BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya marupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintah, akuntansi pajak, dan sebagainya. Ciri yang membedakan akuntansi biaya dengan akuntansi yang lain adalah kajian datanya. Akuntansi biaya mengkaji data-data biaya untuk digolongkan, dicatat, dianalisis dan dilaporkan dalam laporan informasi keuangan. Menurut
Bustian dan Nurlela (2006 : 2),
Akuntansi Biaya adalah “suatu bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat,mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan”. Sedangkan menurut William dkk (2005 : 541), Akuntansi Biaya adalah perhitungan biaya dengan tujuan aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan. Definisi akuntansi biaya menurut buku lain adalah : “ Akuntans biaya sebagai ilmu dan seni mencatat, mengakumulasikanya, mengukur serta menyajikan
informasi
(Armanto, 2006 : 1).
berkenaan
dengan
biaya
dan
beban”.
Menurut Horgren dkk (2008 : 33), pengertian biaya adalah ”Sumber yang dikorbankan (Sacrified) atau dilepaskan (Forgone) untuk mencapai tujuan tertentu”. Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya merupakan bagian integral dengan akuntansi manajemen, karena akuntansi
biaya
menghasilkan informasi biaya yang diperlukan oleh akuntansi manajemen guna
memberikan
pertimbangan
kepada
manajer
untuk
keperluan
pengambilan keputusan tertentu. 2. Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Bustian dan Nurlela (2006 : 3) ada beberapa tujuan akuntansi biaya, yaitu : 1. Menyusun dan melaksanakan rencana anggaran operasi 2. Menetapkan metode perhitungan biaya dan prosedur yang menjamin adanya pengendalian dan jika memungkinkan pengurangan biaya atau pembebanan biaya dan perbaikan ilmu. 3. Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan menetapkan harga, evaluasi kinerja suatu produk, departemen atau divisi, dan sewaktu-waktu memeriksa persediaan dalam bentuk fisik. 4. Menghitung biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi, tahunan atau periode yang lebih singkat. 5. Memilih alternatif yang terbaik yang menaikan pendapatan ataupun biaya.
3. Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2010 : 13) dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, maka biaya dapat digolongkan menurut : a. Penggolongan Menurut Obyek Pengeluarannya Objek ini merupakan dasar dari penggolongan biaya, seperti nama dari objek pengeluaran tersebut, misalnya biaya transportasi. Semua hal yang berhubungan dengan biaya service, spare part, bensin, tol, parkir, asuransi dan lain sebagainya yang masuk perhitungan biaya transportasi. b. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Perhitungan harga pokok produksi yang digunakan dalam perusahaan manufaktur, mempunyai fungsi pokok seperti : 1) Biaya produksi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau setengah jadi yang siap dijual. 2)
Biaya pemasaran yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan kegiatan pemasaran produk
3) Biaya administrasi dan umum adalah biaya untuk mengkoordinir kegiatan produksi dan pemasaran produk c. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Dalam penggolongan ini biaya di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu : 1) Biaya langsung (direct cost)
Adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya karena adanya sesuatu yang dibiaya. Biaya lansung yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung 2) Biaya tidak langsung (indirect cost) Adalah biaya yang terjadi dan tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, ini disebut dengan biaya overhead pabrik (BOP) d. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatannya Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatannya biaya dapat digolongkan menjadi : 1) Biaya variabel adalah biaya yang total jumlahnya berubah, sebanding dengan perubahan volume kegiatannya. 2) Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tapi tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatannya. 3) Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap jumlahnya dalam kisaran volume kegiatan tertentu. e. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya Dalam penggolongan ini, menurut Mulyadi mengklasifikan biaya menjadi dua, yaitu :
1) Pengeluaran modal
(capital expenditure) adalah biaya
yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode. 2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang mempunyai manfaat dalam satu periode akuntansi pada saat terjadinya pengeluaran tersebut. Dengan demikian ditinjau dari aktivitasnya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan barang jadi (produk) atau penyerahan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta menafsirkan hasilnya. Apabila ditinjau dari fungsinya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai “suatu kegiatan yang menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai sebagai dasar
pertimbangan dalam mengambil keputusan manajemen”
( Muhadi dan Joko Siswanto, 2001 : 1 )
B. Konsep Dasar Activity Based Costing Menurut Blocher ( 2007 : 221 – 222 ) sebelum membahas Activity
Based Costing
definisi
terlebih dahulu mendefinisikan istilah-istilah :
aktivitas, sumberdaya, cost driver, penggerak biaya konsumsi dan penggerak biaya konsumsi aktivitas, yaitu : Aktivitas (Activity) adalah perbuatan, tindakan, atau pekerjaan spesifik yang dilakukan. Suatu pekerjaan berupa satu tindakan atau kumpulan dari beberapa tindakan. Misalnya, memindahkan persediaan dari bengkel A ke bengkel B. Persiapan produksi adalah aktivitas yang dapat mencakup beberapa tindakan. Aktivitas mencakup tindakan, perpindahan, atau serangkaian pekerjaan.
