BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Bank 2.1.1 Definisi Bank Terdapat beberapa definisi bank yang dapat dikemukakan diantaranya adalah sebagai berikut : a. Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. b. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan tanggal 10 November 1998, bank didefinisikan sebagai: “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
2.1.2 Fungsi Bank Bank melaksanakan beberapa fungsi dasar yaitu : a. Menyediakan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. b. Menyediakan mekanisme pembayaran dalam kegiatan ekonomi.
8
c. Menciptakan uang. d. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. e. Menawarkan jasa-jasa keuangan lainnya.
2.1.3 Tujuan Perbankan Tujuan perbankan dijelaskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Lengkapnya tujuan tersebut adalah sebagai berikut : “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.
2.1.4 Jenis Bank Sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, terdapat dua jenis bank yaitu : a. Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
9
Menurut Taswan (2006:5), jenis bank berdasarkan kepemilikannya, dibagi atas: a. Bank Pemerintah Pusat, yaitu bank-bank komersial, Bank Tabungan atau Bank Pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada di tangan pemerintah pusat. b. Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank-bank komersial, Bank Tabungan atau Bank Pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada ditangan pemerintah daerah. c. Bank Swasta Nasional yaitu bank yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. d. Bank Asing yaitu bank yang mayoritas kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing. e.
Bank Swasta Campuran, yaitu bank yang dimiliki oleh swasta domestik dan swasta asing.
2.1.5 Kegiatan Bank Menurut Kasmir (2007:40), kegiatan-kegiatan bank yang ada di Indonesia antara lain: a. Kegiatan-kegiatan Bank Umum 1) Menghimpun dana masyarakat (funding) dalam bentuk simpanan giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit). 2) Menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.
10
3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti menerima setoran-setoran,
melayani
pembayaran-pembayaran,
transfer,
inkaso, kliring, safe deposit box, valuta asing, bank garansi, referensi bank, letter of kredit (l/c), cek wisata (travellers cheque) dan lain sebagainya. b. Kegiatan-kegiatan Bank Perkreditan Rakyat 1) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito 2) Menyalurkan dana dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan. 3) Larangan-larangan bagi BPR adalah menerima simpanan giro, mengikuti kliring,
melakukan
kegiatan
valuta
asing,
dan
melakukan kegiatan perasuransian. c.
Kegiatan-kegiatan Bank Campuran dan Bank Asing 1) Menghimpun dana dalam bentuk sama seperti bank umum, kecuali tabungan (saving deposit) 2) Menyalurkan dana dalam bentuk kredit yang lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu, seperti perdagangan internasional, bidang industri dan produksi, penanaman modal asing atau campuran, dan kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank-bank swasta nasional. 3) Jasa transfer, kliring, inkaso, jual beli valuta asing, bank card, bank draft, safe deposit box (SDB), pembukaan dan pembayaran L/C, bank garansi, referensi bank, jual beli travelers cheque, dan jasa bank lainnya.
11
2.1.6 Risiko Usaha Bank Risiko merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini merupakan keuntungan bank. Sebagai sebuah usaha seperti halnya perusahaan pada umumnya, bank juga menghadapi sejumlah risiko usaha. Risiko-risiko yang berkaitan dengan usaha bank pada dasarnya dapat berasal baik dari sisi aktiva maupun dari sisi pasiva. Risiko usaha yang dapat dihadapi oleh bank antara lain meliputi risiko kredit (credit atau default risk), risiko investasi (investment risk), risiko likuidasi (liquidity risk), risiko operasional (operating risk), risiko penyelewengan (fraud risk), risiko fludisia (fludiciary risk). a. Risiko
Kredit,
merupakan
suatu
risiko
akibat
kegagalan
atau
ketidakmampuan nasabah (debitur) mengembalikan jumlah pinjaman (kredit) yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. b. Risiko Investasi, yaitu risiko yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat penurunan nilai portofolio surat-surat berharga, misalnya obligasi dan surat-surat berharga lainnya yang dimiliki bank. Penurunan nilai surat-surat berharga tersebut berlawanan arah dengan tingkat suku bunga umum. Aspek lain yang berkaitan dengan risiko investasi adalah keadaan struktur pasar dimana sekuritas tersebut diperdagangkan. c. Risiko Likuiditas, adalah risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan
12
kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada sewaktu-waktu. Masalah yang mungkin timbul adalah sulitnya memperkirakan dan mengelola kebutuhan likuiditas. Pengelolaan likuiditas mencakup pula perkiraan kebutuhan kas untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib dan penyediaan instrument-instrument likuiditas sebesar jumlah yang kira-kira dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas bank secara garis besar pada prinsipnya bersumber dari dua kebutuhan, pertama untuk memenuhi kebutuhan semua penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas wajib, kedua untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama kredit yang telah disetujui. d. Risiko Operasional, merupakan ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank. Risiko operasioanal bank antara lain dapat berasal dari : 1) Kemungkinan kerugian dari operasi bank bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank. 2) Kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk baru yang diperkenalkan. e. Risiko Penyelewengan, yaitu berkaitan dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat ketidakjujuran, penipuan moral atau perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan dan nasabah bank. Untuk menghindari kecurangan-kecurangan tersebut, bank mengembangkan sistem auditing untuk mencegah dan menangkal penyelewengan internal maupun
13
eksternal, melalui program-program pelatihan dan penggunaan online system di kantor-kantor cabang. f. Risiko fidusia, yang timbul apabila bank dalam usahanya memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu maupun badan usaha.
2.1.7. Permodalan Bank Bank membutuhkan modal untuk pengelolaan kegiatan usahanya, berupa kegiatan operasional sehari-hari, pengembangan usaha dan cadangan untuk menutupi risiko kerugian. Berdasarkan ketetapan sentral selaku pengatur kebijakan moneter, ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum (capital adequacy ratio) yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank adalah sebesar 8% dari keseluruhan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Terdapat perbedaan tentang pengertian modal bank menurut paket kebijakan mei (pakmei) 29 Tahun 1993 untuk bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan untuk kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri. a.
Modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terbagi menjadi dua jenis modal, yaitu : 1) Modal inti, berupa modal disetor, agio saham, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba yang ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, semua komponen ini kemudian dikurangi dengan goodwill yang ada dalam pembukuan bank dan kekurangan jumlah
14
penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 2) Modal pelengkap, berupa cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, pinjaman subordinasi.
b.
Modal bagi kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri berasal dana bersih kantor pusat dan kantor-kantor cabangnya di luar Indonesia (net head office funds). Dana bersih tersebut terdiri dari : 1) Cadangan yang dibentuk oleh kantor cabang di Indonesia meliputi laba setelah pajak berupa cadangan modal, cadangan umum dan cadangan tujuan. 2) Penyisihan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, yang dimaksudkan untuk menanggung biaya kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva prduktif. 3) Cadangan revaluasi aktiva tetap yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak. 4) Laba yang ditahan, yaitu saldo laba setelah diperhitungkan pajak yang oleh kantor pusatnya diputuskan untuk ditahan di kantor cabangnya di Indonesia. 5) Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun sebelumnya,
15
setelah diperhitungan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh kantor pusat. 6) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam buku berjalan setelah dikurangi taksiran-taksiran hutang pajak. 7) Selisih antara penerimaan dalam segala bentuk selain yang telah disebutkan diatas dari kantor pusat dan atau kantor-kantor cabang bank lain di luar Indonesia kepada kantor cabangnya di Indonesia dengan penempatan dana dalam segala bentuk selain yang telah disebutkan sebelumnya dari kantor cabangnya di Indonesia kepada kantor pusat dan atau kantor-kantor cabangnya di luar Indonesia.
2.2 Merger 2.2.1 Pengertian Merger Merger berasal dari kata “mergere” (Latin) yang artinya (i) Bergabung, menyatu, kombinasi. (ii) menyebabkan hilangnya identitas karena terserapnya atau tertelan sesuatu. Menurut Moin (2003 : 5) Merger adalah suatu penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Menurut Beams (2004 : 4) Merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana satu perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan lainnya dilikuidasi. Harta dan
16
kewajiban perusahaan yang dilikuidasi diambilalih oleh perusahaan yang masih berdiri dan meneruskan usahanya. Umumnya penggabungan ini dilakukan dengan mengambil seluruh harta kekayaan serta semua kewajiban perusahaan yang dibubarkan sebagai pembayaran dapat berupa tunai maupun bentuk saham. Iliustrasi Merger : PT. A + PT. B = PT. A atau PT. B
2.2.2 Jenis-jenis Merger Menurut Munir (2002:100), jika ditinjau dari sudut pandang akuntansi maka merger masuk kedalam: a.
