BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan Sinar-X Sinar- X merupakan gelombang elektromagnetik, dimana dalam proses terjadinya memiliki energi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan pada energi kinetik elektron. Sinar-X yang terbentuk ada yang memiliki energi rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat timbulnya sinar-X. Juga ada yang berenergi tinggi, yakni berenergi sama dengan energi kinetik elektron pada saat menumbuk target anode. Terbentuknya sinar-X dapat terjadi apabila partikel bermuatan, elektron misalnya, mengalami perlambatan yang diakibatkan adanya interaksi dengan suatu material. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian disebut sebagai sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung memiliki energi yang tinggi, yang besarnya sama dengan energi kinetik partikel bermuatan pada awal terjadinya perlambatan. Selain itu sinar-X juga dapat terbentuk melalui proses perpindahan elektron dari tingkat energi tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti itu mempunyai energi yang sama dengan perbedaan energi antara kedua tingkatan elektron. Energi tersebut merupakan besaran energi yang khas untuk setiap jenis atom. Sehingga sinar-X yang terbentuk disebut sinar-X karakteristik. Pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur bagian pesawat sinar-X. Tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas yang terdapat filamen. Filamen tersebut berfungsi sebagai katode dan target yang berfungsi sebagai anode. Gambar 2.1 menunjukkan skema dari tabung pesawat sinar-X, tabung tersebut dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak
4
Universitas Sumatera Utara
terhalang oleh molekul udara sewaktu menuju ke anode. Filamen yang di panasi oleh arus listrik berfungsi sebagai sumber elektron. Makin besar arus filamen, akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan persatuan waktu. (Kane S.A, 2005)
Gambar 2.1 Skema Tabung Pesawat Sinar-X Elektron-elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik menuju anode karena adanya beda potensial yang besar antara katode dan anode (potensial katode beberapa puluh hingga beberapa ratus KV atau MV lebih rendah dibandingkan potensial anode). Selanjutnya elektron-elektron tersebut akan menumbuk bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi (misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung. Khusus pada pemercepat partikel energi tinggi beberapa elektron atau partikel yang dipercepat dapat sedikit menyimpang dan menabrak dinding sehingga menimbulkan bremsstrahlung pada dinding. Beda potensial atau tegangan antara kedua elektrode menentukan energi maksimum sinar-X yang terbentuk. Sedangkan fluks sinar-X bergantung pada jumlah elektron persatuan waktu yang sampai ke bidang anode. Namun demikian dalam batas tertentu, tegangan tabung juga dapat mempengaruhi arus tabung. Arus tabung dalam sistem
5
Universitas Sumatera Utara
pesawat sinar-X biasanya hanya mempunyai tingkat besaran dalam milliampere (mA), berbeda dengan arus filamen yang besarnya dalam tingkat ampere. Sumber radiasi yang sebenarnya adalah bidang target dalam tabung sinarX, bidang ini disebut bidang fokus. Pada proses bremsstrahlung sinar-X mempunyai kemungkinan dipancarkan kesegala arah. Namun demikian bagian dalam tabung atau di sekitar tabung, misalnya logam penghantar anode gelas tabung dan juga rumah tabung yang biasanya terbuat dari logam berat menyerap sebagian besar sinar-X yang dipancarkan sehingga sinar-X yang keluar dari rumah tabung, kecuali yang mengarah ke jendela tabung sudah sangat sedikit. Sinar-X yang dimanfaatkan adalah berkas yang mengarah ke jendela bagian yang tipis dari tabung. Pesawat sinar-X energi tinggi (orde MV) biasanya lebih dikenal dengan nama pemercepat partikel. Dalam pesawat ini percepatan elektron dilakukan bertingkat-tingkat sehingga pada waktu mencapai target mempunyai energi sangat tinggi, misalnya ada yang sampai setinggi 20 MV atau lebih. Energi sinar-X yang dipancarkan sudah tentu juga sangat tinggi. Sinar-X yang dipancarkan dari pesawat pemercepat partikel memiliki energi yang lebih seragam dibandingkan dengan yang dipancarkan melalui pesawat sinar-X energi rendah. Sasaran pada pesawat pemercepat partikel biasanya sangat tipis, sehingga energi sinar-X yang dipancarkan juga hampir sama. (Kane S.A, 2005).
