaran Akhlak (Studi Analisis Buku Quantum Teaching Karya Bobbi de Porters).” Skripsi ini, menjelaskan pentingnya metode dan pendekatan pembelajaran ala quantum teaching yang diterapkan dalam pembelajaran akhlak. Kajian pustaka sementara yang peneliti gunakan ini, merupakan referensi awal dalam melakukan penelitian ini. Dari penelitian-penelitian tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan, persamaannya terletak pada strategi pembelajaran yang digunakan yaitu quantum teaching. Penelitian ini mempunyai orientasi yang berbeda yakni diterapkan pada materi dengan pokok bahasan di sekolah yang berbeda dan lebih menitik beratkan pada proses peningkatan hasil belajar PAI.
47
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ..., hlm. 166.
29
C. Kerangka Berpikir Membicarakan permasalahan dalam pendidikan tidak akan ada habisnya, bisa jadi permasalahan akan selalu bertambah seiring dengan perkembangan global. Salah satu permasalahan sering dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran dan lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pendidikan yang terjadi kerap kali bersifat seadanya, rutinitas formalis, kering dan kurang makna, sehingga berpengaruh terhadap kualitas belajar, termasuk pembelajaran PAI. Adanya kelemahan-kelemahan pendidikan Islam di Sekolah, karna GPAI (Guru Pendidikan Agama Islam) kurang berupaya menggali strategi atau metode yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton, kemudian pendekatan yang dilakuakan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai kehidupan. Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan dalam pembelajaran PAI adalah dengan merancang strategi pembelajaran berdasarkan kondisi serta menganalisa semua komponen, secara teoritik dan empirik yang mempengaruhi pembelajaran PAI. Oleh karna itu, setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode daan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan mengunakan metodologi quantum teaching guru diharapkan mampu menyingkirkan hambatan dalam belajar menuju bentuk proses pengajaran yang akan melejitkan prestasi peserta didik. Sebagai alternatif untuk mengatasi proses pembelajaran, quantum teaching kerangka strategi dan metode yang dinamis, memahami bagaimana sesungguhnya seseorang itu belajar dan bagaimana untuk dapat membelajarkan pendidikan, seperti melihat modalitas yang dimiliki oleh peserta didik atau gaya belajar yang lebih dominan. Quantum teaching memperkenalkan cara-cara praktis untuk menciptakan lingkungan belajar efektif dan dinamis sebagaimana, untuk meningkatkan: 1.
Partisipasi dengan mengubah keadaan dengan prinsip-prinsip quantum teaching.
2.
Memotivasi dan minat dengan menerapkan kerangka rancangan yang terkenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuh, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan Rayakan).
3.
Daya ingat dengan menggunakan SLIM-n-BIL.
4.
Daya dengar anak didik dengan mengikuti prinsip-prinsip komunakasi ampuh
5.
Kehalusan transisi dengan MPT. .
30