BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Definisi dan Pengertian Kualitas Kualitas tidaklah harus yang terbaik secara mutlak tapi secara umum dapat
diartikan sebagai yang terbaik dalam batas-batas kondisi yang diinginkan pemakai. Syarat dari kondisi pemakai yang paling menonjol umumnya menyangkut harga produk dan manfaat dari produk tersebut. Namun jika diuraikan lagi kondisi tersebut menyakut beberapa hal yaitu : 1.
Spesifikasi dimensi dan karakteristik operasi
2.
Umur produk dan keandalan
3.
Persyaratan dan keselamatan / keamanan dari produk
4.
Standar yang relevan
5.
Biaya rekayasa dan perkembangan produk
6.
Biaya kualitas produk
7.
Syarat dan kondisi
8.
Pemasangan dan perawatan dilapangan
9.
Faktor kelestarian bahan dan pemanfaatan energi
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
10. Penimbangan efek samping dan lingkungan Secara umum kualitas dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari jumlah karakteristik yang menunjukan tingkat kebaikan suatu produk sehingga mampu memenuhi keinginan konsumen ini berarti bahwa produk tersebut cocok dan sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Kecocokan penggunaan dikaitkan dengan nilai yang diterima dan kepuasan pelanggan. 2.1.1 Pengertian Pengendalian Kualitas Menurut Feigen Boun pengendalian kualitas didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari pemeriksaan dan pengujian, analisis dan tindakantindakan yang harus diambil dengan ongkos yang seminimal mungkin sesuai dengan keinginan konsumen. Pengendalian kualitas dapat juga di artikan sebagai suatu sistem yang efektif untuk mengkoordinasikan usaha-usaha penjagaan kualitas dan perbaikan kualitas. Dari kelompok-kelompok dalam organisasi yang ekonomis dan dapat memenuhi kepuasan konsumen . Berdasarkan
Standar
Industri
Jepang
(JIS)
pengendalian
kualitas
didefinisikan sebagai suatu sistem tentang metode produksi yang secara ekonomis memproduksi produk atau jasa yang bermutu dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Urutan pengendalian kualitas pada umumnya mengikuti 4 tahap yaitu sebagai berikut : 1.
Penetapan standar dan ongkos
2.
Konfirmasi hasil produksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
3.
Mengadakan koreksi
4.
Usaha perbaikan standar
Jika produksi banyak yang cacat, berarti penggunaan sumber daya kurang efisien. Artinya perbandingan output terhadap infut menjadi lebih kecil. Hal ini berarti menurunkan produktivitas manajemen kualitas mengusahakan agar produksi bertambah dengan mempergunakan sumber daya yang sama atau lebih rendah. Dengan
adanya
pengendalian
kualitas
diharapkan
penyimpangan-
penyimpangan yang muncul dapat dikurangi dan proses dapat diarahkan pada tujuan yang mungkin dapat dikurangi dan proses dapat diarahkan bila tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian kualitas dapat dikatakan efektif apabila dapat menekan sampai batas minimum penyimpangan terhadap rencana. 2.1.2 Faktor-faktor Pengendalian Kualitas Menurut Douglas C. Montgomery (2001:26) dan berdasarkan beberapa literatur lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah: 1. Kemampuan proses Batas-batas
yang
ingin
dicapai
haruslah
disesuaikan
dengan
kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
2. Spesifikasi yang berlaku Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai. 3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar yang dapat diterima. 4. Biaya kualitas Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang positif dengan terciptanya produk yang berkualitas. a. Biaya Pencegahan (Prevention Cost) Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan produk yang dihasilkan. b. Biaya Deteksi/ Penilaian (Detection/ Appraisal Cost) Adalah biaya yang timbul untuk menentukan apakah produk atau jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas sehingga dapat menghindari kesalahan dan kerusakan sepanjang proses produksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
c. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost) Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirim ke pihak luar (pelanggan atau konsumen). d. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost) Merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan atau konsumen. 2.2
Statistical Process Control (SPC). Statistical Process Control berguna untuk mengidentifikasi permasalahan
atau kejadian yang tidak lazim sehingga bisa diambil tindakan untuk mengendalikan kinerja proses meliputi pemantauan kinerja proses sekarang ini, meramalkan kinerja yang akan datang dan menganjurkan tindakan perbaikan yang diperlukan. (Widjaja Tunggal,2011) Proses dikatakan memerlukan pengendalian statistika ketika sumbersumber variasi berasal dari sebab–sebab variasi umum, diantara fungsi sistem pengendalian proses adalah untuk menyediakan tanda menurut statistik ketika sebab–sebab variasi khusus diajukan dan mencegah pemberian tanda palsu. Pengendalian maksudnya menjaga proses tetap berada dalam range variasi yang diramalkan agar kinerja proses tetap stabil dan konsisten. Dengan memberi tanda pada bagan kendali akan terlihat proses yang “in control” (didalam batas kendali) atau ‘out control” (diluar batas kendali). Untuk itu diperlukan data yang cukup untuk menghitung “Batas Kendali” yang terdiri dari UCL (Upper Control Limit/ Batas kendali atas), LCL (Lower Control Limit/ Batas Kendali Bawah) dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
kemudian plot data di dalam bagan dengan menarik garis yang menunjukkan garis rata-rata (Widjaja Tunggal, 2011). Langkah – Langkah dasar pelaksanaan SPC : 1. Menetapkan apa yang akan diukur 2. Melaksanakan rencana pengumpulan data 3. Plot data yang telah dikumpulkan 4. Meninjau ulang hasilnya 5. Ambil tindakan yang tepat Ketika membahas kemampuan proses maka dua konsep yang agak berlawanan perlu di pertimbangkan : 1. Kemampuan proses di tentukan melalui variasi yang berasal dari sebab– sebab umum. Umumnya hal tersebut menggambarkan performance total (penyebaran minimum) proses itu sendiri, sebagaimana ditunjukan ketika proses dioperasikan dalam keadaan pengendalian statistik, sementara data yang di kumpulkan tidak memperhatikan spesifikasi lokasi atau penyebaran proses. 2. Pelanggan secara khas berhubungan dengan kebutuhan–kebutuhan terhadap produk dari proses yang berlangsung. Karena sebuah proses dalam pengendalian statistik dapat di gambarkan melalui distribusi yang dapat diprediksi, proporsi dalam bagian spesifikasi dapat dinilai dari distribusinya sepanjang proses tetap dalam pengendalian statistik dan tidak mengalami perubahan pada lokasi, penyebaran maupun bentuk proses akan terus menerus menghasilkan distribusi yang sama dalam bagian–bagian spesifikasi. Tindakan pertama proses pada target. Jika penyebaran proses tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
dapat diterima strategi ini membolehkan jumlah minimum diluar bagian–bagian spesifikasi yang dihasilkan. Tindakan pada sistem dilakukan untuk mengurangi variasi dari sebab-sebab umum digunakan untuk memperbaiki kemampuan proses dan untuk memenuhi spesifikasi secara konsisten. Proses harus diarahkan pada pengendalian secara statistik untuk mendeteksi dan bertindak terhadap sebab-sebab variasi khusus, sehingga performanya dapat diprediksi dan kapabilitasnya untuk memenuhi harapan pelanggan dapat ditentukan. Pada suatu proses dapat berlaku 4 kasus berikut : 1. Proses ada dalam pengendalian secara statistik dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan. 2. Proses ada dalam pengendalian, tetapi mempunyai sebab-sebab variasi umum yang mempunyai batas. 