BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Dalam kehidupan sehari – hari kita sudah mengenal kredit, mulai dari kredit barang pecah belah yang dijajakan oleh tukang kredit dari rumah ke rumah atau kredit bentuk uang yang diberikan oleh tukang – tukang ijon. Dalam skala yang lebih luas lagi juga dikenal kredit yang yang diberikan oleh perusahaan leasing dan perbankan. Kemudian kita juga mengenal setiap terjadi transaksi kredit selalu berkaitan dengan angsuran dan cicilan dengan disertai jangka waktu dan jumlah cicilan yang harus dibayar. Para pengambil kredit juga sudah paham bahwa dalam cicilan kredit sudah mengandung pokok pinjaman dan bunga yang harus dibayar. Istilah yang digunakan kepada para pengambil kredit adalah dengan sebutan debitur dan pihak pemberi kredit (bank) disebut dengan kreditur atau dengan arti lain debitur adalah penerima dana sedangkan kreditur adalah penyedia dana. Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak lepas dari masalah kredit. Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menetukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka menyebabkan bank tersebut rugi. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan sebaik – baiknya mulai dari
Universitas Sumatera Utara
perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai proses pengendalian kredit macet. Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila sesorang memperoleh kredit berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan kepada si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjam pasti kembali. Pengertian kredit menurut Undang – undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan nilainya dapat diukur dengan uang, misalnya bank membiaya kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing – masing pihak, termasuk jangka waktu dan bunga yang ditetapkan bersama. Drs.Ek.Op Simorangkir dalam (Budi Untung, 2005:2) mengatakan kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang atau barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang terjadi pada waktu yang akan datang . kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang yang demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit.
Universitas Sumatera Utara
Analisis kredit diberikan untuk meyakinkan bahwa si nasabah benar – benar dapat dipercaya maka, sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu melakukan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor – faktor lainnya. 2.1.2 Fungsi Kredit Fungsi-fungsi kredit dalam garis besar besarnya adalah sebagai berikut : a.
Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.
b.
Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
c.
Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
d. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi. e.
Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
f.
Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
2.1.3. Jenis – jenis Kredit Secara umum jenis – jenis kredit yang disalurkan oleh bank umum yang dilihat dari berbagai segi adalah: 1. Dilihat dari Segi Kegunaan Dilihat dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit yaitu: •
Kredit investasi, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluasan perluasan usaha atau membangun proyek \ pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
•
Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk meningkatkan keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya (seperti membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya – biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi).
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit Jenis kredit dilihat dari tujuannya adalah : •
Kredit produktif, yaitu digunkan untuk meningkatkan usaha, produksi atau investasi (digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa)
•
Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi
•
Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu Jenis kredit dilihat dari segi jangka waktunya adalah : •
Kredit dan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan
tersebut
dapat
berbentuk
barangberwujud
atau
tidak
berwujud.Artinya setiap kredit yang di keluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan Si calon debitur. •
Kredit tanpa jaminan. Yaitu kredit yang diberikan tampa barang jaminan tertentu atau orang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
4.Dilihat dari Segi Sektor Usaha. Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula. Jenis kredit jika diihat dari sektor usaha sebagai berikut. •
Kredit pertanian, merupakan merupakan kredit yang yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. sektor pertanian dapat berups jangka pendek atau jangka panjang.
•
Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendekmisalnya peternakan ayam dan untuk jangka panjang seperti peternakan sapi atau kambing.
•
Kredit industri, kredit untuk membiayai industri pengolahan industri kecil, menengah, maupun industri besar.
•
Kredit pertambangan yaitu, jenis kredit uantuk usaha tambang yang di biayai nya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.
•
Kredit Pendidikan, merupakan yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.
•
Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para professional , seperti dosen, dokter, atau pengacara.
Universitas Sumatera Utara
•
Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.
•
Dan sektor usaha lainya.
2.1.4 Jaminan Kredit Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam menjalankan suatu usaha apapun tentu mengandung suatu tingkat kerugian. Resiko ini dapat saja terjadi akibat suatu musibah yang tidak dapat dielakkan seperti terkena bencana alam. Namun resiko yang paling fatal adalah akibat nasabah yang mampu tetapi tidak mau membayar kewajibanya.Adanya resiko kerugian dimana nasabah tidak sanggup lagi untuk membayar semua kewajibannya baik untuk sementara waktu atau selamanya harus cepat di antisipasi oleh dunia perbankan. Kalau tidak, maka sudah dapat di pastikan kredit tersebut macet alias tidak terbayar lagi. Dalam prakteknya yang dapat di jadikan jaminan oleh calon debitur adalah sebagai berikut: a. Jaminan dengan barang-barang seperti: •
Tanah
•
Bangunan
•
Kendaraan bermotor
•
Mesin-mesin/peralatan
•
Barang dagangan
•
Tanaman/kebun/sawah
•
Dan barang-barang berharga lainya.
