perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, saat ini mulai bermunculan penemuan atau pengembangan strategi pembelajaran. Penelitian telah banyak dilakukan untuk menemukan strategi pembelajaran yang tepat. Masing-masing strategi memiliki ciri khas dan keunggulan. Strategi pembelajaran yang saat ini sedang berkembang adalah strategi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Di Belanda pembelajaran ini dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME), sedangkan di Amerika lebih dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2006: 102). Hal tersebut sejalan dengan US. Departement of Education the National School-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001 (dalam Trianto, 2008) yang menyatakan pembelajaran CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja. Menurut Kemdikbud (2008) pendekatan adalah sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu. Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang
mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses
pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan dengan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan commit to user yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan (Nurhadi, dkk., 2004).
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendekatan ini mengakui bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran
kontekstual
(CTL)
merupakan
konsep
belajar
yang
menghadirkan permasalahan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbuka, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, dkk., 2004). Proses pengembangan konsep dan gagasan pembelajaran matematika kontekstual bermula dari dunia nyata. Hal ini berarti masalah yang digunakan dapat berupa masalah-masalah aktual (sungguh-sungguh ada dalam kehidupan siswa) atau masalah yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan CTL adalah suatu pendekatan yang mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen. Tujuh komponen tersebut menurut Nurhadi, dkk. (2004: 33) yaitu: a. Contructivism (Kontruktivisme) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
membangun
pengetahuannya,
yang
dilandasi
oleh
struktur
pengetahuan yang dimilikinya. Dengan adanya komponen konstruktivisme diharapkan siswa dapat membangun sendiri kemampuan yang dimilikinya. commit to user b. Inquiry (Menemukan)
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan inquiry adalah 1) Keterlibatan siswa secara maksimal, yang melibatkan mental intelektual sosial emosional siswa; 2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; 3) Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukannya dalam proses inquiry. c. Questioning (Bertanya) Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan,
jantung
dari
pengetahuan,
dan
aspek
penting
dalam
pembelajaran. Bertanya merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara informatif untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya akan mendorong siswa sebagai partisipan aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini berguna untuk: 1) menggali informasi, baik administratif maupun akademis, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. d. Learning Community (Masyarakat belajar) Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual, kegiatan pembelajaran dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar, siswa yang pandai mengajari yang lemah dan yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi bila ada komunikasi dua arah yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi to user apabila tidak ada pihak yangcommit dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak saling mendengarkan. e. Modeling (Pemodelan) Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu maksudnya adanya model yang ditiru. Model bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh: cara melakukan pengukuran yang benar. Model tak hanya dari guru tapi juga dari siswa atau ahli. f. Reflection (Refleksi) Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Seorang guru perlu melaksanakan refleksi pada akhir program pengajaran. Realisasinya berupa: 1) Pernyataan langsung, tentang apa-apa yang diperoleh hari itu. 2) Catatan atau jurnal di buku siswa. 3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. 4) Diskusi. 5) Hasil karya 6) Cara-cara lain yang ditempuh guru untuk mengarahkan siswa kepada pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari. g. Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Penilaian yang dilakukan bukan hanya karena bisa menjawab serangkaian pertanyaan di atas kertas, tapi juga kemampuannya dalam mengaplikasikannya, inilah yang disebut authenthic. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Tentang karakteristik authentic assessment, dapat dikemukakan butir-butir berikut: 1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. commit to usersumatif. 2) Bisa digunakan untuk formatif maupun
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Yang diukur keterampilan dan performansi. 4) Berkesinambungan. 5) Terintegrasi. 6) Dapat digunakan sebagai feed back. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa antara lain: proyek kegiatan dan laporannya, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, dan tes tulis. The Northwest Regional Education Laboratory USA (dalam Nurhadi, dkk., 2004) mengidentifikasi adanya 6 kunci dasar yang menentukan kualitas dari pembelajaran kontekstual, yakni: a. Pembelajaran bermakna Dalam pembelajaran bermakna, pemahaman, relevansi dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasakan sangat terkait dengan kehidupan nyata atau siswa mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka merasakan berkepentingan untuk belajar demi kehidupan di masa mendatang. b. Penerapan pengetahuan Jika
siswa
memahami
apa
yang
dipelajari
maka
siswa
dapat
menerapkannya dalam tatanan kehidupan. c. Berpikir tingkat tinggi Siswa diminta untuk berpikir kritis dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah. d. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kepada standar Isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar lokal, nasional dan perkembangan IPTEK dan dunia kerja. e. Responif terhadap budaya Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik. Setidaknya ada empat perspektif yang harus diperhatikan yaitu individu commit to userdan tatanan masyarakat. siswa, kelompok siswa, tatanan sekolah
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
f. Penilaian autentik Berbagai macam strategi penilaian digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang sesungguhnya meliputi: penilaian proyek dan kegiatan siswa, dan panduan pengamatan disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif menilai pembelajaran mereka sendiri. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL ini peneliti menekankan pada pembelajaran bermakna, penerapan pengetahuan, berpikir tingkat tinggi, kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kepada standar, dan penilaian autentik.
2. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembeajaran merupakan sebuah media yang digunakan sebagai pedoman atau petunjuk pada sebuah proses pembelajaran. Pembuatan perangkat pembelajaran adalah untuk memudahkan guru pada saat proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban untuk menyusun perangkat pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif pada saat proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk mengelola proses pembelajaran dengan baik diuraikan di bawah ini. a. Silabus Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 41 Tahun 2007 tentang Standart Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa silabus merupakan acuan pengembangan RPP yang memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang meliputi SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, commit belajar to user(Depdiknas, 2008) penilaian, alokasi waktu, dan sumber
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Silabus bermanfaat sebagai panduan bagi guru dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan RPP, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Berikut prinsip-prinsip pengembangan silabus. 1) Ilmiah Seluruh materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. 2) Relevan Cakupan, kedalam, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual siswa. 3) Sistematis Komponen-komponen yang terdapat dalam silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. 4) Konsisten Terdapat hubungan yang konsisten anata KD, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, teknik, dan instrumen penilaian. 5) Memadai Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian KD. 6) Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian, memperhatikan perkembanagan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi. 7) Fleksibel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman siswa, guru, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan masyarakat. 8) Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Permendikbud (2007) silabus paling sedikit memuat komponen-komponen berikut. 1) Identitas mata pelajaran. 2) Identitas sekolah, meliputi nama satuan pendidikan dan kelas. 3) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategori mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. 4) Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran. 5) Tema, khusus SD/ MI/ SDLB/ Paket A. 6) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur, yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7) Pembelajaran, kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. 8) Penilaian, proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. 9) Alokasi waktu, penyusunan alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun. 10) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak, elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar commit user menengah sesuai dengan pola isi untuk satuan pendidikan dasarto dan
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Pengembangan silabus dilakukan oleh kelompok guru mata pelajaran sejenis pada satu sekolah atau beberapa sekolah pada kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan daam silabus (Mulyasa, 2007). RPP merupakan penjabaran yang lebih lanjut dari silabus. Sama halnya dengan Daryanto dan Dwicahyono (2014) yang menyatakan bahwa RPP merupakan suatu bentuk prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapka dalam standar isi. Menurut Amri (2013) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya untuk mencapai Kompetensi Dasar. RPP disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk untuk berpartisipasi aktif. Trianto (2008) menyatakan bahwa RPP merupakan panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya untuk mencapai kompetensi dasar yang disusun secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Berikut prinsip-prinsip penyusunan RPP. 1) Perbedaan individual siswa. Menyusun RPP dengan memperhatikan kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang commitlingkungan to user siswa. budaya, norma, nilai, dan/atau
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Partisipasi aktif siswa. Merancang proses pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, dan kemandirian. 3) Pengembangan budaya membaca dan menulis. Merancang
suatu
proses
pembelajaran
untuk
mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 4) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 5) Keterkaitan dan keterpaduan Menyusun RPP dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 6) Menerapan teknologi informasi dan komunikasi Menyusun RPP dengan memperhatikan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Menurut Depdiknas (2008) komponen-komponen RPP terdiri atas: a) Identitas mata pelajaran, yang meliputi: (1) satuan pendidikan, (2) kelas, (3) semester, (4) program studi, (5) mata pelajaran atau tema pelajaran, (6) jumlah pertemuan. b) Standar kompetensi,commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kompetensi dasar, d) Indikator pencapain kompetensi, e) Tujuan pembelajaran, f) Materi ajar, g) Alokasi waktu, h) Metode pembelajaran, i) Kegiatan pembelajaran yang meliputi: pendahuluan, inti, dan penutup, j) Penilaian hasil belajar, k) Sumber belajar. Adapun langkah-langkah penyusunan RPP (Permendiknas, 2007) diuraikan di bawah ini. 1) Mencantumkan Identitas Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan alokasi waktu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis identitas (Daryanto dan Dwicahyono, 2014) yaitu: a) RPP boleh disusun untuk satu kompetensi dasar. b) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus.Indikator merupakan: (1) Ciri perilaku yang dapat memberikan gambaran bahwa siswa telah mencapai kompetensi dasar. (2) Penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai dengan perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. (3) Dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa, satuan pendidikan, dan potensi daerah. (4) Rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. (5) Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(6) Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. 2) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan hasil langsung dari satu paket kegiatan pembelajaran. 3) Menentukan Materi Pembelajaran Penetapan materi pembelajaran mengacu pada indikator. 4) Menentukan Metode Pembelajaran Pada bagian ini dicantumkan pendekatan pembelajaran yang digunakan dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran siswa. 5) Menetapkan Kegiatan Pembelajaran Langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran (Daryanto dan Dwicahyono, 2014) adalah: a) Kegiatan Pendahuluan (1) Orientasi: memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan dibelajarakan. (2) Motivasi: memberikan gambaran manfaat mempelajari materi yang akan dipelajari. (3) Pemberian acuan: penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar. b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti berisi langkah-langkah secara sistematis yang dilalui siswa untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata masing-masing. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang,
memotivasi siswa untuk aktif mencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemandirian sesuai kondisi siswa. Kegiatan inti biasanya dilengkapi dengan LKS. c) Kegiatan Penutup Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman atau kesimpulan, memeriksa hasil belajar siswa, memberikan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dipelajari, memberikan umpan balik, dan merencanakan kegiatan tindak lanjut. d) Memilih Sumber Belajar Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. e) Menentukan Penilaian Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan menggunakan tes dan catatan berupa tertulis atau lisan, pengamatan, kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek, dan produk, serta penggunaan portofolio dan penilaian diri. Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian (Kemdikbud, 2015). (1) Penilaian
