BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan menurut Syamsuddin (2004 : 3 - 4) adalah “Pembelanjaan Perusahaan yang merupakan penerapan prinsip- prinsip ekonomi dalam mengelola (to manage) keputusan- keputusan yang menyangkut masalah finansial”. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2003 : 3) adalah Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa manajemen keuangan merupakan semua aktivitas yang berhubungan dengan usaha- usaha mendapatkan dana dengan biaya yang murah serta menggunakan dan mengalokasikan dana Perusahaan secara efisien yang menerapkan prinsip- prinsip ekonomi dalam mengelola keputusan masalah finansial.
2.2.
Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana yang penting bagi investor untuk
mengetahui perkembangan Perusahaan secara periodik, semakin cepat emiten menerbitkan laporan keuangan secara periodik baik sesudah diaudit oleh Kantor 11
12
Akuntan Publik (audited financial statement) ataupun belum diaudit (unaudited financial statement) semakin berguna bagi investor. Analisa laporan keuangan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Analisa untuk kepentingan investor yang ingin melakukan investasi jangka panjang mempunyai tujuan analisa yang berbeda dengan investor yang ingin melakukan investasi jangka jangka pendek, walaupun sama-sama menggunakan analisa fundamental. Investor jangka panjang akan menganalisa kinerja manajemen dan kinerja perusahaan sedangkan investor jangka pendek akan menganalisa kinerja saham. (Samsul, 2006 : 128). Prinsip yang terdapat didalam aturan-aturan menggambarkan mengarahkan satu keputusan membeli atau tidak membeli saham dari suatu Perusahaan, saat mengambil keputusan investor harus menimbang dua faktor diantaranya apakah perusahaan ini memberi nilai yang baik dan apakah sekarang waktu yang tepat untuk membelinya yaitu apakah harganya menguntungkan. Bursa saham menentukan harga, investor menentukan nilai setelah menimbang semua informasi yang diketahui mengenai bisnis, manajemen dan karakter finansialnya dari suatu Perusahaan.
2.2.1. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan sangat berguna bagi pemakai informasi sebagai dasar pengambilan keputusan demi perkembangan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang sebagai berikut:
13
Tujuan laporan keuangan menurut Fraser (2008 : 1) adalah “laporan keuangan memiliki kemampuan untuk menyajikan secara jelas kesehatan keuangan perusahaan guna memberikan keputusan bisnis yang informatif”. Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 1): Laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan disajikan untuk memberikan informasi keuangan mengenai kinerja suatu perusahaan kepada pemakai informasi sebagai bahan dalam pertimbangan untuk mengambil keputusan.
2.2.2. Pengguna Laporan Keuangan Para pengguna laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Pengguna laporan keuangan dibedakan menjadi dua klasifikasi utama menurut (Stice, 2004 : 10), diantaranya : 1. Pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan. 2. Pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan perusahaan. Pengguna laporan keuangan menurut Harahap (2007 : 120): Para pengguna laporan keuangan sebagai berikut: Pemegang saham, Investor, Analis pasar modal, Manajer, Karyawan dan serikat pekerja, Instansi pajak, Pemberi dana (kreditur), Supplier, Pemerintah atau lembaga
14
pengatur resmi, Langganan atau lembaga konsumen, Lembaga swadaya masyarakat, peneliti/Akademis/Lembaga peringkat. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingannya masing-masing terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Pada umumnya laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut selama periode yang bersangkutan sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan terhadap rencana selanjutnya.
2.2.3. Karakteristik Laporan Keuangan Informasi akuntansi harus mempunyai karakteristik tertentu agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan sebagai berikut: Karakteristik laporan keuangan menurut Soemarso (2005 : 362) adalah “karakteristik yang harus melekat dalam informasi akuntansi sebagai berikut dapat dipahami, relevan, keandalan, dapat dibandingkan”. Karakteristik laporan keuangan menurut Harahap (2007 : 145) sebagai berikut “relevan, dapat dimengerti, daya uji, netral, tepat waktu, daya banding, lengkap”. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas dapat dipahami, dimengerti, relevan, handal, daya uji, netral, tepat waktu, daya banding dan lengkap yang membuat informasi dalam laporan keuangan sehingga berguna bagi pengguna.
15
2.2.4. Jenis-jenis Laporan Keuangan Jenis-jenis laporan keuangan menurut Harahap (2007: 106) diantaranya: Jenis-jenis laporan keuangan utama dan pendukung terdiri dari: 1.
Daftar neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu
2.
Perhitungan laba rugi, yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3.
Laporan sumber dan penggunaan dana, dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode.
4.
Laporan arus kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode.
5.
Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa unsur dan apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang.
6.
Laporan laba ditahan yang menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham.
7.
Laporan perubahan modal menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam Perusahaan perseroan.
8.
Laporan kegiatan keuangan yang menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas.
16
Jenis-jenis laporan keuangan menurut Djarwanto (2004:5) : Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri dari Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba Ditahan atau Laporan Modal Sendiri, Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, dan Laporan Arus Kas. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa jenis-jenis laporan keuangan yang umum digunakan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan sumber dan penggunaan modal kerja serta laporan arus kas.
2.3. Investasi 2.3.1. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. (Sunariyah, 2003 : 4). Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. (Tandelilin, 2010 : 2).
17
Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.
2.3.2. Bentuk Investasi Bentuk investasi dibedakan menjadi dua menurut Abdul Halim (2005 : 4) diantaranya: 1. Investasi pada asset-asset finansial (financial assets). Investasi pada asset-asset financial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. 2. Investasi pada asset-asset riil (real assets) Investasi pada asset-asset riil dapat berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan perkebunan dan lainnya.