b. Jaminan surat berharga seperti: •
Sertifikat saham
Universitas Sumatera Utara
•
Sertifikat Obligasi
•
Sertifikat Tanah
•
Sertifikat Deposito
•
Promes
•
Wesel
•
Dan surat berharga lainya.
c. Jaminan orang atau pengusaha. Yaitu jaminan yang di berikan oleh seseorang perusahaan kepada bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit yang tersebut macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta pertanggungjawaban atau menanggung resikonya. d. Jaminan asuransi, yaitu bank yang menjaminkan kredit tersebut kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik obyek kredit, seperti kendaraan, gedung dan lainnya Jadi apabila terjadi kehilangan atau kebakaran, maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut. Di Negara-negara maju seringkali kredit diberikan bukan bentuk barang atau surat-surat berharga, biasanya kredit ini diberikan karena kredibilitas perusahaan dapat dipercaya. Kredit ini diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan professional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.
2.1.6 Prinsip – prinsip Pemberian Kredit
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa prinsip – prinsip penelian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Character Adalah sifat atau watak seseorang yang dalam hal ini adalah debitur. Tujuannya adalah memberitahukan kepada bank bahwa sifat dan watak dari orang – orang yang diberikan kredit benar – benar dapat dipercaya. Keyakinan itu dilihat dari latar belakang si nasabah baik dari pekerjaan, gaya hidup yang dianutnya, keluarga, hobi dan social standingnya. 2. Capacity Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuanya mengelola bisnis serta kemampuanya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuanya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuanya membayar kredit. 3. Capital Biasanya bank ini tidak akan bersedia untuk membiayai usahanya 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri, dengan kata lain Capital adalah untuk mengetahui sumber – sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Colleteral
Universitas Sumatera Utara
Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahanya, sehingga terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah untuk melindungi bank dari resiko kerugian. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing – masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.
Sedangkan 7 P kredit adalah sebagai berikut : 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian dan tingkah lakunya sehari – hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabh dalam menghadapi suatu masalah 2. Party Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
Universitas Sumatera Utara
3. Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang dinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam – macam apakah tujuan untuk konsumtif, produktif atau tujuan untuk perdagangan. 4. Prospect Yaitu untuk menilai nasabah dimasa yang akan dating apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi jaga nasabah. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang diambil atau sumber dari mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya dari bank. 7. Protection Yaitu bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat beruapa jaminan barang, orang atau jaminan asuransi.
Universitas Sumatera Utara
Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan meliputi : 1. Aspek Hukum Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dokumen – dokumen atau surat–surat yang dimilki oleh calon debitur, seperti akte otaris, izin usaha, sertifikat tanah dan dokumen atau surat lainnya. 2. Aspek Pasar dan Pemasaran Merupakan aspek untuk menilai usaha nasbah di masa sekarang atau di masa yang akan datang. 3. Aspek Keuangan Merupakan aspek untuk menilai kemampuan nasabah Dallam membiayai dan mengelola usahanya. Dari aspek ini tergambar bagaiman biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan atau diterima olah nasabah. Dalam hal ini penilainya digunakan dengan rasio rasio keuangan. 4. Aspek Operasi atau Teknis Merupakan untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin sarana dan prasarana yang dimiliki. 5. Aspek Manajemen Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimilki oleh suatu perusahaan baik dari segi kualitas dan kuantitas. 6. Aspek Ekonomi\ Sosial Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan social yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha tertentu terhadap masyarakat apakah lebih banyak benefit, cost atau sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
7. Aspek AMDAL Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang timbul dengan adanya suatu usaha, kemudian cara pencegahan terhadap dampak – dampak tersebut.