Sumber Daya (Resource) adalah unsur ekonomis yang dibutuhkan atau digunakan untuk pelaksanaan aktivitas. Gaji dan bahan baku misalnya, adalah sumber daya yang dibutuhkan atau digunakan dalam melaksanakan aktivitas produksi. Cost Driver ( Cost Driver ) adalah faktor yang menyebabkan atau menghubungkan perubahan biaya dari aktivitas. Karena penggerak biaya yang menyebabkan atau berhubungan dengan jumlah penggerak biaya terukur atau terhitung adalah dasar yang sangat baik untuk membebankan biaya sumber daya pada aktivitas dan biaya satu atau lebih aktivitas pada aktivitas atau objek biaya lainnya. Penggerak Biaya Konsumsi ( Resources consumtion cost driver) adalah ukuran jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas. Penggerak biaya ini digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh atau terkait dengan suatu aktivitas ke aktivitas atau tempat penampungan biaya tertentu. Contoh penggerak biaya konsumsi sumber daya adalah jumlah jenis barang dalam pesanan pembelian atau penjualan, jumlah perubahan desain produk, ukuran bangunan pabrik, dan jumlah jam mesin. Penggerak Biaya Konsumsi Aktivitas (Activity consumtion cost driver) mengukur jumlah aktivitas yang dilakukan untuk suatu objek biaya. Penggerak ini digunakan untuk membebankan biaya-biaya aktivitas dari tempat penampungan biaya. Contoh biaya konsumsi aktivitas adalah jumlah jam mesin dalam produksi x, jumlah dalam bacth yang digunakan untuk memproduksi produk y. Biaya dapat didistribusikan secara langsung pada produk akan dibebankan pada aktivitas ini kemudian dibebankan pada poduk yang bersangkutan.
Hubungan
untuk
diilustrasikan dalam gambar berikut :
mengalokasikan
biaya
ke
produk
Gambar 2.1 Konsep Dasar Activity Based Costing
Resources Process View Cost Driver
Activities
Performance
Cost Object
Sumber: Hansen Mowen, 2005
1. Pengertian Activity Based Costing Menurut Charles dkk, (2008 : 172) memberikan definisi Activity Based Costing adalah : “ sistem yang membentuk kelompok biaya berdasarkan aktivitas yang berstruktur dengan dasar alokasi biaya berdasarkan aktivitas tertentu, yang merupakan pemicu biaya untuk kelompok tersebut“. Activity Based Costing digunakan untuk menentukan produk dan biaya untuk laporan khusus kepada manajer. Tujuan dari Activity Based Costing adalah memahami overhead dan profitabilitas produk dan konsumen.
Sedangkan menurut Blocher
(2007 : 120) Activity Based Costing
adalah “pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa atau pelanggan berdasarkan aktifitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut”. Dengan Activity Based Costing, biaya overhead pabrik dibebankan ke objek biaya seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasi sumber daya, aktivitas dan biayanya serta kuantitas aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi output. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber daya dari setiap unit aktivitas. Activity Based Costing merupakan sistem yang mempertahankan dan memproses data keuangan dan operasional dari sumber daya perusahaaan berdasarkan aktivitas, objek biaya, cost driver dan ukuran kinerja aktivitas, Activity Based Costing juga membebankan biaya ke aktivitas dan objek biaya. Activity Based Costing menghasilkan penentuan harga pokok produk yang akurat dan dapat membantu perusahaan dalam mengelola keunggulan kompetitif, kekuatan, kelemahan perusahaan secara efisien. Menurut Garisson dkk (2006 : 442), perlakuan biaya dalam sistem ABC di bagi menjadi dua, yiatu : 1. Biaya Non-Produksi dan ABC Dalam akuntansi biaya tradisional, hanya biaya produksi yang dibebankan ke produk. Beban penjualan, umum dan administrasi diperlakukan sebagai biaya periodik dan tidak dibebankan ke produk. Meskipun demikian, beberapa biaya produksi, penjualan, distribusi dan pelayananan atas produk. Sebagai contoh, komisi yang di bayarkan kepada tenaga penjualan, biaya pengiriman dan biaya garansi dapat dengan mudah ditelusuri ke produk. Untuk menentukan tingkat profitabilitas barang dan jasa, biaya-biaya
non-produksi tersebut dalam activity Based Costing dibebankan ke produk. 2. Biaya Produksi dan ABC Dalam akuntansi tradisional, semua biaya produksi di bebankan ke produk, bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Sebagai contoh, sebagian upah untuk keamanan pabrik akan dialokasikan ke produk meskipun upah penjaga keamanan tersebut sama sekali tidak terpengaruh apakah perusahaan berproduksi atau tidak. Dalam ABC, biaya hanya akan di bebankan ke produk apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya tersebut diperngaruhi oleh produk yang dibuat.