2.3.3. Tujuan Investasi Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya terlalu sederhana, sehingga kita perlu mencari jawaban yang paling tepat tentang tujuan orang berinvestasi. Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang biasa diukur
18
dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini dan pendapatan masa datang. (Tandelilin, 2010 : 7). Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari asset-aset yang bisa dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi konsumsinya saat ini akan mempunyai kelebihan dana untuk ditabung. Dana yang berasal dari tabungan tersebut, jika diinvestasikan akan memberikan harapan peningkatan kemampuan konsumsi investor dimasa datang yang diperoleh dari peningkatan kesejahteraan investor.
2.4.
Pasar Modal
2.4.1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, Pasar modal juga bisa diartikan sebagai Pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi. Tandelilin (2010 : 26). Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar modal mendefinisikan sebagai berikut bahwa “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa Pasar modal (capital market) merupakan Pasar yang melaksanakan penawaran umum dan perdagangan efek untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang lebih dari satu tahun yang dapat diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen
19
derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian Pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait dengan efek lainnya.
2.4.2. Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi Pasar modal bisa mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Menurut Sutrisno (2007), diantaranya: 1. Sumber Penghimpunan Dana Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari sebagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal, selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan memanfaatkan bank sebagai sumber dana. Keterbatasan tersebut adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan terbatas, karena pada industri perbankan dikenal dengan adanya Legal Lending Limit atau Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK). Sehingga bila perusahaan ingin menggalang dana yang jumlahnya relatif besar akan terhambat dengan aturan perbankan tersebut.
20
2. Sarana Investasi Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) di Pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di Bursa Efek Indonesia. Sementara, pemilik dana atau investor jika ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntunganyang relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah dijualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah memindahkan dananya dan satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dan satu industri ke industri lainnya. 3. Pemerataan pendapatan Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public pemilik perusahaan
terbatas
pada
personal-personal
pendiri
perusahaan
yang
bersangkutan. Dengan adanya go public, keberadaan perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dan perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat.
21
4. Pendorong investasi Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan perekonomian negaranya. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan pembangunan membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif adalah likuidnya Pasar modal. Semakin baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk.
2.4.3. Peranan Pasar Modal Peranan Pasar modal dapat dilihat dari sudut ekonomi makro adalah sebagai suatu piranti untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Kelebihannya lagi, dibandingkan dengan kredit perbankan bahwa Pasar modal merupakan sumber pembiayaan yang tidak menimbulkan inflatoir. Sumber daya yang sudah ada kemudian melalui Pasar modal dialokasikan sedemikian rupa sehingga kedudukan berubah yaitu dari titik “Pareto inefficiency menjadi ke titik “Pareto Efficiency”. Ini dapat terjadi apabila informasi yang tersedia di Pasar modal adalah cepat, tepat dan akurat. Akibat lebih jauh berfungsinya Pasar modal sebagai piranti untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal adalah
22
naiknya pendapatan nasinal, terciptanya kesempatan dan semakin meratanya pemerataan hasil – hasil pembangunan. (Supranto, 2004 : 3).
2.4.4. Jenis-jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2006 : 13 - 14) yaitu: a. Pasar perdana (primary market) Pasar perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit sebelum saham tersebut belum diperdagangkan dipasar sekunder. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental yang ditentukan. Dalam pasar perdana, perusahaan akan mendapatkan dana yang diperlukan. Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. b. Pasar sekunder (secondary market) Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual beli saham diantara investor setelah melewati masa penawaran saham dipasar perdana. Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap
23
saat, sedangkan manfaat bagi perusahaan pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk menghimpun investor lembaga dan perseorangan c. Pasar ketiga (third market) Pasar ketiga ini adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market) d. Pasar keempat (fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antara pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham kepemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek.
2.5.
Saham
2.5.1. Pengertian Saham Saham menurut Husnan (2005 : 279) adalah “surat berharga yang menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas”. Saham menurut Kasmir (2004 : 195) mengatakan bahwa: Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan yang artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, Maka semakin besar pula kekuasaan diperusahaan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa saham merupakan suatu surat bukti yang berharga atas kepemilikan dari bagian modal perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Semakin besar kepemilikan saham, maka semakin besar pula kekuasaan di Perusahaan.
24
2.5.2. Jenis-jenis Saham Berdasarkan atas cara peralihan dibedakan menjadi dua saham menurut Rusdin (2006 : 69), diantaranya: 1. Saham atas unjuk (Bearer Stock). Saham atas unjuk (Bearer Stock) adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lain. 2. Saham atas nama (Registered Stock) Saham atas nama (Registered Stock) adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa pemiliknya. Dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Apabila terjadi kehilangan, pemgang saham tersebut dengan mudah mendapat pergantiannya.
Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham dapat dibedakan menjadi dua diantaranya: 1. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling popular di Pasar modal.
