BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Teori Komunikasi Massa Pada zaman yang sudah sangat berkempang seperti sekarang ini sudah hampir semua orang telah menggunakan media, baik itu media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film, maupun media elektronik seperti televise dan radio. Media media seperti itu pada saat ini sudah bagaikan kebutuhan pokok untuk sebagian orang. Dengan media itulah komunikasi massa bisa tercapai, pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Massa di sini menunjuk kepada audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Dan seiring tekhnologi yang semakin canggih dan maju kini internet juga sudah masuk dalam bentuk komunikasi massa, dengan demikian bentuk komunikasi massa bisa ditambahkan dengan internet. Jadi media massa itu antara lain: televisi, radio, internet, majalah, Koran, tabloid, buku, dan film (film bioskop dan bukan negatif film yang dihasilkan kamera. Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (Nurudin, 2007:8-9). Menurut mereka bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mengcakup hal-hal sebagai berikut:
8
9 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televise, film, atau gabungan antara media tersebut. 2. Komunikator dalam media massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermagsud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah milik publik . artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karna itu, diartikan milik public. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga itupun juga biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya , pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok
atau public dimana
yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi memperluas pesan
10 yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubric, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. 6. Unpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, unpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya dalam komunikasi antar pesona. Dalam
komunikasi ini unpan balik langsung
dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed). Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dengan komunikasi lain adalah ia bisa megatasi hambatan ruang dan waktu. Alaxis S. Tan memberikan sifat khusus yang dimiliki media massa , ia membandingkan media massa dengan interpersonal communication. “jika kita bisa mebedakan komunikasi massa dengan interpersonal communication, kita akan mengetahui apa itu komunikasi massa,”. (Nurudin, 2007 : 9) Dan bagi Nabeel jurdi dalam bukunya Readings in mass communication ( disebutkan bahwa “in mass communication, there is no face to face contact (dalam komunikasi massa, tidak ada tatap muka antar penerima pesan). (2007:10) Tatap muka yang dimagsud diatas bukan lah tatap muka antar satu keluarga yang menonton televisi bersama-sama. Tetapi karna komunikasi massa
11 melalu media, jadi tidak adanya tatap muka secara langsung antara pemberi dan penerima pesan. Definisi lain yang dikemukakan oleh Josep A. Devito yakni,
“First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined, second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communications is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes, “
Jika diterjemahkan secara bebas ini berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umunya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah atau lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi , radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita). (Nurudin, 2007 : 11) Sementara itu menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney disebutkan,
“Mass communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas,anonym, dan heterogen)”. (2007 : 12)
12 2.1.1. Ciri Ciri Komunikasi Massa a) Komunikan Dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya penonton film dalam kasus penulis beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sisial ekonomi, memiliki jabatan beragam, memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Herbert
Blumer
pernah
memberikan
ciri
tentang
karakteristik
audience/komunikan sebagai berikut (Nurudin, 2007 : 22) •
Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.
•
Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di samping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
•
Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.
b) Komunikasi Massa menimbulkan keserempakan Dalam kasus penulis, apabila kita senang menonton film Realita, Cinta, dan Rock ‘N Roll yang disiarkan oleh salah satu TV swasta SCTV. Tanpa kita sadari film tersebut juga sedang disaksikan oleh ribuan bahkan jutaan pasang mata diluar sana. Film tersebut sangat mustahil disiarkan dengan waktu yang berbedabeda, hari ini disiarkan di Jakarta dan keesokannya disiarkan di Kalimantan. Karna acara itu disiarkan secara serempak saat itu juga. Bahkan apabila kita
13 menyaksinan pertandingan sepak bola seperti Piala Dunia hampir seluruh masyarakat di dunia meyaksikan dalam waktu yang bersamaan.
c) Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Mengandalkan peralatan teknis mungkin sudah kewajiban atau alat utama bagi para komunikasi massa, seperti misalnya pemancar untuk media elektronik seperti televisi dan radio. Bahkan sekarang ini sudah terjadi revolusi komunikasi massa dengan menggunakan satelit. Peranan satelit sangat memudahkan proses penyampaian pesan yang ingin dilakukan media elektronik seperti televisi. Skarang ini juga sering televisi melakukan siaran langsung (live), dan bukan siaran langsung (recorded) Bukan hanya televisi saja, radio juga membutuhkan stasiun pemancar atau relay. Pemancar adalah alat wajib yang dibutuhkan radio
d) Berlangsung Satu Arah Bandingkan dengan Komunikasi antarpersonal yang berlangsung dua arah. Dalam komunikasi massa feed back baru akan diperoleh komunikasi berlangsung (Suprapto 2009 : 19)
e) Komunikasi Massa Dikontrol Oleh Gatekeeper Gatekeeper adalah orang yang berfungsi sebagai menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas, agar semua informasi yang telah diberikan lebih mudah dipahami. Gatekeeper sangat lah penting peranannya, karna apabila tidak
14 adanya gatekeeper bahan-bahan, peristiwa, atau data secara mentah dan disiarkan media massa beragam dan itu akan sangat banyak. Tentu tidak semua bahan
itu
akan
diberikan,
disinilah
berfungsinya
gatekeeper
sebagai
pemilahan,pemilihan, dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan. Gatekeeper yang dimagsud dalam kasus penulis ialah editor film, cameramen, sutradaran dan lembaga sensor film yang semuanya memengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam pesan-pesan dari media massa masingmasing. Bisa dibilang gatekeeper sangat menentukan berkualitan atau tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkan tergantung dengan pemalang pintu ini.