diarahkan
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi dasar. (2) Penilaian berdasarkan acuan kriteria, berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. (3) Sistem penilaian yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. (4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Depdiknas, 2008). Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tertulis atau tugas-tugas praktis. Menurut Amri (2013) LKS merupakan materi pembelajaran yang menyediakan aktivitas yang berpusat pada siswa. LKS memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2008). LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaun hasil belajar yang harus ditempuh. Daryanto dan Dwicahyono (2014) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang berisi petunjuk, langkahlangkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang diberikan dapat berupa teori atau praktik. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas dan permasalahan dalam materi ajar yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk memberikan kemudahan dalam memahami materi yang diajarkan dan mencapai hasil belajar yang sesuai dengan indikator. Menurut Depdiknas (2008) langkah-langkah dalam menyiapkan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah, 1) Analisis Kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Dalam menentukan materi tersebut diperlukan analisis dengan cara melihat materi, pengalaman belajar dan kompetensi dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. 2) Menyusun peta kebutuhan LKS commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peta kebutuhan LKS diperlukan untuk mengetahui jumlah dan sekuensi atau urutan LKS yang harus ditulis. Penentuan sekuensi tersebut sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan LKS. Kegiatan ini diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar. 3) Menentukan judul LKS Judul LKS ditetapkan atas dasar kompetensi dasar, materi LKS atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Selanjutnya berikut adalah langkah-langkah penulisan LKS (Depdiknas, 2008). 1) Perumusan kompetensi dasar Merumuskan kompetensi dasar yang harus dikuasai. 2) Menentukan alat penilaian Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. 3) Penyusunan materi Materi LKS sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dalam LKS dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian. 4) Memperhatikan struktur LKS Struktur komponen LKS secara umum adalah berikut. a) Judul Nama yang dipakai dalam LKS untuk menggambarkan secara pendek isi dari LKS. b) Petunjuk belajar (petunjuk siswa) Petunjuk atau pedoman untuk siswa dalam mengerjakan LKS. c) Kompetensi yang akan dicapai Kompetensi
yang
diharapkan
akan
dicapai
siswa
setelah
mengerjakan LKS. d) Informasi pendukung to usersuatu pernyataan dalam LKS. Berisi informasi yangcommit mendukung
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
e) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja Pedoman bagi siswa untuk mengerjakan soal dalam LKS. f) Penilaian Penilaian terhadap kerja kelompok dalam mengerjakan LKS. Menurut Ghozali (2007:38) berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun LKS. 1) Format a) Pembagian materi dalam LKS didasarkan pada pengelompokan materi yang ada pada buku siswa. Selain itu dalam LKS memuat tempat kosong atau titik-titik yang disesuaikan dengan banyaknya langkah penyelesaian sebagai tempat jawaban siswa. b) Menggunakan sistem penomeran campuran angka dan huruf. c) Tata letak dalam LKS berupa pengaturan tentang besar kecilnya tempat kosong atau titik-titik yang harus disediakan sebagai tempat untuk menuliskan penyelesaian masalah. d) Jenis dan ukuran huruf yang mudah dibaca. e) Ukuran fisik LKS sesuai dengan siswa. 2) Bahasa a) Tata bahasa sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang benar. b) Kalimat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. c) Mendorong minat untuk bekerja, karena ada petunjuk yang memperjelas suruhan yang ada pada LKS. d) Menggunakan struktur kalimat yang sederhana. e) Kalimat soal tidak mengandung arti ganda. f) Petunjuk atau arahan yang memperjelas suruhan yang ada pada LKS. g) Menggunakan bahasa yang komunikatif, bahasa yang digunakan dalam LKS menimbulkan komunikasi yang akrab dengan siswa. 3) Isi a) Kebenaran materi dalam LKS, penyajian petunjuk atau arahan yang memperjelas suruhan yang ada pada LKS dan pengalokasian tempat commit to user yang benar. kosong sebagai tempat penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
b) Tugas-tugas yang terdapat di LKS yang harus dilakukan oleh siswa merupakan tugas penting, mendasar, dan dapat diselesaikan melalui proses pembelajaran. c) Dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis. d) Proses pembelajaran sesuai dengan pendekatan yang digunakan. e) Peranannya untuk mendorong siswa dalam menemukan konsep atau prosedur dengan cara mereka sendiri. d. Tes Hasil Belajar (THB) Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2010). Sudaryono, dkk. (2013) menyatakan bahwa tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh peserta tes. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang peserta didik menguasai pelajaran yang disampaikan. Menurut Sudijono (2011) tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh peserta tes sehingga dapat diperoleh nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi peserta tes. Berdasarkan pengertian di atas, tes merupakan alat atau prosedur berupa pertanyaan atau perintah yang harus direspon oleh peserta tes untuk menilai peserta tes sehingga diperoleh nilai yang menunjukkan tingkah laku atau prestasi peserta tes. Pada umumnya tes digunakan untuk mengukur aspek-aspek perilaku manusia, seperti aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilan (psikomotor). Tes hasil belajar mengukur tiga aspek utama hasil pendidikan, yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tes hasil belajar berfungsi untuk meningkatkan proses pembelajaran. Melalui tes guru memperoleh informasi tentang berhasil tidaknya peserta didik dalam commit to user menguasai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum. Melalui tes
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
guru dapat mendeteksi berhasil tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil tes dapat digunakan untuk memberikan laporan kepada pihak tertentu tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik dan keberhasilan guru dalam mengajar. Berikut langkah-langkah dalam penyusunan tes (Khabibah, 2010). 1) Menetapkan ruang lingkup tes. Langkah ini meliputi penetapan pokok bahasan, subpokok bahasan, dan materi yang diujikan. 2) Menetapkan apa yang hendak diukur. Langkah ini meliputi penetapan aspek isi materi. 3) Menetapkan teknik uji yang paling tepat. Langkah ini meliputi jenis tes yang akan diujikan apakah menggunakan tes lisan, perbuatan, atau tertulis. 4) Menyusun butir-butir tes. Langkah ini meliputi menuliskan soal yang akan diujikan. 5) Menyusun petunjuk mengerjakan tes. Langkah ini meliputi penyusunan petunjuk mengerjakan tes yang harus ditulis dengan jelas sehingga siswa mengetahui langkah apa saja yang harus dikerjakan. 6) Menyiapkan kunci jawaban dan pedoman penyekoran. Pembuatan kunci jawaban bermanfaat untu mengecek jawaban dari soal yang telah dibuat.
3. Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan CTL Contextual learning materials refer to the materials that let the students process new information or knowledge in such a way that it makes sense to them in their own frames reference (Ampa, dkk., 2013). Perangkat pembelajaran kontekstual membantu siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan dengan cara membuatnya dari yang tidak masuk akal menjadi masuk akal. Developing RPP with contextual strategy based on the small group. The activities step 1: students’ orientation on problem situation, commit to user step 2: to manage students for study, step 3: to guide individual
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
research or group, step 4: to develop and to present creativity, and step 5: to analysis and evaluate process that has been done in learning (Sutama dkk., 2013). Mengembangkan RPP dengan strategi kontekstual berdasarkan masalah dalam kelompok kecil dapat dilaksanakan melalui beberapa langkah, yaitu: 1) Pengenalan siswa terhadap permasalahan, 2) Mengelola siswa untuk belajar, 3) Mengarahkan pada penelitian individu atau kelompok, 4) Mengembangkan dan menunjukkan kreativitas, 5) Menganalisis dan menilai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Berikut uraian penyusunan RPP berbasis kontekstual (Aqib, 2013). a. Menyatakan kegiatan pertama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok, dan Pencapaian Hasil Belajar. b. Menyatakan tujuan umum pembelajarannya. c. Merinci media untuk mendukung kegiatan pembelajaran. d. Membuat skenario tahap demi tahap kegiatan siswa. e. Menyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran. Azizah (dalam Widowati, 2009: 21) mengatakan pembelajaran kontekstual dalam pengembangan bahan ajar meliputi: a. Membangun motivasi siswa melalui : 1) memperkenalkan manfaat dalam kehidupan, 2) keterkaitan dengan konsep atau pelajaran lain, dan, 3) memberitahu kompetensi atau hasil belajar yang akan dicapai. b. Membangun kesiapan siswa untuk mempelajari materi, melalui mengingatkan konsep-konsep prasyarat. c. Menyajikan stimulus melalui : 1) penyajian masalah atau kasus, 2) contoh dan bukan contoh, 3) hasil percobaan. d. Proses mengkonstruksi atau membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui: 1) pertanyaan, 2) inkuiri, 3) pemodelan, 4) diskusi, dan 5) percobaan. e. Untuk kinerja melalui pertanyaan, latihan, dan tugas. f. Pemberian feed back untuk konfirmasi ketepatan hasil belajar atau kompetensi, commitdan to user melalui pertanyaan jawaban soal-soal penjelasan singkat.
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g. Penilaian autentik terhadap pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang direncanakan dan aplikasinya melalui pertanyaan dan tugas. h. Memperkuat atau mengukuhkan retensi dan transfer (kompetensi, aplikasi, dan problem solving) melalui pertanyaan dan tugas. Berdasarkan teori di atas, perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perangkat pembelajaran yang di dalamnya memiliki kaitan dengan kehidupan nyata. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu RPP, LKS dan THB dengan pendekatan CTL yang memuat tujuh komponen CTL yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Plomp Pengembangan perangkat pembelajaran pada materi teorema Pythagoras di kelas VIII ini mengikuti tahap pengembangan sebagai hasil modifikasi model pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp (dalam Khabibah, 2006). Model Plomp dipilih karena menurut peneliti model pengembangan Plomp lebih sistematis, terarah, sesuai dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan siklus dari fase pengembangannya sesuai dengan kebutuhan pengembangan perangkat pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti. Model pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp terdiri dari 5 fase. Berikut penjelasan dari masingmasing fase model pengembangan Plomp. a. Fase Investigasi Awal Aktivitas yang dilakukan dalam fase pertama dengan menggunakan model ini adalah investigasi awal. Fase ini disebut juga analisis kebutuhan atau analisis masalah. Hal yang dilakukan dalam fase ini adalah pengumpulan informasi, menganalisis informasi, pendefinisian masalah, dan perencanaan kegiatan selanjutnya. Pada fase ini setelah dilakukan analisis masalah langkah selanjutnya adalah analisis teori, analisis kurikulum, analisis materi, dan analisis siswa. b. Fase Desain
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fase ini untuk merencanakan solusi permasalahan yang diperoleh dari investigasi awal dalam bentuk rancangan pembuatan prototipe 1. Pada fase desain ini, disusun RPP, LKS, dan THB dengan format yang disesuaikan dengan potensi sekolah dan memilih instrumen-instrumen penelitian yang dibutuhkan. c. Fase Realisasi Pada fase ini, dihasilkan produk pengembangan berdasarkan desain yang telah dirancang. Produknya adalah perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL. Fase ini merupakan penyusunan bentuk dasar desain pertama yang disebut Prototipe 1. Pada fase realisasi ini, telah ada prototipe RPP, LKS, dan THB, serta instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian. d. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi Fase
ini
bertujuan
mempertimbangkan
kualitas
solusi
yang