2.2 Kualitas Citra Kualitas citra dapat digunakan untuk mengindikasikan keakuratan detail yang diperoleh dari sebuah citra atau sebagai informasi dari sebuah citra yang dapat terlihat sebagai kontras dan detail. Kualitas citra sangat penting dalam menentukan keakuratan dari diagnosis objek. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat diperoleh citra yang cukup baik dan bisa memberikan informasi yang tepat untuk mengenali kelainan yang terdapat pada objek yang diperiksa. Kualitas citra terdiri dari beberapa komponen utama yaitu ketajaman, kontras dan noise radiografi.( Tiago, A. dkk, 2011 ).
6
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Ketajaman dan kontas radiografi Ketajaman radiografi berkaitan dengan ukuran dari perubahan kerapatan optik dari suatu media. Kerapatan optik sering disebut sebagai kerapatan fotografi yang terkait dengan kehitaman dari kehitaman dari citra film. Ketajaman radiografi dipengaruhi oleh kontras radiografi yang menunjukkan besar perbedaan kehitaman optik dari struktur yang diinginkan dan daerah disekitarnya. Faktor yang mempengaruhinya adalah perbedaan penyerapan atau atenuasi jaringan, kualitas radiasi dan radiasi hambur. Kontras radiografi juga dipengaruhi oleh reseptor kontras yang merupakan komponen yang menentukan seberapa banyak intensitas sinar-X yang berhubungan dengan pola kehitaman optik pada suatu citra. Untuk screen-film hal ini dipengaruhi oleh jenis film yang digunakan. ( Tiago, A. dkk, 2011 ) 2.2.2 Noise radiografi Noise radiografi merupakan fluktuasi yang tidak diharapkan dalam kehitaman optik pada screen-film, dan dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu mottle dan artefak. Mottle radiografi adalah variasi kerapatan optik yang memberikan paparan sinar-X yang seragam sedangkan artefak adalah variasi kehitaman optik yang tidak diharapkan dalam bentuk kerusakan dalam suatu citra. 2.3 Sistem Computed Radiography (CR) Computer Radiography (CR) merupakan suatu sistem atau proses untuk mengubah sistem analog pada radiografi konvensional menjadi radiografi digital. Computer Radiography mempunyai kelebihan dalam proses lokalisasi objek yang akan diamati. Hal tersebut disebabkan karena citra pada Computer Radiography dapat diatur sesuai dengan keperluan. Kelebihan dan kekurangan Computed Radiography ( CR ) dan Radiografi Konvensional yaitu :
7
Universitas Sumatera Utara
1.
Kelebihan Computed Radiagraphy ( CR ). a. Gambar yang dihasilkan lebih jelas dan detail. b. Gambar dapat dihasilkan dalam bentuk soft copy (compact disk) . c. Lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan zat kimia dalam proses gambar. d. Jika foto dapat disimpan akan bertahan lebih lama dibandingan foto rontgent biasa. e. Radiografi bisa didokumentasikan dengan rapi didalam komputer. f. Processing film lebih cepat. g. Bisa mengatur atau mengedit foto sebelum dicetak. h. Kerusakan film karena film terbakar bisa dihindari. i. Bisa menerapkan sistem Teleradiografi berbasis digital sehingga hasil foto bisa dikirim ke berbagai lokasi dalam area rumah sakit seperti ruangan dokter, kamar operasi, IGD, atau ICU.
2. Kekurangan Computed Radiagraphy ( CR ). a. Dibutuhkan dana yang besar untuk pengadaan alat CR. b. Membutuhkan energi listrik yang banyak. c. Kesalahan faktor eksposi yang terlalu parah tidak dapat di perbaiki. d. Sumber Daya Manusia yang masih kurang berkompeten dalam menangani CR. 3. Kelebihan Radiografi Konvensional a. Biaya operasional lebih murah. 4. Kekurangan Radiografi Konvensional a. Gambar yang dihasilkan kurang jelas. b. Masih menggunakan zat kimia untuk pencucian film. c. Film Rontgen masih sensitif dengan cahaya.
