BAB II LANDASAN TEORI
A. Auditing dan laporan Audit 1. Pengertian Auditing Report of the committee on basic Auditing Concept of the America Accountint Assocition “(Accounting review , vol 47:68) memberikan defenisi auditing: Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiataan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasilhasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Alvin A. Arents, Elder, dkk (2011:35), Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang didapat dengan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang independen dan kompeten. Dalam melakukan audit, informasi yang tersedia harus diverifikasi sesuai dengan standar (kriteria) yang akan digunakan oleh auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut, secar rutin auditor yang melakukan audit akan dapat mengukur informasi yang didapat apakaah memang telah sesuai dengan standar atau belum bahkan menyimpang dri standar tersebut.
7
8
2. Standar Auditing Setiap profesional harus bertangggung jawab dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, tentunya tanggung jawab tersebut telah diatur dalam standar yang berlaku dalam profesi tersebut, demikian pula halnya dengan Auditing, memiliki standar yang merupakan pedoman yang akan membantu auditor untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi, independensi, persyaratan pelaporan, dan bukti. Menurut Arents, Elder, dan Beasley, terdapat sepuluh standar auditing yang
berlaku
umum
(generally
accepted
auditing
satandards)
yang
dikembangkan oleh AICPA pada tahun 1947 dan diperbaharui dengan SA seksi 105 dan SA seksi 113, standar tersebut dibedakan mejadi tiga yaitu ; standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. a) Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b) Standar Pekerjaan lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan.
9
3) Bukti audit kompeten yang memadai harus diperolah melalui inspeksi, pengalaman, pengujian pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan hasil audit c) Standar Pelaporan 1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengn prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. 3) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditr, jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor yang bersangkutan. 3. Batas waktu penyampaian laporan keuangan Keputusan badan pengawas laporan pasar modal (BAPEPAM ) Nomor : Kep-36 /Pm/ 2003 tentang kewajiban penyampaian laporan berkala di Indonesia mengungkapkan bahwa perusahaan yang melaporkan laporan tahunan harus meyertakan laporan pendapat-pendapat yang lazim disampaikan kepada BAPEPAM, penyampaian selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga ( 90 hari ) setelah tanggal laporan keuangan terdiri dari ; laporan laba rugi, Laporan perubahan ekuitas, Laporan arus kas, laporan lain dan catatan atas laporan keuangan.
10
4. Jenis – jenis Audit Menurut Arents,Elder dan Beasley (2006:18) terdapat tiga jenis audit yang dilaksanakan oleh Akuntan Publik sebagai berikut ; a) Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah dilaporkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam menentukan tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan , auditor harus melaksanakan serangkaian uji yang tepat untuk menentukan apakah terdapat error atau misstatement lainnya yang bersifat material dalam laporan keuangan tersebut. Hasil audit laporan keuangan berupa opini atas laporan keuangan yang di audit. b) Audit Operasional Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari bagian-bagian prosedur serta metode kegiatan operasional perusahaan. Pelaksanaan review tak terbatas hanya pada akuntansi , tetapi juga dapat mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode produksi, pemasaran, dan bagian-bagian lainnya. c) Audit Kepatuhan Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur , kebijakan dan regulasi yang telah ditetapkan oleh badan/otoritas yang lebih tinggi. Hasil audit kepatuhan biasanya berupa pernyataan tentang temuan atau tingkat kepatuhan dan dilaporkan kepada pihak tertentu dalam unit organisasi yang diaudit.