2.1.2. Fungsi Komunikasi Massa Adapun komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut : a) Menginformasikan (to inform) Sebagai media untuk menginformasikan tentang hal-hal apa saja yang penting maupun tidak penting kepada audience nya. Contohnya seperti berita, baik di media televisi, radio maupun majalah. b) Memberi hiburan (to entertain) Sebagai media hiburan kepada para audience. contohnya acara quis pada televisi, musik pada radio, cerita pendek pada majalah, dan cerita fiktif pada film.
15 c) Membujuk (to persuade) membujuk dalam media massa bisa dicontohkan seperti pada saat pilkada, bagi calon kepala daerah media massa adalah instrumen yang bakal dimaksimalkan
untuk
membangun
komunikasi
politik,
untuk
menyosialisasikan pencalonan agar dipilih oleh audience yang melihatnya. d) Transmisi budaya (transmission of the culture) transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Komunikan secara sadar dan tidak sadar mempelajari budaya tertentu melalui media massa.
2.2.
Unsur Drama Unsur-unsur drama meliputi: 1) Tema :gagasan/ide/dasar cerita 2) Alur :tahapan cerita yang bersambungan.Meliputi pemaparan, pertikaian, klimaks, pelarian. Dilihat dari cara menyusun:alur maju, alur mundur, alur sorot balik, alur gabungan. 3) Tokoh:pemain/orang yang berperan dalam cerita Tokoh dilihat dari watak : protagonist, antagonis, tritagonis
16 Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita: tokoh utama (sentral), dan tokoh bawahan (sampingan) 4) Latar: bagian dari cerita yang menceritakan latar waktu dan kejadian ketika tokoh mengalami kejadian.
2.3.
Teori SMCR Komunikasi
adalah
proses
penyampaian
pesan
(message)
dari
sumber/komunikator (source) kepada penerima pesan (receiver). Meskipun pada dasarnya komunikan bisa menyampaikan pesan langsung ke receiver, tetapi kerap kali penyampaian pesan dilakukan melalui media tertentu (channel). Itu sama seperti yang diungkapkajn oleh Berlo, ahli komunikasi dari Amerika. Komunikasi SMCR Berlo terdiri dari komponen dasar : 1. Source (sumber), Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan banyak individu. Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder. Menurut Berlo, source dan receiver dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ketrampilan berkomunikasi, tindakan yang diambil, luasnya pengetahuan, sistem sosial, dan kebudayaan lingkungan sekitar 2. Message (pesan), pesan adalah inti dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh seseorang (komunikator). Pesan bersifat menghibur, informatif, edukatif, persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan
17 disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message, Content, atau Information. pesan yang diutarakan dikembangkan sesuai dengan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Kemudian channel yang akan digunakan berhubungan langsung dengan panca indera, yaitu dengan melihat, mendengar, menyentuh, mencium bau-bauan, dan mencicipi. 3. Channel (media dan saluran komunikasi), saluran komunikasi terdiri atas tiga bagian, lisan, tertulis dan elektronik. Media disini adalah sebuah alat untuk pengiriman pesan tersebut. Misalnya komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa) dapat menggunakan media cetak (Koran, surat kabar, majalah, dll) dan media eketronik (TV, radio, film). Untuk internet masuk media yang fleksibel, karna bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa karna internet mencakup segalanya. 4. Receiver (penerima pesan), Penerima adalah orang yang mendapatkan pesan dari komunikator melalui media. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi. Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima dapat juga disebut sebagai public, khalayak, masyarakat, dll.Receiver meliputi aspek keterampilan dalam
berkomunikasi,sikap,pengetahuan,system
social,kebudayaan.
(http://kuliahnyaevaa.blogspot.com/2010/11/model-berlo-pada-tahun1960david-k-belo_06.html; 12 April 2012; 17:55)
18 Menurut Berlo, dengan demikian proses komunikasi dapat terjadi apabila empat komponen tersebut terdapat saling hubungan, saling berproses dalam mewujudkan komunikasi yang dikehendaki. Teori dasar komunikasi inilah yang melandasi munculnya Media Komunikasi. Media Komunikasi menjadi dasar munculnya Media Belajar atau Media Pembelajaran. Karena pada dasarnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi yang terjadi antara Sumber dan Penerima.