8
Universitas Sumatera Utara
Computed Radiography (CR) mempunyai perlengkapan operasional yang terdiri dari : 2.3.1 Imaging Plate Imaging plate merupakan media pencatat sinar-X pada Computed Radiography yang terbuat dari bahan photostimulable phosphor tinggi. Dengan menggunakan
Imaging
plate
memungkinkan
processor
gambar
untuk
memodifikasi kontras. Imaging plate berada dalam kaset Imaging. Fungsi dari Imaging plate adalah sebagai penangkap gambar dari objek yang sudah di sinar (eksposi). Prosesnya adalah pada saat terjadinya penyinaran, Imaging plate akan menangkap energi dan disimpan oleh bahan phosphor yang akan dirubah menjadi sinyal elektronik dengan laser scanner dalam image reader. Struktur lapisan IP ditunjukkan pada Gambar 2.2 dan diuraikan sebagai berikut ; lapisan pelindung (protective layer) merupakan lapisan tipis, dan transparan berfungsi untuk melindungi IP. Lapisan phosphor merupakan lapisan yang mengandung bariumfluorohalide dalam bahan pengikatnya. Lapisan pemantul (reflective layer) merupakan lapisan yang terdiri dari partikel yang dapat memantulkan cahaya. Lapisan konduktif (conductive layer) merupakan lapisan yang terdiri dari kristal konduktif yang berfungsi untuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh gesekan elektrostatik, selain itu bahan kristal ini juga mempunyai kemampuan untuk menyerap cahaya sehingga dapat meningkatkan ketajaman citra. Lapisan penyangga (support layer) merupakan lapisan yang berfungsi menyangga lapisan di atasnya. Lapisan pelindung bagian belakang (backing layer) merupakan lapisan untuk melindungi IP selama proses pembacaan (readout) di dalam image reader. Pemberi kode dan identitas (barcode lable) digunakan untuk memberikan nomor seri dan untuk mengidentifikasi partikel pada IP tertentu yang kemudian dapat dihubungkan dengan identifikasi pasien.
9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Struktur Imaging Plate (IP) Banyak senyawa memiliki ciri khas photostimulable luminisence dan beberapa diantaranya memiliki karakteristik yang diinginkan untuk pencitraan radiografi, yaitu memiliki puncak stimulasi-serapan pada panjang gelombang yang dihasilkan oleh laser, memiliki puncak emisi terstimulasi yang mudah diserap PMT, dan retensi citra laten tanpa kehilangan sinyal yang signifikan akibat peristiwa fosforesensi. Laser imaging film adalah film single emulsi yang dilapisi oleh kristal silver halide yang sensitif terhadap cahaya merah yang dipancarkan oleh laser. Struktur lapisan laser imaging film ditunjukkan pada Gambar 2.3 diantaranya adalah ; lapisan pelindung (supercoat) yang merupakan lapisan pelindung film dari kerusakan fisik dan dari goresan, biasa disebut dengan lapisan anti gores. Lapisan emulsi berupa lapisan lembut yang mudah rusak oleh proses kimia, fisik dan temperatur, merupakan lapisan sensitif terhadap radiasi yang terdiri dari silver halide yang terikat dengan gelatin murni. Lapisan perekat (substratum) merupakan lapisan perekat, disebut juga adhesive layer yang terletak antara emulsi dan base film, berguna untuk merekatkan dasar film dengan emulsi. Lapisan dasar film (base film) merupakan lapisan dasar yang terbuat dari polyester atau cellulose acetate setebal 0,2 mm, berfungsi sebagai pengaman karena sifatnya tidak mudah terbakar bila dibandingkan dengan bahan kertas, dan sebagai lembar penyangga emulsi film dengan lapisan-lapisan lainnya. Lapisan anti
10
Universitas Sumatera Utara
bengkok (ati-curl backing) berfungsi menjaga film agar tetap lurus setelah prosesing, dan lapisan pewarna (anti-halation layer) adalah bahan pewarna yang terdapat dalam gelatin pada anti-curl backing.( Fuji Computed Radiography FCR, 2011 ).