2.1.7 Prosedur Pemberian Kredit Secara umum proses pemberian kredit oleh badan hokum adalah sebagai berikut: 1. Pengajuan proposal Yang perlu diperhatikan dalam mengajukan proposal kredit adalah suatu yang berisi keterangan tentang : Riwayat perusahaan, seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama pengurus, berikut latar belakang pendidikanya, perkes pengambangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya. Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kreditnya. Apakah untuk memperbesar omzet penjualan atau memperbesar kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru ( perluasan ) serta tujuan lainnya.Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam hal ini bank harus mengetahui besarnya kredit dan jangka waktu pengembalian kredit. Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara – cara nasabah mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjulan atau cara lainnya. Jaminan kredit, jaminan yang dimaksud dalam bentuk sertifikat atau sertifikat dan harus diteliti keabsahannya, biasanya suatu jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya proposal ini dilengkapi dengan berkas – berkas yang telah dipersyaratkan sebagai berikut : • Akte pendirian perusahaan • Bukti diri ( KTP ) para pengurus dan pemohon • T.D.P ( Tanda Daftar Perusahaan ) • N.P.W.P ( Nomor Pokok wajib Pajak ) • Neraca dan laporan laba – rugi 3 tahun terakhir • Fotocopy sertifikat yang dijadikan jaminan • Daftar penghasilan bagi perseorangan • Kartu Keluarga ( KK ) bagi perorangan 2. Penyelidikan berkas pinjaman Dalam penyelidikan hal hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas – berkas yang ada, seperti keaslian dan kebenaran dari akte notaries, TDP, KTP dan suart – surat jaminan, seperti sertifikat tanah, BPKP mobil ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Kemudian jika benar dan asli maka bank akan mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta apakah relevan dan kemampuan nasabah untuk membayar. Semua ini digunakan terhadap angka dalam laporan keuangan dengan berbagai rasio keuangan yang ada. 3 Penilaian kelayakan kredit Adapun aspek – aspek yang perlu dinilai dalam pemberian fasilitas kredit adalah : •
Aspek hukum
•
Aspek pasar dan pemasaran
•
Aspek keuangan
•
Aspek operasi \ teknis
Universitas Sumatera Utara
•
Aspek manajemen
•
Aspek ekonomi sosial
•
Aspek AMDA
4. Wawancara pertama 5. Peninjauan lokasi ( on the spot ) 6. Wawancara kedua 7. keputusan kredit 8. penandatangan akad kredit \ perjanjian lainnya 9. Realisasi kredit 2.2 Bunga Kredit 2.2.1 Pengertian dan Teori Tentang Bunga Kredit Bunga merupakan hal penting bagi bank dalam penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Penarikan dan penyaluran kredit selalu dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank biasanya menjadi biaya (cost of found) yang harus dibayar kepada penabung, namun di lain pihak, bunga juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur atau kredit yang diberikan. Yang dimaksud dengan bunga kredit adalah suatu jumlah ganti rugi/ balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah bank, bagi pengusaha kredit berarti si nasabah memerlukan suatu likuiditas untuk kegiatan usahanya. Menurut Kaslan A. Tohir, yang dimaksud dengan bunga kredit adalah penggantian kerugian yang diterima oleh si pemberi kredit untuk penyerahan penggunaan uang itu (Tohir, 1970:58). Bunga adalah suatu unsur yang harus ada pada suatu pemberian kredit. Pihak bank sangat membutukan bunga sebagai keuntungan yang diperoleh dari
Universitas Sumatera Utara
pemberian kredit tersebut. Dalam penetuan bunga kredit bank harus dapat menetukan berapa besarnya bunga yang akan dibebankan kepada nasabahnya, karena jik bunga yang dibebankan terlalu tinggi maka bank tersebut akan kesulitan mencari nasabah yang ingin meminjam dari bank tersebut. Jika suku bunga yang ditetapkan terlalu rendah maka bank akan mendapat profit yang sanga kecil bahkan akan mengarah pada negative spread. Pada umumnya suku bunga kredit yang ditetapkan oleh bank pada suatu regional tertentu adalah sama, yaitu penambahan suku bunga kredit maksimum 5 % di atas BI rate yang ditetapkan oleh Bank Indinesia. Pada zaman merkantilisme para ahli ekonomi di Eropa diliputi dengan pandangan yang mengatakan bahwa bunga itu adalah tanda pernyataan dari nilai uang. Teori dari penganut merkantilismemengenai bunga sangat sederhana sekali. Mereka menganggap bunga sebagai harga dari kredit produktif dan tingkat bunga dihubungkan dengan banyaknya uang yang beredar. Gerrard De Malynes dan Sir William Pety, tingkat bunga akan turun seiring dengan bertambahnya jumlah uang yang berdar. Ahli – ahli ekonomi klasik dan ahli ekonomi yang lain, teori dari merkantilisme itu dianggap tidak benar. Akan tetapi sejak tahun 1936 yakni setelah Keynes menemukan teori yang bersifat moneter, maka orang mulai mengakui kebenaran dari teori bunga aliran merkantilisme. Setelah teori merkantilisme, muncullah teori produktivitas atau teori fructificasi. Teori ini dikemukakan oleh Turgot. Menurutnya, tiap pemilik uang akan mampu membeli tanah dan dari tanah itu akan dapat memperolaeh keuntungan dari hasil tanaman yang diusahakan di atas tanah tersebut. Kalau uang tersebut digunakan untuk tujuan lain, maka ia harus mendatangkan hasil.