25
Saham biasa memiliki karakteristik seperti : a. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuiditas b. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham. c. Deviden, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham. d. Hak tanggung jawab yang terbatas. e. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat. 2. Saham Preferen (Preferen Stock) Saham preferen adalah terbentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa.Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuuran. Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal. Dilain pihak saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, memiliki klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, memiliki hak tebus, dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Karakteristik Saham Preferen : a. Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap. b. Hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan dilikuiditasi. c. Dapat dikonversikan menjadi saham biasa
26
2.5.3. Harga Saham Pengertian harga saham dari beberapa para ahli maka selanjutnya adalah penjelasan mengenai pengertian dari harga saham sebagai berikut: Harga saham menurut Jogiyanto (2008:143) bahwa: Harga saham merupakan harga saham yang terjadi di Pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di Pasar modal. Harga saham menurut Sunariyah (2004 : 128) adalah “harga saham adalah harga selembar saham yang berlaku dalam Pasar saat ini di Bursa efek”. Harga saham menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 151) adalah “harga saham merupakan nilai sekarang (present value) dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal dimasa yang akan datang”. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa harga saham adalah harga selembar saham yang terjadi di Pasar bursa dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang yang merupakan nilai sekarang dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal dimasa yang akan dating
2.5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Dalam “Membaca Saham” mengemukakan faktor-faktor yang memicu berfluktuasinya harga saham menurut Arifin (2004 : 116), diantaranya: a. Kondisi Fundamental Emiten Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri.Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin menurun
27
kinerja emiten maka semakin besar kemungkinan merosotnya harga saham yang diterbitkan dan diperdagangkan. Selain itu, keadaan emiten akan menjadi tolak ukur seberapa resiko yang dapat ditanggung oleh investor. b. Hukum Permintaan dan Penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran berada diurutan kedua setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu kondisi fundamental perusahaan, maka tentunya mereka akan melakukan transaksi baik jual maupun beli. Transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasinya harga saham. c. Tingkat Suku Bunga Suku bunga adalah suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemerintah melalui BI akan menaikkan tingkat suku bunga guna mengontrol perekonomian nasional atau yang sering disebut Kebijakan Moneter. Selain kebijakan moneter, pemerintah juga bisa mengeluarkan kebijakan fiskal seperti pajak dan sebagainya. Bunga yang tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil risikonya dibanding investasi dalam bentuk saham. Karenanya, investor akan menjual sahamnya dan dananya kemudian ditempatkan di Bank. Penjualan saham secara serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan.
28
d. Valuta Asing Dalam kehidupan perekonomian global dewasa ini hampir tak ada satupun negara di dunia yang bisa menghindari perekonomiannya dari pengaruh US dollar. Ketika suku bunga dollar naik, maka para investor terutama investor asing akan menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dollar. Adanya penjualan saham tersebut otomatis harga saham menjadi turun. e. Dana Asing di Bursa Dana asing di Bursa perlu diketahui karena memiliki dampak yang sangat besar.Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada kecenderunagn transaksi saham sedikit banyak tergantung pada investor asing tersebut. f. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG sebenarnya lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan maupun penurunan harga saham.Karena bursa saham merupakan salah satu indikator perekonomian sebuah negara maka diperlukan sebuah standar perhitungan tentang transaksi yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan ini yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur kondisi perekonomian dan investasi sebuah negara. Perhitungan tersebut adalah Indeks Harga Saham Gabungan. g. News dan Rumors News dan rumors adalah semua berita yang beredar di tengah masyarakat yang menyangkut berbagai hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik dan lain
29
sebagainya. Dengan adanya berita tersebut para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa.
2.5.5.
Analisis Harga Saham Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value)
suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Analisis ini digunakan untuk menentukan kelayakan suatu harga saham pada saat itu sehingga para calon investor dapat mengetahui apakah harga saham suatu perusahaan terlalu rendah, terlalu mahal atau wajar. (Husnan, 2005 : 282) Dalam melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar untuk pengambilan keputusan investasi, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal sebagai berikut: 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental menurut Husnan (2005: 307) bahwa: Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor - faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental menurut Syamsir (2004: 5) adalah “sebuah analisa yang dilakukan untuk penilaian atas saham dengan mengunakan analisa diantaranya perekonomian internasional, perekonomian nasional, industri dan Perusahaan”.
30
Analisa fundamental adalah analisa sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor- faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis dan sejenisnya. Sementara faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan Pemerintah, tingkat bunga, inflasi dan sejenisnya. Dengan mempertimbangkan data- data seperti yang tersebut dapat menghasilkan analisis berupa penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah Perusahaan layak dibeli atau tidak. Dengan kata lain harganya sudah terlalu mahal jadi lebih baik tidak dibeli atau dijual jika anda memilikinya. Sementara itu jika terjadi sebaliknya, maka saham itu layak dibeli dengan alasan harganya murah. (Sulistiawan dan Liliana, 2007 : 8) Analisa fundamental dapat digunakan untuk melakukan investasi jangka panjang, tetapi permasalahan yang sering kali dihadapi oleh investor adalah timing dan informasi. Tidak semua investor mendapatkan informasi yang lengkap sehingga jika hanya mengandalkan analisis fundamental dapat terjadi kesalahan investasi akibat kurangnya informasi atau kesalahan timing sehingga investor membeli lebih mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan analisa teknikal. Sekali lagi, fokus dari analisa teknikal adalah menentukan trend grafik harga saham, sinyal beli dan sinyal jual. Dengan demikian setelah investor mengetahui apakah secara fundamental saham Perusahaan tersebut layak dibeli dan dijual, baru kemudian investor menentukan kapan waktu pembelian dan penjualan yang tepat agar menghasilkan capital gain yang optimum. (Sulistiawan dan Liliana , 2007 : 8 - 9).
