BAB II LANDASAN TEORI
A. PEMBELAJARAN 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata “Belajar” mendapat imbuhan pe-an, pengertian belajar dalam buku Psikologi Pendidikan karya AnitaLearning adalah the process through whichexperience causes permanent change in knowledge and behavior” yakni proses melalui pengalaman yang menyebabkan
perubahan
permanent
dalam
pengetahuan
dan
perilaku.1Senada dengan hal ituArthur T. Jersild, yang dikutip Syaiful Sagala, mendefinisikan bahwaLearning adalah “modification of behavior through experience andtraining” yakni pembentukan perilaku melalui pengalaman danlatihan. 2 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputiunsurunsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan danprosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. 3 Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses saling pengaruh mempengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara siswa dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih 1
Anita E. Woofolk, Educational Psychology, (USA: Allyn & Bacon,1996), cet. VI,
hlm.196. 2 3
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 12 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm.
7.
19
20
baik. Dalam interaksi tersebut banyak diketahui oleh faktor internal yang dipengaruhi oleh diri sendiri maupun faktor eksternal yang dipengaruhi oleh lingkungan pembelajaran, tugas utama seorang guru adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang perubahan perilaku peserta didik.4 Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah interaksi edukatif antara dua pihak yaitu peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan, dimana terdapat juga proses memilih, menetapkan, mengembangkan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Tujuan Pembelajaran Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai daripelaksanaan suatu kegiatan, tidak ada suatu kegiatan yangdiprogamkan tanpa tujuan. Sebagai unsur penting untuk suatukegiatan, maka dalam kegiatan suatau apapun tujuantidak bisa diabaikan.Demikian halnya dalam kegiatanpembelajaran.5 Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran merupakansuatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalammerancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletakpada: 1) Untuk menilai hasil pembelajaran. 4
E. Mulyasa, Kurikulim Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),hlm. 100. 5 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), cet. 2, hlm. 48.
21
2) Untuk membimbing siswa belajar. 3) Untuk merancang sistem pembelajaran. 4) Untuk
melakukan
komunikasi
dengan
guru-guru
lainya
dalammeningkatkan proses pembelajaran. 5) Untuk melaksanakan kontrol terhadap pelaksanaan dankeberhasilan progan pembelajaran.6 Sebagai upaya merancang, mengelola dan mengembangkanprogram pembelajaran dalam kegiatan mengajar, guru diharapkan mampumengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran, diantaranya: 1. Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dannilai yang ingin dicapai atau ditinggalkan sebagai hasil kegiatan. 2. Karakteristik mata pelajaran/bidang studi, meliputi tujuan isi pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya. 3. Karakteristik siswa, meliputi karakteristik prilaku masukan kognitifdan afektif, usia, jenis kelamin dan yang lain. 4. Karakteristik
guru,
danpembelajaran,
meliputi
filosofinya
kompetensinya
tentang
pendidikan
dalam
teknik
pembelajaran,kebiasaanya, pengalaman kependidikanya dan yang lain. 7 Dalam kegiatan pembelajaran, tujuan adalah suatu cita-citayang ingin dicapai dalam kegiatanya.Jadi tujuan pembelajaran adalahtujuan yang 6
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: PT BumiAksara, 2007), Cet. 3,
hlm. 75. 7
132.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.
22
hendak
dicapai
setelah
selesai
diselenggarakanya
suatuproses
pembelajaran, misalnya satuan acara pertemuan, yang bertitiktolak pada perubahan tingkah laku pesrta didik.Untuk itu dapat digaris bawahi bahwa tujuan pokokpembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak secara
individu
agar
bisa
menyelesaikan
segala
permasalahan
yangdihadapinya.
3. StrategiPembelajaran Strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen
pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pengajaran. 8 Menurut Noeng Muhadjir, sebagaimana dikutip oleh Chabib Toha,ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai,yaitu: 1. Strategi tradisional. Yaitu dengan jalan memberikan nasehat atau indoktrinasi.Strategi iniditempuh dengan jalan memberitahukan secara langsung nilainilaimana yang baik dan yang kurang baik. 2. Strategi bebas Yaitu peserta didik diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih danmenentukan nilai mana yang akan diambilnya karena nilai yang baikbelum tentu baik pula bagi peserta didik itu sendiri.