2. Manfaat dan Kelemahan Activity Based Costing Sistem Activity Based Costing membatu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh alokasi biaya tradisional. Activity Based Costing Sistem juga memberikan pandangan jelas dan aktivitas peusahaan yang memberi kontribusi sampai lini yang paling dasar dalam jangka panjang. Manfaat utama Activity Based Costing Sistem Adapun manfaat dan kelemahan dari Activity Based Costing menurut Blocher (2007:232-233) : a. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik ABC menyajikan biaya produksi lebih akurat dan informative, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategis yang di informasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga jual lini produk dan segmen produk. b. Keputusan dan kendali yang lebih baik ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses, membuat keputusan tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik dan membantu perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai. c. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas ABC membantu menajer mengidentifikasi dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai.
Selain adanya beberapa manfaat, Activity Based Costing juga memiliki beberapa kelemahan yaitu : a. Alokasi tidak sama Biaya memiliki, biaya penggerak, biaya konsumsi sumber daya atau aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya lain mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbiter sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut. Contohnya biaya pendukung fasilitas seperti : biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, pajak bumi dan bangunan pabrik. b. Mengalokasikan biaya Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa yang tidak termasuk biaya untuk aktifitas seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian dan pengembangan produk meski sebagian dari biaya-biaya ini dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa. Biaya Produk tidak termasuk biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya tersebut diberlakukan sebagai biaya periodik. c. Mahal dan menghabiskan waktu Sistem ABC tidak mudah dan membutuhkan banyak waktu untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah menggunakan sistem tradisional berdasarkan volume, sistem ABC
cenderung sangat mahal. Lagi pula, seperti sebagian besar sistem baru akuntansi dan manajer yang inovatif, seperti biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih untuk mengembangkan dan melaksanakan ABC dengan sukses. Untuk mengatasi kelemahan sistem tradisional, maka digunakan metode perhitungan biaya produk berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead yang lebih akurat. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas diperkenalkan dan didefinisikan sebagai suatu faktor perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, ABC memiliki penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Perhitungan biaya produksi tradisional menelusuri hanya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Tetapi, ABC mengakui bahwa
banyak biaya-biaya lain yang pada
kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output. Dengan demikian, penggunaan metode activity based costing ini akan mampu memberikan informasi harga pokok produksi yang lebih akurat.
3. Struktur Activity Based Costing Sistem Desain Activity Based Costing difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk memahami, memanajemenin, dan memperbaiki suatu usaha. Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing yaitu : a. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya. b. Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sistem ABC. Selanjutnya, karena adanya era efisien, perusahaan harus dapat mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan produk.