31
Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa Analisis Fundamental adalah memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor- faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan
datang
dengan
menggunakan
analisa
diantaranya
perekonomian
Internasional, perekonomian nasional, industri dan Perusahaan. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian salah satu analisa fundamental yaitu Analisis laporan keuangan karena ingin mengetahui tingkat perkembangan suatu Perusahaan guna meningkatkan kualitas dan kinerja keuangan Perusahaan. Analisis laporan keuangan menurut Harahap (2007 : 190) bahwa: Analisa laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan menurut Soemarso (2005: 380) bahwa: Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa adanya interpretasi atau analisa terhadap laporan keuangan suatu Perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pemakai informasi, untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan suatu perusahaan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan. Rasio keuangan dapat dikatakan perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lainnya yang memiliki hubungan signifikan, misalnya memiliki
32
hubungan signifikan. Rasio keuangan ini menyederhanakan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat menilai hubungan antara pos dan dapat membandingkan dengan rasio lainnya sehingga investor dapat memberikan penilaian. Suatu Perusahaan ditekankan pada profitabilitas untuk melangsungkan hidupnya dalam keadaan menguntungkan/ profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi Perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik Perusahaan dan terutama pihak manajemen akan berusaha meningkatkan keuntungan ini karena betapa pentingnya bagi masa depan Perusahaan. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas menurut Syamsuddin (2004 : 61 - 68), diantaranya: a. Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin merupakan presentase dari laba kotor (sales cost of goods sold) dibandingkan dengan sales. Semakin besar Gross Profit Margin semakin baik keadaan operasi Perusahaan karena hal ini menunjukan bahwa cost of goods sold relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales. Demikian sebaliknya, semakin rendahnya Gross Profit Margin semakin kurang baik operasi Perusahaan. Gross Profit Margin dapat dihitung sebagai berikut: Gross Profit Margin = Sales - Cost of goods sold Sales
33
= Gross Profit X 100 % Sales Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu mengatur laba kotor berapa percentage dari volume penjualan. b. Operating Profit Margin (OPM) Operating Profit Margin merupakan rasio yang mengambarkan Pure Profit yang diterima atas rupiah dari Penjualan yang dilakukan. Operating Profit Margin disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar- benar diperoleh dari hasil operasi Perusahaan yang mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap Pemerintah berupa pembayaran pajak. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin baik pula operasi suatu Perusahaan. Operating Profit Margin dapat dihitung sebagai berikut: Operating Profit Margin = Operating Profit X 100 % Sales Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu memperoleh hasil operasi berapa percentage dari volume penjualan. c. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi Net Profit Margin maka semakin baik operasi Perusahaan.
34
Net Profit Margin dapat dihitung sebagai berikut: Net Profit Margin = Net Profit After Tax X 100 % Sales Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu menghasilkan keuntungan sesudah pajak berapa percentage dari volume penjualan. d. Total Asset Turn Over (TATO) Total Asset Turn Over merupakan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva Perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan, semakin efisiensi penggunaan aktiva didalam menghasilkan penjualan. Dengan perkataan lain bahwa jumlah aktiva yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila Total Asset Turn Over ditingkatkan atau diperbesar ini penting bagi kreditur dan pemilik Perusahaan tetapi akan lebih penting bagi manajemen Perusahaan karena hal ini akan menunjukan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva didalam Perusahaan. Total Asset Turn Over dapat dihitung sebagai berikut: Total Asset Turn Over =
Sales X 1 kali Total Asset
Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu menghasilkan penjualan beberapa kali dari total aktiva yang dimilikinya. e. Return On Asset (ROA) Return On Asset merupakan tingkat mengukur kemampuan Perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah
35
seluruh aktiva yang tersedia didalam Perusahaan, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu Perusahaan. Return On Asset dapat dihitung sebagai berikut: Return On Asset =
Net Profit After Tax X 100 % Total Asset
Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu menghasilkan keuntungan berapa percentage dari total aktiva yang dimilikinya. f. Return On Equity (ROE) Return On Equity merupakan rasio yang digunakan mengukur dari penghasilan atau income yang tersedia bagi para pemilik Perusahaan (baik para pemegang saham biasa maupun preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam Perusahaan, semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik Perusahaan Return On Equity dapat dihitung sebagai berikut: Return On Equity = Net Profit After Tax X 100 % Stockholders Equity Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu mengukur dari penghasilan atau income yang tersedia bagi para pemilik Perusahaan berapa percentage atas modal yang mereka investasikan didalam Perusahaan. g. Return On Common Stock Equity (ROS) Return On Common Stock Equity merupakan tingkat penghasilan atau return yang diperoleh atas nilai buku saham biasa. Pihak yang sangat
36
berkepentingan dengan rasio ini tentu saja para pemegang saham biasa karena hal ini akan menggambarkan keberhasilan Perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik Perusahaan yang dalam hal ini pemegang saham. Return On Common Stock Equity dapat dihitung sebagai berikut: R O S = Net Profit After Tax – Prefered Devidend X 100 % Stockholders Equity - Prefered Stock Equity Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu menghasilkan keuntungan bagi para pemilik Perusahaan berapa percentage atas nilai buku saham biasa. h. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share merupakan pendapatan per lembar saham biasa karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan Earning Per Share yang tinggi yang mengindikasikan keberhasilan suatu perusahaan. Earning Per Share dapat dihitung sebagai berikut: Earning Per Share = Earning Available for Common Stock X Rp 1 Number of Shares of Common Stock out Standing Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang akan didistribusikan bagi para pemegang saham biasa berapa rupiah atas jumlah saham beredar dan tergantung kebijakan Perusahaan dalam pembayaran deviden.
37
i. Deviden Per Lembar Saham (DPS) Deviden Per Lembar Saham merupakan jumlah pendapatan per lembar saham biasa (EPS) yang telah ditetapkan oleh kebijakan Perusahaan dalam hal pembagian deviden yang akan didistribusikan bagi para pemegang saham. Deviden Per Lembar Saham dapat dihitung sebagai berikut: DPS
=
Devidend Paid X Rp 1
Number of Shares of Common Stock out Standing Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang akan didistribusikan dalam hal pembagian deviden yang sudah ditetapkan oleh kebijakan Perusahaan bagi para pemegang saham biasa berapa rupiah atas jumlah saham beredar. j. Book Value Per Share (BVS) Book Value Per Share merupakan suatu approximate value atau perkiraan nilai (tidak pasti) dari setiap lembar biasa yang didasarkan atas asumsi bahwa semua asset Perusahaan yang dilikuidir menurut nilai bukunya. Nilai buku yang dimaksud adalah nilai akunting yaitu nilai yang dicatatkan berdasarkan sistem akuntansi dan nampak dalam neraca Perusahaan. Tersirat dalam hal ini bahwa pemegang saham biasa akan menerima uang sejumlah nilai buku dari setiap lembar saham, apabila aktiva Perusahaan dijual dan setelah terlebih dahulu melunasi utang- utangnya.