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, menurut Turgot, tinggi bunga itu tidak boleh kurang dari sewa tanah yang diterima. Kemudian J.B Say mengatakan bahwa hasil dari tanah tersebut timbul karena adanya kerjasama antara tanah, tenaga kerja dan modal (uang). Ketiga factor – factor tersebut memberikan jasa – jasanya dalam produksi. Dari penghasilan produksi tersebut harus dibayarkan suatu penggantian kerugian kepada mereka yang memberikan jasanya kepada tidak yang memiliki. Kepada pemilik tanah diberikan sewa, kepada tenaga kerja diberikan upah dam kepada pemilik modal diberikan bunga. Teori ini disebut produktivitas kekanak–kanakan. Malthus kemudian mencetuskan teori yang menunjukkan dimana letak produktivitas uang. Teori ini juga menganggap bahwa jasa – jasa produktif dari uang adalah pokok pangkal adanya bunga. Menurut hasil kombinasi dari modal dan faktor produksi lainnya adalah lebih besar daripada upah + sewa + penyusutan modal. Kelebihan ini haruslah dipergunakan untuk penggantian jasa daripada para pemilik uang. Pada akhir abad ke-18 lahirlah suatu teori yang membahas masalah bunga kredit dari sudut pandang psikologi. Teori psikologi ini beraneka ragam antara lain : (i) teori penggunaan, (ii) teori abstinence , (iii) teori pemerasan dan (iiii) teori agio. Teori penggunaan mengatakan bahwa barang modal itu mempunyai penggunaan. Barang siapa meminjamkan barang modal itu dia akan kehilangan “pengguanaan” dari barang tersebut. Untuk kehilangan itu si pemilik modal berhak menerima penggantian dan penggantian itu disebut bunga. Teori abstinence mengatakan, bahwa dalam pembentukan modal, orang akan menghasilkan dari sebagian penghasilannya dan dengan demikaian dia akan
Universitas Sumatera Utara
mengeorbankan kemungkinana konsumsinya. Pengorbanan ini harus mendapat penggantian dan penggantian itu adalah bunga. Teori pemerasan sesungguhnya adalah buah pikiran dari Willian Thomson dab odgkin, kemudian disempurnakan oleh Karl Marx dan Rodbertus. Marx dengan teorinya yang dikenal dengan teori nilai yang mengatakan, bahwa pendapatan dari pengusaha yang memiliki modal itu adalah hasil pemerasan dari tenaga kerja. Dalam hal ini bunga itu merupakan nilai lebih yang didapat dari modal. Dan Marx berkata bahwa bunga itu adalah akibat dari milik swasta atas alat – alat produksi dalam masyarakat kapitalis. Teori agio dari Von Bohm Bawer berpokok pada penafsiaran tentang penghargaan manusia atas barang – barang sekarang dan barang di kemudian hari. Umunya manusia itu lebih menghargai barang – barang sekarang daripada barang – barang di kemudian hari yang sama jenis dan kualitasnya. Pemuasan keperluan sekarang oleh orang dianggap lebih penting daripada pemuasan keperluan di kemudian hari. Perbedaan inilah yang disebut agio. Penyebab terjadinya agio dari barang – barang sekarang diatas barang di kemudian hari adalah faktor – faktor psikologis, ekonomis dan faktor teknis. Dari teori – teori tentang bunga yang dikemukakan di atas tidak satupun yang dihubungkan dengan uang. Baru pada tahun 1936 timbul suatu teori tentang bunga yang dihubungkan dengan uang. Teori ini disebut teori bunga moneter yang dikemukakan oleh Keynes. Menurut Keynes bunga itu adalah pengganti dari pengorbanan likuiditas. Menurut Keynes bunga itu ditentukan oleh preferensi likuiditas (Liquidity Prefrence) atau jumlah uang. Liquidity preference disebabkan oleh 3 hal, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Transaction motive, dimana orang membutuhkan uang untuk melakukan transaksi pembayaran sehari – hari. Precautionary motive, dimana orang ingin mempunyai persediaan uang untuk menghadapi peristiwa yang tidak diduga dalam arti kata persediaan apabila dalam waktu – waktu harus melakukan pembayaran. Speculative motive, adalah orang ingin mempunyai uang, mencari keuntungan dengan cara spekulasi. Karena itu, maka bunga uang dapat kita anggap sebagai pendapatan pemilik atau sebagai perongkosan. Bagi pemilik uang, apabila uang itu dipinjamkan maka bunganya merupakan pendapatan, meskipun bukan pendapatan kerja. Karena apabila dia tidak meminjamkan uang tersebut, dia dapat menggunakan uang tersebut sebagai modal untuk usahanya dan dia dapat memperoleh keuntungan. Bagi orang yang meminjamkan uangnya, jelas bahwa bunga merupakan perongkosan.