8
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2010), hlm. 132.
23
3. Strategi reflektif Yaitu dengan jalan mondar mandir antara menggunakan pendekatan teoritik ke pendekatan empirik, atau pendekatan deduktif dan induktif. 4. Strategi transinternal Yaitu
guru
dan
peserta
didik
sama-sama
terlibat
dalam
proseskomunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan komunikasi verbal danfisik tapi juga melibatkan komunikasi batin (kepribadian) antarakeduanya. Strategi ini merupakan cara untuk membelajarkan nilaidengan
jalan
melakukan
transformasi
nilai,
dilanjutkan
dengantransaksi dan transinternalisasi. 9 Strategi yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan pembelajaranpendidikan karakter adalah sebagai berikut: a) Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid b) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif c) Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan d) Membangun hubungan yang supportifdan penuh perhatian di kelas dan seluruh sekolah. e) Model (contoh) perilaku positif f) Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk dalam kehidupan di kelas dan sekolah g) Mengajarkan ketrampilan sosial dan emosional secara esensial 9
H. M. Chabib Toha, PBM-PAI Eksistensi dan proses belajarmengajar Pendidikan AgamaIslam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm.77-78.
24
h) Melibatkan siswa dalam wacana moral i) Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan j) Tak ada anak yang terabaikan.10 Dalam strategi pembelajaran berbasis pendidikan karakter, terdapat dua jenis model pembelajaran yang mengarah pada pendidikan karakter, yaitu: a. Pembelajaran
Substantif,
adalah
pembelajaran
yang
substansi
materinya terkait langsung dengan suatu nilai, seperti pada mata pelajaran agama dan PKn. b. Pembelajaran
Reflektif,
adalah
pendidikan
karakter
yang
terintegrasi/melekat pada semua mata pelajaran/bidang studi di semua jenjang dan jenis pendidikan. 11 Pendapat lain mengatakan bahwa strategi pengembangan karakter dapat dilihat dalam empat bentuk integrasi, yaitu: 1) Integrasi ke dalam mata pelajaran Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasike dalam penyusunan silabus dan indikator yang merujuk pada standar kompetensi dasar yang terdapat dalam KTSP. Sebagai contoh pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, pendidikan karakter dapat dilakukan dengan:
10
Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana MendidikAnak Berkarakter?, (Jogjakarta: Tiara Wacana, 2008),.hlm. 32-34. 11 Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 113.
25
a. Bersalaman dengan mencium tangan guru untuk memunculkan rasa hormat dan tawadhu’ kepada guru. b. Penanaman sikap disiplin dan syukur melalui shalat berjamaah pada waktunya. c. Penanaman nilai ikhlas dan pengorbanan melalui penyantunan terhadap anak yatim dan fakir miskin. 2) Integrasi melalui pembelajaran tematik Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran tematik karena pembelajaran tematik akan berpusat pada peserta didik. Dengan demikian, pada penyusunan silabus ataupun RPP didalamnya menyertakan mengenai nilai-nilai pendidikan karakter yang harus didapat oleh peserta didik selama proses pembelajaran. 3) Integrasi melalui penciptaan suasana berkarakter dan pembiasaan. Pembiasaan merupakan salah satu cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada peserta didik. Melalui pembiasaan diharapkan peserta didik secara tidak langsung memiliki sikap yang diajarkan. Sebagai contoh pembiasaan sikap disiplin berangkat ke sekolah tidak terlambat, mengucapkan salam, baris berbaris sebelum memasuki kelas, dan lain sebagainya. 4) Integrasi melalui kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan yang diadakan oleh sekolahan yang berfungsi sebagai wadah apresiasi peserta didik terhadap bakat dan minat yang mereka punya. Dengan memanfaatkan
26
kegiatan ekstrakurikuler, pendidikan karakter dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui kegiatan yang mereka suka. 12 Ada
beberapa
jenis
kegiatan
ekstrakurikuler
yang
bisa
dimanfaatkan sebagai wahana pendidikan karakter, seperti pramuka, PMR, Olahraga, Pecinta alam dan lain sebagainya. Agar kegiatan ekstrakurikuler itu benar-benar terarah bagi proses pendidikan karakter,
perlu dibuatkan desain pembelajaranya.