Merger dengan Metode Pembelian (Purchase Method) Yang dimaksud merger dengan metode pembelian adalah merger yang menggunakan metode akuntansi yang didasari pada pembelian berdasarkan harga pasar dalam menilai harga perusahaan target.
b.
Merger dengan Metode Pooling of Interest Yang dimaksud merger dengan metode pooling of interest adalah merger yang dilakukan berdasarkan pada metode akuntansi yang didasarkan pada nilai buku dalam memberi nilai kepada target perusahaan. Dalam hal ini neraca dari kedua perusahaan tersebut digabung, dimana aktiva dan kewajiban serta ekuitas dari kedua perusahaan tersebut ditambahkan.
2.2.3 Tujuan Merger Menurut Munir (2002:57) beberapa tujuan merger adalah sebagai berikut: a. Peningkatan Konsentrasi Pasar
17
Apabila perusahaan besar yang melakukan merger dengan perusahaan sejenis atau dengan perusahaan yang terintegrasi secara vertical maka pasar cenderung terintegrasi. b. Peningkatan Efisiensi Merger dari dua atau lebih perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dalam produk atau efisiensi dalam pemasaran penghematan overhead cost. c. Pengembangan Motivasi Baru Dengan melakukan merger, perusahaan akan menjadi lebih besar sehingga riset dan pengembangan dapat dikembangkan secara canggih. Hal tersebut dapat mendorong timbulnya inovasi baru dalam menghasilkan produkproduk dari perusahaan yang bersangkutan. d. Alat Investasi Merger merupakan alat untuk melakukan investasi bagi perusahaan yang menggabungkan diri akan melakukan pembayaran kepada perusahaan yang diambilalih. e. Sarana Alih Teknologi Jika terjadi merger, perusahaan yang satu dapat menimba pengalaman dan teknologi dari perusahaan lain. f. Mendapatkan Akses Internasional Biasanya tidak mudah bagi perusahaan untuk sampai mendapatkan akses ke pasar internasional. Untuk itu dapat ditempuh dengan cara melakukan merger dengan suatu perusahaan asing sehingga pasar dari perusahaan asing tersebut dapat diakses.
18
g. Memaksimalkan Sumber Daya Dengan melakukan merger, maka sumber daya yang ada dari dua atau lebih perusahaan yang bergabung dapat dimanfaatkan secara maksimal, disamping itu dapat pula dilakukan pengurangan duplikasi. h. Peningkatan Daya Saing Dengan melakukan merger, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan inovasi-inovasi, hal tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan daya saingnya. i.
Menjamin Pasokan Bahan Baku Khusus terhadap merger vertical yaitu merger atas perusahaan hulu dengan perusahaan hilir maka merger seperti ini dapat menjamin tersedianya bahan baku karena mempunyai perusahaan pemasok bahan bakunya sendiri.
2.3 Laporan Keuangan Bank 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2000:2) laporan keuangan bank adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, meliputi neraca dan laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta
19
materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan” Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan dan kemajuan perusahaan secara periodic serta untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan serta ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang juga mempunyai kepentingan dengan data-data keuangan perusahaan, seperti dalam Rapat Pemegang Saham. Laporan keuangan bank disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank juga memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak dimana masing-masing pihak mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut adalah pemilik atau pemegang saham, pemerintah, manajemen, karyawan dan masyarakat luas. Pentingnya laporan keuangan bank untuk pengambilan keputusan, mengharuskan laporan keuangan terebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan serta disusun berdasarkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI). Laporan keuangan bank terdiri atas neraca, laporan komitmen dan kontijensi, perhitungan rugi laba, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan keuangan gabungan dan konsolidasi.