11
5. Jenis – jenis Auditor Arens, Elder dan Beasley dalam buku “ Audit dan Jasa Assurance (2011:21) “ ,berpendapat bahwa jenis auditor dapat di bedakan menjadi empat kelompok antara lain ; a) Kantor Akuntan Publik ( KAP ) KAP sering kali disebut auditor eksternal atau auditor independen, bertanggung jawab dalam mengaudit laporan keuangan historis yang dipublikasi oleh semua perusahaan terbuka, perusahaan lain yang cukup besar serta perusahaan dan organisasi nonkomersial yang lebih kecil.sebutan Kantor Akuntan Publik mencerminkan fakta bahwa auditor yang menyatakan pendapat audit atas laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai akuntan publik. b) Auditor Badan Akuntabilitas Pemerintah Auditor Badan Akuntabilitas Pemerintah atau yang sering disingkat dengan Auditor Pemerintah merupakan auditor yang bekerja untuk Government Accountability Office (GAO) , tanggung jawab utama auditor ini adalah melaksanakan audit bagi kongres, memikul tanggung jawab yang sama dengan KAP yaitu mengaudit sebagian besar informasi keuangan yang disiapkan oleh berbagai badan pemerintah federal sebelum diserahkan kepada kongres. Auditor pemerintah harus menggunakan konsep – konsep auditing yang sudah maju , memenuhi syarat untuk menjadi CPA, dan memiliki kesempatan
12
untuk melakukan audit operasional, sehingga auditor pemerintah sangat dihargai dalam profesi audit. c) Agen penerimaan Negara Agen penerimaan Negara di Indonesia dikenal dengan Audit Pajak, bertanggung jawab untuk memberlakukan peraturan pajak Negara. Salah satu tanggung jawab utama ditjen pajak adalah mengaudit SPT wajib pajak untuk menentukan apakah SPT tersebut sudah memenuhi peraturan pajak yang berlaku. d) Auditor Internal Auditor Intenal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen, sama seperti auditor pemerintah mengaudit laporan keuangan Negara, tanggung jawab auditor internal sangat beragam , tergantung pada sipemberi pekerjaan. 6. Opini Audit Menurut Standar profesi Akuntan Publik (SA Seksi 508:48), terdapat lima jenis pendapat (opini) yang dikeluarkan oleh auditor atas laporan keuangan yang di audit pada sebuah perusahaan yaitu ; a) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
13
b) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keaungan disajikan dengan wajar dalam semua hal yang material, posisi laporan keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia, namun ada hal-hal yang dikecualikan, ketika ; 1) Tidak terdapat bukti yang kompeten yang cukup atau bahkan adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor member kesimpulan bahwa auditor tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian, dan auditor berkesimpulan tidak menyatakan memberikan pendapat. 2) Atas dasar auditnya, auditor berkeyakinan bahwa laporan keuangan mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, sehingga auditor member kesimpulan tidak memberi pendapat wajar. c) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion with Explanatory Language) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan di berikan oleh auditor saat dalam kondisi ; 1) Pendapat auditor didasarkan oleh laporan auditor independen lainnya 2) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak meyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan
14
menyimpang dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia 3) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup
entitas,
namun
setelah
mempertimbangkan
rencana
manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai 4) Diantara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam
penggunaan
prinsip
akuntansi
tau
dalam
metode
penerapannya 5) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif 6) Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh badan Pengawas Pasar modal dan Lembaga keuangan (BAPEPAM LK) namun tidak disajikan atau tidak di review 7) Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia Dewan Standar Akuntansi keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari
panduan
yang
dikeluarkan oleh dewan tersebut, dan auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut.
