BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan proses suatu pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan terus-menerus dalam perilaku dan pemikiran (Kelvin, 2010). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan mata pelajaran (KBBI, 2012). Menurut
Zulkarimen
(2004)
pengetahuan
sebagai
faktor
terjadinya perkembangan dan pertumbuhan, dengan pengetahuan yang baik akan meningkatkan kehidupan suatu bangsa. Pengetahuan adalah hasil dari kondisi tahu yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
6
7
b. Tingkatan Kognitif Pengetahuan Menurut
Notoatmodjo
(2003)
pengetahuan
atau
kognitif
merupakan tindakan seseorang, dalam hal ini pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (komprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
8
4) Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis Sintesis
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainnya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek. Penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada.
9
c. Proses Adopsi Perilaku Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1) Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (Objek) terlebih dahulu. 2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3) Evaluation (Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). 4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan. 1) Pendidikan Mubarak
(2012)
menjelaskan
pendidikan
merupakan
bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak. 2) Pekerjaan Mubarak (2012) lingkungan pekerjaan yang dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
10
3) Umur Mubarak (2012) menjelaskan dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis. Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri dari perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. 4) Minat Mubarak
(2012)
berpendapat
minat
sebagai
suatu
kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 5) Pengalaman Mubarak (2012) menjelaskan bahwa pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik dan sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, makan akan secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. 6) Kebudayaan, Sosial dan lingkungan sekitar Mubarak (2012) menjelaskan lingkungan sangat berpengaruh dalam membentuk pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan sekitar tempat kita hidup dan dibesarkan memiliki pengaruh besar pada pembentukan sikap kita.
11
7) Informasi Mubarak (2012) Informasi merupakan suatu yang dapat diketahui atau sebagai kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang dalam mendapatkan pengetahuan yang baru. e. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara maupun menggunakan angket yang menanyakan isi materi yang ingin dukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmojo, 2003). 2. Kepatuhan a. Pengertian Kepatuhan Menurut David G Mayer (2012) kepatuhan merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan seseorang sebagai dari akibat adanya tekanan kelompok yang terdiri dari pemenuhan dan penerimaan, serta mengikuti peraturan atau perintah langsung yang diberikan kepada suatu kelompok maupun individu. Kepatuhan
(Obedience)
didefinisikan
sebagai
perubahan
perilaku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain (Feldman, 2003). Menurut Baron (2005) kepatuhan ialah pengaruh sosial dimana satu orang memerintahkan seseorang atau lebih untuk melakukan sesuatu dan mereka melakukannya yang dipengaruhi langsung oleh sosial.
12
Kepatuhan adalah seseorang mentaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur power/kekuasaan (Sarlito Sarwono dan Eko Meinarno, 2009). Feldman (2003) mengungkapkan bahwa reward dan punishment merupakan kekuatan efektif untuk menambah derajat kepatuhan seseorang terhadap orang lain. Penggunaan reward dan punishment ini terkait dengan adanya usaha penguatan perilaku, yaitu perilaku patuh. b. Teori Perilaku Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan seseorang dalam melakukan suatu respon terhadap stimulus dan kemudian dijadikan suatu kebiasaan karena ada nilai yang diyakini (Mubarak, 2012). Menurut teori Green (1980) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : 1) Predisposisi (Predisposing) Terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai. 2) Pemungkin (Enabling factors) Terwujud oleh adanya fasilitas daialam lingkungan fisik, maupun tersedianya fasilitas sarana prasarana kesehatan, misal : Puskesmas, obat-obatan.
13
3) Penguat (Reinforcing factors) Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas sebagai pengawas, peraturan, petugas lainnya, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. c. Tahap Perubahan Perilaku Menurut mubarak (2012) proses perubahan perilaku mencakup 5 (lima) fase yaitu : 1) Fase Pencairan (Unfreezing Phase) Individu mulai mempertimbangkan penerimaan terhadap perubahan perilaku baru, dalam hal ini dipertimbangkan melalui tingkat usia dan jenis kelamin individu maupun kelompok terhadap adanya fasilitas ketersediaan dan pengenalan alat pelindung diri melalui pelatihan. 2) Fase Diagnosis Masalah (Problem Diagnosis Phase) Individu mulai mengidentifikasi segala sesuatu, baik yang mendukung maupun menentang perubahan. Dalam hal ini individu mempertimbangkan dengan adanya sanksi, hukuman maupun tekanan yang diberikan. 3) Fase Penentuan Tujuan (Goal Setting Phase) Individu menentukan tujuan sesuai dengan perubahan yang diterimanya. Individu menggunakan alat pelindung diri dengan mempertimbangkan adanya peraturan dan pengawasan tentang pemakaian alat peindung diri.