20
2.3.2 Bentuk Laporan Keuangan Laporan keuangan bank menurut Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI), terdiri dari : a. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan (harta atau aktiva kewajiban dan ekuitas) bank pada tanggal tertentu penyusunan komponen didalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Neraca terdiri dari dua komponen yitu komponen aktiva dan pasiva. Aktiva dalam neraca menunjukan pola pengalokasian dana yang diterima bank, sedangkan pasiva memperlihatkan kewajiban yang harus dipenuhi bank, berupa klaim pihak ketiga atau pihak lainnya atas keyakinan bank yang dinyatakan dalam bentuk rekening giro, deposito berjangka, tabungan dan instrument-instrumen hutang atau kewajiban bank lainnya. Komponen pasiva juga mencantumkan besar modalnya bank yang menggambarkan nilai buku pemilik saham bank. Berdasarkan SKAPI, pos-pos yang termasuk kedalam aktiva adalah sebagai berikut : 1)
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah.
2)
Giro pada bank Indonesia adalah saldo rekening giro bank baik dalam rupiah maupun valuta asing di bank Indonesia.
3)
Giro pada bank lain adalah saldo rekening giro bank, baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing di bank lain.
21
4)
Penempatan pada bank lain adalah penanaman dana bank pada bank lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam bentuk interbank call money, tabungan, deposito berjangka dan lain-lain yang sejenis yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.
5)
Surat-surat berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivative dari surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal.
6)
Kredit yang diberikan, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan.
7)
Penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang, baik dalam rangka pendirian, ikut serta dalam lembaga keuangan lain, penyelamatan kredit atau lainnya.
8)
Aktiva lain-lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung aktiva-aktiva yang tidak dapat digolongkan ke dalam pos-pos tersebut diatas dan tidak cukup material disajikan dalam pos tersendiri.
9)
Pasiva terdiri atas kewajiban dan modal, pos-pos yang temasuk kedalamnya adalah sebagai berikut : a) Giro adalah simpanan pihak lain pada bank yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat
22
dengan menggunakan cek, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan antara lain dengan bilyet giro. b) Kewajiban segera lainnya adalah kewajiban bank kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera dibayarkan sesu perintah pemberi amanat atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya. c) Tabungan adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. d) Deposito berjangka adalah simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank yang bersangkutan. e) Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. f)
Pinjaman yang diterima adalah fasilitas pinjaman yang diterima dari bank atau pihak lain termasuk bank Indonesia baik dalam bentuk rupiah maupun dalam mata uang asing dan harus dibayar bila telah jatuh tempo.
g) Kewajiban lain-lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung kewajiban-kewajiban bank yang tidak dapat digolongkan kedalam salah satu tersebut diatas dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri.
23
h) Pinjaman sub ordianasi adalah pinjaman yang diperoleh berdasarkan suatu perjanjian antara bank dengan piahk lain yang hanya dapat dilunasi apabila bank telah memenuhi kewajiban tertentu dan hak tagihnya berlaku paling akhir dari semua simpanan dan pinjaman yang diterima bila terjadi likuidasi. i)
Modal
pinjaman
adalah
pinjaman
yang
didkukung
dengan
menggunakan instrument yang disebut capital notes, loan stock atau warkat lain yang dipersamakan dengan itu dan mempunyai sifat seperti modal. j)
Modal yang terdiri dari modal saham dan laba yang ditahan.
b. Laporan Arus Kas Laporan ini adalah laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. c. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang berisi gambaran dari hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Pos-pos dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut : 1)
Pendapatan yang termasuk ke dalam pendapatan bank adalah pendapatan usaha bank (operasional), dan pendapatan bukan usaha bank (non operasional). Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bunga, provisi dan komisi, pendapatan karena transaksi devisa, pendapatan lain-
24
lain. Sedangkan pendapatan non operasional adalah semua pendapatan yang benar-benar telah diterima dan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank. Contoh dari pendapatan non operasional adalah pendapatan sewa ruangan kantor dan sewa kendaraan bermotor yang dipergunakan oleh pihak lain. 2)
Biaya Biaya bank terdiri dari biaya usaha bank (operasional) dan biaya bukan usaha bank (non operasional). Biaya usaha bank (operasional) terdiri dari biaya bunga, biaya karena transaksi devisa, biaya tenaga kerja, penyusutan, biaya lain-lain. Sementara biaya bukan usaha bank (non operasional) adalah semua biaya yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha bank, misalnya kerugian karena penjualan atau kehilangan bendabenda tetap inventaris, denda-denda dan sebagainya.