3. Memenuhi kebutuhan, tetapi tidak berada dalam pengendalian 4. Proses tidak berada dalam pengendalian dan tidak memenuhi kebutuhan. Untuk dapat diterima proses harus berada dalam pengendalian secara statistik dan variasi in heren (kapabilitas) harus kurang dari toleransi denah. Situasi ideal adalah mempunyai proses : Kapabilitas digunakan sebagai dasar untuk prediksi bagaimana proses akan dilaksanakan menggunakan data statistik yang dikumpulkan dari proses. Petunjuk-petunjuk kapabilitas dapat dibagi kedalam 2 kategori yaitu kapabilitas jangka pendek dan jangka panjang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Studi kapabilitas jangka pendek didasarkan pada pengukuran-pengukuran yang dikumpulkan dari satu pelaksanaan. Data yang dianalisis dengan peta kendali untuk peristiwa yang prosesnya berada dalam pengendalian. Studi kapabilitas jangka pendek terdiri dari pengukuran-pengukuran yang dikumpulkan dari periode waktu yang lebih lama dan memasukan seluruh sumber variasi yang diharapkan. Banyak sumber variasi belum diamati dalam studi jangka pendek. Ketika data telah cukup terkumpul, data ditetapkan dalam peta kendali, dan jika sebab-sebab khusus tidak dikemukakan, kapabilitas jangka panjang dapat dihitung. 2.3
Ruang Lingkup Statistical Process Control. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu alat yang digunakan dalam
pengendalian kualitas diantaranya: 1. Peta Kendali (Control Chart) Control chart adalah grafik yang menunjukkan suatu operasi atau proses berada dalam batas atau di luar batas peta kendali serta melacak kinerja proses melalui perhitungan batas garis tengah (central line) dan batas peringatan (upper dan lower). Control chart merupakan teknik analisa kemampuan proses yang utama, karena dengan control chart dapat dilihat pola dari data proses. Dari pola tersebut dapat diketahui apakah proses terkendali atau tidak terkendali. Pada prosesnya terdapat data yang out of control, data proses yang out of control sangat tidak aman untuk menghitung nilai kemampuan proses (capability proses), agar mendapatkan nilai kemampuan proses (capability proses) yang dapat diandalkan, maka data proses yang out of control tidak digunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
untuk menghitung kemampuan proses (capability proses). Perubahan yang kebetulan selalu terulang dalam batas yang dapat diramalkan. Perubahan yang terjadi karena penyebab yang spesifik atau penyebab yang dapat ditemukan memperlihatkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi proses perlu diidentifikasi, diperiksa dan diubah sehingga menjadi terkendali. Yang berhubungan dengan control chart adalah : (Hikmah, 2001) a. Operator Operator bertanggung jawab untuk mengambil tindakan lokal untuk menghilangkan penyebab – penyebab khusus. Tindakan lokal yang dilakukan operator ini hanya mengatasi ± 15 % dari masalah – masalah yang ada dalam proses b. Manajemen Manajemen tugas dan tanggung jawab pihak manajemen dalam Statical process control (SPC) adalah meninjau capability analysis, serta mengambil tindakan untuk menghilangkan penyebab umum. Tindakan untuk menghilangkan penyebab umum ini dapat mengurangi 85 % masalah pada proses.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Gambar II.1 Jenis control chart Jenis control chart banyak sekali, semua dapat dipakai untuk ciri – ciri proses, produk atau kejadian lainnya yang diukur atau dihitung. Berdasarkan jenis data yang digunakan control chart dapat dibedakan : a. Variable control chart adalah karakteristik kualitas suatu produk dinyatakan dengan besaran yang dapat diukur (besaran kontinue). Seperti : panjang, berat, temperatur, dll. b. Attribute control chart adalah karakteristik kualitas suatu produk dinyatakan
dengan
apakah
produk
tersebut
memenuhi
kondisi/persyaratan tertentu, bersifat dikotomi, jadi hanya ada dua kemungkinan baik dan buruk. Seperti produk cacat atau produk baik, dll.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Pertama kali dikenalkan oleh W.A. Shewher pada tahun 1924. Dengan pandangan untuk menghilangkan variasi tidak normal dengan membedakan variasi terhadap “assignable Couses” dari “Change Causes”.