2.2.2 faktor Penentu tingkat Bunga Ditinjau dari segi ekonomi perbankan sebagai perusahaan maka faktorfaktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentu tingkat bunga, yakni: •
Keadaan pasar uang, jika jumlah uang beredar terus meningkat maka tingkat bunga perlu dinaikkan
•
Degree of risk, kredit mengandung suatu tingkat resiko tetentu sehingga perlu dipertimbangkan. Dalam pertimbangan resiko perlu diperhatikan mengenai jangka waktu, nilai jaminan yang diberikan dan prospek usaha nasabah ke depan.
Universitas Sumatera Utara
•
Hubungan rekening nasabah dengan bank, dapat dilihat dari notasi keuangan yang disalurkan melalui Rekening Koran nasabah.
•
Cost of money ( bunga deposito, bunga giro dan lainnya ), merupakan masalah pertimbangan yang paling perlu. Apabila cos of money tinggi maka interest rate juga akan tinggi. Dalam kegiatan usaha bank juga dapat kita temui other cost (gaji dan biaya perawatan). Jadi dalam penetuan harus diperhatikan cost money dan other cost sehingga bank dapat beroperasi dengan spread yang positif untuk mendapatkan keuntungan.
•
Kebutuhan dana, faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang dinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan peminjam meningkat, maka yang dilakukan bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila di bank sangat banyak, sementara permohonan kredit sedikit maka bunga simpanan akan turun karena hal itu merupakan beban.
•
Target laba yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena target laba merupakan salah satu komponen dalam penentuan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing, target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.
•
Kualitas jaminan, kualitas jaminan juga dipergunakan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan ( mudah dicairkan ) yang diberikan, dan semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
•
Pesaing, bank dalam kondisi tidak stabil dan bank juga mengalami kekurangan dana, sementara tingkat pesaing dalam memperbutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus berusaha keras untuk dapat bersaing dengan bank lainnya.dalam arti jika untuk simpanan rata – rata pesaing 15% maka, jika dinaikkan di atas bunga pesaing yaitu sekitar 16 %. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan.
2.2.3 Perhitungan bunga Kredit Perhitungan bunga kredit yang dibebankan bank terhadap nasabahnya mengikuti beberapa cara, yaitu : •
Flat rate Flate rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap pada setiap periode, sehingga jumlah angsuran (cicilan) setiap periode pun tetap sampai pinjaman tersebut lunas. Perhitungan suku bunga model ini adalah dengan mengalikan persentase bunga perperiode dikali dengan jumlah pinjaman.
•
Sliding rate Sliding rate merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan dengan mengalikan persentase suku bunga perperiode dengan suku bunga pinjaman, sehingga suku bunga yang dibayar debitur semakin menurun, akibatnya angsuran yang dibayar pun menurun jumlahnya.
•
Floating rate
Universitas Sumatera Utara
Floating rate merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat suku bunga pada bulan yang bersangkutan. Dalam perhitungan jenis ini suku bunga dapat naik, turun atau tetap setiap periodenya. Begitu pula dengan jumlah angsuran yang dibayar sangat tergantung terhadap suku bunga pada bulan yang bersangkutan.
2.2.4 Teori Tingkat Suku Bunga A. Teori Klasik Teori bunga aliran klasik dinamakan “ The Pure Theory of Interest”. Menurut teori ini. Tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal ini telah dianggap sebagai harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang-barang dan jasa, tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran modal. Investasi merupakan tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi. Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut akan lebih dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut). Bilamana terjadi tingkat suku bunga dalam keseimbangan, ertinya tidak ada dorongan untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk melakukan investasi. Tingkat keseimbangan bunga berada pada io dimana pada tingkat bunga ini tingkat tabungan yang terjadi sama dengan tingkat investasi. Bilamana tingkat bunga bergerak naik (berpindah dari io ke i1), maka jumlah investasi (keinginan investor untuk melakukan peminjaman) akan berkurang. Kondisi yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
pada tingkat bunga i1dananya (mereka akan bersaing menawarkan sehingga tingkat bunga pada i1) akan bergerak turun atau kembali ke io. Apabila tingkat bunga iobergerak turun pada i2, para investor (pengusaha) akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Tingkat bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran dengan permintaan suatu barang. Jadi tingkat bungalah sebagai penggerak antara kaseimbangan tabungan dan investasi. Interest
Saving I1 I0 I2 I2 I2
I2 0
S2
S0
S1
Sumber : Mulia Nasution, 1998:89 Gambar 2.1 Tingkat Suku Bunga menurut Klasik
Universitas Sumatera Utara
Pendapat klasik tentang suku bunga ini didasarkan pada pada Hukum Say (pendapat Baptis Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Dengan bertitik tolak dari hukum Say ini maka setiap tabungan sama dengan investasi.
