7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
EDP Coating 2.1.1
Pengenalan EDP 2.1.1.1 Pengertian ED Coating Secara Umum ED coating atau electro deposition coating adalah suatu metoda pengecatan dimana ED paint atau cat ED yang terdispersi didalam air secara elektris terdeposit diatas substrat dan membentuk suatu lapisan yang uniform dan tidak larut dalam air. Secara umum terdapat 2 jenis ED coating yaitu AED
(Anodic
Electrodeposition)
dan
CED
(Cathodic
Electrodeposition). Berikut perbedaan antara kedua jenis ED :
Tabel 2.1 Perbedaan AED dan CED ITEM Substrat Cat bahan baku/resin Film Forming Bahan Penetral Pencil hardness pH
AED Anoda 1 komponen Poly Butadiene Secara Oksidasi Basa (Amine)
CED Katoda 2 komponen Epoxy Polyamide Ikatan Silang Asam (Asam Asetat) >F 6 -7
8
2.1.1.2 Komposisi cat CED secara umum Di dalam cat CED terdapat 2 komponen yaitu pasta pikmen F1 dan emulsi F2. Berikut kandungan yang terdapat di dalam masing-masing komponen : • Pasta pikmen F1 yang terdiri dari: 1. Resin Epoxy yang larut dalam air 2. Pikmen • Emulsi F2 yang terdiri dari: 1. Resin Epoxy 2. Solvent 2.1.1.3 Cara mencampur komponen F1 dan F2 Pada saat make-up, perbandingan F1 dan F2 adalah tertentu, sedangkan pada proses penambahan/replenishment, perbandingan tersebut akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi cat dalam tangki.
2.1.1.4 Keuntungan dan kerugian penggunaan cat CED secara umum Keuntungan penggunaan ED coating secara umum:
9
•
Otomatis Artinya seluruh proses dari pre-treatment sampai pengeringan melalui proses otomatisasi, berarti akan menghemat biaya pengecatan.
•
Terbantuknya lapisan film yang seragam Arinya ketebalan yang diinginkan secara mudah dapat diperoleh dengan cara pengaturan tegangan listriknya.
•
High throwing power Artinya bagian-bagian yang pada pengecatan secara konvensional tidak terjangkau pada cara ini dapat diatasi sehingga daya tahan terhadap korosi menjadi meningkat.
•
Pemakaian cat lebih efisien
•
Cat sulit terbakar Artinya cat ED adalah berpelarut air jadi meskipun cat tersebut masih mengandung bahan-bahan kimia lain, maka cat tersebut tetap sulit terbakar. Meskipun demikian harus tetap berhati-hati karena pada proses tersebut terbentuk gas H2 dan O2 dari hasil elektrolisa.
•
Pencemaran
terhadap
(karena system celup)
lingkungan
berkurang
10
•
Penampilan lapisan filmnya lebih baik, karena ketebalannya yang lebih merata
•
Daya tahan terhadap karat, lebih baik. Sedangkan kerugian penggunaan ED coating secara
umum adalah : • Ketebalan lapisan cat terbatas pada jenis yang digunakan • Ketahanan terhadap cuaca agak berkurang, artinya harus segera ditutup dengan top coat • Pemeliharaan hanger harus diperhatikan agar daya hantar listrik dari hanger tetap bagus • Hanya dapat digunakan untuk pengecatan bahan yang konduktif 2.1.1.5
Penggunaan Pengecatan ED Pengecatan dengan proses ED direkomendasikan untuk penggunaan pada: • Badan mobil atau bagian-bagian mobil • Mesin-mesin industri • Motor dan bagian-bagiannya Pengecatan ED tidak mencakup semua bahan, terdapat beberapa bahan yang tidak cocok apabila dicat dengan proses ED. Bahan-bahan tersebut adalah :
11
• Bahan-bahan yang tidak mengandung metal • Bahan-bahan yang tidak tahan terhadap suhu tinggi, ±180oC
2.1.1.6 Pentingnya pretreatment sebelum proses ED • Degreasing Proses ini bertujuan untuk menghilangkan minyakminyak
anti
korosi
pada
substrat,
selain
itu
menghilangkan bahan kimia alkali terutama ion Na+ yang
dapat
menurunkan
Rupture
Voltage.