dikembangkan dan membuat keputusan lebih lanjut. Berdasar hasil pertimbangan dan evaluasi ini, merupakan proses dan analisis informasi untuk menilai solusi dan selanjutnya dilakukan revisi sampai prototipe yang dihasilkan dapat digunakan dalam penelitian. Dalam fase ini kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tiga hal, yakni: 1) apakah perangkat yang dikembangkan sudah layak ditinjau validitas isi menurut ahli dan praktisi (guru), serta bagaimana keterbacaan menurut siswa, 2) bagaimana kepraktisan penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, dan 3) apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat mencapai ketuntasan hasil belajar. e. Implementasi Pada fase implementasi ini telah dihasilkan prototipe final yang digunakan sebagai solusi permasalahan yang selanjutnya dapat diterapkan pada situasi permasalahan yang sebenarnya. Pengembangan perangkat pembelajaran merupakan serangkaian proses penyusunan perangkat pembelajaran yaitu RPP, LKS, dan THB yang dilakukan dengan model pengembangan Plomp. Model pengembangan Plomp terdiri dari 5 commit to user 4) tes evaluasi dan revisi, dan 5) fase, yaitu: 1) investigasi, 2) desain, 3) realisasi,
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
implementasi. Berikut langkah-langkah penyusunan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini. 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a) Menuliskan identitas yang terdiri dari satuan pendidikan, kelas, semester, program studi, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan. c) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang digunakan berdasarkan silabus. d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. e) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. f) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, isi, dan penutup. g) Menentukan sumber belajar. h) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, soal tes, dan teknik penskoran. 2) Lembar Kegiatan Siswa a) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang digunakan berdasarkan silabus. b) Menentukan alat penilaian c) Menyusun materi LKS yang dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. d) Merancang struktur dan format LKS yang terdiri dari judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, pedoman bagi siswa untuk mengerjakan soal dalam LKS. e) Menyusun lembar penilaian dan pedoman penskoran. 3) Tes Hasil Belajar a. Menyusun kisi-kisi soal. b. Menyusun butir-butir soalcommit tes. to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Menyusun petunjuk mengerjakan tes. d. Membuat kunci jawaban dan pedoman penyekoran.
5. Kriteria Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Nieveen(2007: 28) suatu produk dikatakan
berkualitas jika
memenuhi aspek-aspek antara lain: a. Validitas (Validity) b. Kepraktisan ( Practicaly) c. Keefektifan (Effectiveness) Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan baik jika memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. a. Kevalidan (Validity) Menurut
Nieveen
(2007:
28)
validitas
dari
suatu
perangkat
pembelajaran dilihat dari apakah berbagai komponen dari perangkat pembelajaran itu terkait secara konsisten antara satu dengan lainnya (construct validity). Dalam penelitian ini perangkat yang dimaksud adalah RPP, LKS, dan THB. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan valid menurut ahli/validator. Penelitian ini menggunakan 3 validator. RPP, LKS, dan THB pada aspek CTL memuat indikator yang sama. Berikut indikator kevalidan perangkat pembelajaran pada aspek CTL. 1) Menunjang
keterlaksanaan
proses
belajar
mengajar
yang
lebih
menekankan pada student centered daripada teacher centered. 2) Memberikan kemudahan dalam mengembangkan keterampilan inkuiri dan kreativitas. 3) Mendorong dan memotivasi siswa untuk menggali informasi dan bertanya kepada siswa lain atau guru. 4) Menekankan kepada kegiatan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok belajar. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Melibatkan komponen pemodelan. Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu maksudnya adanya model yang ditiru. 6) Melibatkan komponen refleksi. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7) Melibatkan komponen penilaian sebenarnya. Berikut indikator kevalidan perangkat pembelajaran pada aspek format, isi dan bahasa. 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a) Aspek Format (1)
Memuat identitas mata pelajaran, yang meliputi: satuan pendidikan,kelas,semester, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
(2)
Memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, dan tujuan pembelajaran.
(3)
Memuat materi ajar, alokasi waktu, dan metode pembelajaran.
(4)
Memuat kegiatan pembelajaran yang meliputi: pendahuluan, inti, dan penutup.
(5)
Memuat penilaian hasil belajar dan sumber belajar.
(6)
RPP yang dikembangkan memiliki susunan yang rapi sesuai dengan langkah-langkah penyusunan RPP.
b) Aspek isi (1)
RPP tersusun secara terurut dan jelas.
(2)
Tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai.
(3)
Waktu pada setiap kegiatan tidak melebihi atau kurang dari alokasi waktu yang diberikan.
(4)
Materi pembelajaran sesuai dengan indikator.
(5)
Metode pembelajaran dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran.
(6)
commit to user Langkah-langkah penerapan CTL ditulis lengkap dalam RPP.
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(7)
Langkah-langkah
pembelajaran
memuat
urutan
kegiatan
pembelajaran yang logis. (8)
Langkah-langkah pembelajaran memuat peran guru dan siswa secara logis.
(9)
Sumber belajar sesuai dengan yang terdapat dalam silabus.
(10) Instrumen penilaian dapat mengukur pencapain kompetensi dasar berdasarkan acuan kriteria. c) Aspek bahasa (1)
Tata bahasa sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang benar.
(2)
Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
(3)
Menyusun kalimat sesuai dengan struktur kalimat yang benar.
2) Lembar Kegiatan Siswa a) Aspek Format. (1)
Petunjuk yang terdapat dalam LKS jelas.
(2)
Memuat tujuan pembelajaran.
(3)
Tugas yang diberikan dalam LKS sesuai dengan materi yang diberikan.
(4)
LKS yang dikembangkan memiliki susunan yang rapi.
(5)
Jenis dan ukuran huruf yang mudah dibaca.
b) Aspek isi. (1)
Kebenaran materi.
(2)
Kegiatan pada LKS sesuai dengan materi.
(3)
Permasalahan yang disajikan dalam LKS sesuai dengan materi.