15
8) Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan. d) Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar pada posisi keuangan, hasil usaha, dan entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. e) Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Dalam pernyataan ini, auditor tidak membrikan pendapat atas laporan keuanangan, karena auditor tidak dapat merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum 7. Proses Audit Proses Audit dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi yang tersusun baik dalam mengorganisasikan suatu audit untuk memastikan bahwa bukti-bukti yang terkumpul telah memadai dan kompeten serta semua tujuan audit yang tepat telah terspesifikasi dan terpenuhi. Menurut Theodorus dalam bukunya yang berjudul Audit Berbasis ISA (International standards on Auditing tahun 2012:45594), Proses audit dapat dibedakan dalam tiga tahapan ;
16
a) Proses Audit Tahap 1 1) Menerima dan melanjutkan penugasan Kewajiban auditor dalam rangka menerima penugasan dari klien baru (engament acceptance) atau melanjutkan penugasan dari klien lama (engament continuance). Kewajiban auditor adalah : a. Mengidentifikasi dan menilai faktor resiko yang relevan
dalam
menentukan
apakah
auditor
menerima atau menolak penugasan audit tersebut. Jika ia menjadi auditor pada tahun atau periode sebelumnya, berdasarkan penilaian resikonya, ia harus menentukan untuk melanjutkan atau menolak penugasan audit tersebut ; b. Menyepakati dan mendokumentasikan syarat-syarat perikatan (terms of the engagement). 2) Strategi Audit Menyeluruh Pada strategi audit menyeluruh auditor membahas langkahlangkah penyusunan rencana audit dan strateginya, mengacu pada ISA 300; a. Mengidentifikasi cirri-ciri penugasan yang menjadi acuan bagi lingkup auditnya ; b. Memastikan tujuan pelaporandalam penugasan ini untuk merencanakan pengaturan audit dan sifat komunikasi yang harus dilakuakan;
17
c. Memperhitungkan fakto-faktor yang dalam kearifan profesionalnya, penting untuk mengarahkan upayaupaya tim; d. Memastikan sifat, waktu, dan luasnya sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan ini. 3) Menentukan dan menggunakan Materialitas Dalam tahap ini auditor menentukan dan menggunakan konsep materialitas dalam penugasan audit, dimana acuannya adalah ISA 320 dan ISA 450. 4) Diskusi Tim audit Auditor membahas tujuan dan sifat diskusi diantara anggota tim audit, mengenai kerentanan laporan keuangan entitas terhadap salah saji yang material, acuan dalam tahap ini adalah ISA nomor 240, 300 dan 315. 5) Mengidentifikasi Resiko bawaan Auditor membahas hal-hal yang berhubungan dengan proses mengidentifikasi resiko bawaan dan menilai resiko bawaan tersebut, dimana resiko bawaan yang dimaksud adalah resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan., acuan dalam proses ini adalah ISA nomor 240 alinea 10 dan ISA 315.
18
6) Resiko signifikan Auditor memahami dan menentukan resiko yang signifikan dan apa konsekuensi terhadap audit, dimana acuan dalam proses ini adalah ISA 240, 315, dan 330. 7) Memahami Pengendalian Internal Langkah-langkah pemahaman pengendalian internal dalam rangka suatu audit, mencakup evaluasi atas rancangan dan implementasi pengendalian intern, dan dokumentasinya, acuan dalam proses ini adalah ISA 315. 8) Mengevaluasi Pengendalian Internal Auditor
mengevaluasi
rancangan
dan
implementasi
pengendaian intern, dengan menggunakan empat langkah kunci, dan mendokumentasikan hasilnya, dimana. acuan dalam hal ini adalah ISA 315. 9) Mengkomunikasikan Kelemahan pengendalian Internal Auditor mengkomunikasikan kelemahan pengendalian internal yang diidentifikasi, yang menurut pendapat auditor, memerlukan perhatian manajemen dan TCWG (those charged with governance), acuan dalam proses ini adalah ISA 260 dan ISA 265 10) Menyelesaikan Tahap Penilaian resiko Auditor membahas akhir dari tahap pertama dalam proses audit,
yakni
tahap
penilaian
resiko,
dengan
19
mendokumentasikan resiko yang telah dinilai pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat aseri.ISA yang menjadi acuan proses ini adalah ISA nomor 315. b) Proses Audit Tahap dua Pada tahapan ini atau yang sering disebut dengan menanggapi Resiko (Risk Assesment) terdiri dari ; 1) Rencana audit yang tanggap Rencana Audit yang tanggap merupakan terjemahan harafiah dari Audit Plan, merupakan reaksi auditor terhadap resiko yang diidentifikasi dan dinilainya tahap satu dari proses audit dan hal ini adalah wujud nyata dari audit berbasis resiko.Isa yang digunakan sebagai acuan pada proses ini adalah ISA nomor 260, 300, 330 dan ISA nomor 500. 2) Prosedur audit selanjutnya Auditor menahami cirri dan penggunaan prosedur audit selanjutnya.hal
ini
menegaskan
bahwa
prosedut
audit
selanjutnya sebelum penilaian resiko.terdapat tiga ISA yang menjadi acuan dalam proses ini yakni ; ISA 330, ISA 505 dan ISA 520. 3) Mementukan Luasnya Pengujian Luasnya pengujian dalam menanggapi salah saji material yang dinilai merupakan hal yang dibahas auditor pada proses ini, dimana acuannya adalah ISA 330, 500 dan ISA nomor 530.