2.3 Inflasi 2.3.1 Pengertian Inflasi Menurut Bodie dan Marcus (2001:331) inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Inflasi merupakan kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita tidak menghendaki. Milton Friedman mengatakan inflasi ada dimana saja dan merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya pertumbuhan yang kelebihan dan tidak stabil. (Dournbursch & Fischer, 2001) Apabila didefinisikan, inflasi adalah suatu kejasian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus – menerus. Dari defenisi tersebut ada 3 kriteria yang perlu dilihat untuk melihat terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga yang bersifat umum, dan terjaddi terus–menerus dalam rentang waktu tertentu. Apabila terjadi kenaikan harga suatu barang yang tidak mempengaruhi harga barang lain, sehingga harga tidak naik secara umum, kejjadian tersebut bukanlah inflasi. Kecuali yang naik tersebut adalah harga BBM, ini berpengaruh terhadap harga lain sehingga secara umum semua produk semua
Universitas Sumatera Utara
mengalami kenaikan harga. Bila kenaikan itu terjadi naik dan sesaat turun lagi, itupun belum dpat dikatakan inflasi karena kenaikan harga yang diperhitungkan dalam inflasi mempunyai rentang waktu dalam sebulan.
2.3.2 Laju Inflasi Laju inflasi merupakan tingkat perubahan harga secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya perbulan, per triwulan, per semester atau per tahun. Indikator untuk menghitung laju inflasi adalah indeks harga konsumen (consumer index price), indeks harga produsen atau perdagangan besar ( wholesale price index) dan indeks harga implisit ( GNP deflator ). Adapun jenis – jenis inflasi dibedakan berdasarkan pada tingkat laju inflasi dan berdasarkan pada sumber atau penyebab inflasi. a. Berdasarkan Tingkat/Laju Inflasi •
Moderat inflation ( laju inflasinya sekitar 0-10%), adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang meingkat secara lambat
•
Galloping inflation adalah inflasi ganas ( laju inflasinya sekitar 10-100%) yang
dapat
minimbulkan
ganguan–gangguan
serius
terhadap
perekonomian dan timbulnya distorsi–distorsi besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai dengan uang yang kehilangan nilainya begitu cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang tetapi labih baik memegang barang. Kredit jangka panjang pada indeks harga atau menggunakan uang asing seperti dollar. Kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
•
Hyper Inflation adalah inflasi yang tingkat inflasinya sangat tinggi ( di atas 100% ). Inflasi ini sangat mematikan kegiatan ekonomi masyarakat
b. Berdasarkan sumber atau penyebab inflasi •
Demand Pull Inflation, inflasi ini biasanya terdapat pada masa perekonomian sedang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan
tingkat
pendapatan
yang
tinggi
dan
selanjutnya
meningkatkan daya beli yang tinggi. Daya beli yang tinggi akan mendorong permintaan melebihi total produk yang tersedia. Permintaan agregate meningkat lebih cepat dengan potensi produktif perekonomian, akibatnya timbul inflasi. •
Cost push Inflation, inflasi ini terjadi bila biaya produksi yang mengalami kenaikan secara terus – menerus. Kenaikan produksi dapat berwal dari kenaikan harga input seperti kenaikan upah minimum, kenaikan bahan baku, kenaikan tarif listrik, kenaikan BBM dan kenaikan input–input lainnya yang mungkin semakin langka dan harus di impor dari luar negeri.
•
Imported Inlation, inflasi juga dapat bersumber dari kenaikan harga–harga barang yang di impor, terutama barang yang di impor mempunyai peranan penting dalam kegiatan produksi.
2.3.3 Dampak inflasi •
Inflasi yang tinggi tingkatannya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi suatu negara. Hal – hal yang mungkin timbul antara lain :
Universitas Sumatera Utara
•
Ketika biaya produksi naik akibat inflasi , hal ini sangat merugiakan pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan yang kurang mendorong kegiatan produksi nasional, seperti tindakan spekulan yang ingin mencari keuntungan sesaat.
•
Pada saat kondisi harga tidak menentu
9 inflasi ) para pemilik modal
cenderung menanamkan modalnya dalam pembelian bentuk tanah, rumah dan bangunan. Pengalihan investasi ini akan menyebabkan investasi produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun. •
Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada perdagangan dan mematikan usaha dalam negeri. Hal ini dikarenakan kenaikan harga menyebabkan produk – produk dalam negeri yang
mampu bersaing dengan produk
negara lain sehingga kegiatan ekspor turun dan kegiatan impor menurun. •
Inflasi menyebabkan tingkat tingkat suku bunga tinggi sehingga menyebabkan para kreditur sulit untuk meminjam dana dari bank karena tinngkat bunga kredit juga yang melambung tinggi.