Pada proses degreasing yang tidak sempurna akan menyebabkan pembentukan film yang tidak merata, serta timbulnya cacat crater pada lapisan yang terdeposit pada substrat.
Dan
ketidakrataan
lapisan
ini
akan
menimbulkan kesulitan pada proses ED misalnya lapisan yang terjadi permukaannya kasar, timbul bercak-bercak pada permukaan produk. • Surface Conditioning/perbaikan permukaan Proses ini berlangsung ketika proses Degreasing dan sebelum proses Phospathing. Adapun tujuan dari proses ini adalah untuk memperbaiki keadaan permukaan
12
produk,
sehingga
pembentukan
Kristal
phosphate
menjadi sempurna. proses berlangsung dengan cara mencelupkan produk kedalam bahan kimia tertentu. • Phosphating Phospathing
adalah
proses
pelapisan
garam
phosphate pada substrat dengan maksud meningkatkan daya lekat terhadap film ED dan ketahanan korosi film total. Pada proses ini harus diingat bahwa sebelumnya kita telah melakukan proses degreasing, dimana senyawa yang dipergunakan mengandung ion Na. • Final Water Rinse Proses
ini
adalah
pembilasan
terakhir
yang
menggunakan DIW (DI Water) yaitu air yang sebagian besar ion-ion logam dan ion-ion sisa asamnya telah dihilangkan, sehingga memenuhi persyaratan untuk proses ED. Sehingga pada proses tersebut kualitasnya harus selalu dikontrol karena kemungkinan mengandung sejumlah ion kontaminan. Pada pembilasan air yang tidak sempurna akan membawa kontaminan kedalam tangki cat EDP.
13
Dalam pengecatan ED terdapat istilah-istilah yang digunakan. Berikut penjelasan singkat mengenai istilah yang digunakan : • Non-volatile (NV) Bahan tidak menguap atau NV adalah kandungan padatan dalam cat dalam % berat. • pH pH adalah derajat keasaman suatu larutan yang besarnya log [H+]. • Specific Conductivity (SC) Specific Conductivity adalah sifat penghantar listrik cat yang diukur dalam dimensi 1cm jarak dan 1cm2 luas yang dinyatakan dalam µsiemen/cm. • Coulomb Yield Coulomb Yield adalah banyaknya lapisan cat yang terbentuk selama proses ED per 1 Coulomb yang dinyatakan dalam mg/Coulomb. • Throwing Power Throwing Power adalah kemampuan cat mendeposit dan sejauh mana cat tersebut dapat menembus yang hal ini dapat ditest dengan pipe method atau box method.
14
• Ash Content BeratAsh BeratAsh x100% = x100% BeratSolid Berat ( pikmenSolid ) satuan dai ash content dinyatakan dalam grm/100grm ASHContent =
solid • Solvent Content Solvent Content adalah kandungan solvent dalam tangki cat yang dinyatakan dalam % berat • Ion Contaminant Ion Contaminant adalah ion-ion yang dapat mencemari tangki cat seperti misalnya ion Na, Fe, Zn, K dan lainlain yang akan mempengaruhi kenampakan lapisan, apabila jumlahnya melampaui batas yang diijinkan misal ion Na<30ppm ion Fe<100ppm. • MEQ MEQ (MEQ/100 gr solid) adalah mili equivalen dari pada bahan penetral (neutralizer) dalam cat yang diukur secara potensiometris, dengan larutan NaOH. • L-Effect L-Effect adalah cara evaluasi kenampakan cat pada permukaan
horizontal
dan
vertical
mempergunakan panel yang berbentuk L.
dengan
15
• Turn Over Turn
Over
adalah
kecepatan
penambahancat
(replenishment). 1 (satu) Turn over adalah solid cat yang ditambahkan sama dengan solid yang ada dalam tangki cat. • Rupture Voltage Rupture Voltage (dalam volt) adalah batas tertinggi dari coating voltage, dimana apabila nilai voltage tersebut dilampaui, maka akan timbul cacat pada lapisan cat yang terjadi. • Ultra Fitration System (UF System) Ultra Filtration Sistem adalah suatu sistem penyaringan yang dapat memisahkan cat menjadi bagian yang mempunyai berat molekul rendah dan bagian yang mempunyai berat molekul tinggi. Filtrat yang dihasilkan dapat dipakai untuk proses pembilasan dalam proses pengecatan ED, sedangkan fase lainnya dikembalikan ketangki cat, yang berarti akan menghemat cat. Apabila terjadi kontaminsi, maka kontaminan tersebut akan terbawa dalam filtrat yang selanjutnya dapat dibuang sehingga cacat yang terjadi dapat diatasi.