Gambar 2.3 Struktur Lapisan Laser Imaging Film 2.3.2 Image reader Image reader berfungsi sebagai pembaca dan mengolah gambar yang diperoleh dari Image plate. Semakin besar kapasitas memorinya maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk proses pembacaan Image plate, dan mempunyai daya simpan yang besar. Waktu tercepat yang diperlukan untuk membaca imaging plate pada image reader yaitu selama 64 detik. Selain tempat dalam proses pembacaan, Image reader mempunyai peranan yang sangat penting juga dalam proses pengolahan gambar, sistem transportasi Image plate serta penghapusan data yang ada di Image plate. Image reader sudah dilengkapi dengan monitor yang berfungsi untuk menampilkan gambar yang sudah dibaca oleh Image reader disebut dengan image console. Image console berfungsi sebagai media pengolahan data, berupa computer khusus untuk medical imaging dengan touch screen monitor. Image console dilengkapi oleh bebagai macam menu yang menunjang dalam proses editing dan pengolahan gambar sesuai dengan anatomi tubuh, seperti kondisi hasil gambaran organ tubuh, kondisi tulang dan kondisi jaringan lunak. ( Gun Chris, 2002 ).
11
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Image recorder
Image recorder mempunyai fungsi sebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu media pencetakan hasil gambaran yang sudah diproses dari awal penangkapan sinar – X oleh image plate kemudian dibaca oleh image reader dan diolah oleh image console terus dikirim ke image recorder untuk dilakukan proses output dapat berupa media compact disc sebagai media penyimpanan atau dengan printer laser yang berupa laser imaging film. ( Gun Chris, 2002 ). 2.3.4 Personal Computer (PC) Komputer berasal dari bahasa latin yaitu computare yang berarti menghitung. Komputer adalah sistem elektronik yang dapat menerima input data, dapat mengolah data, dapat menerima informasi, menggunakan suatu program yang tersimpan didalam memori komputer, dapat menyimpan program dan hasil pengolahan dan bekerja secara otomatis dibawah pengawasan suatu langkahlangkah instruksi-instruksi program yang tersimpan dimemori. (Aniati Murni dan Suryana Setiawan, 1992 ). 2.4. Prinsip Kerja Sistem Computer Radiografi Pada saat sinar-X menembus objek, akan terjadi atenuasi, absorpsi dan hamburan akibat dari kerapatan, ketebalan dan koefisien atenuasi objek. Sinar-X yang keluar dari objek selanjutnya akan berinteraksi dengan PSP IP dan membentuk citra laten. Kaset IP dimasukkan kedalam image reader, di dalam image reader, citra laten yang disimpan pada permukaan phosphor dibaca dan dikeluarkan menggunakan cahaya warna merah dari helium-neon laser yang akan menimbulkan peristiwa PSL, selanjutnya IP akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Gambar 2.4 menunjukkan Diagram tahap akuisisi computed radiography (CR).
12
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Diagram tahap akuisisi computed radiography (CR) Prinsip dari PSL karena kristal barium fluorohalide memiliki perbedaan level energi. Pada saat kristal diradiasi, elektron akan menerima energi kemudian terjadi proses eksitasi elektron seperti pada Gambar 2.5 dan transisi dari energi rendah ke energi tinggi. Dalam keadan ini data IP yang disimpan masih berupa citra laten, dan selanjutnya proses stimulasi melalui scanning menggunakan laser. Ketika kristal memasuki proses scanning dengan helium-neon laser, energi yang terserap
dalam
F-center
(Eu2+)
akan
dipancarkan
melalui
proses
photoluminescence berupa cahaya tampak dengan panjang gelombang dan energi tertentu. Pancaran energi ini mengakibatkan elektron jatuh kembali pada posisi semula. (Seibert, J.A, 2006).
Gambar 2.5 Diagram Energi Fosfor BaFBr:Eu2+ (a) Proses Eksitasi (b) Proses Stimulasi
13
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya cahaya yang terpancar dari permukaan IP akibat peristiwa luminescence tersebut akan dideteksi oleh sebuah pengumpul cahaya dan diteruskan ke photo multiplier tubes (PMTs) yang mengkonversi energi cahaya menjadi sinyal listrik analog dan oleh rangkaian analog to digital converter (ADC) diubah menjadi sinyal digital. Kemudian diproses dalam komputer dan data digital tersebut secara otomatis akan ditampilkan pada layar monitor atau LCD dalam image console berupa citra soft-copy yang dapat dilakukan rekontruksi atau dimanipulasi sampai hasil optimum atau dapat juga dikirim ke laser printer untuk di cetak ke dalam film hard-copy. Setelah proses pembacaan selesai, data citra pada IP dapat dihapus dengan cara IP dikenai cahaya yang kuat dari cahaya lampu fluorosen dan IP dapat dgunakan kembali. Seperti pada Gambar 2.6 Proses Pembacaan (Readout) dan Penghapusan (Erasure) IP (Seibert, J.A, 2006).
