22
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Risiko 1. Definisi Risiko Risiko
dalam
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia
adalah
kemungkinanbahaya kerugian akibat yang kurangmenyenangkan (dari suatu perbuatan usaha dsb). 22Risiko adalahketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin melahirkankerugian (loss). Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkankerugian dalam asuransi. 23 Menurut Irham Fahmi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pengambilan Keputuan Teori dan Aplikasi, Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. 24 2. Tipe Risiko Dalam praktiknya risiko yang timbul dari setiap usaha pertanggungan asuransi adalah sebagai berikut:25
22
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia- edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm. 983 23 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 4 24 Irham Fahmi, MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Teori dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2011) hlm. 64 25 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 283
22
23
a.
Risiko murni, artinya ketidakpastian terjadinya sesuatu kerugian atau dengan kata lain hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan, contoh rumah mungkin akan terbakar.
b.
Risiko spekulatif, artinya risiko dengan terjadinya dua kemungkinan yaitu peluang untuk mengalami kerugian keuangan atau memperoleh keuntungan.
c.
Risiko individu, yang terbagi menjadi tiga macam:pertama, risiko pribadi, yaitu risiko kemampuan seseorang untuk memperoleh keuntungan, akibat sesuatu hal seperti kehilangan pekerjaan atau sakit. Kedua, risiko harta, yaitu risiko kehilangan harta seperti, dicuri, hilang, rusak yang mengakibatkan kerugian keuangan. Ketiga, risiko tanggung gugat,
yaitu
risiko
yang disebabkan apabila kita
menanggung kerugian seseorang dan kita harus membayarnya. 3. Jenis Risiko Untuk mengetahui jenis risiko diperlukan untuk memudahkan penanganan dana manajemen risiko. Dari sisi jenis risiko dapat dikelompokkan menjadi: 26 a. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk). Suatu risiko yang memenuhi persyaratan tertentu, yangditentukan oleh prinsip asuransi, antara lain: 1) Peluang
(probability)
terjadinya
risiko
tersebut
harus
dapatdiperkirakan (predictable). 26
Henry Faizal Noor,Investasi, Pengelolaan Keuangan Bisnis dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat, (Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2009), hlm. 23
24
2) Besarnya kerugian yang timbul oleh risiko tersebut harusterukur (measurable). 3) Risiko atau kerugian tersebut terjadi tidak direkayasa (bychance). 4) Risiko atau kerugian tersebut tersebar luas disemua wilayah. 5) Perusahaan asuransi berhak untuk menerima atau menolakrisiko yang akan di asuransikan. 6) Perusahaan asuransi dapat menolak untuk membayar risikoyang terlalu kecil. Hal ini membuat biaya proses penagihan(claim), lebih besar dari tagihan. Oleh karena itu biasanyatimbul deductible atau pengeluaran dari insured bilamelakukan penagihan (claim). b. Risiko yang tidak dapat diasuransikan (uninsurable risk) adalah suatu risiko yang tidak memenuhi kriteria sebagai insurable risk. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Dalam melakukan proses seleksi dan klasifikasi, perusahaan memeriksa beberapa faktor untuk menjamin bahwa peserta diperlakukan secara adil, tidak terbebani biaya yang berlebihan, serta rate yang pantas. Ada tiga faktor utama yang menjadi perhatian seorang underwiter. 27 a. Umur Mortalitas masa depan yang diprediksi sangat berhubungan dengan umur. Semakin tua seseorang, dengan asumsi hal lain sama, semakin besar kemungkinan kematian. Oleh karena itu, umur menjadi faktor kunci dalam menentukan ratetabarru’. Beberapa perusahaan 27
Muhammad Syakir Sula, ASURANSI SYARIAH (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 189
25
