BAB II LANDASAN TEORI
A. Latar Belakang ISO 9000 ISO merupakan suatu rangkaian dari lima standar mutu internasional yang dikembangkan oleh The International Organization for Standarization (ISO) di Geneva, Switzerland pada tanggal 27 Februari 1947 dan diprakarsai oleh 97 negara termasuk American National Standards Institute (ANSI), New Jersey. ISO 9000 dimulai tahun 1979 ketika British Standard Institute mulai menciptakan standar untuk prinsip-prinsip mutu yang umum. Hal ini sangat berperan penting dalam menuju standar ISO 9000 yang merupakan isu terakhir di tahun 1987. The International Organization for Standarization (ISO) kemudian mempublikasikan seri standar internasional mengenai jaminan mutu dan manajemen mutu yang dikenal dengan Standar Sistem Mutu Manajemen ISO 9000 yang berpedoman pada BS 5750. ISO 9000 sekarang sudah digunakan di lebih dari 150 negara di dunia. Sejak tahun 1992, Indonesia menggunakan standar tersebut sebagai acuan standar menajemen mutu dengan nama SNI 19.9000-1992 dari Dewan Standarisasi Nasional.
5
6
1. Pengertian ISO 9000 ISO 9000 adalah standar sistem menajemen yang tidak mengenal jenis organisasi, dapat diterapkan di berbagai jenis perusahaan jasa dan manufaktur serta tidak mengenal lokasi perusahaannya. Bukan hal yang sulit untuk memahami ISO 9000 selama ada komitmen dari pimpinan dan dukungan dari seluruh jajaran perusahaan. ISO dibuat berdasarkan elemenelemen yang menerangkan tentang kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sehari-hari oleh perusahaan. Menurut Aditya (2005:14) adalah sebagai berikut : Suatu standar sistem manajemen mutu yang dikeluarkan oleh organisasi internasional yang bernama International for Standarization. Organisasi itu diberi nama ISO. ISO sendiri bukan merupakan singkatan tetapi diambil dari kata isos (bahasa Yunani) yang artinya sama atau sepadan. ISO 9000 bukan merupakan standar mutu produk, melainkan standar yang mengatur sistem menajemen mutu. Artinya, bukan produk yang disertifikasi, tetapi sistem manajemen mutu untuk menghasilkan produk tersebut.
2. Seri ISO 9000 Seri ISO 9000 menurut versi tahun 2000 (ditulis ISO 9000:2000) terdiri dari beberapa standar, yaitu : a. ISO 9000 yang menjelaskan tentang konsep dan memuat kosakata (istilah) mutu. b. ISO 9001 merupakan persyaratan standar untuk sistem manajemen mutu.
7
c. ISO 9004 merupakan panduan untuk perbaikan kinerja mutu perusahaan. d. ISO 19011 merupakan penuntun untuk audit. Dari keempat standar tersebut, hanya ISO 9001 yang dapat disertifikasi, yang lainnya digunakan sebagai panduan (guidelines).
3. Prinsip ISO 9000 ISO 9000 mempunyai 8 prinsip manajemen mutu, yaitu : a. Fokus kepada Pelanggan b. Kepemimpinan c. Keterlibatan setiap orang d. Pendekatan proses e. Pendekatan sistem manajemen f. Perbaikan berkesinambungan g. Pendekatan fakta untuk pengambilan keputusan h. Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok.
8
4. Sertifikat ISO 9001 Setiap perusahaan dapat memperoleh sertifikat ISO 9001 setelah dinyatakan lulus audit yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi. Audit dilakukan menyeluruh di dalam perusahaan dan meliputi semua persyaratan yang ada di ISO 9001. Sertifikat ISO 9001 dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi dan berlaku selama 3 tahun. Setiap periode tertentu, Lembaga Sertifikasi akan melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa perusahaan masih menerapkan sistem secara konsisten.
B. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dapat mengkomunikasikan data keuangan pada pihak yang berkepentingan. Agar tidak salah dalam memakai informasi atas laporan akuntansi ini maka perlu diketahui secara benar pengertian dari proses akuntansi. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengukuran interprestasi, dan komunikasi data keuangan. Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan. Dalam
9
proses akuntansi, diidentifikasi berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran transaksitransaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relefan dan memberikan gambaran secara layak tentang keadaan
keuangan
perusahaan
dalam
suatu
periode
yang akan
digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2004:2) adalah sebagai berikut : Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut.
Sedangkan menurut Kieso (2002:3) adalah sebagai berikut : Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasikan dalam nilai moneter”.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang
10
merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode akuntansi dari satu kesatuan usaha.
2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan, laporan keuangan ini merupakan pencerminan dari prestasi manajemen perusahaan pada suatu periode tertentu. Selain sebagai alat pertanggungjawaban,
laporan
keuangan
diperlukan
sebagai
dasar
pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Mamduh (2003:30), tujuan dari laporan keuangan yaitu : “Memberikan informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditor, dan pemakai lainnya saat ini maupun pontesial (masa mendatang), untuk pembuatan keputusan investasi, kredit, dan investasi semacam lainnya”. Sedangkan tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:12) adalah : “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
11
Manfaat dari laporan keuangan adalah : a. Sebagai
alat
penguji
untuk mengetahui kebenaran
pekerjaan
pembukuan. b. Untuk memperoleh gambaran tentang keadaan keuangan perusahaan mengenai posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan. c. Sebagai dasar pengambilan keputusan. d. Merupakan alat komunikasi antara perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kegiatan perusahaan.
3. Komponen Laporan Keuangan Menurut Yusuf (2001:21), laporan keuangan terdiri dari : a. Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. b. Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu. c. Laporan ekuitas pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu. d. Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu.
12
e. Catatan atas laporan keuangan, merupakan laporan-laporan khusus yang menunjukkan bagian-bagian dari laporan keuangan dengan lebih rinci untuk tujuan khususnya.
4. Pihak-pihak yang Berkepentingan atas Laporan Keuangan Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan
dan
kegiatan-kegiatannya
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Menurut Rudianto (2008:5) pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan yang membutuhkan informasi keuangan yaitu : a. Kreditor Adalah orang atau perusahaan yang memberikan pinjaman dana kepada perusahaan untuk berbagai keperluan usaha. Sebagai pihak yang memberikan pinjaman dana kepada perusahaan, kreditor membutuhkan informasi untuk menjamin bahwa uang yang dipinjamkannya akan dibayar beserta bunganya. b. Pemerintah Adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk membuat peraturan usaha dan hal-hal yang terkait dengannya. Sebagai pihak
13
yang akan memungut pajak penghasilan kepada perusahaan, maka informasi utama yang diperlukan pemerintah mencakup laba usaha yang diperoleh serta beban yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan. c. Calon Investor Adalah orang-orang atau lembaga yang akan menanamkan uangnya di dalam suatu perusahaan di masa mendatang. Sebagai pihak yang akan menanamkan uangnya di dalam perusahaan, calon investor harus memiliki keyakinan bahwa perusahaan tersebut dapat memberikan penghasilan yang memadai dalam jangka panjang. d. Pemasok (supplier) Adalah orang atau perusahaan yang menjual berbagai barang kepada perusahaan, mulai dari peralatan kantor, mesin, kendaraan sampai dengan bahan baku usaha. Sebagai pihak yang menjual barang kepada perusahaan secara kredit, pemasok harus memiliki keyakinan bahwa kredit yang diberikannya kepada perusahaan akan dapat dibayar sesuai dengan kesepakatan. e. Pemilik atau Pemegang Saham Adalah orang atau lembaga yang telah menanamkan uangnya atau kekayaannya di dalam perusahaan. Sebagai pihak yang telah
14
menanamkan uangnya di dalam perusahaan, pemilik perusahaan harus
memperoleh
imbalan
atas
kekayaan
yang
telah
ditanamkannya. f. Manajer Produksi Adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses menghasilkan produk di dalam perusahaan. Sebagai pihak internal perusahaan yang bertanggung jawab terhadap proses produksi, manajer produksi memerlukan informasi berkaitan dengan keseluruhan biaya maupun rincian biaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk perusahaan. g. Manajer Pemasaran Adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pemasaran produk perusahaan, mulai dari promosi, distribusi sampai dengan pelayanan purna-jual. Sebagai pihak internal perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pemasaran produk perusahaan, manajer pemasaran memerlukan data biaya produksi dari setiap produknya guna menentukan harga jual produk tersebut, dan perincian dari biaya pemasaran untuk mencari alternatif biaya pemasaran yang paling efisien bagi perusahaan tanpa mengabaikan efektivitas pemasarannya.