Gambar II.2 Peta Kendali Ada tiga macam control chart : a. Control Chart Shewart Peta ini disebut peta untuk variabel atau peta untuk X dan R (mean dan range) dan peta untuk x dan σ (mean dan deviasi standard). b. Peta kontrol untuk proporsi atau perbandingan antara banyaknya produk yang cacat dengan seluruh produksi, disebut peta-p. c. Peta kontrol untuk jumlah cacat per unit, disebut peta-c. Pada prinsipnya setiap peta kendali (contol chart) mempunyai : a. Garis tengah (Central line) = CL b. Sepasang batas kendali (control limit), dimana satu batas kendali ditempatkan diatas garis tengah sebagai batas kendali atas (Upper control limit/ UCL). Satu batas kendali ditempatkan dibawah garis tengah sebagai batas kendali bawah (Lower control limit/ LCL).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Bagan kendali control (Control Chart) merupakan garis grafik dengan pencantuman batas maksimum dan minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Bagian ini menunjukan perubahan data dari waktu ke waktu tetapi tidak menunjukan penyebab penyimpangan, meskipun adanya penyimpangan itu terlihat pada bagan kendali tersebut. Salah satu tujuan dari bagan pengendalian adalah untuk membuat atau menghasilkan produk-produk yang sama sesuai standar. Apabila kondisi pembuatan atau faktor-faktor utama dari suatu sistem berubah dari biasanya, maka pada bagan pengendalian menunjukan perubahan tersebut. Dalam hal ini tindakan yang harus diambil untuk mengembalikan bagan pada kondisi semestinya. Yaitu dengan mencari penyebabnya. Dengan demikian akan meyakinkan aktivitas produksi berada dalam kondisi standar. Bagan kendali dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tipe umum. Apabila karakteristik kualitas dapat diukur dan dinyatakan dalam bilangan, ini biasanya dinamakan bagan pengendali variabel. Yang termasuk bagan pengendali variable yaitu : a. Grafik X b. Grafik R c. Grafik S Sedangkan apabila karakteristik kualitas tidak dapat diukur dan dinyatakan dalam bilangan, biasanya dinamakan bagan pengendali sifat (atribut). Yang termasuk bagan pengendali sifat adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
a. Grafik P dan NP b. Grafik C c. Grafik U Bagan pengendali yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta kendali X dan R. a. Peta X merupakan peta control proses yang digunakan untuk : •
Memantau perubahan suatu sebaran atau distribusi suatu variabel asal dalam hal lokasinya (pemusatannya).
•
Apakah proses masih berada dalam batas-batas pengendalian atau tidak.
•
Apakah rata-rata produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
b. Peta kendali R : •
Memantau perubahan dalam hal spread-nya (penyebarannya).
•
Memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil.