2.4.
Pengaruh Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002, 849) pengaruh adalah “Daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang / benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Pengaruh dapat terjadi kapan saja, bisa dalam bentuk perubahan, pengetahuan, sikap, dan perilaku sekalipun. Pada tingkat pengetahuan, pengaruh bisa saja terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Dan dari pengertian diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk dan mengubah sesuatu yang lain. Dan dalam kasus penulis dapatkah film Realita Cinta Dan Rock And Roll mempengaruhi style anak IPA SMAN 6 Jakarta angaktan 2012.
2.5.
Model Hierachy of Effects Menurut Ray yang dikutip Mc Quail, hirarki efek atau dampak yang normal merupakan proses yang berawal dari :
19 •
“Efek kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahuai, dipahami. Atau dipersepsikan khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi, pengetahuan, keterampilan dan informasi.
•
Efek afektif, timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi khalayak. Efek ini berhubungan dengan emosi dan sikap.
•
Efek konatif, menunjuk pada perilaku yang dapat diamati yang meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan-kebiasaan perilaku” (Denis McQuail 1991 : 235)
2.5.1
Teori Kognitif
Menurut Littlejohn adalah, “The cognitive tradition concentrates on the mental process that mediated between input and output, between stimulus and respons. Cognitive theoris assume you have purposes and make choice and these theorist deal with the mental processes that make you action possible. Cognitive theoris focus on the content structure, and processes of your mind.” (Littlejohn 1989 : 109)
Jadi efek kognitif adalah seseorang yang terfokus pada pembentukan mental yang terjadi antara input (stimulus) dan output (respon) yang diperoleh dari lingkungan. Teori ini menggambarkan seseorang mempunyai tujuan dan membuat pilihannya dan teori ini melalui proses mental yang membuka tindakan anda menjadi mungkin. Menurut Ray seperti yang dikutip McQuail, “Efek kognitif, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsikan khalayak.
20 Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, dan informasi. (Denis McQuail 1991 : 235) Jadi efek kognitif adalah proses mengetahui, memahami, dan mempersiapkan akan akan suatu informasi yang diterima berkaitan dengan pengetahuan yang terdapat di dalam informasi tersebut. Teori kognitif terdapat 6 aspek, yaitu : 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah, tetapi paling mendasar. Dengan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide, prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, atau kesimpulan. 2. Pemahaman (comprehension) Pemahaman atau dapat disebut juga dengan mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktir kognitif yang ada. Temuan ini diakomodasikan dan kemudian berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk stuktur kognitif yang baru, yang meliputi : •
Translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna.
•
Interprentasi yaitu makna yang terdapat dalam simbol, baik dalam simbol verbal maupun non-verbal. Seseorang dapat dikatakan telah dapat mengintrepetasikan tentang suatu konsep atau prinsip tertentu
21 apabila
dia
mampu
mebedakan,
membandingkan,
atau
mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain. •
Ekstrapolasi yaitu melihat kecendrungan, arah atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada suatu siswa dihadapkan rangkaian bilangan 2, 3, 5, 7, 11 dengan kemampuan ekstrapolasinya tentu dia akan mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu, terlebih dahulu dicari prinsip apa yang berkerja diantara kelima bilangan itu. Jika ditemukan bahwa kelima bilangan tersebut adalah bilangan urutan bilangan prima, maka kelanjutannya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
3. Penguraian (analysis) Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukan hubungan antar bagian tersebut, melihat penyebab penyebab dan suatu peristiwa atau memberi argument-argumen yang menyokong suatu pernyataan.
4. Memadukan (synthesis) Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi suatu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan befikir induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh memilih nada dan irama dan kemudian menggabungkannya sehingga menjadi gubahan music yang baru, memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan yang baru, menciptakan logo organisasi.
22 5. Penerapan (application) Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan
ini
jika
ia
dapat
memberi
contoh,
menggunakan,
mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengindentifikasi hal-hal yang sama. 6. Penilaian (evaluation) Mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar-salah, baikburuk atau bermanfaat tak bermanfaat berdasarkan kriteria kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran yang digunakan : •
Pembenaran berdasarkan kriteria internal: yang dilakukan dengan memperhatikan konsistensi atau kecermatan susuna secara logis unsur-unsur yang ada di dalam objek yang diamati.
•
Pembenaran
berdasarkan
kriteria
eksternal:
yang
dilakukan
berdasarkan kriteria kriteria yang bersumber diluar objek yang diamati, misalnya kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau kecocokan dengan kebutuhan pemakai.