C. Sistem Biaya Tradisional 1. Konsep Dasar Sistem Biaya Tradisional Menurut Blocher (2007:1:8) Pengertian Sistem biaya tradisional adalah sebagai berikut : “Sistem penentuan harga pokok tradisional menggunakan tarif overhead untuk beberapa departemen yang digunakan mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk atau jasa berdasarkan volume output”. Sistem biaya tradisional merupakan sistem yang pengalokasian biaya overhead pabriknya menggunakan tarif tunggal (antara output jam mesin, jam tenaga kerja, ataupun biaya bahan) 2. Keterbatasan Sistem Biaya Tradisional Sistem akuntansi biaya
tradisional tidak fit untuk memasuki
lingkungan bisnis yang kompetitif, turbelen, dan yang didalamnya customer memegang kendali bisnis. Berikut ini diuraikan kelemahan akuntansi biaya tradisional menurut Mulyadi dan John Setiawan (2001:681) : a. Oleh karena akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan dagang tidak dapat manfaatkan akuntansi biaya untuk merencanakan dan menginflementasikan program pengurangan biaya dan perhitungan Objek Cost secara akurat. b. Oleh karena fokus akuntansi biaya tradisional adalah hanya pada biaya produksi, biaya-biaya diluar produksi yang mulai signifikan jumlahnya tidak mendapatkan perhatian memadai dari manajemen.
c. Oleh karena akuntansi biaya tradisional berfokus kepenyedia informasi biaya bagi pihak luar perusahaan, manajemen tidak memperoleh informasi biaya untuk pengelolaan perusahaan dan informasi tentang cost produk yang akurat. d. Oleh karena pengendalian biaya melalui sistem biaya tradisional hanyan difokuskan terhadap biaya produksi, lebih spesifik lagi terhadap biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sistem pengendalian biaya seperti tidak fit untuk perusahaan yang memiliki biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang porsinya tidak signifikan dibandingkan dengan total biaya pembuatan produk. e. Antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan perpusat pertanggung jawaban, serta analisis terhadap penyimpangan biaya f. Akuntansi biaya tradisional menggunakan alocation intensive dalam memperlakukan biaya overhead pabrik sehingga cost produk yang dihasilkan tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang bersifat sembarang. g. Akuntansi biaya tradisional tidak fit untuk menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks dan kompetitif, karena hanya mampu menghasilkan laporan biaya dengan dimensi tunggal. Intensive dalam memperlakukan biaya overhead pabrik sehingga cost produk yang dihasilkan tidak akurat, karena alokasi menggunakan dasar yang bersifat sembarang.
h. Dalam lingkunganya bisnis yang didalamnya customer dominan, biaya-biaya yang berkaitan dengan pilihan customer menjadi meningkat. Seperti biaya set-up mesin karena bervariasinya pesanan dari customer, biaya perubahaan desain karena semakin pemilihnya sifat customer. i. Oleh karena akuntansi biaya tradisional didesain pada zaman pengelolahan data akuntansi masih manual, informasi akuntansi hanya dapat dimanfaatkan oleh manajemen puncak dan pihak luar perusahaan melalui laporan akuntansi yang disajikan oleh fungsi akuntansi.
3. Kelebihan Sistem Biaya Tradisional Adapun kelebihan sistem akuntansi biaya tradisional adalah : a. Mudah diterapkan Sistem
ini
tidak
banyak
menggunakan
cost
driver
dalam
mengalokasikan biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi manajer untuk melakukan perhitungan. Selain itu sistem ini telah lama diterapkan, jadi manajer tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian terhadap sistem ini b. Mudah diaudit Karena jumlah cost driver yang digunakan tidak banyak, biaya overhead di alokasikan berdasarkan volume based measure, maka hal
ini akan lebih memudahkan auditor dalam melakukan suatu proses audit. c. Sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
D. Perbedaan Activity Based Costing dengan Sistem Tradisional Perbedaan lain antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah bahwa perhitungan
dua tahap,
sementara sistem
tradisional
adalah bahwa
perhitungan satu tahap atau dua tahap. Ditahap pertama dalam sistem ABC, tempat penampung biaya aktivitas dibentuk ketika biaya sumber daya dialokasi ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Ditahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat penampungan biaya aktivitas ke produk atau objek biaya final lainnya. Tetapi, sistem biaya tradisional menggunakan dua tahap hanya apabila jika departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat biaya di tahap pertama, dan kemudian biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk di tahap kedua. Beberapa sistem tradisional hanya terdiri dari satu tahap karena sistem tersebut tidak menggunakan pusat biaya yang terpisah tetapi tidak ada sistem ABC yang hanya terdiri dari satu tahap.
Perbandingan sistem tradisional dan activty based costing adalah sebagai berikut : Tabel 2 : 1 Perbandingan Sistem Tradisional dan Sistem ABC No.
Sistem Tradisional
Activity Based Costing Sistem
1.
Menggunankan penggerak biaya Menggunakan penggerak biaya berdasarkan volume berdasarkan aktivitas (termasuk yang berdasarkan volume).