Langkah dalam pembuatan Peta X dan R a. Tentukan ukuran subgrup (n = 3, 4, 5, ……). b. Tentukan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 20 subgrup. c. Hitung nilai rata-rata dari setiap subgrup, yaitu X. d. Hitung nilai rata-rata seluruh X, yaitu X, yang merupakan center line dari peta kendali X. e. Hitung nilai selisih data terbesar dengan data terkecil dari setiap subgrup, yaitu Range ( R ).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
f. Hitung nilai rata-rata dari seluruh R, yaitu R yang merupakan center line dari peta kendali R. g. Hitung batas kendali dari peta kendali X : UCL = X + (A2 . R) LCL = X – (A2 . R) h. Hitung batas kendali untuk peta kendali R UCL = D4 . R LCL = D3 . R Plot data X dan R pada peta kendali X dan R serta amati apakah data tersebut berada dalam pengendalian atau tidak. 2. Diagram Tulang Ikan (Fisbhone Diagram) Selain menggunakan analisis korelasi antara variabel, juga dapat digunakan alat bantu berupa diagram tulang ikan. Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) atau Ishikawa Diagram (sesuai dengan nama penemunya, Dr. Kaoru Ishikawa), adalah alat analisis yang memberikan cara pandang yang sistematis terhadap sebab dan akibat timbul, atau kontribusi pada suatu akibat (Wibisono, 2006). Karena fungsi inilah diagram tulang ikan juga disebut cause-effect diagram, yang harus diingat adalah bahwa diagram ini berguna untuk membantu melakukan kategorisasi dari penyebab potensial suatu masalah atau isu, dan mengidentifikasikan penyebab utamanya. Langkah-langkah untuk membuat diagram tulang ikan adalah sebagai berikut: (Wibisono, 2006)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
a. Gambarkan diagram tulang ikan. b. Buat daftar masalah/isu yang dipelajari pada “kepala ikan”. c. Berikan label pada tiap-tiap “tulang”. Kategori utama yang biasa dipakai adalah: •
4M (Method, Machine, Material, Manpower)
•
4P (Place, Procedure, People, Policies)
•
4S (Surrounding, Supplier, System, Skill)
Kategori tersebut dapat dikombinasikan untuk memperkaya ide dan membantu dalam pengorganisasian ide. a. Gunakan teknik idea-generating, misalnya: brainstorming untuk mengidentifikasi
faktor
pada
tiap
kategori
yang
mungkin
menyebabkan masalah/isu dan/atau akibat yang sedang dihadapi. b. Ulangi prosedur di atas untuk masing-masing faktor yang menghasilkan subfaktor. Lanjutkan dengan dan masukkan segmen tambahan pada tiap faktor juga pada tiap subfaktor. c. Lanjutkan sampai tidak lagi informasi penting yang tertinggal saat timbul pertanyaan. d. Analisis hasil dari diagram tulang ikan dilakukan setelah anggota team menyetujui bahwa kategori yang tepat telah ditambahkan dan digambarkan secara detail pada setiap kategori/subkategori. Jika terdapat beberapa hal yang sepertinya berulang pada kategori yang lain, ini disebut sebagai “penyebab yang paling umum”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
e. Untuk masing-masing item yang masuk dalam kategori “penyebab yang paling umum”, team harus meraih konsesus dalam daftar menurut prioritas, di mana prioritas pertama adalah “penyebab paling mungkin”.
Gambar II.3 Diagram Tulang Ikan (Wibisono, 2006) 3. Lembar Periksa ( Cheek Sheet ) Merupakan lembar pemeriksaan atau lembar pengumpulan data yang digunakan sebagai alat bantu untuk memudahkan pengumpulan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi masalah yang ada. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengisi lembar periksa adalah sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
a. Tujuan pengisian lembar periksa (Pengumpulan data) harus jelas apa yang hendak diketahui untuk dilakukan penelitian, sehingga dalam pemilihan data akan lebih terarah sesuai dengan tujuan . b. Lembar pengumpulan data harus sederhana bentuknya membuat kolom yang sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat diisi dengan mudah dan tepat. c. Lembar
pengumpulan
data
mudah
di
mengerti,
dalam
pembuatannya harus benar dan mudah untuk di pahami baik oleh pengumpul data maupun oleh orang lain. d. Lembar pengumpulan data harus memberikan informasi yang diperlukan, maksudnya apakah data yang di dapat cukup lengkap sebagai landasan untuk bertindak, sehingga data yang dikumpulkan memberi manfaat seperti: •
Memahami situasi yang sebenarnya.
•
Menganalisa masalah yang ada.
•
Membantu dalam mengambil keputusan.
4. Histogram Histogram sangat membantu dalam memperkirakan kemampuan proses. Histrogram dengan nilai rata-rata ( X ) dan standar deviasi ( s ) memberikan informasi mengenai perkiraan dari kapabilitas proses internal. Histogram adalah suatu diagram yang tersusun atas grafik balok, dimana diagram tersebut mewakili atau menggambarkan penyebaran atau pendistribusian dari data yang ada. Histogram cocok dipakai untuk mengevaluasi sejumlah data yang besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Digunakan untuk distribusi data yang dikumpulkan.