2.5.1
Teori Afektif Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
emosional, seperti perasaan, minat, sikat, kepatuhan, terhadap moral dan sebagainya. Teori afektif terdiri 5 aspek :
23 1) Penerimaan (receiving/attending) Kawasan penerimaan terdiri dari 3 tahap, yaitu : •
Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang akan dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
•
Kemampuan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
•
Menghususkan perhatian (controlled or selected attention). Mungkin perhatian ini hanya tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu saja.
2) Sambutan (responding) Memberikan aksi pada stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut : •
Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh : Mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar tokoh yang disenangi di tembok kamar yang bersangkutan.
•
Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain atau warna saja.
•
Kepuasaan menanggapi (satisfaction of response), yaitu adanya aksi atau kegiatan yang berhubungan dengan usahauntuk memuaskan
24 kegiatan mengetahui. Contohnya :membuat coretan atau gambar, memotret objek yang menjadi pusat perhatian, dan sebagainya.
3) Penilaian (valuing) Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian terdiri dari 4 tahap yaitu : •
Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha memuaskan diri untuk menghadapi secara lebih intensif.
•
Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat memuskan perilaku untuk menikmati, misalnya lukisan yang memiliki yang memuaskan.
•
Komitmen aitu kesetujuan terhadap suatu nilaidengan alasan-alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.
•
Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas keberanian seseorang, menunjukan komitmen terhadap nilai keberanian yang dihargainya.
4) Pengorganisasian (organization) Tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi juga mulai melihat
25 beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi suatu sistem nilai. Dan proses ini terdapat dari dua tahap, yaitu : •
Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu moral atau kebiasaan.
•
Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan tingkat preferensinya.dalam sistem ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada tingkat yang amat paling penting, menyusul kemudia nilai yang dirasakan agak penting, dan seterusnya menurut
urutan
kepentingan
atau
kesenangan
dari
diri
bersangkutan.
5) Karakterisasi (characterization) Karakterisasi
yaitu
kemampuan
untuk
menghayati
atau
mempribadikan sistem nilai. Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat disusun, maka susunan itu belom konsisten di dalam diri yang bersangkutan. Artinya mudah berubahubah sesuai dengan yang dihadapi. Proses ini terdapat dua tahap, yaitu : • Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat masalah dari suatu sudut pandang tertentu.
26 •
Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi corak tersendiri kepada kepribadian diri yang bersangkutan.
2.5.3
Teori Konatif Teori ini berkaitan dengan aspek-aspek ketrampilan yang melibatkan
fungsi sistem syaraf dan otot (neuromuscular system) dan fungsi psikis, yang terdiri dari : 1) Kesiapan Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri tentang keterampilan
tertentu
yang
dinyatakan
dengan
usaha
melaporkan
kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri dengan situasi. 2) Meniru Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh yang diamati walaupun belom mengerti hakikat atau makna dari keterampilan itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-kata walaupin belom tau artinya.
3) Membiasakan Membiasakan yaitu seorang dapat melakukan keterampilan tanpa harus melihat contoh, sekalipun ia belom dapat mengubah polanya. 4) Adaptasi Adapsi yaitu seseorang sudah dapat melakukan modifikasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu dilaksanakan.
27 5) Menciptakan (origination) dimana orang sudah mampu menciptakan sendiri suatu karya. (http://hafizazza.blogspot.com/2011/03/aplikasi-teori-belajar-koqnitifafektif.html; 11 mei 2012; 13:35)
2.6.
Definisi Gaya Style yang diartikan dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang luas yaitu gaya, corak, mode, jenis, dan model dan setiap manusia mempunyai ciri khas dan gaya berbusana masing-masing. Pada film realita cinta dan rock N roll (aktor atau aktris) tentu saja menggunakan pakaian yang menarik perhatian, Film Realita cinta dan rock N roll telah mengangkat kembali gaya Rock N Roll tersendiri dalam fashion. Khususnya remaja putra, mereka sangat tertarik dengan gaya berpakaian, bahkan mereka akan mencontoh gaya idola mereka, dan tentunya menjadikan inspirasi dalam gaya berbusana mereka. Pada dasarnya Gaya (style) adalah sebuah karakteristik dalam mempresentasikan sesuatu. Dalam lingkup pakaian, gaya adalah karakteristik penampilan bahan pakaian, kombinasi fitur-fiturnya yang membuatnya berbeda dengan pakaian lain. Contohnya, jaket kulit atau jeans yang yang sudah usang, celana jeans yang sudah robek gaya-gaya seperti itulah yang menjadi ciri khas dari Rock N Roll.
28
2.7.
Kerangka Pemikiran
KOMUNIKASI MASSA
SMCR
PENGARUH
HIERACHY OF EFFECT
GAYA
Variable Independent
Variable Dipenden
Film Reaita Cinta Dan Rock
Gaya berpakaian
N Roll
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikran Penelitian