(4)
Materi sesuai dengan indikator yang akan dicapai oleh siswa.
(5)
Peranan LKS untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
(6)
LKS sudah menggambarkan materi yang kontekstual atau dapat dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
c) Aspek bahasa meliputi: (1) (2)
Bahasa yang digunakan mudah dipahami. commitIndonesia to user yang baik dan benar. Menggunakan bahasa
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(3)
Tugas-tugas dalam LKS tidak menimbulkan makna ganda atau ambigu.
(4)
Langkah kerja dan tugas-tugas dalam LKS diberikan secara jelas dan terurut.
3) Tes Hasil Belajar a) Validitas isi (1)
Kesesuaian soal dengan tujuan pembelajaran yang tercermin dalam indikator pencapaian hasil belajar.
(2)
Kejelasan maksud soal.
(3)
Kunci jawaban benar.
b) Bahasa dan penulisan soal (1)
Kesesuaian bahasa yang digunakan pada soal dengan kaidah bahasa Indonesia.
(2)
Kalimat soal tidak menimbulkan pengertian ganda.
(3)
Kalimat soal komunikatif.
(4)
Kalimat soal mudah dipahami, menggunakan bahasa yang sederhana yang dikenal siswa.
b. Kepraktisan (Practicaly) Menurut Nieveen (2007: 94) Practicality refers to the extent that user (or other experts) consider the intervention as appealing and usable in “normal” conditions. Kepraktisan mengacu pada tingkat bahwa pengguna atau pakar-pakar lainnya mempertimbangkan intervensi dapat digunakan dan disukai dalam kondisi normal. Nieveen mengukur tingkat kepraktisan
dilihat
dari
apakah
guru
dan
pakar-pakar
lainnya
mempertimbangkan bahwa materi mudah dan dapat digunakan oleh siswa dan guru. Pada penelitian ini perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika secara teori, validator menyatakan bahwa perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan dengan revisi kecil atau tanpa revisi, yang telah diisi pada lembar validasi RPP, LKS, dan THB. Perangkat pembelajaran yang commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikembangkan dikatakan praktis jika secara teori perangkat pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria berikut: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a) Menunjang keterlaksanaan proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada student centered daripada teacher centered. b) Bahasa yang digunakan mudah dipahami. c) Langkah kegiatan dalam RPP diberikan secara jelas dan terurut. d) Materi sesuai dengan indikator yang akan dicapai oleh siswa. 2) Lembar Kegiatan Siswa a) Menunjang keterlaksanaan proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada student centered daripada teacher centered. b) Bahasa yang digunakan mudah dipahami. c) Tugas-tugas dalam LKS tidak menimbulkan makna ganda atau ambigu. d) Langkah kerja dan tugas-tugas dalam LKS diberikan secara jelas dan terurut. e) Materi sesuai dengan indikator yang akan dicapai oleh siswa. 3) Tes Hasil Belajar a) Petunjuk pengerjaan jelas. b) Bahasa yang digunakan mudah dipahami. c) Kalimat soal tidak menimbulkan makna ganda atau ambigu. d) Soal sesuai dengan indikator yang akan dicapai oleh siswa. c. Keefektifan (Effectiveness) Van den Akker (1999: 10) Effectiveness refer to extent that the experiences and outcomes with intervention are consistent with the intended aims.Keefektifan mengacu pada tingkat bahwa pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud. Dalam penelitian ini, perangkat yang dikembangkan dikatakan efektif jika memenuhi empat indikator, yaitu : 1) aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran efektif; 2) keterlaksanaan proses pembelajaran efektif; 3) hasil belajar commit user di ajarkan dengan menggunakan siswa memenuhi ketuntasan pada to materi
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perangkat yang dikembangkan; 4) siswa memberikan respon positif terhadap perangkat yang dikembangkan. Berikut uraian respon positif siswa dan hasil belajar siswa. a) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran Aktivitas siswa dikatakan efektif jika siswa bisa terlibat aktif pada saat proses pembelajaran, menemukan informasi atau pengetahuan dari hasil pembelajaran, dan hubungan antara informasi/pengetahuan
yang
baru
diperoleh
dengan
informasi/pengetahuan yang telah diperoleh sebalumnya. b) Keterlaksanaan proses pembelajaran Keterlaksanaan proses pembelajaran dikatakan efektif jika mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, keterlaksanaan aktivitas
pembelajaran
sesuai
dengan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran yang telah dibuat, dan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. c) Respon positif siswa Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan efektif jika respon siswa termasuk dalam kategori positif dengan persentase nilai respon siswa 70% sampai dengan 85%. Respon siswa ditunjukkan dari hasil angket yang diberikan kepada siswa setelah uji coba perangkat pembelajaran. d) Hasil belajar siswa Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan efektif jika memberikan hasil yang sesuai dengan harapan yaitu dengan mengikuti pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL. Ketuntasan belajar secara klasikal yang dicapai siswa ditunjukkan oleh Lembar Tes Final. Siswa dikatakan tuntas jika mendapat skor lebih besar atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah. Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya Depdikbud (dalam Trianto, 2008). Dengan demikian, Perangkat pembelajaran yang baik jika memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. pembelajaran
dikatakan
valid
Dalam penelitian ini, perangkat
menurut
ahli/validator.
Perangkat
pembelajaran dikatakan praktis jika secara teori, validator menyatakan bahwa perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan dengan revisi kecil atau tanpa revisi dan secara teori perangkat pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi empat indikator, yaitu : 1) aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran efektif; 2) keterlaksanaan proses pembelajaran efektif; 3) hasil belajar siswa memenuhi ketuntasan pada materi di ajarkan dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan; 4) siswa memberikan respon positif terhadap perangkat yang dikembangkan.