80 60 40 20
Gambar II.4 Bentuk Histogram 5. Diagram Pareto Digram pareto adalah diagram balok yang di susun secara berjenjang mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah. Yang digunakan untuk menentukan urutan prioritas masalah yang dipecahkan. Diagram pareto digunakan untuk menemukan atau mengetahui penyebab utama yang merupakan kunci dari penyelesaian masalah serta untuk mengetahui besar perbandingan terhadap keseluruhan. Langkah-langkah membuat diagram pareto sebagai berikut : a. Membuat stratifikasi persoalan yang ditulis kedalam bentuk angka. b. Tentukan jangka waktu pengumpulan data yang akan dibahas agar dapat memudahkan penglihatan perbandingan sebelum dan sesudah penanggulangan maka jangka waktu yang diambil harus sama untuk pengumpulan data sebelum dan sesudah penanggulangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
c. Atur masing-masing penyebab sesuai dengan stratifikasi yang dibuat secara berurutan sesuai besarnya nilai gambaran dalam grafik kolom. Letakkan penyebab dengan nilai lebih besar di sisi paling kiri, sedangkan penyebab yang tergolong ke dalam jenis dan lainlain diletakkan paling kanan. d. Gambarkan grafik yang menunjukkan jumlah presentase (total 100%) pada bagian atas grafik kolom, dimulai dengan nilai paling besar berikut keterangan untuk setiap kolomnya. e. Tuliskan nama atau keterangan diagram pada bagian atas atau samping. Kegunaan diagram pareto diantaranya: a. Diagram pareto adalah langkah pertama dalam membuat perbaikan b. Menunjukan masalah utama c. Membantu dalam mengambil keputusan d. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap keseluruhan masalah e. Untuk mengevaluasi pada tahap selanjutnya. 6. Diagram Pancar (Scatter Diagram) Diagram pancar adalah suatu diagram yang memperlihatkan hubungan atau korelasi antara sebab dan akibat. Diantara suatu penyebab dengan penyebab lain dan hubungan dengan satu penyebab dengan dua penyebab lain. Langkah-Langkah pembuatan diagram pancar : a. Mengumpulkan dua jenis data yang dikelompokkan dalam sumbu X dan sumbu Y, masing-masing minimal 30 data.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
b. Membuat sumbu tegak dan sumbu datar beserta skalanya. Bila hubungan antara data-data tersebut merupakan sebab-akibat, maka, besaran penyebab diletakan pada sumbu (X) sumbu mendatar dan besaran akibat diletakan pada sumbu (Y). 7. Stratifikasi Stratifikasi adalah alat yang digunakan untuk menguraikan atau mengklasifikasikan persoalan menjadi kelompok-kelompok yang mempunyai karakteristik yang sama (misalnya : jenis, sifat dan ukuran). Data atau ukuran yang diamati biasanya selalu bervariasi yang disebabkan oleh berbagai factor. Apabila data tersebut dapat digolongkan berdasarkan faktor-faktor yang diduga merupakan penyebab variasi maka faktor-faktor penyebab tersebut, akan mudah didapati karena dipersempit variasinya. Dengan cara ini kita akan lebih mudah
meningkatkan
mutu
dengan
mengurangi
variasi
meningkatkan keseragaman. Kegunaan stratifikasi adalah : a. Melihat masalah secara baik terarah dan mendalam b. Mempermudah dalam mengambil keputusan c. Menghindari salah tafsir d. Membantu membuat diagram Pareto, Histogram dan lain-lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
27
2.4
Uraian Umum Obat-Obatan. Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran bahan-bahan kimiawi,