14
4) Fase Tingkah Laku Baru (New Behaviour Phase) Individu mulai mencoba perilaku baru. Pada fase ini individu mulai mencoba dan membandingkan dengan praktik-praktik yang telah
dilakukan
dan
diharapkan,
dengan
mempertimbangan
kenyamanan dari penggunaan alat pelindung diri yang telah disediakan. 5) Fase Pembekuan Ulang (Refreezing Phase) Tingkah laku individu yang permanen, apabila dianggap berguna, perubahan kemudian diasimilasikan menjadi pola tingkah laku yang permanen, dalam hal ini diharapkan dalam perubahan perilaku dapat menggunakan alat pelindung diri secara permanen. d. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan bentuk respon yang dapat dipengaruhi oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Pentingnya peran penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja perlu adanya kesadaran dan kepatuhan oleh tenaga kerja dalam menggunakan alat pelindung diri yang telah di sediakan oleh perusahaan dan sesuai dengan resiko dan bahaya ditempat kerja, sebagai kelengkapan untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. Faktor internal yang mempengaruhi dalam berperilaku meliputi : 1) Pendidikan (Tingkat Kecerdasan) 2) Jenis Kelamin
15
3) Usia 4) Masa Kerja 5) Pelatihan Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam berperilaku meliputi : 1) Lingkungan 2) Penghasilan 3) Sosial 4) Budaya Faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan penggunaan APD menurut penelitian terdahulu : 1) Faktor internal yang mempengaruhi
dalam berperilaku patuh
meliputi : a) Usia Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Usia atau umur menurut Word Health Organitation yaitu : (1) Remaja
: 12-19 Tahun
(2) Dewasa Muda
: 20-40 Tahun
(3) Dewasa Tua
: > 40 Tahun
Dalam Penelitian Widyaningsih (2012) dengan hasil analisis uji ststistik koefisien tidak terdapat hubungan antara umur dan penggunaan APD dengan nilai p-value = 0,885 dengan total pekerja 54 di PT Swasemesta Surakarta.
16
b) Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir (Hungu, 2007). Dalam hubungan
penelitian Ramdayana (2008) tidak
yang
bermakna
antara
jenis
kelamin
terdapat terhadap
penggunaan alat pelindung diri. Terdapat 13 tenaga kerja laki – laki terlihat bahwa 1 tenaga kerja yang menggunakan APD dengan persentase (7,7 %) memiliki kepatuhan penggunaan APD rendah dan dari 69 tenaga kerja perempuan terlihat hanya 18 tenaga kerja (26,1 %) memiliki kepatuhan pemakaian APD rendah. Dari uji statistik didapatkan nilai p = 0,236 berarti p value > 0,05. c) Masa Kerja Masa kerja yang di maksud merupakan jangka waktu atau lamanya pekerja, bekerja di suatu tempat. Menurut Handoko (1992) masa kerja di kategorikan menjadi 2 yaitu: (1) Baru : > 3 Tahun (2) Lama : < 3 Tahun Dalam penelitiaan Trisno (2010) dengan jumlah pekerja 422 orang pekerja di PT BMB. Didapatkan hasil analisis dengan hasil koefisien R Squere = 0,002 dengan nilai p = 0,813 yang dapat diartikan secara biologis terdapat hubungan antar masa kerja
17
dengan penggunaan alat pelindung diri dan kecelakaan kerja dengan dinyatakan 0,2 persen. d) Pelatihan Pelatihan
Kerja
adalah
keseluruhan
kegiatan
untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, Produktivitas, disiplin, sikap, pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan (ILO, 2004). Dalam penelitian Anisyah (2009) terdapat pengaruh atau efektifitas adanya pelatihan K3 terhadap penggunaan Alat pelindung diri di PT MAK Yogyakarta. Terdapat 60 orang karyawan bagian produksi peningkatan pengetahuan penggunaan APD antara kelompok eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan t hitung = 6,067 dan nilai p value < 0,05. Ada pengaruh yang signifikan efektivitas peningkatan sikap penggunaan APD antara kelompok eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan t hitung= 7,034 dan nilai p < 0,05. Ada pengaruh yang signifikan efektivitas peningkatan
motivasi
penggunaan
APD
antara
kelompok
eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan t hitung = 5,695 dan nilai p value < 0,05. e) Ketersediaan APD Adanya ketersediaan alat pelindung diri yang telah disediakan oleh perusahaan untuk tenaga kerja.