Gambar 2.6 Proses Pembacaan (Readout) dan Penghapusan (Erasure) IP
2.5. Nilai Piksel (Pixel Value) Pixel Value yang direkomendasikan FCR bergantung pada nilai exposure dan S Value. FCR menyediakan pembacaan 2 (dua) mode level digitasi citra yaitu Standard Mode (ST) dan High Quality Mode (HQ). Dalam Standard Mode ukuran pixel bervariasi sesuai ukuran IP, sedangkan High Quality Mode ukuran pixel tetap 100 μm untuk semua ukuran IP. Ketentuan FCR yang lain adalah incident
14
Universitas Sumatera Utara
exposure pada IP yang diperlukan dalam pembuatan citra berada dalam rentang 0.01 mR sampai 10 mR . Untuk pabrikan sistem FCR menyebut nilai indicator exposure dengan Sensitivity Value (S Value) ditunjukkan pada Tabel 2.1, sebagai ukuran jumlah paparan radiasi yang diterima oleh IP, yang merupakan penentu kualitas citra. Tabel 2.1 Ukuran Pixel dan Mode Digitasi FCR Berbagai Jenis dan Ukuran IP Reading
IP
Mode
SIZE
ST
HQ
14”x17” 14”x14” 10”x12” 8”x10” 14”x17” 14”x14” 10”x12” 8”x10”
Pixel Size (μm)
200 200 150 100 100 100 100 100
Density (pixel/m m)
Pixel Count
5 5 6.7 10 10 10 10 10
1760x2140 1760x1760 1670x2010 2510x2000 3520x4280 3520x3250 2505x3015 2510x2000
Density Resulati on
( Bits )
10 10 10 10 10 10 10 10
Amount Information
(Mbytes)
4.5 3.75 6.4 9.6 28.8 24 14.4 9.6
Amount Information (DICOM) (Mbytes)
7.2 6 6.4 9.6 28.8 24 14.4 9.6
Resolusi citra digital diekspresikan dalam pixel/mm, apabila dalam satu area 1mm2 terbagi menjadi 5 kolom dan 5 baris, maka resolusinya adalah 5 pixel/mm dengan ukuran pixel sesuai jenis IP. ( Fuji Computed Radiography FCR, 2011 ).
2.6. Pembentukan Citra Intensitas sinar-X yang mengenai detektor PSP pada sistem FCR, akan membentuk citra berdasar perbedaan intensitas. Perbedaan intensitas terjadi karena melewati objek dengan koefisien atenuasi dan ketebalan yang berbeda, citra yang terjadi sesuai dengan karakter objek dan merepresentasikan objek tersebut, representasi objek diamati secara visual berdasar nilai grayscale. Menurut Kane S.A. kriteria yang menentukan kualitas citra radiografi, adalah kontras radiografi, resolusi spasial, dan noise.
15
Universitas Sumatera Utara
Nilai kontras tinggi, berarti objek dalam citra dapat dibedakan dengan objek yang lain dengan lebih jelas. Kontras radiografi disebabkan perbedaan sinyal karena intensitas sinar-X yang terdeteksi antara dua daerah dalam suatu citra radiografi, didefinisikan dengan persamaan :
Keterangan : C adalah Kontras Radiografi I1 adalah intensitas sinar – X sebelum menembus objek I2 adalah intensitas sinar – X setelah menembus objek. Apabila intensitas sinar-X suatu daerah jauh lebih besar dari daerah yang lain, maka akan memiliki kontras yang tinggi. Kontras dari suatu citra radiografi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, energi sinar-X, karakteristik detektor, sumber sinar-X, radiasi hambur, dan noise. Fluktuasi statistik dari intensitas sinar-X yang mengenai detektor disebut noise atau efek yang dikenal dengan quantum noise. Keberadaan nilai noise yang besar berakibat penurunan kontras. Besaran noise dinyatakan sebagai varians noise yang nilainya sama dengan kuadrat standar deviasinya. Nilai quantum noise dapat direduksi dengan memperpanjang waktu eksposi, dan meningkatkan intensitas sinar-X, tetapi waktu eksposi dan intensitas yang besar meningkatkan dosis yang diterima pasien, sehingga kurang tepat dari segi proteksi radiasi . Resolusi spasial, atau blur atau unsharpness membatasi ukuran detail objek terkecil yang dapat diamati, yang nilainya tergantung pada noise dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap kontras. Karakteristik sumber dan detektor, serta geometri dalam pencitraan menentukan resolusi spasial, pergerakan saat eksposi akan menyebabkan citra kabur (blur). Kriteria untuk menentukan resolusi spasial adalah kemampuan menampakkan objek yang sangat kecil, film radiografi konvensional memiliki resolusi spasial terkecil yang dapat diperoleh dari suatu citra. (Kane S.A, 2005).