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
Mulai dari
sampai
evaluasi
kegiatanya. 13
4. Model Pembelajaran Model
dapat
diartikan
sebagai
kerangka
konseptual
yang
digunakansebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. 14 Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai
tujuan
pengajaran
dinyatakan,
bahwa
dengan
model
pembelajaran tradisional, guru tidak memerlukan alat dan media. Pekerjaan guru dirasa
lebih ringan.Sementara penerapan model
pembelajaran variatif dirasa mempersulit pekerjaan guru.Persiapan guru
12
Agus Zainul Fitri, Pemikiran Pendidikan Upaya Membangun Manusia Berkarakter Melalui Pendidikan Holistik, (Jakarta: Pranada Media, 2011), hlm. 132-135. 13 Agus Zainul Fitri, Pendidikan Karakter berbasis Nilai & Etika di Sekolah, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 49. 14 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), Cet. 5,hlm. 175.
27
lebih rumit dan membutuhkan banyak biaya.Itulah suatu kenyataan di lapangan. 15 Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model pembelajaran jika : a) Ada kajian ilmiah dari penemu atau ahlinya b) Ada tujuan yang ingin dicapai c) Ada tingkah laku yang spesifik / khas d) Ada kondisi / lingkungan yang diperlukan agar tindakan / kegiatan pembelajaran tersebut dapat berlangsung secara efektif / kondusif. Model pembelajaran yang dapat dipilih dan diterapkan oleh paraguru sangat beragam. Model pembelajaran tersebut antara lain sebaaiberikut : 1. Model Pembelajaran Pengajuan Soal (Problem Possing) 2. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual(Contextual Teaching and Learning-CTL ) 3. Model Pembelajaran Pakem 4. Model Pembelajaran Quantum ( Quantum Teaching) 5. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Ragam
model
pembelajaran
Cooperative
Learning
cukup
banyakseperti STAD (Student Teams Achievement Divisions), TGT (TeamsGames Tournament), TAI (Team Assisted Individualization),
15
Trianto, Model-model Pembelajaran (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 1-2.
Inovatif
Berorientasi
Konstrutivistik,
28
Jigsaw,Jigsaw II, CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)dan sebagainya.16
5. Metode Pembelajaran Agar metode yang digunakan dalam suatu pembelajaran bisa lebih efektif maka guru harus mampu melihat situasi dan kondisi siswa, termasuk perangkat pembelajaran. Kegiatan pembelajaran untuk peserta didikberkemampuan sedang tentu berbeda dengan peserta didik yang pandai.Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segihasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabilaseluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik secara aktif,baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, disampingmenunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar danrasa percaya pada diri sendiri. 17 Lickona
menyarankan
agar
pembelajaranpendidikan
karakter
berlangsung efektif maka guru dapat mengusahakan implementasi berbagai metode seperti berikut: a.
Metode Bercerita, Mendongeng (Telling Story) Metode ini pada dasarnya sama dengan metode berceramah, tetapi guru lebih leluasa berimprovisasi. Misalnya melalui perubahan mimik, gerak tubuh, mengubah intonasi suara, dan sebagainya.Ditengah-
16
Amin Suyitno, Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP (Semarang: FMIPA UNNES,2004), hlm. 3. 17 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, danImplementasi(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 101-102.
29
tengah bercerita para siswa boleh saja bertanya atau berkomentar, tempat duduk pun dapat diatur bebas karena suasananya memang dibuat santai. b.
Metode Diskusi dan Berbagai Variannya Diskusi didefinisikan sebagai proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang sesuatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
c.