3)
Laba/rugi sebelum pajak Akun ini terdiri dari sisa laba/rugi tahun-tahun buku periode sebelumnya yang belum dibagikan/dipindahbukukan ke rekening lain yang terdiri dari fasilitas kredit Bank Indonesia yang belum digunakan, fasilitas kredit dari koresponden luar negeri yang belum digunakan, posisi pembelian berjangka valuta asing yang masih berjalan, pendapatan bunga dalam penyelesaian, fasilitas kredit nasabah yang belum digunakan, jaminan yang diberikan (garansi bank, jaminan lainnya), L/C yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas L/C berjangka, posisi penjualan berjangka valuta asing yang masuh berjalan, lain-lain yang bersifat administrative.
25
d.
Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank
yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya. e.
Catatan Atas Laporan Keuangan Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang dianut oleh perusahaan
harus disajikan tersendiri dalam catatan atas laporan keuangan. Ikhtisar tersebut memuat penjelasan kebijakan-kebijakan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan, seperti metode penyusutan dan sebagainya. Disamping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebagaimana dijelaskan dalam SAK, bank juga wajib mengungkapkan dalam catatan tersendiri mengenai posisi devisa netto menurut jenis mata uang serta aktivitas-aktivitas
lain
seperti
kegiatan
wali
amanat,
penitipan
harta
(custodianship), dan penyaluran kredit kelolaan.
2.3.3 Fungsi Laporan Keuangan Setiap bank harus memelihara catatan-catatan transaksi yang terjadi setiap harinya guna menyediakan data bagi keperluan laporan tentang kondisi bank, laporan tentang penghimpunan dana pihak ketiga, pendapatan dan biaya, serta laporan realisasi laba/rugi.
26
Pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan adalah : a. Pemilik atau pemegang saham, dengan adanya laporan keuangan perusahaan mereka dapat menilai sukses atau tidaknya perusahaan tersebut, sehingga mereka dapat memutuskan langkah selanjutnya yang terbaik bagi perusahaan. b. Manajer atau pimpinan perusahaan, dengan adanya laporan keuangan perusahaan yang dipimpinnya, mereka dapat menyusun rencana dan strategi yang lebih baik, serta memperbaiki system pengawasan yang lebih tepat bagi perusahaan. Selain itu, mereka juga dapat mempertanggung-jawabkan hasil pekerjaan mereka kepada pemilik atau pemegang saham perusahaan tersebut. c. Para investor, mereka membutuhkan laporan keuangan perusahaan agar dapat menilai kinerja perusahaan tersebut sehingga para investor dapat menentukan investasi yang paling menguntungkan bagi mereka. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan, mereka akan menilai bagaimana prospek serta pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. d. Para kreditur, keputusan kreditur untuk memberikan atau menolak memberikan kredit kepada suatu perusahaan, akan dipengaruhi oleh laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. e. Pemerintah, pemerintah membutuhkan laporan keuangan suatu perusahaan untuk menentukan tingkat pajak yang akan dikenakan pada perusahaan yang bersangkutan.
27
2.3.4 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan dibuatnya laporan keuangan dapat dinyatakan sebagai berikut: a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. e. Untuk mengungkapkan sejauh mana informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti infomasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.3.5 Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia (2001) dalam menganalisa
laporan keuangan,
pihak-pihak
yang berkepentingan
harus
menyadari keterbatasan laporan keuangan tersebut. Adapun keterbatasan laporan keuangan tersebut :
28
a. Bersifat sejarah atau historis artinya yang dilaporkan adalah kejadian yang telah lewat, sehingga untuk maksud-maksud tertentu misalnya untuk keperluan investasi, kurang tepat jika semata-mata hanya mengandalkan laporan keuangan menyesuaikan dengan keadaan di masa mendatang. b. Bersifat umum dan bukan untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap pemakai, jadi untuk keputusan spesifikasi misalnya untuk mengambil keputusan dalam investasi, tidak tepat hanya mengandalkan laporan keuangan. c. Menggunakan penaksiran dan pertimbangan dalam proses penyusutannya, karena akuntasi memberikan banyak alternative. d. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. e. Menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dapat dipahami oleh orang yang mengerti akuntansi.