mungkin menggunakan faktor umur untuk menolak beberapa tipe pertanggungan terhadap orang-orang lanjut usia (misal, di atas 75 tahun). b. Jenis Kelamin Jenis kelamin pemohon, misalnya umur wanita atau pria, jarang digunakan sebagai faktor seleksi. Tetapi, lebih sering digunakan faktor klasifikasi dalam penentuan rate, terutama yang berhubungan dengan program individu. Probabilitas kematian wanita biasanya lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Karena itu, biasanya pengelola asuransi syariah mengenakan biaya rate yang lebih rendah dan biaya tunjangan hidup yang lebih tinggi untuk wanita daripada pria. c. Aspek Medik Yang termasuk dalam kategori aspek medik di sini misalnya kondisi fisik, sejarah personal, sejarah keluarga, status finansial, dan pekerjaan. B. Konsep Dasar Investasi Syariah 1. Manajemen Portofolio Investasi Syariah Portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi secara seminimal mungkin, termasuk
salah
satunya
dengan
menganekaragamkan
risiko
tersebut.28Portofolio sebagai kombinasi atau gabungan beberapa aset,
28
Irham Fahmi, PENGANTAR PASAR MODAL, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 24
26
baik berupa aset keuangan atau sekuritas maupun asset riil. Teori portofolio menekankan pada usaha untuk mencari kombinasi investasi optimal yang memberikan tingkat keuntungan optimal ataurates of return maksimal pada suatu tingkat risiko terendah. Pembentukan portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk averse). Investor penghindar risiko adalah inverstor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan penghambatan diharapkanyang sama dan risiko yang berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah. 29 Dalam dunia investasi terdapat model untuk mengidentifikasi tipikal investor dengan menggunakan model utilitas yang diharapkan (expected utility model). Model utilitas tersebut menggunakan asumsi terhadap sikap pemodal terhadap risiko. Secara garis besar tipikal investor atau preferensi investor terbagi menjadi duamacam, yaitu tipikalyang berani mengambil risiko (risk taker) dan yang tidak berani mengambil risiko (nonrisk taker).Risk taker terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: 30 1) Mereka yang berani mengambil risiko tinggi dengan harapan imbal hasil yang juga relatif tinggi (high risk high return). 2) Mereka yang cukup berani mengambil risiko yang moderat dengan imbal hasil yang juga moderat (medium risk medium return). 29
J. Frank Fabozzi,Manajemen Investasi, (Jakarta : Salemba Empat, 1999), hlm. 63 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution,Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 11 30
27
3) Mereka yang hanya berani mengambil risiko dalam tingkat yang relatif rendah dengan imbal hasil yang juga relatif rendah (low risk low return). Dengan kata lain bahwa investor ada yang memiliki sikap yang tidak menyukai risiko (risk averse), bersikap netral terhadap risiko (risk neutral), dan yang suka risiko (risk seeker). Portofolio dalam asuransi syari’ah dikaitkan dengan salah satu bentuk pengelolaan dana asuransi yang paling dominanmenurut Ali Mustafa Ya’qub dalam makalahnya tentang Pengelolaan Dana Asuransi Syari’ah
adalah
menginvestasikan
dana
yang
terkumpul
dari
premi. 31Pihak asuransi dapat menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk investasi apa saja selama investasi itu tidak mengandung salah satu unsur yang dilarang dalam syari’at Islam. Perusahaan asuransi syari’ah dapat menginvestasikan dalam berbagai instrumen keuangan seperti deposito mudharabah, obligasi syari’ah (sukuk), reksadana syari’ah, saham syari’ah dan lainnya. Adapun kegiatan investasi tersebut diantaranya menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah) yang dibenarkan secara syari’ah. Portofolio
efisien
yang
dimaksud
adalah portofolio
yang
memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau portofolio
31
yang
mengandung risiko
Muhammad Syakir Sula, Op. Cit., hlm. 378
terkecil dengan
28