Metode Pembelajaran Kooperatif Menurut Scott B. Watson dari school of education, Faculty Publication and Presentation Liberty University (1992) dalam makalahnya yang berjudul The Essential Elements Of Cooperative Learning
menyatakan
bahwa
pembelajaran
kooperatif
adalah
lingkungan belajar kelas yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk mengerjakan tugas-tugas akademiknya dalam suatu kelompok kecil yang heterogen. Berdasarkan pendapat sejumlah ahli, metode ini dianggap paling umun dan paling efektif bagi implementasi pendidikan karakter.18 Megawangi mengutip pendapat Berkowits(1998) menyatakan bahwa metode pembentukan karakter anak didik dapat diterapkan melalui 4 M, yaitu: (1) mengetahui (knowing the good); (2) mencintai (loving the good); (3) menginginkan (desiving the good); (4) mengerjakan (acting the good). Metode ini menegaskan bahwapendidikan karakter haruslah utuh 18
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 147-160
30
penanganannya. Sementara itu, Koesoema (2009) mengemukakan ada lima metode membentuk karakter anak didik di sekolah, yaitu (11) mengajarkan; (2) keteladanan; (3) menentukan prioritas; (4) praksis prioritas; dan (5) refleksi. 19
6. VariasiPembelajaran Syaiful Bahri Djamarah menerangkan komponen keterampilan variasi mengajar sebagai berikut:20 a. Variasi Gaya Mengajar Variasi dalam gaya mengajar ini adalah sebagai berikut: 1) Variasi suara Suara guru dapat bervariasi dalam: intonasi, nada, volume dan kecepatan. Guru dapat mndramatisasi suatu peristiwa dengan menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang anai didik, atau berbicara secara tajam dengan anak didik yang kurang perhatian dan seterusnya. 2) Penekanan (focusing) Untuk memfokuskan perhatian anak didik padasuatuaspek yang penting atau kunci, gurudapat menggunakan “penekanan secara verbal”, misalnya: “Perhatikan baik-baik” ini adalah bagian yang sukar,
dengan
baik-baik,”.penekanan
seperti
itu
biasanya
dikombinasikan dengan gerakan badan. 19 20
Abd.Majid. Dkk, Character Building, (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 4 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 161-167.
31
3) Pemberian waktu Dalam ketrerampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkannya.Bagi anak didik pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. 4) Gerakan anggota badan Variasi
dalam
mimik,
gerakan
kepala
atau
badan
merupakanbagian yang penting dalam komunikasi.Tidak hanya untuk menarik perhtian saja, tetapi juga menolong menyampaikan arti pembicaraan. b. Variasi Media Ajaran 1) Variasi Media Pandang Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah dan globe, peta, majalah dinding, film, film strip, TV, radio, recorder, gambar grafik, model, demonstrasi dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan lain: a) Membantu secara kongkrit konsep berpikir dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat b) Menarik perhatian anak didik pada tingkat yang tinggi;
32
c) Membuat hasil belajar lebih permanen d) Menyajikan pengalaman riil yang akan mendorong kegiatan mandidi anak didik; e) Mengembangkan cara berfikir berkesinambungan seperti halnya pada film; f) Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh media yang lain; g) Menambah frekuensi kerja, lebih dalam dan belajar lebih bervariasi 2) Variasi Media Dengar Pada umumnya dalam proses interaksi edukatif di kelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaan media dengar memerlukan kombinasi dengan media pandang dan media taktil.Sejumlah media dengan yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik rekaman drama, wawancara, bahkan rekaman ikan lumba-lumba yangsemuanya memiliki relevansi dengan pelajaran. c. Variasi Interaksi Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didik memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
33
1) Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru 2) Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada anak didik.
7. Materi/BahanPembelajaran Bahan
belajar
dapat
berupa
benda
dan
isi
pendidikan,
diantaranyaberkaitan dengan pengetahuan, prilaku, nilai, sikap, dan metodepemerolehan. Guru berperan selektif dalam memilih bahan pelajarandengan mempertimbangkan faktor berikut: 1. Bahan belajar harus sesuai dengan sasaran belajar. Jika tidak sesuai,maka perlu bahan pengganti yang sederajat dengan program. 2. Tingkat kesukaran bahan belajar, jika bahan belajar tergolong sukar. 3. maka guru perlu “membuat mudah”. Bahan belajar harus sesuai dengan strategi belajar mengajar. Guruharus menyesuaikan strategi belajar mengajar dengan bahan belajar. 4. Evaluasi
hasil
Kemampuanpada
belajar ranah
harus
sesuai
kognitif,
dengan
afektif,
bahan
psikomotorik
belajar. harus
terkandung dalambahan belajar.21 Ada empat elemen yang harus dipersiapkan seorang guru dalam mendesainpembelajaran: 1. Elemen materi-materi pembelajaran
21
Dimyati dan Mudjiono, op. cit., hlm. 34.