20
4) Mendokumentasikan Pekerjaan Audit Auditor mendokumentasikan denan baik dan memadai tanggapan terhadap resiko didalam kertas kerja audit., acuan dalam proses ini adala ISA nomor 230 dan ISA no 500. 5) Presentasi Tertulis c) Proses Audit Tahap dua Pada tahapan ini auditor melakukan pelaporan terdiri dari ; 1) Merumuskan Opini Auditor Ketentuan,
kewajiban,
dan
pertimbangan
dalam
merumuskan opini atas laporan keuangan dn dalam menyusun laporan audit dengan redaksi yang tepat. Acuan dalam proses ini adalah ISA nomor 700, dan ISA nomor 700.6 2) Mengevaluasi Bukti Audit Auditor
mengevaluasi
kecukupan
(sufficiency)
dan
ketepatan (appropriateness) bukti audit sehingga auditor dpa mengamnil kesimpulan yang layak, yang akan menjadi dasar pemberian pendapat audit 3) Komunikasi dengan TCWG Proses ini mengenai bagaimana mendorong komunikasi dua arah yang efektif antara auditot dengan TCWG (those charged with governance)
21
4) Modifikasi Laporan Auditor Pemberian pengecualian,
opini
auditor
dimana
yang
entitas
bukan
wajar
mengharapkan
tanpa auditor
memberiakan opini ini atas laporan keuangan entitas. Namun setelah melaksanakan dan merampungkan proses auditnya, auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. 5) Penekanan pada hal tertentu Komunikaso tambahan oleh auditor dlam laporan keuangan terhadap hal-hal tertentu, berkenaan dengan alinea-alinea dalam laporan auditor yang menekankan hal tertentu. 6) Informasi pembanding Dalam proses ini dibandingkan ; a) Pengumpulan bukti audit yang cukup dan tepat b) Tanggung jawab auditor , berkenaan dengan informasi pembanding, acuan dalam proses ini adalah ISA nomor 710.
B. Kantor Akuntan Publik dan Ukuran KAP Berdasarkan aturan etika kompartemen akuntan , pengertian akuntan publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa professional kepada klien oleh KAP dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntan dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan,
22
jasa pendukung litigasi dan jasa lainnya yang diatur dalam standar professional akuntan publik. Lebih dari 45.000 kantor akuntan publik yang beroperasi di A.S., yang besarnya berkisar 1 orang hingga 20.000 partner dan staf . Accounting today setiap tahun menerbitkan daftar 100 kantor akuntan publik terbesar didunia, kategori kantor akuntan public ini dibedakan menjadi empat kategori sebagai berikut ; 1) Kantor Internasional besar Saat ini terdapat empat KAP terbesar didunia, dan KAP ini mengaudit hampir semua perusahaan besar baik di amerika serikat, maupun dunia serta banyak perushaan yang lebih kecil juga, KAP tersebut adalah : a) PricewaterhouseCoopers di Indonesia diafiliasi oleh KAP Sidharta, Widjaja b) Deloitte & Touche di Indonesia diafiliasi oleh KAP Purwanto, Sarwoko, Sandjaja c) Erns & Young di Indonesia diafilias oleh KAP Osman Bing Satrio d) KPMG di Indonesia diafiliasi oleh KAP Haryanto 2) Kantor Nasional Tiga KAP di Amerika serikat disebut kantor nasional, karena memiliki cabang disebagian besar kota utama amerika.