hewani atau nabati dalam dosis yang sesuai sehingga dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Obat yang sering digunakan dapat bersumber dari : 1. Tumbuhan (flora,hayati), contoh : Habbatussauda 2. Hewan (fauna, hayati), contoh : Minyak ikan 3. Mineral (pertambangan), contoh : Garam dapur, Sulfur 4. Sintesis (tiruan/buatan), contoh : vitamin C 5. Mikroba/Fungi/Jamur, contoh : Antibiotik (amoxycilin) Kegunaan obat terbagi 3 : 1. Untuk menyembuhkan (Teraferatik) 2. Untuk mencegah (Prophylatik) 3. Untuk diagnose (Diagnostik) 2.4.1 Obat jadi Obat jadi adalah obat yang diolah serta dikemas dan siap untuk dipasarkan. Pengawasan mutu terhadap obat jadi merupakan tahap baik buruknya obat yang diproduksi. Pengawasan yamg dilakukan terhadap obat jadi meliputi pemeriksaan obat secara fisik, kimia dan mikrobiologinya, dari hasil pemeriksaan itu dapat diketahui apakah obat tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan untuk dipasarkan. Bila obat tidak memenuhi syarat, maka obat tersebut tidak dapat dipasarkandan dapat dilakukan pengolahan kembali (rework) atau dimusnahkan. Bentuk sediaan obat yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
1. Tablet dan Kaplet Tablet adalah sediaan obat dalam bentuk padat, dimana permukaannya rata atau cembung dan umumnya berbentuk bulat. Sedangkan kaplet adalah tablet yang bentuknya menyerupai kapsul. Pembuatan sediaan obat ini dengan mengempa atau mencetaknya dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang ditambahkan kepada tablet atau kaplet pada umumnya berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, zat pelican dan zat lainnya yang cocok untuk sediaan obat tersebut, adapun tablet yang bersalut yaitu larutan yang diberi lapisan yang terdiri dari larutan gula atau larutan polimer dan bahan lainnya yang cocok dengan atau tanpa penambahan zat warna untuk tujuan tertentu. 2. Kapsul Kapsul adalah sediaan obat yang terbungkus dalam suatu cangkang, yang biasanya cangkang tersebut berupa gelatin atau selulosa dengan penambahan zat warna atau tanpa zat tambahan lainnya. Kapsul gelatin terbagi menjadi dua : a.
Kapsul keras, yaitu kapsul yang menggunakan cangkang yang terbuat dari gelatin dalam berbagai ukuran, yang terdiri atas dua bagian yang digabungkan menjadi Satu.
b.
Kapsul lunak, yaitu kapsul yang menggunakan kapsul dasar yang terbuat dari gelatin, gliserol, dan sorbitol atau metal selulosa dalam perbandingan tertentu sesuai dengan kekerasan kapsul yang diinginkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
3. Salep Salep adalah sediaan obat setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar, dimana bahan yang digunakan sebagai obat harus larut atau terdispersi secara homogen dalam dasar salep yang cocok 4. Cream Cream adalah sediaan obat setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Cream terdiri dari emulsi minyak dalam air atau terdispersi mikro Kristal asam-asam lemak atau alcohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air. Cream digunakan dalam pemakaian luar 5. Injeksi Injeksi adalah sediaan obat yang berupa larutan, emulsi, suspense atau serbuk halus yang dilarutkan dengan pelarut yang cocok terlebih dahulu sebelum
digunakan.
Penggunaan
injeksi
adalah
dengan
cara
menyuntikkan cairan injeksi ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir. 6. Sirup Sirup adalah sediaan obat yang berupa cairan maupun kering. Sirup berbentuk cairan mengandung zat tambahan berupa larutan yang mengandung sakarosa, dengan kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Sedangkan untuk sirup kering, zat tambahan diberikan bila dikonsumsi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
7. Granul Granul adalah sediaan obat atau bahan-bahan obat yang biasanya dalam bentuk partikel atau butiran kecil semacam puyer atau serbuk yang tidak tetap.
http://digilib.mercubuana.ac.id/