•
Inflasi menimbulkan efek yang buruk juga pada neraca pembayaran. Karena menurunnya ekspor dan meningkatnya impor menyebabkan ketidakseimbangan terhadap aliran dana yang masuk dan keluar negeri.
•
Inflasi akan menurunkan pendapatan riil masyarakat, dan ini sangat merugikan orang – orang yang berpenghasilan tetap dan menguntungkan orang – orang yang mempunyai kekayaan dalam bentuk barang.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Teori-Teori Inflasi Ada beberapa teori dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang inflasi (Mulia Nasution, 1997:241-147), yaitu: a. Teori Kuantitas Uang ( Quantity Theory of Money) Menurut Irving Fisher (Transaction Equation) adalah: P.T = M.V Dimana: P
= Tingkat harga
T
= Jumlah uang yang berdar (Penawaran uang)
M
= Kecepatan perputaran uang
V
= Volume transaksi Dari persamaan ini dapat dikemukakan bahwa nilai dari seluruh transaksi
penjualan sama dengan seluruh nilai pembelian. Nilai transaksi penjualan sama dengan nilai volume transaksi dikali dengan harga, sedangkan nilai transaksi pembelian sama dengan
jumlah uang yang beredar dikali dengan kecepatan
beredar rata-rata perputaran uang. Dengan asumsi kecepatan peredaran uang (V) ditentukan oleh perkembangan faktor kelembagaan dalam sektor kelembagaan dan diasumsikan bahwa sektor riil dalam ekonomi (pasar barang) menentukan volume transaksi yang juga tetap dalam jangka pendek, maka persamaan transaksi berikut dapat dikemukakan: P=
V /T M
Tingkat harga umum adalah propersional dengan jumlah uanga yang beredar dan proporsonality ini bersifat konstan adalah V/T. Dengan melihat rumus
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya inflasi disebabkan oleh volume uang yang beredar.
b. Teori Keynes Keynes menyoroti faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi makronya. Menurut teori yang dikeluarkan oleh Keynes, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya. Terjadinya inflasi melalui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar dari kemampuan pendapatan kelompok ini (kekuatan monopolis, tuntutan kenaikan upah para pekerja). Proses perebutan ini diwujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barangbarang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang tersedia. Hal ini menyebabkan inflationary gaps, yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan
nasional yang secara nyata diwujudkan
dalam permintaan di pasar barang-barang. Dengan demikian akan menimbulkan harga-harga.
c. Teori Demand Pull Teori ini menyatakan bahwa peningkatan harga-harga umum terjadi akibat terdapatnya permintaan yang lebih (excess demand) untuk barang dan jasa oleh konsumen investor sehingga melebihi kapasitas potensial dalam ekonomi. Asumsi pokok dalam teori ini adalah bahwa kurva penawaran barang dan jasa adalah elastis sempurna sampai pada tingkat full employment, kurva penawaran barang
Universitas Sumatera Utara
dan jasa berubah menjadi tidak elastis sama sekali sehingga permintaan akan menaikkan harga umum. D Teori Cost Push Teori ini mengemukakan bahwa ketidaksempurnaan pasar adalah penyebab peningkatan harga umum. Kurva penawaran tidak bersifat elastis sempurna sebelum tingkat pendapatan full employment dicapai. Produsen yang menguasai pasar dan serikat-serikat buruh yang kuat menuntut kenaikan upah dapat menyebabkan kenaikan harga umum.
2.3.5 Kebijakan Pengendalian Inflasi Upaya – upaya untuk mengendalikan inflasi dapat berupa penerapan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter : 1. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah untuk: •
Mengubah dan mengendaikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dengan maksud untuk mengatasi masalah yang sering dihadapi. Kebijakan fiskal dalam jangka pendek dapat berupa :
•
Membuat perubahan yang yang berkaitan dengan pembelanjaan / pengeluaran pemerintah.