16
• Protective Membrant System Protective Membrant System adalah suatu membran yang berupa ion Exchanger atau bahan penukar ion yang berfungsi mengatur keseimbangan kadar
asam dalam
tangki cat, sehingga kadar asam selalu terkendali.
2.1.2
Pengendalian ED line secara umum Disamping spesifikasi dari cat ED harus dipenuhi, beberapa standar kontrol harus dilakukan selama proses berlangsung diantaranya adalah: 1. Cat segar atau feed (umpan) yang harus ditambahkan dengan maksud untuk menjaga agar NV tetap stabil/konstan sesuai dengan ketentuan yang diharuskan. 2. Performance
hasil
kenampakan
proses
pengecatan lapisan
(ketebalan
dan film).
apabila ada kelalaian yang terjadi harus segera dicari penyebabnya. Misalnya untuk mendapatkan ketebalan tertentu (film thickness ±20µ) dengan kenampakan yang halus perlu adanya pemeriksaan yang teliti oleh pihak pemakai dan pihak penyedia cat, misalnya:
17
i. Test bath point adalah 1 minggu atau 2 minggu sekali ii. Inspection test panel dalam ED line adalah setiap hari pada saat operasi 3. Penambahan
dan
pengaturan
solven.
Akibat pengaruh suhu lingkungan, maka kadar solvent akan menurun yang hal ini akan mengakibatkan rendahnya ketebalan lapisan cat dan kenampakan yang jelek sehingga perlu dilakukan penambahan solvent yang sesuai dengan kandungan dengan kandungan solvent dalam spesifikasi. 4. Pengaturan pH dan MEQ, dengan cara menambah aditif. 5. Pemeriksaan suhu cat dalam bak. 6. Pemeriksaan batas permukaan antara tangki cat utama dan tangki penampungan luapan atau sub-tank dalam hal ini batas maksimumnya adalah 5 cm, dengan cara menambahkan DIW dan cat, untuk mengimbangi terjadinya penguapan dan untuk mencegah terjadinya busa yang akan menimbulkan cacat/defect berupa pin hole. 7. Pencegahan terhadap terjadinya pengurangan solvent dan DIW, hal ini dilakukan dengan cara menutup tangki cat utama dengan PVC sheet pada saat tidak beroperasi.
18
8. Pemeriksaan system anolyte, cairan anolyte yang normal berwarna kekuning-kuningan dan bening atau transparan. Jadi apabila suatu saat berwarna keabu-abuan dan keruh, kemungkinan besar sistem membrannya rusak atau bocor. 9. Pengujian mutu DIW harus sering dilakukan dengan maksud untuk mencegah terjadinya kontaminasi ion-ion. 10. Memperhatikan kebersihan lingkungan sehingga tidak mencemari cat yang hal ini dapat menyebabkan terjadinya cacat crater. 11. Pemeriksaan proses pretreatment, sebab proses pretreatment yang tidak sempurna akan menyebabkan terjadinya kesulitan pada proses ED seperti misalnya pembilasan yang tidak sempurna akan membawa kontaminasi masuk kedalam tangki cat dan hasil pengecatan bintik-bintik atau kotor. 12. Pembuatan laporan harian yang lengkap yang hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui hasil proses ED sehingga apabila terjadi masalah
dapat
segera
dilakukan
tindakan-tindakan
untuk
mengatasinya. 13. Tindakan perbaikan terhadap cat dan protes ED 14. Pemeriksaan standar terhadap cat yang ada didalam bak harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. 15. Pemeriksaan terhadap suhu pengeringan atau oven.
19
2.1.3
Paramater – Parameter untuk Pengontrolan Bak
20
2.2
Diagram Sebab akibat Diagram sebab akibat ialah suatu diagram yang menunjukan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, diagram sebab akibat digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram sebab akibat ini sering disebut dengan diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan atau diagram (ishikawa’s diagram)
karena pertama kali dikenalkan oleh Prof. Kaoru
Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1953. Pada dasarnya diagram
sebab-akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut : •
Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
•
Membantu mengembangkan ide-ide untu soluasi suatu masalah.