16
Universitas Sumatera Utara
2.7. Anatomi Pelvis ( Panggul ) Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu: 1. Os Coxae (os ilium, os ischium, os pubis) 2. Os Sacrum 3. Os Coccigeus. Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka posterior superior. Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjolan di belakang disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk. Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan dengan os ilium, sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius. Kedua os pubis bertemu dan simetris. Sacrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sacralis. Vertebra pertama paling besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebra ini dikenal sebagai promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaan sacrum berbentuk konkaf. Os Coccigeus merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra Coccigeus. Gambar 2.7 menunjukkan Anatomi dari Pelvis (Pearce, C. Evelyn, 2002).
17
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Anatomi Pelvis 2.8. Phantom Rando. Phantom Rando dibangun dengan kerangka manusia alami yang disusun di dalam bahan jaringan-simulasi yang lembut. Paru-paru yang dibentuk disesuaikan dengan kontur tulang rusuk alami. Ruang udara kepala, leher dan batang bronkus yang diduplikasikan. Phantom ini dibuat pada interval 2,5 cm untuk penyisipan film. Pola Grid lubang dapat dibor ke dalam bagian iris untuk memungkinkan penyisipan dosimeter. Ada dua model Phantom Rando yaitu
Phantom Rando Wanita dan
Phantom Rando pria . Phantom Rando Wanita tingginya 163 cm (5'4 ") dan beratnya 54 Kg. Phantom Rando Pria tingginya 175 cm (5'9 ") dan beratnya 73.5 Kg, Phantom Rando pria Tidak memiliki lengan atau kaki. Gambar 2.8 menunjukkan gambar Phantom Rando Pria. (Rando Phantom Datasheet. www.phantomlab.com ).
18
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8. Phantom Rando Pria.
2.9. Software Image J Image J adalah sebuah
software ringkas untuk melakukan image
processing secara cepat. Software ini sangat berguna untuk membandingkan hasil yang didapatkan apabila kita melakukan pemrosesan citra menggunakan Computed Radiography dan ingin mengetahui hasil yang didapatkan untuk mengecek proses yang pemrosesan citra yang kita lakukan. Program ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Java, namun hanya tersedia untuk cross platform (Windows, Mac OS X, dan Linux). Gambar 2.9 menunjukkan gambar gambar Software image J. ( Tiago, A. dkk, 2011 ).
19
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9. softwere Image – J 2.10. Kriteria Penerimaan Citra Sesuai rekomendasi dari Europian Guidelines, kriteria penerimaan citra dari objek Pelvis AP selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Kriteria Penerimaan Citra Pelvis AP No
2
Rongga pelvis simetris dengan symphisis pubis imposisi di bawah pertengahan sacrum . Visual yang tajam dari reproduksi os sacrum
3
Visual yang tajam dari reproduksi foramen intervertebralis sacrum
4
Visual yang tajam dari reproduksi os pubis
5
Visual yang tajam dari reproduksi ramus ischiadicum
6
Visual yang tajam dari reproduksi sacroilliaca joint Visual yang tajam dari reproduksi caput femoris dengan tidak mengalami distorsi foreshortening (pemendekan citra) atau rotasi Visual yang tajam dari reproduksi corticalis dan trochanter
1
7 8
Kriteria Penerimaan Citra Pelvis AP
20
Universitas Sumatera Utara