6. Pendekatan Konvensional Pendekatan konvensional adalah pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep bukan kompetensi (Winastwan dan Sunarto, 2010). Hal yang sama disampaikan oleh Angele, et al,. (2010) pendekatan konvensional lebih cenderung pada siswa sebagai penerima informasi tanpa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran dengan pendekatan konvensional guru menyampaikan materi secara lisan mengenai fakta-fakta dan prinsip-prinsip penting materi pelajaran yang disampaikan (Siow, dkk., 2005). Dalam penelitian ini, pembelajaran dengan pendekatan konvensional guru memberikan informasi tentang suatu materi kepada siswa yang sebelumnya telah disiapkan oleh guru. Dalam proses pembelajaran, komunikasi hanya berpusat pada guru dan siswa hanya sesekali dapat bertanya, mencatat hal yang dianggap commitpenerima to user informasi yang pasif. penting. Siswa hanya berfungsi sebagai
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar merupakan perubahan mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Hasil belajar berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar yang dialami siswa disajikan dalam Gambar 2.1 yang bersumber dari Sudjana (2005). Tujuan Instruksional a
c b
Pengalaman Belajar
Hasil Belajar
Gambar 2.1. Unsur-unsur Proses Belajar Mengajar Bagan di atas menggambarkan unsur yang terdapat dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar berhubungan dengan tujuan instruksional dan pengalaman belajar. Adanya tujuan instruksional merupakan panduan tertulis akan perubahan perilaku yang diinginkan pada diri siswa. Sementara pengalaman belajar meliputi segala sesuatu yang dialami siswa seperti mengobservasi, membaca, mencoba sesuatu, mendengar mengikuti perintah. Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan pada kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dialami oleh siswa pada materi yang telah diajarkan. Pada penelitian ini yang diukur adalah tingkat kognitifnya saja.
8. Teorema Pythagoras Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) materi teorema Pythagoras merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VIII semester ganjil. Melalui materi ini guru dapat memanfaatkan commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran dengan pendekatan CTL. Gambar segitiga siku-siku disajikan dalam Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Segitiga Siku-siku
Pada gambar di atas, a dan b adalah kaki segitiga siku-siku dan c adalah hipotenus. Jika dituliskan dalam bentuk rumus teorema Pythagoras menjadi :
B. Hasil Penelitian yang Relevan CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Pembelajaran CTL membantu siswa untuk membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Pendekatan CTL mempunyai tujuh komponen, yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutama, dkk. (2015) pembelajaran dengan menerapkan tujuh komponen pendekatan CTL dalam aspek motivasi siswa untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif meningkat dari 44,44% menjadi 75,00%, dalam aspek keterlibatan siswa dalam memberikan pertanyaan meningkat dari 13,89% menjadi 66,67%, dan dalam aspek keterlibatan siswa untuk memecahkan masalah to user meningkat dari 19,44% menjadicommit 72,22%. Data tersebut menunjukkan bahwa
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran dengan menerapkan tujuh komponen pendekatan CTL dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika yang berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Perangkat pembelajaran membantu guru dan siswa untuk mempermudah dan
memperlancar
proses
pembelajaran.
Perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan dalam penelitian ini yaitu RPP, LKS, dan THB. Dengan adanya RPP, LKS, dan THB dengan pendekatan CTL, diharapkan dapat mempermudah dan memperlancar proses pembelajaran, serta dapat membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Awofala, et al., (2012) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan kooperatif yaitu dengan belajar berkolompok menghasilkan nilai akhir yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberikan pembelajaran secara individu. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa yang belajar berkelompok lebih tinggi daripada kemampuan siswa yang belajar secara individu. Di dalam penelitian ini, diharapkan komponen cooperative di dalam CTL mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Sutama, dkk. (2013) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran
kontekstual
matematika
dapat
meningkatkan
kemampuan
komunikasi matematika siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari empat indikator, yaitu menyatakan ide matematika dengan berbicara, menggambarkan ide dalam model matematika, menuliskan ide matematika dalam bentuk visual, dan menjelaskan konsep matematika. Di dalam pendekatan CTL terdapat komponen kontruktivisme, belajar tidak hanya sekedar menghafal dan megingat pengetahuan yang dimiliki, belajar merupakan suatu proses yang mendorong siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuannya. Nartani, dkk. (2015) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kontekstual karena melalui pembelajaran kontekstual siswa mampu membangun konsep, ide, pengetahuan, dan gambaran nyata dengan kalimat matematika. Indikator peningkatan kemampuan komunikasi matematika ini dilihat user matematika, siswa siswa dapat dari siswa dapat menyatakan ide commit melaluitokalimat
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berdiskusi secara aktif mengenai hal-hal yang berkaitan dengan matematika, siswa dapat merumuskan definisi dan menggeneralisasikannya, dan siswa dapat menyatakan rumus dari definisi matematika dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan adanya kemampuan-kemampuan tersebut, diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri, tidak hanya sekedar menghafal rumus, tetapi juga
mengembangkan
pengetahuannya
untuk
meningkatkan
yang
mengembangkan
kemampuan
matematikanya. Ali
(2012)
dalam
penelitiannya
perangkat