•
Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Dalam pembuatan diagram sebab-akibat ada 4 prinsip gagasan yang bisa diperhatikan yaitu : •
Jangan melarang seseorang untuk berbicara.
•
Jangan mengkritik pendapat orang lain.
•
Semakin banyak pendapat, maka hasil akhir akan semakin baik.
•
Ambillah manfaat dari idea atau pendapat orang lain.
21
Untuk mencari faktor – faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa 5 (lima) faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu: •
Manusia (man)
•
Metode kerja (work-method)
•
Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine/equipment).
•
Bahan-bahan baku (raw materials).
•
Lingkungan kerja (work environment).
Hubungan penyimpangan kualitas dengan faktor-faktor penyebab tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar 2.1 Gambaran Diagram Tulang Ikan
AKIBAT (EFFECT) = kualitas hasil kerja SEBAB (CAUSE)
= faktor-faktor yang secara signifikan memberikan
pengaruh dan mengaakibatkan sesuatu pada kualitas output kerja.
22
Diagram sebab-akibat ini sangat bermanfaat untuk mencari faktor-faktor penyebab sedetail-detailnya (uncountable) dan mencari hubungannya dengan penyimpangan kualitas kerja yang ditimbulkannya.
23
2.3
Diagram Pareto (Pareto Chart) 2.3.1
Tentang Diagram Pareto Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto (1848-1923). Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah). Diagram pareto juga dapat
mengidentifikasi
masalah
yang
paling
penting
yang
mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam
mengalokasikan
sumber
daya
yang
terbatas
untuk
menyelesaikan masalah (mitra,1993). Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses. Penyusunan Diagram Pareto sangat sederhana. Menurut Mitra (1993) Dan Besterfield (1998), proses penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah, yaitu:
24
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. 2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karekteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit dan sebagainya. 3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 4. Merangkum data dan memuat ranking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga terkecil. 5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. 6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relative masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.
Adapun gambar mengenai Diagram Pareto dapat dilihat pada diagram 2.1 dibawah ini:
25
Diagram 2.1 Contoh Diagram Pareto
Penggunaan Diagram Pareto merupakan proses yang tidak pernah berakhir. Misalnya, dari Gambar 2.5 diatas, masalah F merupakan target dalam program perbaikan. Apabila program tersebut berhasil, maka di waktu mendatang analisis pareto dilakukan lagi dan masalah C yang akan menjadi target dalam program perbaikan. Selanjutnya proses tersebut dilakukan hingga perbaikan dapat dilakukan secara menyeluruh. Secara keseluruhan, Diagram Pareto dapat dibuat dalam bentuk persentase yang merupakan tipe kesalahan kumulatif. Hal ini tampak seperti diagram 2.2.
26
Diagram 2.2 Diagram Pareto Kumulatif
27
2.4
Diagram Alur Diagram alur merupakan diagram yang menunjukkan aliran atau urutan suatu proses atau peristiwa. Diagram tersebut akan memudahkan dalam menggambarkan suatu sistem, mengidentifikasi masalah, dan melakukan tindakan pengandalian. Diagram alur juga menunjukkan siapa pelanggan pada maisng-masing tahap proses. Diagram tersebut akan lebih baik apabila disusun oleh suatu tim, sehingga dapat diketahui serangkaian proses secara jelas dan tepat. Tindakan perbaikan dapat dicapai dengan pengurangan atau penyederhanaan tahapan proses, pengkombinasian proses, atau membuat frekuensi terjadinya langkah atau proses lebih efisien. Gambar diagram alur dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.2 Contoh Model Diagram Alur
28
2.5
Analytical Hierarchy Process (AHP) Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran. Ia digunakan untuk menentukan skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontiniu. Perbandingan-perbandingan in dapat diambil dari ukuran actual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefansi relative. AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya. 2.5.1
Dasar-dasar AHP Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah: decomposition, comparative judgement, synthesis of priority dan logical consistency. •
Decomposition Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsure-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsure-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis hirarki, yaitu lengkap dan tak lengkap. Dalam hirarki lengkap,
29
semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarki tak lengkap. •
Comperative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah: a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin/..)? dan b. Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin/..)? Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan patokan tabel dibawah.