•
Membuat perubahan yang berkaitan dengan sistem pajak dan jumlah pajak yang ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kebijakan Moneter Cara-cara mengatasi inflasi melalui kebijakan moneter untuk sebagian besar berhubungan dengan politik Bank Sentral. Tujuannya adalah untuk mengurangi pengeluaran dari masyarakat seluruhnya. Bank Sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam mayarakat dengan tiga cara, yaitu: •
Politik Diskonto Keinginan orang-orang atau badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankan dan besarnya bungan yang harus dibayar dari modal yang di pinjam. Jika bunga pinjaman semakin besar, maka akan ada kecenderungan tertahannya aktivitas
yang besar
yang pembiayaannya
didasarkan atas pinjaman dari badan kredit. Dengan demikian, jika Bank Sentral menetapkan bunga kredit yang tinggi mengakibatkan bank-bank umum umum mengurangi pinjamannya dari bank sentral. Hal ini akan mengakibatkan pinjaman ke masyarakat pun akan semakin berkurang dari bank-bank umum atau badan-badan kredit yang berarti mengurangi tekanan inflasi. •
Politik Pasar Terbuka Salah satu cara umum yang digunakan dalam mengatasi inflasi oleh Bank Sentral adalah mengadakan politik pasar terbuka. Politik pasar terbuka yang digunakan untuk mengatasi inflasi ini kadang-kadang disebut juga sebagai “Tight Money Policy” . Dengan kebijakan ini diharapkan Bank Sentral akan
Universitas Sumatera Utara
menjual surat-surat berharga seperti obligasi kepada masyarakat dan penjualan ini juga ditujukan untuk bank umum. •
Cash Ratio Perbandingan antara uang tunai bank-bank dengan demand deposit Bank Sentral terhadap demand deposit masyarakat terhadap bank-bank yang bersangkutan. Manaikkan cash ratio dan reserve requirement daripada bankbank dagang merupakan suatu tindakan anti inflasi, oleh karena ini selain untuk mengurangi kemungkinan memenuhi permintaan kredit dari anggota masyarakat.
2.4 Giro Wajib Minimum 2.4.1 Pengertian Giro Wajib Minimum Giro Wajib Minimum (GWM) adalah perbandingan antara saldo giro bank yang wajib ditempatkan terhadap Bank Indonesia terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang dimiliki bank. Kewajiban memelihara dan pemenuhan persentase GWM dihitung dengan membandingkan jumlah Saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan terhadap rata – rata harian jumlah DPK dalam satu masa laporan pada masa dua laporan sebelumnya sebagai berikut : Saldo Giro pada Bank Indonesia Setiap Hari Dalam Satu Masa Laporan 100% Rata-rata Harian Jumlah DPK Dalam satu Masa Laporan Pada Dua masa Laporan sebelumnya
x
Universitas Sumatera Utara
Saldo rekening giro pada Bank Indonesia masing-masing terdiri dari rekening giro Rupiah dan rekening giro valas pada Bank indonesia dan juga dana pihak ketiga yang terdiri dari jumlah DPK dalam Rupiah (giro,simpanan berjangka, tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya) pada seluruh kantor Bank di Indonesia dan jumlah DPK dalam Valuta asing (giro, simpanan berjangka dan kewajiban-kewajiban lainnya) pada seluruh kantor bank di Indonesia. Bank Indonesia memberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang diperuntukkan untuk pemenuhan kewajiban tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3% per tahun. Jasa giro sebesar 3% merupakan tingkat bunga efektif tahunan ( Effective Annual Rate ) yang ditentukan berdasarkan periode compaunding harian selama 360 hari dengan rumus sebagai berikut : Effective annual rate = ( 1 + ( tingkat bunga tahunan ))360 hari - 1 360 hari 2.4.2 Tujuan Giro Wajib Minimum Cadangan wajib memiliki 2 tujuan yaitu : •
Menyerap kelebihan cadangan yang besar atau mengimbangi adanya kehilangan cadangan dalam jumlah yang besar. Dalam contoh, dalam suatu krisis likuiditas penurunan cadangan wajib memberikan cara untuk memelihara solvabilitas dari sistem keuangan.
•
Mengumumkan keputusan kebijaksanaan penting baik kepada masyarakat maupun bank. Perubahan cadangan wajib merupakan tindakan yang terbuka dan dipublikasikan dengan baik dan demikian memberikan jalan yang labih baik untuk menjaga likuiditas setiap bank.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Persentase Giro wajib Minimum Pada prinsipnya GWM dalam rupiah yang wajib dipelihara bagi bank ditetapkan sebesar 5% dari DPK dengan ketentuan sebagai berikut : •
DPK > Rp 1 trilliun – Rp 10 trilliun Bank yang memiliki DPKdalam rupiah sebesar dari Rp 1 trilliun sampai Rp 10 trilliun, wajib memelihara tambahan GWM Rupiah sebesar 1% dari DPK dalam rupiah
•
DPK > Rp 10 trilliun – Rp 50 trilliun Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari 10 trilliun sampai dengan 50 trilliun, wajib memelihara tambahan GWM Rupiah sebesar 2% dari DPK dalam Rupiah.
•
DPK > Rp 50 trilliun Bank yang memelihara DPK dalam Rupiah lebih besar dari Rp 50 trilliun, wajib memelihara tambahan GWM Rupiah sebesar 3% dari DPK dalam Rupiah.
•
DPK < 1 trilliun Bank yang memelihara DPK dalam Rupiah sampai dengan 1 trilliun tidak dikenakan kewajiban tambahan GWM. Artinya bank tersebut hanya diwajibkan memeliki GWM sebesar 5% dari DPK dalam Rupiah.
Universitas Sumatera Utara