38
Book Value Per Share dapat dihitung sebagai berikut: Book Value Per Share =
Total Common Stockholders Equity
X Rp 1 Number of Shares of Common Stock out Standing Hal ini berarti bahwa Perusahaan mampu mengukur modal para pemilik Perusahaan berapa nilai rupiah harga buku per lembar saham biasa atas jumlah saham beredar.
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas yaitu Total asset Turn Over (TATO), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) untuk mengukur kinerja perusahaan yang berhubungan langsung dengan volume penjualan, efisiensi penggunaan aktiva dan keuntungan dari penghasilan atau income yang tersedia bagi para pemilik Perusahaan (baik para pemegang saham biasa maupun preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam Perusahaan, semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh, maka semakin baik kedudukan pemilik Perusahaan. 2.
Analisis Teknikal Analisis Teknikal menurut Syamsir (2004 : 5) menyatakan bahwa sebuah
analisa tentang penggerakan harga saham yang didasarkan dari pergerakan harga saham itu sendiri dimasa yang lalu. Asumsi dasar dalam analisis teknikal adalah bahwa harga sangat ditentukan oleh keseimbangan antara supply dan demand. Dimana ketika terjadi ekses supply (kelebihan supply dan demand) maka harga akan jatuh dan demikian sebaliknya terjadi ekses demand maka harga naik.
39
Analisis teknikal mengunakan candle stick, bar chart dan line chart atau metode diantaranya moving average (MA), moving average convergence divergence (MACD), relative strength indeks (RSI), directional movement system (DMS), price rate of chage and smoothed price rate of chage (PRC & SPRC), accumulation distribution line (ACDL), stochastic oscillator (STC), williams %R (WIL), chaikin money flow (CMF), aroon indek (AI), stochastic relative strenght indeks (SRSI), bolinger bands (BOLL) dan on balance volume (OBV). Teknikal analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Accumulation distribution line (ACDL) merupakan salah satu alat analisis pergerakan volume paling popular untuk menganalisa aliran uang karena gagasan dari metode ini bahwa pergerakan volume akan selalu mendahului pergerakan harga sehingga dapat memprediksi arah pergerakan volume maka akan memperoleh indikasi lebih awal dibandingkan pihak lain dalam hal arah pergerakan harga dimasa akan datang. (Syamsir, 2004: 306). Dalam memperoleh metode Accumulation Distribution Line (ACDL) yaitu membutuhkan harga saham sebagai indikator untuk mengkonfirmasi kekuatan (strength) dan kestabilan dibalik trend pergerakan harga dan volume yang mampu mengindentifikasi kenaikan atau penurunan volume transaksi pada suatu saham. (Syamsir, 2004 : 322). Analisa teknikal menurut Syamsir (2004 : 28) menyatakan suatu kondisi jenuh beli adalah titik dimana harga telah mencapai titik tertinggi yang dapat diterima oleh pembeli disebabkan karena ekses demand yang didasarkan atas
40
berbagai macam pertimbangan yaitu berupa target keuntungan maksimum jangka pendek atau dapat pula berupa batas harga teoritis maksimum yang biasanya didasarkan atas beberapa variabel seperti Price Earning Ratio, Growth Rate dan Price Book Value. Analisa teknikal memiliki prinsip utama yaitu Market Discount Everything yaitu harga pasar yang terlihat adalah harga yang sebenarnya yang didasarkan pada keyakinan kondisi ekonomi, politik, fundamental dan lainnya telah tercermin pada harga Pasar. Pergerakan harga yang terjadi merupakan pengaruh dari perubahan permintaan dan penawaran. (Hin, 2008 : 76). Analisa teknikal menurut Sulistiawan dan Liliana (2007: 6) juga memiliki prinsip utama lainnya yang menyatakan bahwa Price Moves in Trend yaitu harga Pasar akan bergerak dalam trend. Prinsip dasar dalam penggunaan analisa teknis adalah jangan mengambil keputusan transaksi yang melawan trend harga. Pengguna analisis ini percaya bahwa semua informasi yang tercermin pada harga Pasar saham sehingga trend tersebut menunjukan mayoritas pelaku Pasar/ investor atas suatu saham. Trend turun menunjukan mayoritas pelaku Pasar mengharapkan saham tersebut turun. Sebaliknya semakin banyak pelaku Pasar menginginkan saham tersebut (keinginan ini dipicu oleh berbagai informasi, baik informasi finansial maupun non finansial), maka permintaan akan naik dan akan berakibat pada harga saham yang juga naik. Faktor hukum permintaan dan penawaran menurut Arifin (2004: 116) berada diurutan kedua, setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu
41
kondisi fundamental perusahaan, maka tentunya mereka akan melakukan transaksi baik jual maupun beli. Transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasinya harga saham. Analisa teknikal dapat dilakukan untuk saham- saham individual ataupun kondisi Pasar secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan grafik (charts) maupun berbagai metode/ indikator teknis. Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama untuk dianalisis. Pendekatan teknikal ini pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk ke Pasar) atau menjual saham (keluar dari Pasar) dengan memanfaatkan indikator- indikator teknik ataupun menggunakan analisis grafik. Berdasarkan uraian tersebut dijelaskan bahwa analisa teknikal adalah penggerakan harga saham dimasa akan datang yang didasarkan dari pergerakan harga dan volume perdagangan saham itu sendiri dimasa lalu dengan menggunakan grafik (charts) maupun berbagai metode/ indikator teknis. Asumsi dasar dalam analisis teknikal adalah bahwa harga sangat ditentukan oleh keseimbangan antara supply dan demand. Dimana ketika terjadi ekses supply (kelebihan supply dan demand) maka harga akan jatuh dan demikian sebaliknya terjadi ekses demand maka harga naik yang didasarkan pada keyakinan kondisi ekonomi, politik, fundamental dan lainnya telah tercermin pada harga Pasar.