returnekspektasi yang sudah pasti.32 Jika seorang investor memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal yang akan dipilihnya. Secara umum adanya portofolio dalam suatu perusahaan keuangan bertujuan
pertumbuhan
(growth)
yang
mengandung
arti
bahwa
perusahaan tersebut profitabilitas (profitability) dan mengarah kepada kelangsungan hidup (survival). Industri asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan pengelola dana masyarakat dalam jumlah besar, terutama asuransi jiwa, sangat tergantung pada keberhasilanmengelola investasi dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, para ahli manajemen dan investasi berusaha mengembangkan ukuranukuran yang dapat digunakan untuk menentukan, misalnya layak atau tidaknya sebuah usulan investasi atau seberapa besar keberhasilan suatu investasi dalam memenuhi tingkat pengembalian yang diharapkan. 33 2. Definisi Investasi Syariah Investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang. sedangkan, investasi keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya dimasa mendatang. 34 Investasi secara umum diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang ini untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah, 32
Jogiyanto,Teori Portofolio dan Analisis Investasi, (Yogyakarta: BPFE, 2003), hlm.180 Muhammad Syakir sula, Op.Cit., hlm. 379 34 Ibid, hlm. 359 33
29
mobil dan sebagainya) atau aktiva keuangan (saham, obligasi, reksadana, wesel, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang. 35 Investasi modal yang sebaik-baiknya menurut Al-Qur’an adalah tujuan dari semua aktivitas semua manusia hendaknya diniatkan untuk ibtighai mardhatillah (menuntut keridhaan Allah). Investasi dalam Islam bisa dilihat dari tiga sudut: individu, masyarakat, dan agama. Bagi individu, investasi merupakan kebutuhan fitrawi, dimana setiap individu, pemilik modal (uang), selalu berkeinginan untuk menikmati kekayaan itu dalam waktu dan bidang seluas mungkin. Bukan hanya pribadinya bahkan untuk keturunannya. Maka investasi sebagai jembatan bagi individu dalam rangka memenuhi kebutuhan fitrah ini. 36 Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Al-Qur’an dengan tegas melarang aktivitas penimbunan terhadap harta yang dimiliki. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Ketahuilah, barang siapa yang memelihara anak yatim sedangkan anak yatim
tersebut
itu
memiliki
harta,
maka
hendaklah
ia
menginvestasikannya (membisniskannya) janganlah ia membiyarkan harta itu idle, sehingga harta itu terus berkurang lantaran zakat.
35
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, STUDI KELAYAKAN INVESTASI Proyek dan Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 5 36 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 11
30
Dalam perspektif ekonomi Islam, investasi bukan bercerita tentang berapa keuntungan materi yang bisa didapatkan melalui investasi tersebut. Akibat implementasi mekanisme zakat, maka asset produktif yang dimiliki seseorang pada jumlah tertentu (memenuhi batas nishab zakat) akan selalu dikenakan zakat, sehingga hal ini akan mendorong pemiliknya untuk mengelolanya melalui investasi. Dengan demikian melalui investasi tersebut pemilik asset memiliki potensi mempertahankan jumlah dan nilai assetnya. Aktivitas investasi dilakukan lebih didasarkan pada motivasi sosial yaitu membantu sebagian masyarakat yang tidak memiliki modal namun memiliki kemampuan berupa keahlian (skill) dalam menjalankan usaha, baik dilakukan dengan musyarakah maupun dengan bagi hasil (mudharabah). Investasi dalam Islam bukan hanya dipengaruhi oleh faktor keuntungan materi, tapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor syariah (kepatuahan pada ketentuan syariah) dan faktor sosial (kemaslahatan umat). Harta yang dimiliki seorang muslim tidak boleh dimanfaatkan dan dikembangkan dengan cara yang bertentangan dengan syariat Islam. Islam telah melarang aktivitas perjudian, riba, penipuan, serta investasi di sektor-sektor maksiat. Sebab aktivitas semacam ini justru akan menghambat produktivitas manusia.37 Investasi dalam ekonomi Islam amat berbeda dengan investasi non muslim, perbedaan ini terjadi terutama karena pengusaha Islam tidak