18
Dalam penelitian Ryan Wahyu (2014) ada hubungan ketersediaan alat pelindung diri dengan tingkat penggunaanya yang terdapat dari 20 pekerja di bengkel M. Mischan Surabaya. Persentase pekerja menggunakan APD 78% yang dinyatakan dengan nilai R= 1,38 yang berarti tingkat pemakaiannya berkorelasi tinggi. f) Kenyamanan APD Alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi pekerja dari
bahaya
di
tempat
kerja
(Permenakertrans
No.08/Men/VII/2010), dalam artian lain kenyamaan dan kefektifan penggunaan APD contohnya, kaca mata yang terlalu besar akan merepotkan pekerja dalam kegiatannya, hairnet yang terlalu besar menimbulkan ketidaknyamanan pada saat digunakan, sepatu yang terlalu besar atau bahan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang baik membuat kaki pekerja tidak nyaman atau panas saat digunakan. Dalam Penelitian Bustanul (2013) Terdapat hubungan kenyamanan terhadap penggunaan APD dari 32 responden yang ada di PT.X Unit 3 dan 4 Coal Yard yang dilakukan dengan uji ststistik didapatkan nilai p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan antara kenyamanan terdapat penggunaannya.
19
2) Faktor eksternal dalam berperilaku patuh dalam menggunakan alat pelindung diri, meliputi : a) Adanya Peraturan Peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang dibuat oleh perusahaan mengenai penggunaan APD sebelum bekerja, yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terdapat di suatu tempat kerja. Dalam penelitian Ramdayana (2008) ada hubungan antara peraturan APD terhadap kepatuhan penggunaan APD di RS Marinir Cilandak yang terdapat 109 tenaga kerja, dengan dinyatakan memalui uji statstik didapatkan nilai p-value < 0,05 sehingga dapat di simpulkan terdapat hubungan bermakna antara adanya peraturan APD terhadap kepatuhan penggunaan APD di RS Marinir Cilandak. b) Pengawasan Pengawasan berfungsi untuk memastikan kegiatan yang dilakukan berjalan dengan baik, kegiatan pengawasan bertujuan mempromosikan dan memastikan kepatuhan kepada peraturan atau sistem yang berlaku disemua tempat kerja, seperti dalam pengawasan penggunaan APD dan aspek lain yang berhubungan dengan pekerjaan (ILO, 2013).
20
Dalam Penelitian Bustanul (2013) terdapat hubungan pengawasan terhadap penggunaan APD dari 32 responden yang ada di PT.X Unit 3 dan 4 Coal Yard yang dilakukan dengan uji ststistik didapatkan nilai p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan antara pengawasan terdapat penggunaannya. c) Sanksi atau Hukuman Saksi atau hukuman merupakan penekanan terhadap suatu perilaku yang dilakukan seseorang, agar perilaku tersebut sesuai dengan peraturan yang ada (Skinner, 2013). Dalam penelitian Rima (2010) terdapat hubungan antara sanksi terhadap penggunaan APD dari 62 tenaga kerja konstruksi pembangunan rumah sakit X Jakarta, didapatkan uji statistik nilai p-value
< 0,005 yang berarti memiliki hubungan yang berarti
antara sanksi terhadap penggunaan APD. e. Pengukuran Perilaku Pengukuran indikator perilaku yang paling akurat dapat dilakukan dengan menggunakan cara pengamatan atau observasi. Namun dapat dilakukan pula dengan cara wawancara dengan pendekatan mengingat kembali yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu (Notoatmojo, 2003).