42
2.6
Volume Perdagangan Saham
2.6.1. Pengertian Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham menurut Suad Husnan (2005 : 344) bahwa: Bagian yang diterima dalam analis teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi disuatu Bursa akan ditafsirkan sebagai tanda Pasar akan membaik (bullish). Peningkatan volume perdagangan akan dikuti dengan peningkatan harga yang merupakan gejala makin kuat akan kondisi bullish. Volume perdagangan saham menurut Wiyani, Wahyu dan Wijayanto (2005) bahwa: Banyaknya lembaran saham suatu emiten yang diperjualbelikan dipasar modal setiap hari bursa dengan tingkat harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli saham melalui perantara (broker) perdagangan saham di Pasar modal yang dikenal dengan istilah lot terdiri dari 500 lembar saham. Volume perdagangan saham menurut (Wira, 2010 : 93) adalah “menggambarkan pertempuran antara permintaan dan penawaran sehingga perubahan permintaan saham oleh pelaku pasar yang akan mempengaruhi volume perdagangannya”. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa volume perdagangan saham adalah jumlah lembaran saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu setiap hari. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi disuatu Bursa akan ditafsirkan sebagai tanda Pasar akan membaik (bullish) yang menggambarkan pertempuran antara permintaan dan penawaran sehingga perubahan permintaan saham oleh pelaku pasar yang akan mempengaruhi volume perdagangannya. Peningkatan volume perdagangan akan dikuti dengan peningkatan harga yang merupakan gejala makin kuat akan kondisi bullish. Sebaliknya Penurunan volume
43
perdagangan akan diikuti dengan penurunan harga yang merupakan gejala makin lemah akan kondisi bearish. Dalam membuat keputusan investasinya, seorang investor yang rasional akan mempertimbangkan risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Untuk itu investor seharusnya melakukan analisis sebelum menentukan saham yang akan mereka beli. Perubahan volume perdagangan saham di Pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham yang mencerminkan keputusan investasi bagi investor. Volume perdagangan saham adalah satu parameter penting yang menunjukan transaksi yang terjadi dalam aktivitas perdagangan pada satu sesi atau mencerminkan jumlah saham yang berpindah tangan. Jumlah volume perdagangan yang tinggi menunjukan minat partisipasi yang besar dari pelaku Pasar. Sebaliknya jumlah volume perdagangan yang kecil menunjukan minat yang kurang dari pelaku Pasar. (Ong, 2011 : 101). Disamping itu untuk melakukan analisis, investor membutuhkan informasi. Dengan adanya informasi yang dipublikasikan akan merubah keyakinan para investor yang dapat dilihat dari reaksi pasar. Salah satu reaksi pasar tersebut adalah reaksi volume perdagangan saham karena volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan dan mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut. Besarnya variabel
volume
perdagangan diketahui dengan mengamati
kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume
44
perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA). Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di Pasar modal. Kegiatan volume transaksi diukur dengan pendekatan Trading Volume Activity (TVA) yang dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : TVAit
=
∑ saham perusahan (i) yang diperdagangkan dalam waktu (t) ∑ saham perusahaan (i) yang tercatat di BEI pada waktu (t)
Dengan pengujian perilaku trading volume activity, maka akan didapatkan bukti apakah pengumuman berkaitan dengan meningkatnya volume perdagangan. Lebih lanjut lagi, alat ukur trading volume activity dipergunakan untuk menguji apakah investor individu mengetahui informasi diumumkan yang menyebabkan diperolehnya tingkat keuntungan yang lebih tinggi dalam pembelian atau penjualan saham. The price volume system salah satu alat analisis teknis yang digunakan pada the castle in the air theory mengemukakan ketika penjualan suatu saham bergerak naik dalam jumlah besar, maka terdapat ekses berupa keinginan untuk membeli sehingga harga saham suatu perusahaan akan ikut bergerak naik. Demikian juga ketika penjualan saham turun dalam jumlah yang besar, maka terdapat ekses berupa keinginan untuk menjual saham sehingga harga saham tersebut akan bergerak turun. (Anoraga, 2003: 66).
45
Aktivitas volume perdagangan saham digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan keuangan secara informatif dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan diatas keputusan perdagangan yang normal. Jika jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari transaksi meningkat berarti saham Perusahaan tersebut diminati oleh banyak investor, maka return saham akan naik. Sebaliknya jika jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari transaksi menurun, berarti return saham juga akan turun. Jadi terdapat hubungan yang searah antara peningkatan volume perdagangan saham dengan return saham. (Husnan, 2005) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga saham yang dilihat oleh investor individual dalam menilai laporan keuangan secara informatif.
2.7.