37
Ibid, hlm. 14-15
31
menggunakan tingkat bunga dalam menghitung investasi. Dimana harta atau uang dimiliki oleh Allah sebagai qiyaman yaitu sarana pokok kehidupan. Karena itu pula harta atau modal tidak boleh menghasilkan dari dirinya sendiri tetapi harus dengan usaha manusia. Ini salah satu sebab mengapa dalam membungakan uang dalam bentuk riba dilarang dalam Al-Qur’an. Salah satu hikmah pelarangan riba, serta pengenaan zakat adalah untuk mendorong aktivitas ekonomi, perputaran dana serta sekaligus mengurangi spekulasi serta penimbunan. 38 Dalam Islam, kegiatan bisnis dan investasi adalah hal yang sangat dianjurkan. Meski begitu, investasi dalam Islam tidak berarti setiap individu bebas melakukan tindakan untuk memperkaya diri atau menimbun kekayaan dengan cara yang tidak benar. Etika bisnis harus tetap dilandasi oleh norma dan moralitas yang berlaku yang dalam ekonomi Islam bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.39 Tujuan utama dari kebijakan investasi dalam suatu perusahaan adalah untuk implementasi rencana program yang dibuat agar dapat mencapai return positif, dengan probabilitas paling tinggi, dari aset yang tersedia untuk diinvestasikan. Kebijakan investasi yang diambil, mempertimbangkan hubungan langsung antara return dan risiko untuk setiap alternatif risiko. Review dan evaluasi bulanan termasuk dalam kebijakan yang diambil. Juga mempertimbangkan nilai tambah (value
38 39
Ibid, hlm. 16 Taufik Hidayat, Buku Pintar INVESTASI SYARIAH, (Jakarta: Mediakita, 2011), hlm. 24
32
added) bagi setiap fund dalam setiap proses pengambilan keputusan investasi.40 Pada dasarnya praktik investasi menurut prinsip syariah harus dilakukan tanpa ada paksaan (ridha), adil dan transaksinya berpijak pada kegiatan produksi dan jasa yang tidak dilarang oleh Islam, termasuk bebas manipulasi dan spekulasi. Hal inilah yang menjadi perbedaan antara investasi syariah dengan investasi konvensional. 41 3. Landasan Syar’i Investasi Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi tadrij(ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi)
dan
trichotomy pengetahuan tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al- Haysr ayat 18 sebagai berikut:42 Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
40
Muhammad syakir sula, Op,.Cit, hlm. 360 Indah Yuliana, Op.,Cit, hlm.26 42 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Op.,Cit, hlm. 17-18 41
33
Konsep investasi dalam ajaran Islam yang diwujudkan dalam bentuk nonfinansial yang berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat juga tertuang dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa’ ayat 9 sebagai berikut:43
Artinya:”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya apabila kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam kondisi (keadaan) miskin yang meminta-minta kepada orang lain.”(HR Bukhari dan Muslim dari Sa’ad)44
4. Prinsip-prinsip Dasar Investasi Syariah Prinsip dasar investasi asuransi syariah adalah bahwa perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi terhadap dana yangterkumpul dari peserta, dan investasi yang dimaksud harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 45 Investasi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 46 1) Investasi pada Financial Assets yaitu investasi yang dilakukan di pasar uang misalnya commercial papper, surat berharga di
43
Ibid, hlm. 20 Shahih Bukhori, Kitab al-Faraid, Vol. 8, No. 725, hlm. 477f 45 Muhammad Syakir Sula,Op.Cit., hlm. 362 46 Abdul Halim, Analisis Investasi- edisi Kedua, (Jakarta:Salemba Empat, 2005), hlm.4 44
34
pasaruang, dan lain sebagainya, atau dilakukan dipasar modal seperti saham, obligasi, waran, opsi, dan lainnya.