23
3) Kantor Regional dan kantor local yang besar Kurang dari 200 KAP yang memiliki professional lebih dari 50 orang, sebagian hanya memiliki satu kantor dan melayani klien-klien dalam jarak yang tidak begitu jauh. 4) Kantor Lokal kecil Lebih dari 95% dari semua KAPmempunyai kurang dari25 tenaga profesional pada kantor yang hanya memiliki satu cabang , dimana KAP ini melakukan audit dan jasa-jasa terkait terutama usaha kecil dan entitas nirlaba.
C. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan sering digunakan sebagai subjek penelitian yang berpengaruh terhadap audit lag. Besar kesilnya suatu perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh operasional dan intensitas perusahaan tersebut, semakin besar nilai aset perusahaan, maka akan semakin pendek audit report lag, demikian juga sebaliknya. Perusahaan besar lebih cepat menyelesaikan proses auditnya, hal ini disebabkan oleh kecenderungan adanya insentif yang diterima oleh manajemen bila laporan audit dapat dipubilikasikan atau di terima oleh para investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini sangat mengharapkan informasi laporan audit keuangan sebagai hal yang sangat penting untuk mengetahui gambaran dari kondisi perusahaan saat ini dan yang akan dating. Perusahaan besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang tinggi dalam publikasi laporan audit perusahaan yang harus cepat dan
24
tepat.disamping itu perusahaan besar pada umumnya telah memiliki system pengendalian internal yang lebaih baik , sehingga memudahkan auditor dalam melaksankan tugasnya (nur azizah ratih kumalasari, 2008) Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap lamanya audit lag, penelitian yang dilakukan oleh Ponte, Rodriguez, dan Dominigiez (2005) menghilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negative terhadap lamanya audit lag. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) dan Al-Ajmi (2008) juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki ukuran negative terhadap lamanya audit lag, sebaliknya ,Almosa dan Alabba (2007) justru menemukan hasil penelitian bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap positif terhadap lamanya audit lag.dan hasil penelitian oleh Ashton, William, dan Elliot (1987) juga menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap lamanya audit lag.
D. Audit Report Lag Dalam beberapa penelitian, audit report lag sering disebut juga dengan audit delay, dapat didefinisikan sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan tanggal diterbitkannya laporan audit. Defenisi ini digunakan oleh Carslaw dan Kaplan (1991) , Ahmad dan Kamarudin (2001), serta ( Indah :2008 ). Menurut Knechel dan Payne (2001) dalam Lophiga Surbakti (2009) audit delay atau audit reporting lag dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
25
1) Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor. 2) Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan
dan saat penyelesaiannya.
3) Reporting lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor.
E. Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian sebelumnya yang telah menguji tentang apa saja variable – variable yang mempengaruhi Audit lag. Para peneliti menguji berbagai faktor yang dianggap dapat mempengaruhi lamanya proses audit diantaranya ; ukuran perusahaan, jenis industri, umur perusahaan, ukuran KAP, solvabilitas, profitabilitas dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakuakan oleh Yuni Fransiska (2013) tentang Ukuran perusahaan, Umur perusahaan, Debt to Equity ratio, kualitas KAP dan ROI terhadap audit delay, dimana pada penelitian tersebut objek penelitian yang dingkat adalah perusahaan consumer foods pada tahun 2008 sampai tahun 2010 yang terdaftar di BEI dan kesimpulan yang dihasilkan pada penelitian tersebut adalah Perusahaan manufaktur di Indonesia rata-rata telah memenuhi batas waktu penyampaian laporan keuangan sesuai ketentun Bapepam dan keputusan BEI selamabat-lambatnya 90 hari setelah tahun buku, Secara serentak
Ukuran
perusahaan, Umur perusahaan, Debt to Equity ratio, kualitas KAP dan ROI berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay
26
Penelitian yang dilakukan oleh Novice Lianto dan Budi Hartono Kusuma pada tahun 2010 tentang faktor- faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag, dimana dalam penelitian ini ; Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan jenis industri dijadikan sebagai variabel independent, dan Audit delay merupakan variabel dependen. Penelitian tersebut menggunakan data sekunder perusahaan-perusahaan non keuangan khususny pada industri food and beverage dan pharmaceutical yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2012, dimana penelitian ini menggunakan metode purpose sumpling, jumlah perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah 12 industri food and beverage dan 8 industri pharmaceutical. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan diambil kesimpulan bahwa; nilai signifikan Profitabilitas sebesar 0,003 menunjukkan bahwa Profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag, semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan akan menyebabkan semakin rendah audit report lag. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung membutuhkan waktu pengauditan laporan keuangan yang cepat karena adanya tuntutan penyampaian kabar baik tersebut kepada publik. Variabel Solvabilitas dengan nilai signifikan sebsar 0,023, hal ini mengandung arti bahwa solvabilitas berpengaruh terhadap audit repot lag , tingginya jumlah hutang perusahaan akan menyebabkan proses audit yang relatif lama. Variabel ukuran perusahaan dengan nilai signifikan 0, 368 dengan artian gagal menerima hipotesa, semua perusahaan senantiasa diawasi oleh para investor, regulator dan berbagai pihak lain, sehinggga perusahaan dituntun untuk segera menyelesaikan audit laporang keuangan tahunan. Variabel umur
27
perusahaan berpengaruh terhadap audit repot lag ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,045 . Variabel jenis industry menunjukkan nilai signifikan sebesar 0, 548, artinya hipotesa ini tidak dapat diterima, dengan kata lain bahwa jenis industry tidak berpengaruh terhadap audit report lag.pada variabel ukuran perusahaan menunjukkkan keyakinan yang memadai oleh professional akuntan publik, sehingga ukuran akuntan publik tidak berpengaruh terhadap audit repot lag. Galih Seta Perdhana (2009) meneliti tentang analisis Pengaruh Ukuran perusahaan, opini audit, ukuran KAP, dan jenis industri terhadap audit lag, dimana pada penelitian ini yang bersangkutan mengangat objek Industri manufaktur dan Perbankan yang terdaftar di BEI periode tahun 2005 sampai tahun 2007, dan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa ; Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap lamanya audit lag, opini wajar tanpa pengecualian memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap lamanya audit lag, ukuran kantor akuntan publik memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap lamanya audit lag, dan jenis indutri keuangan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap lamanya audit lag. Secara Parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Rachmawati (2008) juga melakukan penelitian mengenai audit lag pada perusahaan – perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2003 sampai 2005. Sampel yang dipilih dalam penelitian tersebut adalah melalui metode purposive sampling dengan menggunakan kriteri (1) perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan per 31 desember tahun 2003 sampai tahun 2005,
28
(2) perusahaan yang memiliki struktur organisasi untuk menunjukkan divisi auditor internal, dan (3) perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara aktif di BEI.dlam pemgujian tersebut diuji hubungan antar audit lag dengan faktor profitabilitas, solvabilitas, adanya auditor internal perusahaan, ukuran perusahaan, dan ukuran kantor akuntan publik . pengujian hipotesis dilkukan dengan menggunakan regresi berganda melalui t-test dengan tingkat α 5%. Hasil analisa deskriptif menunjukkan bahwa lama rata-rata audit lag pada perushaan sampel adlah 76,6 hari. Sementara hasil pengujian regrsi menunjukkan bahwa audit lag dipengaruhi sevcara signifikan leh ukuran perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik. Prabandari
dan
Rustiana
(2007)
melakukan
penelitian
terhadap
perusahaan-perusahaan dalam industri keuangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) selama period 2002 sampai tahun 2004. Pemilihan sampel dalam penelitian tersebut adalah melalui metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria perusahaan tidak melalui initial public offering (IPO) selama kurun waktu tahun 2002 sampai tahun 2004 , perusahaan sampel menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit selama kurun waktu tahun 2002 sampai tahun 2004 secara berturut-turut.. dalam penelitian tersebut hal yang diuji adalah bagaimana hububgan antara audit lag dengan ukuran perusahaan, ratio debt-to-total asset, laba-rugi perusahaan, jenis opini audit, dn ukuran KAP. Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan one way ANOVA dan independent t-test. Hasil analisa deskriptif ,menunjukkan bahwa lama rata-rata audit lag pada perusahaan sampel adalah 71,62 hari. Hasil pengujian hipotesis
29
penelitaian menghasilkan kesimpulan bahwa audit lag cenderung lebih cepat pad perusahaan yang berukuran besar. Selain itu, perusahaan yang mengumumkan kerugian cenderung memiliki audit lag yang lebih lama.