21
3. Penyuluhan a. Pengertian Penyuluhan Penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
menyebarkan
pesan,
menanamkan
keyakinan,
sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubunganya dengan pendidikan kesehatan (Azwar, 1983). Menurut Singgih (1992) penyuluhan adalah pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan masalah, serta bertujuan membantu individu atau kelompok agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya. Menurut Suma’mur (1993) penyuluhan adalah pemberian informasi yang menimbulkan kejelasan pada orang-orang yang bersangkutan. b. Tujuan Penyuluhan. 1) Mengubah pengetahuan atau pengertian, pendapat serta konsepkonsep. 2) Mengubah sikap dan presepsi. 3) Menanamkan tingkah laku atau kebiasaan baru (Notoatmodjo, 2003). c. Langkah - Langkah Penyuluhan. Dalam melakukan penyuluhan, penyuluhan yang baik harus melakukan langkah-langkah sebagai berkut :
22
1) Mengkaji kebutuhan masyarakat atau pekerja. 2) Menetapkan masalah yang ada di masyarakat. 3) Menentukan metode penyuluhan. 4) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani. 5) Perencanaan penyuluhan. 6) Tindak lanjut dari penyuluhan Pelaksanaan penyuluhan. 7) Menentukan isi penyuluhan. 8) Memilih alat peraga atau media penyuluhan yang akan digunakan. (Mahfoedz, 2005). d. Metode Penyuluhan. Beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (Public) dalam tulisan Notoatmodjo (2003) antara lain : 1) Metode Pendidikan Individual (perorangan). 2) Metode Pendidikan Kelompok. 3) Metode Pendidikan Massa (Public). Untuk mendapatkan dampak terhadap apa yang disampaikan dan waktu ideal untuk menilai dari pengaruh penyuluhan mengenai penggunaan apd terhadap pengetahuan
dan kepatuhan pentingnya
penggunaan apd di area kerja spinning PT Delta Dunia Textile Karanganyar. Pretest dan postest tidak dilaksanakan bersamaan dalam hari yang sama, melainkan berselang waktu antara 15-30 hari, dengan alasan:
23
1) Untuk menghindari subyek masih mengingat atau pernah melakukan hal yang sama pada saat pretest, semakin dekat jarak, semakin besar peluang retensi (Arief, 2004). 2) Suatu penilaian alat ukur atau suatu teknik pretest dan postest penelitan, sebaiknya selang waktu yang diambil jangan terlalu pendek, kemungkinan responden masih mengingat pertanyaanpertanyaan pada test yang pertama. Sedang kalau selang waktu terlalu lama, kemungkinan pada responden terjadi ;perubahan dalam variabel yang diukur ( Notoatmodjo, 2010). e. Media Penyuluhan. Media penyuluhan merupakan alat bantu yang digunakan penyuluh untuk memperjelas penyampaian materi penyuluhan, alat bantu disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima melalui alat indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima suatu materi, maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003) media penyuluhan dibagi menjadi 3 : 1) Media Cetak Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan sebagai berikut : booklet, leafleat, flyer, flif chart, rubrik, poster dan foto.
24
2) Media Elektronik Media elektronik sebagi sarana untuk menyampaikan pesanpesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya, yaitu : Televisi, Radio, Slide, Video dan Film strip (Film Pendek). 3) Media Papan (Billboard) Media papan dipasang ditempat tempat umum yang strategis dapat di isi dengan pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada dinding maupun kendaraan – kendaraan umum (bustaksi). Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah media elektronik yaitu slide dan video. Slide yang berisikan mengenai definisi APD, Dasar Hukum APD, Jenis-jenis APD, Jenis APD yang sesuai dengan PT. Delta Dunia Textile, pemutaran video contoh kasus kecelakaan kerja akibat tidak menggunakan APD, dan disertai simulasi cara penggunaan macam-macam alat peraga APD yang baik dan benar.
4. Alat Pelindung Diri a. Pengertian Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari adanya kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Permenakertrans No. 08/Men/VII/2010).
25
Menurut
OSHA
atau
Occupational
Safety
and
Health
Administration (2003) pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Penggunaan alat pelindung diri harus memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja. Menurut Ridley (2006) APD harus disediakan oleh perusahaan secara gratis, diberikan kepada pekerja perorangan sesuai dengan jenis pekerjaanya,
dijaga
kondisinya
agar
dapat
digunakan
secara
berkelanjutan dan disimpan ditempat yang sesuai ketika tidak digunakan. Menurut Buntarto (2015) alat pelindung diri dibagi menjadi 7 (tujuh) macam, yaitu : 1) Apron Apron dibuat dari karet atau plastik atau kain sebagai suatu pembatas dibagian depan pekerja. Menutupi bagian tubuh pekerja dari dada hingga lutut, tebuat dari kain drill, mika sheet, kulit atau plastik tebal. 2) Kap (Penutup Rambut) Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya untuk melindungi rambut dan kepala dari bahaya terkena jertan mesin.