2) Investasi pada real assets yaitu investasi dalam bentuk pembelian aset
produktif,
pendirian
pabrik,
pembukaan pertambangan,
pembukaan perkebunan dan lain sebagainya. 5. Pengelolaan Investasi pada Asuransi Syariah Ali Mustafa Ya’kub mengatakan bahwa salah satu bentuk pengelolaan dana asuransi yang paling dominan adalah menginvestasikan dana yang terkumpul dari premi. 47Beberapa jenis Investasi Syariah yang saat ini diimplementasikan di perusahaan asuransi syariah di Indonesia di antaranya sebagai berikut:48 a. Deposito Mudharabah b. Obligasi Syariah c. Reksadana Syariah d. Saham e. Penyertaan Langsung f. Bangunan g. Pembiayaan Mudharabah h. Pembiayaan Bai Bithsaman Ajil i.
47 48
Hipotik
Muhammad Syakir Sula,Op,.Cit, hlm. 378 Ibid, hlm. 381-384
35
C. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah Kata asuransi berasal dari bahasa belanda, assurantie yang dalam hukum belanda disebut verzeketing yang artinya pertanggungan. Dari peristilahan
asurantie
kemudian
timbul
istilah
assuradeur
bagi
penanggung dan geassureerder bagi tertanggung.49 Sedangkan dalam bahasa arab, asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung disebutmu’amman lahu atau musta’min. Dalam kamus istilah Ekonomi, Keuangan dan Bisnis Syari’ah, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung. Sedangkan asuransi syari’ah (ta’min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/ atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syari’ah. 50 Dalam bahasa Arab, asuransi disebut At-ta’min yang berasal dari kata amana yang memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan
49
Ali Yafie, Asuransi Dalam Pandangan Syariat Islam, Menggagas Fiqh Sosial, (Jakarta: Mizan, 1994), hlm. 205 50 Muhammad Sholahuddin, Kamus Istilah Ekonomi, Keuangan, dan Bisnis Syariah A-Z, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2011), hlm.13
36
bebas dari rasa takut. Dari kata amana yang merupakan kata dasar at-ta’min muncul kata-kata lain yang secara artinya memiliki kemiripan, yaitu: aman dari rasa takut, amanah lawan kata dari khianat, iman lawan dari kekufuran, memberi rasa aman. Arti yang terakhir yang paling dekat untuk menerjemahkan istilah at-ta’min, yaitu: Menta’minkan sesuatu artinya seseorang membayar/ menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. 51 Asuransi Syariah (Takaful) mengandung arti saling memikul risiko diantara sesama peserta sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas dasar saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wa taawanu alal birri wat taqwa).52 2. Landasan Hukum Asuransi Syariah Landasan hukum yang berkenaan dengan asuransi syariah diantaranya adalah sebagai berikut: a. Al-Qur’an Walaupun tidak menyebutkan secara tegas, terdapat ayat yang menjelaskan tentang konsep asuransi dan yang mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, ayat-ayat tersebut diantaranya adalah: 53
51
Kuat Ismanto,Asuransi Syariah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 51-52 52 Ibid, hlm.68 53 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 236-237
37
1) Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan. Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat/masa depan); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Hasyr [59] : 18) 2) Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama dalam perbuatan positif. ... Artinya:“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al- Maidah [5] : 2) 3) Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah. Artinya:“Yang Telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.”(QS. Al- Quraisy [106] : 4)
b. Kaidah Fiqih “Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
38
3. Landasan dan Sistem Operasional Asuransi Syariah a. Landasan operasional asuransi syariah Secara struktural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia masih menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum (konvensional). Dan baru ada peraturan yang secara tegas menjelaskan asuransi syariah pada Surat Keputusan Direktur Jendral Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Asuransi Syariah. 54 Adapun secara stratifikasi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang usaha perasuransian dan perusahaan reasuransi, serta tentang perizinan dan penyelenggaraan usaha perusahaan penunjang usaha asuransi dapat ditulis sebagai berikut:55 1) Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian 2) Peraturan
Pemerintah
No.