2.4
Analisis Laporan Keuangan
2.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan S. Munawir (1999:36) mengemukakan analisis laporan keuangan sebagai berikut: “Menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat pembanding lainnya”. Sedangkan menurut Harahap (2004:190), analisa laporan keuangan adalah: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
29
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses evaluasi dengan memperbandingakan suatu data pada periode tertentu yang menggunakan metode dengan tujuan utamanya adalah untuk memperkirakan dan meramalkan hasil yang terbaik yang dapat dicapai tentang hasil-hasil yang akan dicapai pada waktu yang akan dating.
2.4.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Pengambilan keputusan keuangan yang sesuai dengan tujuan perusahaan merupakan kunci keberhasilan perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam pengelolaan keuangan merupakan representasi dari kinerja perusahaan secara keseluruhan. Oleh karenanya, analisis laporan keuangan menjadi hal yang diperlukan untuk mendapatkan informasi keadaan keuangan pada masa lalu, saat ini, dan juga memungkinkan keadaan di masa yang akan datang. Adapun tujuan-tujuan penganalisisan laporan keuangan antara lain : a. Memberikan informasi yang lebih luas dan mendalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa. b. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan kondisi sebelumnya atau dengan standard normal. c. Dapat memprediksi potensi yang mungkin dialami oleh perusahaan di masa yang akan datang.
30
2.5
Analisis Rasio Laporan Keuangan Bank
2.5.1 Pengertian Analisis Rasio Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam suatu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. 2.5.2 Bentuk-bentuk Rasio Keuangan Perbankan Menurut Sawir (2005:28), rasio-rasio perbankan meliputi : a. Analisa Likuiditas Bank Analisa likuiditas dilakukan untuk menilai kemampuan manajemen bank dalam menyediakan alat-alat likuid untuk dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan kewajiban-kewajiban lainnya serta kemampuan memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. b.
Analisa Rentabilitas Bank Analisa rentabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan keuntungan pada kegiatan perbankan yang dijalankannya.
c. Analisa Solvabilitas Analisa solvabilitas ditujukan untuk melihat kemampuan manajemen suatu bank dalam mempertahankan dan mengembangkan permodalannya sesuai dengan yang dikehendaki para pemegang saham/pemilik dari bank.
31
2.6 Profitabilitas dan Efisiensi Bank Berdasarkan penelitian OECD (2002) yang pernah dibuat sebelumnya, definisi atas laporan publikasi profitabilitas bank adalah pernyataan keuangan dari bank yang berupa nilai-nilai statistik atas kondisi keuangan bank tersebut. Menurut Riyadi (2003:155), rasio profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada periode tertentu, posisi modal atau aset dihitung secara ratarata selama periode tertentu agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real). a.
Return on Assets (ROA) Rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset (total aktiva) bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Laba Sebelum Pajak ROA
=
x
100%
Total Asset
b.
Return on Equity (ROE) Rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan jumlah ekuitas (total equity) bank, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. Laba Setelah Pajak ROE
=
x
100%
Total Equity
32
c.
Net Interest Margin (NIM) Rasio profitabilitas atau
rentabilitas yang menunjukkan perbandingan
antara pendapatan bunga bersih dengan total aktiva, rasio ini memberikan hasil persentase antara aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets) dengan aktiva lainnya. Pendapatan Bunga Bersih NIM
=
x
100%
Total Aktiva Produktif (Rata-rata)
d.
Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan. Beban Operasional BOPO
=
X 100% Pendapatan Operasional
33
Tabel 2.1 Matriks Peringkat Komponen Profitabilitas dan Efisiensi
2.6.1 Indikator - indikator yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Loen dan Ericson (2005:5) menuliskan bahwa yang mempengaruhi kelangsungan usaha bank terbagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal (internal factors) dan faktor eksternal (eksternal factors).
34
a. Faktor Internal (Internal Factors) 1) Struktur Organisasi Bank Struktur organisasi bank yang fleksibel dengan memperhatikan peluang bisnis yang baik serta tetap menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential) secara konsisten dapat mengurangi beban resiko yang tinggi bagi bank. 2) Budaya kerja perusahaan (Corporate Culture) Unit marketing bank sekarang perlu untuk mencari pengusaha yang memerlukan dana dan melakukan bargaining dalam menentukan tingkat bunga kredit. 3) Strategi Segmentasi Pasar dan Jaringan Kantor Bagi bank yang memiliki pengalaman yang luas dalam melayani segmen pasar tertentu menjadikan segmen pasar tersebut sebagai garapan utama bisnisnya agar bank memiliki landasan usaha yang kokoh dan peluang bisnis yang mampu berkembang. 4) Kualitas SDM dan Sistem Teknologi Informasi Ketersediaan SDM yang berkualitas dan sistem teknologi informasi yang up to date sangat menunjang tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank, karena dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas serta penerapan sistem teknologi informasi yang sangat dibutuhkan oleh nasabah dapat memberikan peningkatan loyalitas nasabahnya. 5) Komitmen Pemilik Terhadap Pengembangan Usaha Bank
35
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam memelihara kelangsungan hidup adalah komitmen pemilik untuk mengembangkan usaha bank berdasarkan Program Rencana Pengembangan Bank dalam jangka panjang.
b. Faktor Eksternal (Eksternal Factors) 1) Kebijakan Otoritas Moneter Kebijakan otoritas moneter dalam usaha bank antara lain: a) Kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) dan kebijakan
Tight
Money Policy yang dilakukan melalui instrument tingkat suku bunga SBI, sangat mempengaruhi kemampuan bank dalam melakukan fungsi intermediasi terutama menyangkut bidang perkreditan. b) Kebijakan Posisi Devisa Netto (PDN) atau
Net Open Position
(NOP), selain mengendalikan resiko yang akan dihadapi bank, juga membatasi peluang bank dalam memperoleh keuntungan. 2) Fluktuasi Tingkat Suku Bunga Internasional Sebagai penganut sistem perekonomian terbuka, maka fluktiasi tingkat suku bunga internasional membawa dampak terhadap tingkat suku bunga perbankan di dalam negeri yang dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap kebijakan tingkat suku bunga pendanaan (funding) dan pinjaman (lending).
36
3) Treasury Management (Pihak Lain) Tingkat kepercayaan bank lain terhadap suatu bank dalam hal pemberian fasilitas Money Market Line sangat berpengaruh dalam mengatasi posisi mismatch, pendapatan serta assetnya. 4) Persaingan Antar Bank dan LKBB Persaingan antar bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) berdampak pada penetapan tingkat suku bunga funding maupun tingkat suku bunga lending yang sangat kompetitif. 5) Perkembangan Teknologi Perkembangan teknologi mengakibatkan terintegrasinya pasar keuangan. Bank yang didukung teknologi yang baik akan dapat memanfaatkan peluang bisnis dengan memberikan layanan perbankan sebagai cara untuk meningkatkan keuntungan bank. 6) Globalisasi Era globalisasi meniadakan hambatan-hambatan seperti tarif, batas negara, maupun kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi siapapun tanpa memandang kewarganegaraan yang bersangkutan. Oleh karena itu, bank yang tidak meningkatkan kualitas SDM, layanan, dan produknya akan ditinggalkan oleh nasabahnya. Faktor-faktor yang dituliskan oleh Loen dan Ericson diatas, didukung oleh penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Demirgüç-Kunt dan Huizinga (1998), yaitu bank-bank komersial harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan ekonomi makro, perubahan kebijakan pajak secara eksplisit maupun
37
implisit, deposit insurance regimes, kondisi keuangan pasar, hukum, dan perkembangan industri itu sendiri. Menggunakan perbandingan data antar negara berdasarkan level bank yang setara, dengan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa karakteristik bank dan lingkungan perbankan secara keseluruhan dapat mempengaruhi fungsi bank, seperti interest margins dan profitabilitas bank. 7) Pengelola Bank Menurut Taswan (2006:6) menyebutkan bahwa, pengelola bank dalam melakukan kegiatannya mengandalkan kepercayaan sehingga harus selalu menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup sesuai dengan penanamannya.
38