Accumulation Distribution Line
2.7.1. Pengertian Accumulation Distribution Line Accumulation Distribution Line (ACDL) adalah pergerakan volume akan selalu mendahului pergerakan harga sehingga dapat memprediksi arah pergerakan volume, maka akan memperoleh indikasi lebih awal dibandingkan pihak lain dalam arah pergerakan harga dimasa akan datang. Syamsir (2004 : 306). Accumulation Distribution Line (ACDL) pertama kali dikembangkan oleh Mark Chaikin. Formulasi ini digunakan oleh Mark Chaikin untuk membentuk Accumulation Distribution Line sendiri sebenarnya merupakan penyempurnaan dari
46
Indicator on Balance Volume (OBV) yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Joe Granvile pada tahun 1963 dan telah menjadi salah satu alat analisis pergerakan volume yang paling popular untuk menganalisis aliran uang. Volume menggambarkan jumlah saham yang diperdagangkan dan tentu secara langsung juga akan mencerminkan aliran uang baik masuk ataupun keluar dari suatu saham. Namun tanpa pengolahan terlebih dahulu, agak sulit menentukan volume transaksi yang terjadi merupakan indikator adanya aliran uang pada saham atau tidak adanya. Dalam mengembangkan metode Accumulation Distribution Line (ACDL) menggunakan metode yang berbeda dengan Indicator on Balance Volume (OBV) yang menghubungkan analisis volume dengan perubahan harga yang menjumlahkan volume transaksi hari ini dengan volume transaksi kumulatif ketika harga close saham pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga kemarin dan dikurangi jika harga close saham berada pada tingkat lebih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini : a. Jika harga Close hari ini > Harga Close kemarin OBV = Yesterday’s OBV + Today’s Volume b. Jika harga Close hari ini < Harga Close kemarin OBV = Yesterday’s OBV - Today’s Volume c. Jika harga Close hari ini < Harga Close kemarin OBV = Yesterday’s OBV
47
Indicator on Balance Volume (OBV) merupakan alat sebuah analisis yang dikembangkan untuk melihat aliran keluar masuknya dana pada suatu saham dengan menggunakan volume sebagai alat ukur dimana sistem penjumlahannya dikaitkan dengan perubahan harga close. (Syamsir, 2004 : 532 - 533). Dalam penelitian ini penulis lebih memilih Accumulation Distribution Line (ACDL) karena Indicator on Balance Volume (OBV) hanya menggunakan parameter perubahan close price dari periode pada periode lain sebagai sinyal untuk membuat garis analisis, dibandingkan Chaikin memilih posisi harga close pada periode sebelumnya dan memfokuskan perhatiannya kepada price action untuk periode yang telah ditentukan dengan harga close, low dan high yang digunakan data harian. Price action adalah possi harga close terhadap waktu harga yang terjadi selama perode pengamatan. Posisi harga close dalam range harga yang terjadi kemungkinan itu oleh Marc Chaikin dinamakan Close Location Value (CLV). Nilai CLV akan berkisar antara 1 dan -1 dengan titik tengah 0. CLV dihitung menggunakan formulasi menurut Syamsir (2004 :308) dibawah ini:
CLV Dimana :
(C L ) ( H C ) ( H L) H
= Harga High pada periode pengamatan
L
= Harga Low pada periode pengamatan
C
= Harga Close pada periode pengamatan
CLV = Close Location Value
48
Kemudian setelah memperoleh nilai CLV maka selanjutnya untuk mendapatkan nilai Accumulation Distribution Line . Nilai CLV dikalikan dengan Volume transaksi dan menjumlahkan secara kumulatif untuk mendapatkan Accumulation Distribution Line (ACDL) yang terjadi pada periode yang sama untuk mengetahui besaran aliran dana pada suatu periode. Kemudian untuk mengetahui jumlah total aliran dana pada sebuah saham, maka nilai-nilai CLV dan volume transaksi dijumlahkan secara kumulatif. Jumlah total aliran dana ini disebut Accumulation Distribution Line (ACDL). Untuk mendapat gambaran lebih jelas mengenai proses perhitungannya menurut Syamsir (2004 : 311) sebagai berikut: ACDL = CLV t X Volume t Dimana : ACDL
= Accumulation Distribution Line saai ini
CLV t
= CLV pada periode saat ini
Volume t
= Volume pada periode saat ini
Accumulation Distribution Line (ACDL) dihitung menggunakan formulasi akumulatif menurut Syamsir (2004 : 311) sebagai berikut: ACDL t = Yesterdays ACDL + (CLV t X Volume t) Dimana : Yesterday ACDL
= ACDL pada periode yang lalu
CLV t
= CLV pada periode saat ini
Volume t
= Volume pada periode saat ini
ACDL t
= Accumulation Distribution Line saat ini
49
Analisis aliran uang tidak dapat dipisahkan dari analisis pergerakan volume dan trend harga karena bagaimanapun dasar pembentukan dari analisis ini tetap berkaitan dengan analisis pergerakan volume dan trend harga.
4.7.2. Keunggulan dan kelemahan Accumulation Distribution Line (ACDL) a.
Keunggulan Accumulation Distribution Line diantaranya: 1.
Untuk membaca terjadinya tekanan beli (buying pressure) atau tekanan tekanan jual (selling pressure) sebuah saham yang dapat memberikan indikasi awal akan arah trend berikutnya
2.
Kemampuan memberikan identifikasi kenaikan ataupun penurunan volume transaksi pada suatu saham.
3.
Sebagai indikator harga untuk mengkonfirmasi kekuatan (strength) dan kestabilan dibalik trend pergerakan harga.
b.
Kelemahan Accumulation Distribution Line diantaranya: 1. Keberadaan gap tidak diperhitungkan dimana harga tertinggi (high), terendah (low), dan harga penutupan/ closing yang digunakan, tetapi hanya menentukan pada pergerakan harga harian dan terlepas dari pergerakan harga sebelumnya. 2. Dalam sebuah saham yang memiliki gap-up dan ditutup pada posisi tengah antara high dan low tidak dapat memperhitungkan timbulnya gap-up beberapa kali yang terdeteksi. Gap-up ini merupakan indikasi
50
yang sangat penting untuk melihat terjadinya, diperkuat atau terakhirnya sebuah trend. 3. Volume perdagangan yang menurun namun sepanjang harga penutupan pada posisi diatas setengah jarak antara harga tertinggi dan terendah, maka Accumulation Distribution Line (ACDL) akan tetap turut bertambah naik sehingga investor tidak dapat melihat kenaikan harga yang tidak wajar. 2.8.