73
Tahun
1992
tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian 3) Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP No. 73 Tahun 1992 4) Keputusan Menteri Keuangan No. 223/KMK.017/1993 tentang Perizinan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
54
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 105-106 55 Ibid,
39
5) Keputusan Menteri Keuangan No. 225/KMK.017/1993 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi 6) Keputusan Menteri Keuangan No. 481/KMK.017/1999 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi 7) Keputusan Menteri Keuangan No. 226/KMK.017/1993 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi 8) Keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan No.Kep.4499 tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Asuransi Syariah. b. Sistem operasional asuransi syariah Sistem operasional asuransi syariah pada dasarnya dilandasi oleh tiga prinsip yaitu rasa saling tanggungjawab, kerjasama dan saling membantu, serta saling melindungi antara para peserta dan perusahaan. Perusahaan asuransi syari’ah bertindak sebagai mudharib, yaitu pihak yang diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta sebagai
shahibul
maal
untuk
mengelola
uang
premi
dan
mengembangkan dengan jalan yang halal sesuai dengan syar’i serta memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai dengan akad.
40
Berdasarkan akad yang disepakati, perusahaan dan peserta mempunyai hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Kewajiban tertanggung adalah membayar uang premi sekaligus dimuka atau angsuran secara berkala. Uang premi yang diterima perusahaan dipisahkan atas rekening tabungan dan rekening tabarru’. Sementara hak tertanggung diantaranya adalah mendapatkan uang pertanggungan atau klaim serta bagi hasil jika ada. Premi pada asuransi jiwa syari’ah, premi yang dibayarkan peserta terdiri atas unsur tabungan dan tabarru’. Dengan ketentuan tabarru’ diambil dari mortalita yang besarnya bergantung pada usia dan masa perjanjian. Asuransi syari’ah (asuransi keluarga), kontribusi atau premi takaful dapat diangsur secara bulanan, seperempat tahunan, setengah tahunan atau tahunan bahkan sekaligus. Jumlah angsuran minimal ditentukan oleh perusahaan dihitung sesuai dengan jangka waktu kontrak, jadwal waktu angsuran, dan jumlah pertanggungan. Adapun kontribusi yang dibayar peserta dimasukkan ke dalam dua jenis rekening, yaitu Rekening Peserta dan Rekening Khusus Peserta sesuai dengan porsi masing-masing yang ditetapkan perusahaan. Rekening peserta berfungsi sebagai investasi dan simpanan, sedangkan rekening khusus peserta berfungsi sebagai sumbangan atau derma (tabarru’) untuk menutup klaim jika terjadi musibah pada peserta takaful. 56
56
Ibid, hlm. 211-212
41
4. Produk Asuransi Syariah a. Asuransi jiwa syariah 1) Produk saving Dalam asuransi syariah produk saving, setiap peserta wajib membayar sejumlah uang atau premi secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang harus dibayarkan tergantung kepada keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetukan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan oleh peserta, akan dipisahkan dalam dua rekening yang berbeda, yaitu:57 a) Rekening Tabungan Peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila: 1. Perjanjian berakhir 2. Peserta mengundurkan diri 3. Peserta meninggal dunia b) Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling tolong menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila: 1. Peserta meninggal dunia 2. Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)
57
Muhammad Syakir Sula, Op.Cit., hlm. 177
42
2) Produk Non Saving Dalam produk non saving setiap premi yang dibayarkan oleh peserta akan dimasukkan ke dalam rekening Tabarru’ perusahaan. Yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling tolong menolong dan saling membantu, dan dibayarkan bila:58 a) Peserta meninggal dunia b) Perjanjian sudah berakhir (jika ada surplus dana) b. Asuransi Kerugian Syariah Asuransi kerugian syariah merupakan salah satu jenis asuransi syariah.
Konsep
asuransi
kerugian
syariah
sebenarnya
lebih
mempresentasikan hadits nabi yang menjadi dasar asuransi syariah. Yaitu konsep tolong menolong atau saling melindungi dalam kebenaran. Bentuk tolong menolong ini diwujudkan dalam kontribusi dana kebajikan (Tabarru’) sebesar yang ditetapkan. Apabila salah satu peserta mendapat musibah, maka peserta lain ikut menanggung risiko.59
58 59
Ibid, hlm. 178 Ibid, hlm. 225