2.
Membedakan biaya overhead Membebankan biaya overhead pertama ke departemen dan kedua pertama ke pusat biaya aktivitas ke produk/ Jasa dan kedua ke sebelum produk/ Jasa.
3.
Fokus pada pengelolaan biaya Fokus pada pengelolaan proses departemen fungsional atau pusat dan aktivitas serta pemecahan pertanggung jawaban. masalah
Sumber : Blocher 2007
Jadi perbedaan sistem tradisional dan Activity Based Costing adalah sistem ABC memakai aktivitas dengan pemicu aktivitas sedangkan sistem tradisional berdasarkan satu alokasi, ABC memakai empat kategori konsumsi overhead yaitu, unit, bath, produk dan fasilitas, sedangkan tradisional hanya kinerja keuangan jangka pendek, ABC dapat menganilis biaya yang dapat mendekati ke biaya aktualnya.
E. Pengertian dan Penentuan Tarif dengan Menggunakan Metode Cost Plus Pricing. Tarif menurut htpp://. Rac.uii.ac.id adalah : “Sejumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”. Untuk menentukan tarif, biasanya manajemen mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor biaya maupun bukan biaya : a) Biaya,khususnya biaya masa depan b) Pendapatan yang diharapkan c) Jenis produk jasa yang dijual d) Jenis industri e) Citra dan kesan masyarakat f) Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang keputusan, peraturan dan kebijakan pemerintah g) Tindakan atau reaksi para pesaing h) Tipe pasar yang dihadapi i) Trend Ekonomi j) Biaya manajemen k) Tujuan non laba l) Tanggug jawab sosial perusahaann m) Tujuan perusahaan, khususnya laba dan return on investmen (ROI) Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu tujuan dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan dipergunakan sebagai salah satu
pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya tujuan tersebut adalah sebagai berikut : a. Bertahan hidup (survival) Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama, apabila menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas produksi, persaingan keras, atau perubahan keinginan konsumen. Untuk mempertahankan tetap berjalannya kegiatan produksi, perusahaan harus menetapkan harga yang rendah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan. Dalam situasi demikian, laba menjadi kurang penting dibandingkan survival. b. Memaksimalkan laba jangka pendek Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan dengan harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba, arus kas atau tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal, perusahaan lebih menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan kurang mempertimbangkan prestasi keuangan jangka pendek. c. Kepemimpinan pangsa pasar (leader of market share) Sebagai perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan. Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market share terbesar akan menikmati biaya terrendah dan laba tertinggi dalam jangka panjang. Untuk itu, mereka menetapkan harga serendah mungkin. d. Kepemimpinan mutu produk Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki produk dengan mutu terbaik dipasar. Keputusan ini biasanya mengharuskan
penetapan harga yang tinggi untuk menutup biaya pengendalian mutu produk serta biaya riset dan pengembangan. e. Tujuan-tujuan lain, misalnya mempertahankan loyalitas pelanggan perusahaan mungkin menetapkan harga yang rendah untuk mencegah masuknya perusahaan pesaing atau dapat menetapkan harga yang sama dengan pesaing dengan tujuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan. Menghindari campur tangan pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah produk, dan untuk menarik lebih banyak pelanggan. Penentuan tarif atau harga jual suatu produk atau jasa dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing yaitu penentuan tarif jasa dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa. Tarif jasa berdasarkan Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus :
Tarif per kamar = Cost sewa kamar + Laba yang diharapkan
F. Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa Sistem kerja Activity Based Costing banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode Activity Based Costing pada perusahaan jasa memiliki beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki Karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu :
1) Output seringkali sulit didefinisi 2) Pengendalian aktifitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi 3) Cost mewakili proporsi lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya. Output pada perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak terwujud, contoh kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuas konsumen. Output pada peusahaan jasa tidak berwujud membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis jasa menggunakan metode Activity Based Costing pada bisnisnya. Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity Based Costing benar-benar dapat digunakan pada peusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity Based Costing pada perusahaan jasa adalah : a. Identivtifying and Costing Activities Mengidentifikasi dan menghargai aktifitas dapat membuka beberapa kesempatan untuk pengoperasian yang efisien. b. Spesial Challenger Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu persediaaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari
c. Output Diversity Perusahaan
jasa
juga
memiliki
kesulitan
–
kesulitan
dalam
mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan.