BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Sistem
Menurut James A. Hall (2011:6) “Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.” Menurut Mardi (2011:3) “Sistem merupakan satu kesatuan yang memiliki tujuan bersama dan memiliki bagian-bagian yang saling berintegrasi satu sama lain.” Menurut Samiaji Sarosa (2009:11) “Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk tujuan yang sama” Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah rangkaian dari komponen yang telah dirancang untuk menjalankan suatu fungsi sehingga dapat fungsi tersebut mencapai tujuannya.
2.2. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut James A. Hall (2011:9), “Sistem informasi (information system) adalah serangkaian prosedur formal di mana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan ke para pengguna.” Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen dari suatu sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output. Input merupakan pengumpulan data-data yang relevan untuk menghasilkan informasi. Lalu data-data tersebut diproses melalui langkah-langkah yang perlu dilakukan, sehingga menghasilkan ouput yang berupa informasi
yang merupakan hasil dari pemrosesan data, yang akan diberikan kepada pengguna.
INPUT
PROSES
OUTPUT
Sistem informasi akuntansi menurut Bodnar dan Hopwood (2007:1), adalah “organisasi formulir, catatan, laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengolahan perusahaan” Menurut Samiaji Sarosa (2011:13), “SIA adalah sebuah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data sehingga menghasilkan informasi yang berguna dalam membuat keputusan” Sistem akuntansi yang dirancang bukan hanya untuk menghasilkan saldo-saldo yang terdapat di buku besar untuk menghasilkan laporan keuangan, tetapi juga menghasilkan pengendalian manajemen dan informasi operasional yang tidak berkaitan dengan akuntansi. Dalam bentuk yang sederhana hingga yang canggih, secara umum sistem informasi akuntansi membantu manajemen perusahaan untuk mengumpulkan data-data keuangan, mengolahnya menjadi informasi yang bermanfaat bagi pengguna, dan menghasilkan laporan keuangan. Menurut Dwi Martani,dkk (2012:60) sistem informasi akuntansi yang baik dan efektif memampukan manajemen perusahaan dan para pihak yang berkepentingan mendapatkan informasi secara cepat dan akurat mengenai perusahaan, seperti : 1. Besarnya kas yang dimiliki perusahaan; 2. Besar saldo utang yang harus dilunasi perusahaan; 3. Banyaknya aset yang dimiliki perusahaan; 4. Besarnya laba yang dihasilkan perusahaan; 5. Besarnya dividen yang bisa dibagikan kepada perusahaan; 6. Kinerja operasional perusahaan.
Untuk perusahaan berskala kecil, sistem informasi akuntansi dapat berbentuk pencatatan manual dengan menggunakan program komputer seperti Ms. Excel. Untuk perusahaan besar, implementasi SIA memerlukan program dan manajemen basis data (database) khusus yang biasanya memerlukan dukungan dari perusahaan piranti lunak (software) Sistem informasi akuntansi (accounting information system) terdiri dari tiga subsistem, menurut James A. Hall (2011:15), antara lain: 1. Sistem Pemrosesan Transaksi Sistem pemrosesan transaksi (transaction processing system – TPS) penting untuk keseluruhan fungsi dari sistem informasi karena: a. Mengonversikan berbagai kegiatan ekonomi ke dalam transaksi keuangan. b. Mencatat berbagai transaksi keuangan ke dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar). c. Mendistribusikan informasi keuangan yang penting untuk personel operasional dalam mendukung operasi hariannya. Sistem pemrosesan transaksi mendukung operasi bisnis setiap hari dengan sejumlah dokumen untuk para pemakai seluruh organisasi. 2. Sistem Buku Besar / Pelaporan Keuangan Sistem buku besar (general ledger system) dan sistem pelaporan keuangan (financial reporting system) terdiri atas laporan keuangan tradisional, pengembalian pajak, serta berbagai dokumen lainnya yang telah ditetapkan oleh hukum. 3. Sistem Pelaporan Manajemen Sistem pelaporan manajemen memberikan informasi keuangan internal yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, seperti anggaran, laporan kinerja, dan lain-lain. 2.3. Pengendalian Internal 2.3.1. Tujuan Pengendalian Internal Pengendalian internal merupakan suatu sistem yang meliputi struktur organisasi beserta mekanisme ukuran-ukuran yang dipatuhi bersama untuk menjaga seluruh harta kekayaan organisasi dari berbagai arah.
Menurut James A. Hall (2009:181), sistem pengendalian internal (internal control system) terdiri atas berbagai kebijakan, praktik, dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan umumnya : 1. Menjaga aktiva perusahaan. 2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi. 3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan. 4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen. 2.3.2. Unsur Sistem Pengendalian Internal Agar suatu sistem pengendalian internal dapat berjalan secara efektif seperti yang diharapkan, harus memiliki unsur pokok yang dapat mendukung prosesnya. Adapun unsur pokok sistem pengendalian internal menurut Mardi (2011:60) adalah sebagai berikut : 1. Struktur organisasi. Merupakan suatu kerangka pemisahan tanggung jawab secara tegas berdasarkan fungsi dan tingkatan unit yang dibentuk. Hal ini bertujuan agar tercipta mekanisme saling mengendalikan antarfungsi secara maksimal. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan dalam organisasi.
Struktur organisasi harus dilengkapi dengan uraian tugas yang mengatur hak dan wewenang masing-masing tingkatan beserta seluruh jajarannya. Uraian tugas harus didukung petunjuk prosedur
berbentuk
peraturan
pelaksanaan
tugas
disertai
penjelasan mengenai pihak-pihak yang berwenang mengesahkan kegiatan, kemudian berhubungan pencatatan harus disertai pula prosedur yang baku. Prosedur pencatatan yang baik menjamin ketelitian dan keandalan data dalam perusahaan. Transaksi terjadi apabila telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan setiap dokumen memiliki bukti yang sah, ada paraf dan tanda tangan pejabat yang member otorisasi. 3. Pelaksanaan kerja secara sehat. Tata cara kerja secara sehat merupakan pelaksanaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendukung tercapainya tujuan pengendalian internal yang ditunjukkan dalam beberapa cara. Unsur kehati-hatian (prudent) penting dijaga agar tidak seorang pun menangani transaksi di awal sampai akhir sendirian, rolling antarpegawai, serta menghindari kecurangan. 4. Pegawai berkualitas. Salah satu unsur pokok penggerak organisasi adalah karyawan. Karyawan harus berkualitas agar organisasi memiliki citra berkualitas. Secara umum, kualitas karyawan ditentukan oleh tiga aspek, yaitu pendidikan, pengalaman, dan akhlak. Pegawai yang
berkualitas dapat ditentukan berdasarkan proses rekruitmen yang dilakukan kepada mereka, apakah berbasis profesional
atau
berdasarkan carity (kedekatan teman). 2.3.3. Komponen Pengendalian Internal Menurut James A. Hall (2009:186) , pengendalian internal yang dijelaskan dalam SAS 78 terdiri atas lima komponen, yaitu : 1. Lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian (control environment) adalah dasar dari empat
komponen pengendalian lainnya. Lingkungan
pengendalian menentukan arah perusahaan dan memengaruhi kesadaran pengendalian pihak manajemen dan karyawan. Berbagai elemen penting dari lingkungan pengendalian adalah : a. Integritas dan nilai etika manajemen. b. Struktur organisasi. c. Keterlibatan dewan komisaris dan komite audit, jika ada. d. Filosofi manajemen dan siklus operasionalnya. e. Prosedur untuk mendelegasikan tanggung jawab dan otoritas, f. Metode manajemen untuk menilai kinerja. g. Pengaruh eksternal, seperti pemeriksaan oleh badan pemerintah. h. Kebijakan dan praktik perusahaan dalam mengelola sumber daya manusianya. 2. Penilaian risiko.
Perusahaan harus melakukan penilaian risiko (risk assessment) untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola berbagai risiko yang berkaitan dengan laporan keuangan. Risiko dapat muncul atau berubah berdasarkan berbagai kondisi, seperti : a. Perubahan dalam lingkungan operasional yang membebankan tekanan baru atau perubahan tekanan atas perusahaan. b. Personel baru yang memiliki pemahaman berbeda atau tidak memadai atas pengendalian internal. c. Sistem informasi baru atau yang baru direkayasa ulang, yang memengaruhi pemrosesan transaksi. d. Pertumbuhan
signifikan
dan
cepat
yang
menghambat
pengendalian internal yang ada. e. Implementasi teknologi baru ke dalam proses produksi atau sistem informasi yang berdampak pada pemrosesan transaksi. f. Pengenalan lini produk atau aktivitas baru hingga pihak manajemen hanya memiliki pengalaman sedikit tentangnya. g. Restrukturisasi organisasional yang menghasilkan pengurangan dan/atau realokasi personel sedemikian rupa hingga operasi bisnis dan pemrosesan transaksi terpengaruh. h. Memasuki pasar asing yang berdampak pada operasional. i.
Adopsi suatu prinsip akuntansi baru yang dampaknya pada pembuatan laporan keuangan.
3. Informasi dan komunikasi.
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terdiri atas berbagai record dan metode yang digunakan untuk melakukan, mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasi, dan mencatat berbagai transaksi perusahaan serta untuk menghitung berbagai aktiva dan kewajiban yang terkait di dalamnya. Sistem informasi akuntansi yang efektif akan : a. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi keuangan yang valid. b. Memberikan informasi secara tepat waktu mengenai berbagai transaksi dalam perincian yang memadai untuk memungkinkan klasifikasi serta laporan keuangan. c. Secara akurat mengukur nilai keuangan berbagai transaksi agar pengaruhnya dapat dicatat dalam laporan keuangan. d. Secara akurat mencatat berbagai transaksi dalam periode waktu terjadinya.
4. Pengawasan. Pihak manajemen harus memastikan bahwa pengendalian internal berfungsi seperti yang dimaksudkan. Pengawasan (monitoring) adalah proses yang memungkinkan kualitas desain pengendalian internal serta operasinya berjalan. Hal ini dapat diwujudkan melalui beberapa prosedur terpisah atau melalui aktivitas yang berjalan.
5. Aktivitas Pengendalian. Aktivitas pengendalian (control activities) adalah berbagai kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil untuk mengatasi risiko perusahaan yang telah diidentifikasi.
2.4. Siklus Pendapatan Semua yang berkaitan dengan rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi yang terjadi secara berulang-ulang terkait dengan penyerahan barang dan jasa kepada para pelanggan dan menerima semua bentuk pelunasan yang diterima dari pelanggan dapat diartikan sebagai siklus pendapatan. Menyediakan barang atau jasa sesuai dengan kesepakatan antara penjual dengan pembeli pada waktu dan tempat serta harga yang sesuai merupakan aktivitas utama dalam kegiatan siklus pendapatan. Untuk memberikan layanan kepada pembeli maka pimpinan perusahaan harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut, menurut Mardi (2011:83) : 1. Memastikan bahwa produk telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. 2. Menjaga agar persediaan barang atau jasa tersedia setiap saat. 3. Menetapkan harga yang tertinggi. 4. Menentukan fasilitas penawaran secara kredit dan kredit maksimal. 5. Menentukan syarat-syarat penjualan kredit yang harus dipenuhi.
6. Menentukan jumlah pembayaran yang maksimal. Pihak perusahaan dalam kegiatan ini selalu mempelajari dan melakukan evaluasi mengenai efektivitas proses siklus pendapatan. Data dan informasi yang diterima harus akurat dan dapat dipercaya serta relevan untuk digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh pimpinan. Menurut Romney (2005), ada tiga fungsi dasar SIA dalam siklus pendapatan, yaitu: 1. Mendapatkan dan memproses data mengenai berbagai aktivitas bisnis, 2. Menyimpan
dan
mengatur
data tersebut
untuk
mendukung
pengambilan keputusan, 3. Memberikan pengawasan untuk memastikan keandalan data serta menjaga sumber daya perusahaan. Siklus pendapatan bertujuan untuk mengetahui perincian saat terjadinya
proses
penagihan
kas
berlangsung
dan
diterimanya
pendapatan. Menurut Mardi (2011:84), siklus pendapatan sebagai berikut: 1. Aktivitas bisnis siklus pendapatan a. Menerima pesanan penjualan Diterima dengan adanya penerimaan pesanan dari pelanggan yang kemudian diproses oleh
bagian pesanan penjualan untuk
dipertanggungjawabkan kepada wakil direktur bagian pemasaran. b. Pengiriman
Bagian pengiriman akan memeriksa jumlah fisik persediaan barang dengan jumlah yang tertera dalam kartu pengambilan barang dengan jumlah yang ditunjukan pada salinan pesanan penjualan yang dikirim langsung ke bagian pengiriman berdasarkan pesanan penjualan. Tembusan pengemasan memuat jumlah dan keterangan setiap barang yang dimasukkan ke dalam daftar pengiriman. Menyiapkan dokumen pengiriman yang merupakan kontrak resmi dan menyatakan bahwa terdapat tanggung jawab atas sejumlah barang yang dikirim. c. Penagihan dan piutang usaha Aktivitas yang terjadi pada piutang usaha adalah sebagai berikut: 1. Penagihan. Aktivitas penagihan adalah aktivitas pemrosesan informasi yang mengemas ulang serta meringkas informasi dari entri pesanan penjualan dan aktivitas pengiriman. Dalam aktivitas penagihan, dokumen dasar yang dibuat adalah faktur penjualan yang menginformasikan kepada pelanggan tentang sejumlah kewajiban mereka dari transaksi yang terjadi serta kapan dan di mana mereka akan melunasinya. 2. Perawatan data piutang. Fungsi penting data piutang usaha adalah menggunakan informasi yang terdapat pada faktur penjualan sehingga memudahkan melakukan pendebetan dan mengkredit rekening tersebut saat penerimaan tagihan. d. Tagihan kas Siklus
akhir
pendapatan
adalah
penerimaan
tagihan
kas.
Penerimaan kas dan cek dari pelanggan dapat saja dicuri dengan mudah oleh orang yang tidak bertanggung jawab, untuk itu dapat
digunakan beberapa langkah alternatif untuk mengurangi risiko pencurian tersebut antara lain sebagai berikut: a. Menugaskan staf bagian surat-menyurat untuk mempersiapkan daftar pengiriman uang. b. Pengamanan pencurian kiriman uang pelanggan oleh karyawan perusahaan dengan membuat sistem lockbox (merupakan sebuah alamat pos yang dituju pelanggan ketika menyerahkan uang mereka) di bank. 2. Mekanisme pemrosesan bukti transaksi Ciri utama sistem siklus pendapatan ditunjukkan oleh kompleksitas data dan integrasi data yang dihasilkan. Sistem pemrosesan data langsung yang menerima pesanan melalui internet atau pesanan kepada tenaga penjual, memiliki keuntungan sebagai berikut: a. Bisa dideteksi kesalahan dini sebab entri pesanan dilakuakn secara langsung b. Persetujuan kredit dapat dibuat segera pada waktu pelanggan menyerahkan pesanannya. c. Kondisi persediaan lebih akurat dan menjamin pelayanan ke pelanggan. d. Penghematan waktu oleh bagian gudang dan bagian pengiriman. e. Kesalahan dapat dideteksi lebih awal karena data yang dimasukkan oleh bagian pengiriman dengan yang berada di file penjualan mudah diverifikasi.
f. Peningkatan arus kas serta ukuran kinerja lebih tepat waktu. 3. Pengawasan Fungsi lain dari SIA yang didesain secara baik merupakan proses menyiapkan pengawasan dan pengendalian dengan tujuan untuk mengotorisasi transaksi secara benar dan pencatatan secara valid, dapat menjaga keamanan data kas, persediaan dari risiko kehilangan dan pencurian, dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan bisnis.
2.5. Pengertian Kas Kas merupakan aktiva yang paling likuid yang meliputi uang kertas dan logam yang dapat dipakai sebagai alat pembayaran yang sah dan dapat diambil setiap saat. Menurut Kieso dkk (2008:362) , “Kas adalah aktiva paling likuid, merupakan media pertukaran standar dan dasar perngukuran akuntansi untuk semua pos-pos lainnya.” Soemarso (2008:29) menyatakan bahwa, “Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang/bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.” Menurut Dwi Martani, dkk (2012:180), “Kas adalah aset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas
merupakan aset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan.” Dalam pengertian akuntansi menurut Ahmad Syafi’i Syakur (2009:51) , kas adalah aktiva perusahaan yang berupa uang tunai dan segala sesuatu yang dapat disifati sebagai uang tunai, yaitu: 1. Mempunyai nilai nominal, 2. Dapat digunakan sebagai alat pembayaran, 3. Dapat digunakan sebagai alat ukur kekayaan, dan 4. Dapat diterima oleh bank sebagai deposito. Dengan begitu yang termasuk unsur kas antara lain: 1. Uang tunai, baik itu mata uang dalam negeri maupun mata uang asing. 2. Cek tunai, yaitu cek yang dibuat oleh suatu pihak yang mempunyai rekening koran bank sebagai perintah kepada kasir bank untuk melakukan pembayaran. 3. Demand deposit, yaitu simpanan uang dibank yang sewaktu-waktu dapat diambil. 4. Chasier’s check, yaitu cek yang dibuat oleh pihak yang berwenang dalam suatu bank sebagai perintah kepada kasir bank itu sendiri untuk melakukan pembayaran. 5. Traveler check, yaitu cek yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang dalam suatu bank untuk kepentingan orang-orang yang bepergian.
6. Certified check, yaitu cek yang diterima dari pihak lain yang telah mendapat tanda tertentu dari bank sebagai bukti bahwa cek tersebut bukan merupakan cek kosong. 7. Postal money order, yaitu semacam pos-wesel yang dapat sewaktuwaktu ditukarkan dengan uang tunai ke kantor pos. 8. Money order, yaitu surat perintah kepada pihak yang disebutkan namanya untuk melakukan pembayaran kepada pihak yang tercantum dalam money order tersebut. 9. Cash equivalent, yaitu beberapa investasi jangka pendek yang sangat likuid. Suatu investasi jangka pendek dapat dikualifikasikan sebagai ekuivalen kas apabila memenuhi 3 (tiga) hal yaitu: 1) investasi tersebut benar-benar sangat aman, 2) mempunyai harga pasar yang sangat stabil, dan 3) segera dilikuidasi menjadi uang tunai dalam waktu 90 hari. Keberadaan kas dalam perusahaan sangat penting, karena tanpa kas aktivitas operasi perusahaan tidak dapat berjalan. Perusahaan tidak dapat membayar gaji, memenuhi utang yang jatuh tempo dan kewajiban lainnya. Perusahaan harus menjaga jumlah kas agar sesuai dengan kebutuhannya. Jika jumlah kas kurang, maka kegiatan operasional akan terganggu. Terlalu banyak kas, menyebabkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan kas tersebut untuk mendapat imbal hasil yang tinggi. Kas secara umum digunakan sebagai alat pembayaran untuk kegiatan operasi perusahaan tanpa suatu pembatasan. Ada kalanya kas
dimiliki untuk tujuan tertentu sehingga tidak bebas digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas yang dicadangkan dengan penggunaan khusus tidak boleh dikategorikan sebagai kas, tetapi diklasifikasikan sebagai dana cadangan. Jika digunakan untuk memenuhi kewajiban yang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun dana cadangan ini akan diklasifikasikan sebagai aset lancar. Aset yang dicadangan untuk kegiatan khusus
yang akan digunakan
lebih dari satu tahun
diklasifikasikan dalam aset tidak lancar. Hal-hal yang diklasifikasikan sebagai kas meliputi uang tunai dan mata uang yang dipegang serta dana tidak terikat yang tersedia disimpanan dalam bank, yang sering disebut sebagai rekening giro (demand deposit), karena dapat ditarik berdasarkan permintaan. Rekening giro, meliputi jumlah dalam rekening cek, tabungan, dan simpanan dipasar uang. Dana kas kecil atau uang kembalian serta surat berharga yang sewaktu-waktu dapat ditukarkan dengan kas, seperti cek pribadi dan cek kasir, juga merupakan hal-hal yang biasanya dilaporkan sebagai kas. Jumlah total unsur-unsur ini ditambah dengan uang logam dan uang kertas biasanya disebut dengan kas ditangan (cash on hand). Simpanan di bank asing yang dapat ditarik dengan segera dan tidak terikat biasanya dikualifikasikan sebagai kas dan dilaporkan dalam nilai setara mata uang yang dipakai perusahaan pada tanggal neraca. Akan tetapi, kas di bank asing yang terbatas untuk digunakan atau ditarik harus dianggap sebagai piutang yang bersifat lancar atau tidak lancar dan
dilaporkan setelah disesuaikan terhadap penyisihan untuk estimasi piutang tak tertagih yang sesuai.
2.6. Pengendalian Kas Kas merupakan aset likuid yang mudah digunakan, banyak yang menginginkan sehingga mudah dicuri oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu perusahaan perlu merancang pengendalian internal yang baik agar kas perusahaan aman dan terlindungi. Perlindungan terhadap kas dapat berupa fisik maupun perlindungan untuk menjaga agar kas tidak digunakan untuk kepentingan yang tidak seharusnya. Beberapa bentuk pengendalian terhadap kas, menurut Dwi Martani (2012:182), misalnya sebagai berikut: 1. Terdapat pemisahaan tugas antara pihak yang melakukan otorisasi dengan pembayaran, pihak yang melakukan pengelolaan kas dan pencatatan,
pihak
pengguna
dan
pihak
pembayar.
Tingkat
pemisahaan tugas disesuiakan dengan kebutuhan perusahaan. Pada perusahaan yang besar pemisahaan tugas dilakukan dalam unit terpisah, namun dalam perusahaan kecil pemisahaan tugas tidak dapat dilakukan secara ideal. Utamanya, harus ada kroscek dan kontrol dari pihak lain, sehingga penyalagunaan wewenang dapat dihindari. 2. Penggunaan lemari besi (brankas) untuk menyimpan kas atau di ruang tertutup atau akses terbatas.
3. Penerimaan dan pengeluaran kas menggunakan rekening yang berbeda. 4. Pengeluaran uang dilakukan melalui bank dan menggunakan cek sehingga terdapat pengendalian pencatatan oleh pihak lain. 5. Penerimaan kas dilakukan melalui bank, untuk keamanan dan pengendalian pencatatan. 6. Penggunaan sistem imprest kas kecil untuk memenuhi kebutuhan kas dalam jumlah kecil. 7. Rekonsiliasi antara pencatatan perusahaan dengan rekening koran bank. 2.7. Penerimaan Kas Penerimaan kas bisa berasal dari berbagai macam sumber, yaitu dari penjualan tunai, penjualan aktiva tetap, pinjaman baik dari bank, atau setoran modal baru. Tetapi penerimaan kas perusahaan biasanya berasal dari dua sumber utama, yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Penerimaan kas adalah kas yang diterima perusahaan baik yang berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang mempunyai sifat dapat segera digunakan, yang berasal dari transaksi perusahaan maupun penjualan tunai, pelunasan piutang, atau transaksi lainnya yang dapat menambah kas perusahaan