pembelajaran berbasis kontekstual untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada materi bangun ruang prisma dan limas menyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dihasilkan telah memiliki potensial efek terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Rif’an, dkk. (2013) yang mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual setting kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada sub pokok bahasan persegi panjang dan persegi kelas VII SMP. Pada hasil penelitiannya, siswa termotivasi dalam pembelajaran karena dalam prosesnya siswa diajak untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajarinya. Selain itu, siswa tidak mudah merasa bosan pada saat pembelajaran, hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Supriyono, dkk. (2014) yang mengembangkan perangkat pembelajaran matematika model student facilitator and explaining setting CTL pada sub pokok bahasan prisma dan limas kelas VIII Semester Genap. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa salah satu materi matematika yang berhubungan dengan kehidupan nyata adalah Geometri. Sedangkan teorema Pythagoras merupakan sub materi dari Geometri. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil teorema Pythagoras untuk dikembangkan perangkat pembelajarannya dengan pendekatan CTL. Peneliti merancang perangkat pembelajaran berdasarkan penelitian-penelitian tersebut. Penelitianpenelitian tersebut menjadi referensi penulis dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif yang nantinya commit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang memegang peran penting. Pada kenyataan, banyak orang yang kurang puas dengan sistem pembelajaran yang lama yang berpusat pada guru. Sistem pembelajaran yang lama lebih menekankan pada keaktifan guru sehingga pada dasarnya siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa. Akibatnya hasil yang dicapai siswa dalam pelajaran matematika kurang optimal. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dan membuat pembelajaran lebih bermakna, dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, salah satunya yaitu CTL. Pendekatan CTL membantu siswa untuk memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan CTL, siswa diharapkan mampu memahami materi dengan baik sehingga dapat mendorong siswa untuk mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, dibutuhkan suatu perangkat pembelajaran supaya pembelajaran dengan pendekatan CTL bisa terlaksan dengan baik. Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan yaitu RPP, LKS, dan THB. RPP membantu guru agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan sistematis, LKS membantu siswa supaya lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran, dan THB untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri di Madiun menunjukkan bahwa masih terdapat banyak masalah dalam pembelajaran matematika, diantaranya RPP yang dibuat menggunakan pembelajaran kooperatif, tetapi jika pembelajaran kooperatif diterapkan maka membutuhkan waktu yang banyak dan materi yang disampaikan cukup banyak sehingga pada kenyataannya dalam proses pembelajaran guru menggunakan pembelajaran konvensional karena lebih menghemat waktu. LKS yang digunakan belum mampu membangun pengetahuan siswa, permasalahan dalam LKS kurang mendorong siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahancommit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Soal pada tes hasil belajar belum mencakup indikator yang ingin dicapai. Materi teorema Pythagoras pada kurikulum KTSP dipelajari siswa di semester ganjil. Dari segi materi, materi teorema Pythagoras bisa diajarkan dengan pendekatan CTL karena banyak permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang penyelsaiannya dengan menggunakan teorema Pythagoras. Materi ini juga pernah dipelajari siswa pada saat Sekolah Dasar sehingga merupakan materi lanjutan. Dari segi waktu, materi ini dipelajari siswa di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama di semester ganjil. Fakta menunjukkan, data nilai rerata Ulangan Harian kelas VIII SMP N 2 Dolopo pada materi teorema Pythagoras tiga tahun berturut-turut masih rendah dengan persentase ketuntasan klasikal dibawah 50%. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 2 Dolopo belum ada yang menggunakan pembelajaran Kontekstual. Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan sebelumnya, diperlukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL pada materi teorema Pythagoras. Pembelajaran matematika pada materi teorema Pythagoras dengan pembelajaran konvensional menghasilkan nilai rata-rata yang kurang optimal. Oleh karena itu, pembelajaran melalui perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL yang menekankan keaktifan siswa dan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa diharapkan dapat membuat prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Perangkat
pembelajaran
ini
dikembangkan
berdasarkan
model
pengembangan Plomp. Model pengembangan Plomp terdiri atas fase investigasi awal (preliminary investigation), fase desain (design), fase realisasi/konstruksi (realization/ construction), fase tes evaluasi dan revisi (tes evaluation and revision), serta fase implementasi (implementation). Perangkat pembelajaran layak digunakan apabila memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Perangkat pembelajaran dikatakan valid menurut ahli/validator. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika secara teori, praktisi menyatakan bahwa perangkat commitdengan to user revisi kecil atau tanpa revisi dan pembelajaran tersebut dapat digunakan
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara teori perangkat pembelajaran tersebut memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika perangkat pembelajaran yang dikembangkan mencapai indikator-indikator efektivitas pembelajaran, yaitu aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran, keterlaksanaan sintaks pembelajaran, respon peserta didik terhadap pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan penelitian yang relevan dalalm penelitian ini, menunjukkan bahwa kemampuan siswa yang belajar berkelompok lebih tinggi daripada kemampuan siswa yang belajar secara individu, pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
kemampuan
komunikasi
matematika
siswa,
perangkat
pembelajaran berbasis kontekstual memiliki potensial efek terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dan melalui pembelajaran kontekstual siswa termotivasi dalam pembelajaran karena dalam prosesnya siswa diajak untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajarinya. Dari penelitian-penelitian tersebut, mengindikasikan bahwa pembelajaran CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada matematika dan untuk membuat proses pembelajaran matematika lebih mudah, peneliti memberikan solusi dengan mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan CTL. D. Hipotesis Berdasarkan uraian pada kerangka berpikir disusunlah hipotesis bahwa: 1. Pembelajaran dengan pendekatan CTL yang dikembangkan oleh peneliti memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif sehingga layak digunakan dalam pembelajaran. 2. Pembelajaran
dengan
perangkat
pembelajaran
pendekatan
CTL
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran dengan perangkat pembelajaran pendekatan konvensional.
commit to user