Reviews Penelitian Terdahulu Rinanti (2009) yang meneliti pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return
On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga saham perusahaan yang tercantum dalam Indeks LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Dini dan Diniarti (2010) yang meneliti pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham yang terdaftar dalam Indeks Emiten LQ45 dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, Haosana (2012) yang meneliti Pengaruh Return On Asset (ROA) dan TOBIN’S Q terhadap Volume perdagangan saham pada Perusahaan Retail yang
51
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel Return On Asset (ROA) dan TOBIN’S Q memiliki pengaruh signifikan terhadap Volume perdagangan saham. Nasir dan Mirza (2011) yang meneliti Pengaruh Nilai kurs, Inflasi, Suku bunga deposito dan Volume perdagangan saham terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa volume perdagangan saham berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian terdapat hubungan antara volume perdagangan dengan harga saham yang berarti harga naik maka return naik. Sebaliknya harga turun maka return turun. Astria (2007) yang meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham dan Volume perdagangan saham pada Perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) Variabel Kinerja Keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Per Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh signifikan terhadap Harga Saham dan Volume perdagangan saham. Rohma (2010) yang meneliti menganalisa Faktor– faktor Fundamental terhadap Volume perdagangan saham dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel Faktor – faktor Fundamental yang diukur Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR),
52
Debt to Equity Ratio (DER) dan Book Equity Value (BV) memiliki pengaruh signifikan terhadap Volume perdagangan saham. Juniawan (2008) dengan judul penelitian Penggunakan Analisa Teknikal dalam pengambilan Keputusan Investasi pada Empat Saham teraktif di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi harga saham- saham Perusahaan yang tergabung dalam 20 saham teraktif berdasarkan volume perdagangan dengan dianalisis menggunakan metode least square untuk menentukan trend. Data yang digunakan adalah harga high, low dan close serta volume perdagangan saham harian. Selanjutnya analisa teknikal variabelyang digunakan antara lain indikator simple moving average (SMA), relative strength indeks (RSI), on balance volume (OBV), accumulation distribution line (ACDL) dan trading volume activity (TVA) untuk mengetahui trend bullish atau bearish yang terjadi pada akhir periode pengamatan untuk dijadikan dasar keputusan investasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa saham BNBR, BUMI dan BNII pada akhir periode pengamalan mengalami trend bullish dan diprediksi akan berlanjut hingga awal april 2008 sehingga investor seharusnya mengambil posisi beli. Sedangkan untuk saham KIJA pada akhir periode pengamatan mengalami trend bearish dan diprediksi akan terus berlanjut hingga awal april 2008 sehingga investor seharusnya mengambil posisi menjual untuk menghindari risiko kerugian. Ayanoglu (2013) dengan judul penelitian Mathematical Back Ground Of Technical Indicator And Their Applications. Tujuan penelitian ini adalah analisa teknikal salah satu metode yang paling penting dari analisis untuk meneliti masa
53
lalu dan sekarang, ketika pedagang Pasar keuangan membuat keputusan pembelian dan penjualan untuk mensupport/ membantu investor untuk menghitung harga masa depan dengan mempelajari arah harga dengan informasi keuangan historis. Data yang digunakan adalah harga dan volume perdagangan saham di Pasar Amerika Down Jones Industrial Average (DJIA). Analisa teknikal ini dikenal sebagai analis grafik harga dan volume. Akar analis teknis ini juga dapat menemukan titik awal dari Down Theory yang dikembangkan Charles Down pada awal tahun 1900 dan dianggap sebagai salah satu indikator penting bagi Pasar Amerika karena saat ini ada banyak matematikawan dan fisikawan dan mereka bekerja pada topik ini berdasarkan minat dan analisis. Analisa teknis Pasar saham telah menjadi penting dalam latar belakang matematika untuk kontribusi ilmuwan. Dalam studi ini variabel yang disertakan antara lain indikator bolinger bands (BOLL), moving average (MACD), relative strength indeks (RSI) dan accumulation distribution line (ACDL). Indikator tersebut disajikan dalam bentuk grafik, selain situasi ini ada banyak kasus analisa yang tidak cukup diamati, sehingga menciptakan indikator baru untuk mengurangi kesulitan dalam pengetahuan teoritis yaitu indikator Ebba Application yang terkemuka untuk membantu variabel indikator lainnya menganalisa trend pergerakan harga. Hasil penelitian menunjukan pergerakan harga akan segera berubah. Dampaknya grafik arah pergerakan harga trend turun, disisi lain indikator Ebba Application menghasilkan “pikiran keluar” yaitu sinyal yang menjelang akhir
54
pergerakan harga mulai bergerak keatas. Oleh karena itu Pasar saham di Amerika akan mengalami arah pergerakan perdagangan akan segera berubah naik. Berdasarkan penelitian yang diuraikan diatas bahwa rasio keuangan berpengaruh terhadap harga dan volume perdagangan saham, maka peneliti mecoba melakukan pengembangan penelitian ini antara harga dan volume yang diakumulasikan dengan analisa teknikal yaitu Accumulation Distribution Line (ACDL) sebagai indikator untuk mendeteksi apakah terdapat aliran uang masuk atau keluar dari sebuah saham dan akan menjadi pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi. (Syamsir, 2004 : 309).
2.9.
Kerangka Teoritis Dasar dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Total Asset Turn
Over (TATO), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Accumulation Distribution Line (ACDL). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Total Asset Turn Over (TATO), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Total Asset Turn Over (TATO) dalam penelitian ini dapat diukur dari total penjualan dibagi total aktiva. Return On Asset (ROA) dapat diukur dari laba bersih dibagi total asset perusahaan dan Return On Equity (ROE) dapat diukur dari laba bersih dibagi total ekuitas. Sedangkan variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen dalam penelitian ini adalah Accumulation Distribution Line (ACDL) yang diperoleh dari harga dan volume perdagangan saham dari hasil
55
perkalian dan pembagian harga high, low dan close untuk mendapatkan Close Location Value (CLV) dan dikalikan volume perdagangan saham, kemudian diakumulasi selama dua bulan. Penelitian dari pola hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Total Asset Turn Over (TATO)
H2 Accumulation Distribution Line (ACDL).
Return On Asset (ROA)
H3 Return On Equity (ROE)
H4
H1 Gambar 2.1 Model Penelitian Hubungan Antar Variabel