15
h. Berbagai Pihak Internal Perusahaan lainnya yang memerlukan data dan informasi keuangan lainnya yang harus disediakan oleh akuntansi.
C. Kinerja Keuangan 1. Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Perusahaan
dalam
menentukan
alternatif
kebijakan
perlu
mengumpulkan data yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Salah satu data yang dapat membantu memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan alternatif tindakan adalah kinerja perusahaan. Pengertian kinerja menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:111) adalah : Tingkat pencapaian pelaksanaan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara akrual dan pencapaian misi perusahaan. Bisa juga kinerja keuangan diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.
Pengertian pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2001:419) adalah : “Penentuan secara periodik, efektifitas dan operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standard dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya”.
16
2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran
kinerja
keuangan
mempunyai
tujuan
pokok
“Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standard perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan” (Mulyadi 2001:42). Manfaat pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2001:420) antara lain adalah : a. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi, transfer dan pemberhentian. c. Mengidentifikasi
kebutuhan
pelatihan
dan
pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerjanya. e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Sedangkan manfaat pengukuran kinerja menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:111) sebagai berikut :
17
Penilaian adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat diketahui dan dapat juga dijadikan pedoman keberhasilan perusahaan selama satu periode tertentu, bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya.
D. Analisa Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisa Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disajikan oleh suatu perusahaan sifatnya hanya memberikan informasi secara kuantitatif. Oleh karena itu belum dapat digunakan secara langsung sebagai dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan perusahaan tersebut. Informasi yang disajikan sifatnya masih terbatas sehingga perlu dilakukan penafsiran dari data-data keuangan yang disajikan. Penafsiran ini dilakukan dengan analisa terhadap laporan keuangan yang bertujuan untuk menilai performance perusahaan. Menurut Soemarso (2002:430) memberikan pengertian Analisa Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis) adalah : “Hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena”.
18
2. Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk suatu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya. Metode analisa yang digunakan dalam laporan keuangan menurut Munawir (2004:36) ada dua jenis yaitu : a. Analisa Horizontal Analisa horizontal adalah analisa yang mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula sebagai metode analisa dinamis. b. Analisa Vertikal Analisa vertikal adalah laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan membandingkan antara pos satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Metode vertikal ini disebut juga sebagai metode
19
analisa statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode ini saja tanpa mengetahui perkembangannya. Dalam hubungan dengan analisa laporan keuangan agar data pada laporan keuangan mudah dimengerti, menurut Munawir (2004:36) terdapat alat-alat atau teknik yang digunakan untuk analisis keuangan yang meliputi : a. Analisis perbandingan laporan keuangan. b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase. c. Laporan dengan persentase per komponen. d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja. e. Analisis sumber dan penggunaan kas. f. Analisis rasio. g. Analisis perubahaan laba kotor. h. Analisis break even.