26
3) Pelindung mata Pelindung
mata
digunakan
apabila
ada
kemungkinan
masuknya serat serat kain ke dalam mata. 4) Sarung tangan Sarung tangan dipakai untuk melindungi tangan pekerja agar aman dalam melakukan pekerjaannya. 5) Masker Masker digunakan untuk melindungi pernafasan pekerja agar terhindar dari masuknya debu dari proses pemintalan kapas, seratserat kain ke dalam saluran pernafasan. 6) Sumbat telinga (Ear Plug) Digunakan untuk mengurangi intensitas suara atau kebisingan yang masuk ke dalam telinga yang diakibatkan oleh suara mesin produksi. 7) Alas kaki Alas kaki atau sepatu dipakai untuk melindungi kaki dari benturan oleh benda tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes ke kaki. Sepatu boots dari karet atau kulit lebih melindungi, tetapi harus selalu bersih dan bebas dari kontaminasi cairan yang berbahaya. Menurut Ridley (2006) APD yang efektif yaitu 1) Sesuai dengan bahaya yang dihadapi. 2) Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut. 3) Cocok bagi orang yang akan menggunakannya.
27
4) Tidak mengganggu kerja karyawan yang sedang bertugas. 5) Memiliki konstruksi yang sangat kuat. 6) Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan. 7) Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya. Sedangkan alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya di PT. Delta Dunia Textile adalah 1) Masker Masker digunakan untuk melindungi saluran pernafasan dari serat-serat kapas berterbangan yang halus, serta melindungi agar tidak terkena debu mesin didalam ruangan produksi. Hal ini dapat mencegah pekerja dari penyakit ispa dan paru-paru. Alat ini harus dikenakan oleh karyawan terutama yang bekerja di bagian produksi dalam upaya pencegahan faktor bahaya di ruang produksi unit spinning. 2) Earplug Mesin-mesin yang terdapat di unit spinning menghasilkan suara yang sangat bising dalam pengoperasiannya. Hal ini dapat menyebabkan ketulian atau gangguan pendengaran pada pekerja yang berada didalam ruangan mesin tersebut, untuk itu diperlukan alat pelindung telinga, agar kontak dengan suara yang bising dan terus menerus selama jam kerja, bahaya dari dampaknya dapat di minimalisir.
28
3) Apron Pakaian kerja diperlukan oleh seluruh pekerja terutama yang bertugas didalam ruangan atau gedung yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Para staf dan tenaga kerja unit produksi juga menggunakan pakaian kerja, karena perusahaan terdapat aturan khusus mengenai pemakaian seragam untuk tenaga kerja. Alat pelindung diri ini harus dikenakan oleh karyawan terutama yang bekerja di bagian produksi unit spinning berupa apron atau celemek sebagai usaha pencegahan terhadap paparan uap dan suhu panas yang keluar dari mesin serta melindungi pakaian tenaga kerja dari debu kapas. 4) Hairnet Melindungi rambut pekerja supaya tidak tertarik mesin yang berputar, melindungi kepala dari benturan benda keras. Pada aspek kebersihan, melindungi rambut dari serat serat kapas yang bertebaran diseluruh ruangan. Alat ini harus dikenakan oleh karyawan terutama yang bekerja di bagian produksi unit spinning.
5. Kajian Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Kepatuhan Penggunaan APD. Pengetahuan merupakan faktor terjadinya perkembangan dan pertumbuhan, dengan pengetahuan yang baik akan meningkatkan kehidupan suatu bangsa (Zulkarimen, 2004). Pengetahuan adalah hasil dari kondisi
29
tahu yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2003). Menurut Buntarto (2015) alat pelindung diri merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk
menjaga
keselamatan
pekerja
itu
sendiri
maupun
orang
disekelilingnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.08 MEN/VII/2010 seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya kemunginan potensi bahaya dan kecelakaan kerja. Kepatuhan (Obedience) merupakan perubahan perilaku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain (Feldman, 2003). Penyuluhan merupakan kegiatan yang bersifat edukasi yang nantinya mampu merubah perilaku di implementasikan melalui perilaku kerja yang aman yang dikemas dengan berbagai metode, baik secara langsung maupun melalui alat bantu dan persentasi atau media yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh program penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja pada perilaku maupun sikap tenaga kerja dan berkurangnya kecelakaan kerja ( Tri Susilo, 2014).
30
B. Kerangka Pemikiran Penyuluhan APD
Pengetahuan APD
Perilaku Penggunaan APD Unfreezing Phase Problem Diagnosis
Goal Setting Phase
New Behaviour Phase 1. 2. 3. 4. 5.
Umur Jenis Kelamin Lama Kerja Pelatihan Ketersediaan APD 6. Kenyamanan APD Keterangan :
Refreshing Phase Kepatuhan APD
1. Peraturan 2. Pengawasan 3. Sanksi atau Hukuman
Di Teliti Tidak di teliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Ada Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan Penggunaan APD Pada Pekerja Unit Spinning PT. Delta Dunia Textile Karanganyar.