Table 2.1 Peneliti sebelumnya Tahun
Nama peneliti
Yuni Fransiska 2013
Variabel Independen
Sampel
Kesimpulan/ hasil penelitian
Ukuran perusahaan, Umur perusahaan, Debt to Equity ratio, kualitas KAP dan ROI
78 Perusahaan consumer good yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010
Perusahaan manufaktur di Indonesia rata-rata telah memenuhi batas waktu penyampaian laporan keuangan sesuai ketentun Bapepam dan keputusan BEJ selamabatlambatnya 90 hari setelah tahun buku Secara serentak Ukuran perusahaan, Umur perusahaan, Debt to Equity ratio, kualitas KAP dan ROI berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay Secara Parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.
2010
Novice lianto dan Budi hartono
Faktor Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan jenis industri
28 perusahaan consumer goods dan 11 perusahaan multi finance
Perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung membutuhkan waktu pengauditan laporan keuangan yang cepat karena adanya tuntutan penyampaian kabar baik tersebut kepada public solvabilitas berpengaruh terhadap audit repot lag Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag Umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag Jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag
30
2009
Galih Seta perdhana
Ukuran perusahaan, Opini Audit, Ukuran KAP, dan Jenis Industri
138 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005 – 2007
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap audit lag Opini wajar tanpa pengecualian memiliki pengaruh negative tidak signifikan terhadap lamanya audit lag Ukuran kantor kuntan public memiliki pengruh negative yang signifikan terhadap lamanya audit lag Jenis industry keuangan memiliki pengaruh negative terhadap yang signifikan terhadap lamanya audit lag
2008
Rachmawati
2007
Prabandari Rustiana
dan
Faktor probabilitas , solvabilitas, adanya auditor internal perusahaan, ukuran perusahaan, dan ukuran kantor kuntan publik.
Seuruh perusahaan dalam industri manufaktur yang listed tahun 2004 – 2005
Audit lag dipengaruhi secara signifikan oleh ukuran perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik.
Ukuran perusahaan, ratio debt-to-total asset, laba rugi perusahaan, jenis opini audit, dan ukuran kantor akuntan public
Seluruh perushaan dalam industri keuangan yang listed tahun 20052004
Audit lag cenderung lebih pendek pada perusahaanyang menggunakan laba.
Sumber : Peneliti
F. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah dasar dari penelitian ini, berdasarkan hipotesa yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat digambarkan hubungan antara variable bebas atau independen; Ukuran Perusahaan (X1), Opini Audit (X2), dan Ukuran KAP (X3) dengan variable terikat atau dependen yaitu Audit Lag (Y) seperti yang tertera pada gambar berikut ini :
31
Variabel independen
Variabel Dependen
Ukuran Perusahaan (X1 ) H1
Opini Audit
Audit Lag H2
( X2 )
(Y) H3
Ukuran KAP ( X3 ) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat bahwa penelitin ini akan mengkaji bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, dan Ukuran KAP, terhadap Audit Lag pada Industri Food and Beverage dan Industri Pharmaceutical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012