20
3. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Pengertian rasio keuangan menurut
Sofyan
(2004:297) :
“Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan”. Menurut Munawir (2004:64) : Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (Mathematical Relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya, sehingga dapat memberikan gambaran baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.
b. Jenis-jenis Rasio Keuangan 1) Rasio Likuiditas Menurut Sofyan (2004:301) :
21
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja perusahaan, yaitu pos-pos dari aktiva lancar dan hutang lancar.
a) Rasio Lancar (Current Ratio) Menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
melunasi
kewajiban lancar dari aktiva lancarnya, rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current Ratio hanya menunjukkan posisi keuangan pada suatu saat, oleh karena itu dalam menginterprestasikan current ratio harus mempertimbangkan tingkat perputaran dari aktiva lancar (selain kas) dan kewajiban lancar yaitu rata-rata jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonversikan aktiva lancar menjadi kas, serta jangka waktu yang mampu dicapai untuk membayar kembali kewajiban lancar. Rumusnya sebagai berikut :
Aktiva Lancar Rasio Lancar = Kewajiban Lancar
22
b) Rasio Cepat (Quick Test Ratio) Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu
menutupi
kewajiban
lancarnya
tanpa
memperhitungkan persediaan. Semakin besar nilai rasio semakin baik. Rumusnya sebagai berikut : Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat = Kewajiban Lancar
2) Rasio Aktivitas (Activity Ratio) a) Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over / RTO) Rasio ini mengukur efektivitas pemberian kredit perusahaan. Rasio perputaran piutang ini juga merupakan indikator efisiensi perusahaan dalam menagih piutang dan mengkonversikan kembali menjadi kas. Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran
waktu
pengumpulannya
dapat
dinilai
dengan
menghitung tingkat perputaran rata-rata piutang tersebut, yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang ratarata.
23
Makin tinggi tingkat rasio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya semakin rendah tingkat rasio berarti ada over investmen dalam piutang hingga memerlukan analisa lebih lanjut. Rumusnya sebagai berikut : Penjualan Rasio Perputaran Piutang = Rata-rata Piutang
b) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over / ITO) Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal perusahaan. Semakin besar nilai rasio maka semakin baik, karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat . Rumusnya sebagai berikut : Harga Pokok Penjualan Rasio Perputaran Persediaan = Rata-rata Persediaan
c) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over / TATO) Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva bila diukur dari volume penjualan, atau seberapa jauh kemampuan semua
24
aktiva dalam menciptakan penjualan. Semakin tinggi nilai rasio maka semakin baik. Rumusnya sebagai berikut : Penjualan Rasio Perputaran Total Aktiva = Rata-rata Total Aktiva
3) Rasio Solvabilitas Pengertian rasio solvabilitas menurut Sofyan (2004:303) : “Rasio solvabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau semua kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi”. a) Rasio Hutang atas Aktiva (Debt to Asset Ratio / DAR) Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutup oleh aktiva yang lebih besar rasionya atau lebih aman (solvable). Semakin kecil rasio maka semakin aman. Rumusnya sebagai berikut : Total Hutang Rasio Hutang atas Aktiva = Total Aktiva
25
b) Rasio Hutang atas Modal (Debt to Equity Ratio / DER) Rasio ini menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutup hutang kepada pihak luar. Semakin kecil nilai rasio maka semakin baik. Rumusnya sebagai berikut : Total Hutang Rasio Hutang atas Modal = Modal (ekuitas)
4) Rasio Profitabilitas Profitabilitas menurut Agnes (2003:35) adalah : “Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Sehingga semakin tinggi profitabilitas perusahaan berarti semakin baik”. Dari definisi diatas menunjukkan perbandingan antara laba dan modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan menggunakan aktiva secara efektif, dengan demikian tingkat profitabilitas yang tinggi merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula. Rasio profitabilitas merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan yang akan memberikan jawaban tentang efektifitas
26
manajemen perusahaan, sehingga akan terlihat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. a) Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Rumusnya sebagai berikut : Laba Bersih Marjin Laba Bersih = Penjualan
b) Hasil Pengembalian atas Total Aktiva (Return On Asset / ROA) Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin baik, artinya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Rumusnya sebagai berikut : Laba Bersih ROA = Total Aktiva
27
c) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return On Equity / ROE) Rasio menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar nilai rasio semakin baik. Rumusnya sebagai berikut : Laba Bersih ROE = Ekuitas
c. Keterbatasan Analisis Rasio Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan menurut Agnes (2005:44) antara lain : 1) Kesulitan dalam mengindentifikasikan kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. 2) Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 3) Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusunan atau metode penilaian persediaan.
28
4) Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.