30
Tabel 2.3 Skala Dasar Tingkat
Definisi
Kepentingan 1
Sama pentingnya disbanding yang lain
3
Moderat pentingnya disbanding yang lain
5
Kuat pentingnya disbanding yang lain
7
Sangat kuat pentingnya disbanding yang lain
9
Ekstrim pentingnya dibanding yang lain
2,4,6,8
Nilai di antara dua penilaian yang berdekatan
Reciprocal
Jika elemen i memiliki salah satu angka di atas ketika dibandingkan elemen j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibanding elemen i.
Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting disbanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya disbanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya, sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n. Banyaknya penilaian yang
31
diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriksnya reciprocal dan elemen-elemen diagonal sama dengan1. •
Synthesis of Priority Dari setiap matriks pairwise comprasion, kemudian dicari eigenvectornya untuk mendapatkan local priority. Karen matriks(matrik-matriks) pairwise comprasion terdapat pada setiap tingkat. Maka unutk mendapatkan global Priority, harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarchy. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relative melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
•
Logical Consistency Konsistensi memiliki 2 makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan dalam himpunan yang seragam jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tidak dapat, jika rasa ssebagai kriterianya. Arti kedua, adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibandingkan dengan gula, dan gula 2x lebih manis dibandingkan dengan sirup, maka seharusnya
32
madu, dinilai 10x lebih manis dibandingkan sirup. Jika madu hanya dinilai 4x manisnya dibanding sirop, maka penilaian tidak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian lebih tepat.
2.6
Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diiharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan langsunng dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman angket kepada responden tidak perlu melalui pos. dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan member data obyektif dan cepat.
33
Uma sekaran ( 1992 ) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu : prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik. 1. Prinsip Penulisan Angket Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu : isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbukanegatif positif, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan. a. Isi dan tujuan pertanyaan Yang dimaksud disini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan?. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam mmembuat pertanyaan harus diteliti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. b. Bahasa yang digunakan Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner ( angket ) harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahas yang digunakan
34
dalam kuesioner harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan social budaya dan “frame of reference “ dari responden. c. Tipe dan bentuk pertanyaan Tipe pertanyaan dalam kuesioner dapat terbuka atau tertutup, ( kalau dalam wawancara : terstruktur dan tidak terstruktur ). Dan bentuknya dapat mengunakan kalimat positif atau negative. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal. Contoh : bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan-iklan di TV saat ini?. Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah bersedia. Setiap pertanyaan kuesioner yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval, dan ratio, adalah bentuk pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah berkumpul. Pertanyaan/pernyataan dalam angket perlu dibuat positif dan negatife agar responden dalam memberikan jawaban setiap pertanyaan lebih serius, dan tidak mekanistis.
35
d. Pertanyaan tidak mendua Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua ( double-barreled ) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban. Contoh : bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan harga barang tersebut ? ini adalah pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan harga. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu : bagaimanakah kualitas barang tersebut ? bagaimanakah harga barang tersebut ? e. Tidak menanyakan yang sudah lupa Setiap pertanyaan dalam instrument kuesioner, sebaiknnya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat. Contoh misalnya : bagaimanakah kinerja para penguasa Indonesia 30 tahun lalu ? menurut anda, baimanakah cara mengatasi krisis ekonomi saat ini ? ( kecuali penelitian yang mengharapakn pendapat para ahli ). Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun, dan pendidikannya rendah, maka akan sulit memberikan jawaban. f. Pertanyaan tidak menggiring Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau yang jelek saja. Misalnya : bagaimanakah kalau bonus atau jasa pemasaran ditingkatkan?? Jawaban responden tentu
36
cenderung akan setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama setahun terakhir ? jawabannya akan cenderung baik. g. Panjang pertanyaan Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 – 30 petanyaan. h. Urutan pertanyaan Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau awalnya sudah diberi pertanyaan yang sulit, atau yang spesifik, maka respon akan patah semangat untuk mengisi angket yang telah mereka terima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
37
2. Prinsip pengukuran Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu instrumen kuesioner tersebut harus digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data penelitian yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen kuesioner tersebut diberikan kepada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu. Instrumen yang tidak valid dan reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula. 3. Penampilan fisik kuesioner Penampilan fisik kuesioner sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi kuesioner. Kuesioner yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan kuesioner yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi kuesioner yang dicetak dikertas bagus dan berwarna akan menjadi mahal.