34
2. Elemen kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar 3. Elemen strategi pembelajaran atau metode pembelajaran 4. Elemen evaluasi pembelajaran. Keempat elemen itu memiliki karakter yang bersifat holistik, serasi, sekata dan senada. Meskipun wujud tiap-tiap elemen berbeda, tetapi hakikatnya sama. 22 Adapun
beberapa
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
menetapkankriteria materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam systempembelajaran yaitu : a. Materi harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang telahdirumuskan b. Materi pembelajaran supaya terjabar c. Relevan dengan kebutuhan siswa d. Kesesuaian dengan kondisi masyarakat e. Materi pelajaran mengandung segi-segi etik f. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup danurutan yang sistematik dan logis g. Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yangbaku, pribadi guru yang ahli dan masyarakat.23 Untuk mengenai materi pelajaran tidak boleh diabaikan begitu saja, setidaknya dalam materi pengajaran harus ada konsep-konsep yang
22
Bermawy munthe, Desan Pembelajaran, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2009), hlm. 7. 23
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 222-224.
35
esensial.Adapun kriteria yang digunakan dalam proses penyelesaian materipendidikanesensial : a. Memiliki rumusan yang sederhana dan jelas. b. Merupakan penjabaran dari pengertian tentang konsep yang esensial. c. Terperinci dan mencakup berbagai segi di dalamnya sehingga memenuhi syarat dilihat dari berbagai sudut pandang. d. Tidak
banyak tumpang tindih,
sehingga
lebih kaya
ruang
lingkupnya.24
8. EvaluasiPembelajaran Evaluasi berarti kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan25 dalam bukunya Suharsimi Arikunto menjelaskan: ”Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi mengukur dan menilai. Mengukur berarti membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil sesuatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk, penilaiannya bersifat kualitatif. 26 1. Guru memahami fungsi dan tujuan evaluasi a) Fungsi Evaluasi
24
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya,1997), hlm 57. UU Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm. 74. 26 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet IV, hlm. 3. 25
36
Menurut Anas Sudijono, fungsi evaluasi menjadi dua, yaitu fungsi umum dan fungsi khusus. 27 Dengan perincian sebagai berikut: a. Fungsi Umum (1) Mengukur Kemajuan (2) Menunjang Penyusunan Rencana Dari
hasil
kemungkinan
evaluasi yang
setidak-tidaknya
diperoleh
yaitu:
(1)
ada
dua
hasilnya
menggembirakan atau sukses, sehingga memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan tercapai sesuai dengan yang direncanakan, (2) hasilnya tidak menggembirakan dengan alasan bahwa hasil evaluasi ternyata
dijumpai
hambatan
dan
penyimpangan.
Memperbaiki atau Melakukan Penyempurnaan. b. Fungsi khusus Fungsi khusus evaluasi dalam dunia pendidikan dapat ditilik dari tiga segi. Yaitu : (1) Segi Psikologis (2) Segi Didaktik (3) Segi Administratif. 28 2) Tujuan Evaluasi a. Tujuan Umum Secara umum tujuan evaluasi adalah : 27
Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 8. 28 Ibid, hlm. 8.
37
(1) Mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa. (2) Memungkinkan para pendidik dalam menilai aktivitas atau pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan. (3) Mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah digunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.29 b. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam pendidikan adalah: (1) Merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program pendidikan (2) Mencari dan menentukan faktor- faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti program pendidikan pada umumnya dan program pembelajaran khususnya (3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, dan bakat siswa yang bersangkutan.30 2. Guru memahami prinsip-prinsip dasar evaluasi Dalam mengadakan evaluasi seorang guru harus paham tentang prinsip-prinsip evaluasi yang meliputi: 1) Prinsip obyektivitas 2) Kooperatif (dilakukan bersama-sama) 3) Keterpaduan (antara tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran, evaluasi). 4) Akuntabilitas (sebagai laporan pertanggungjawaban) 31
29
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Misaka Galliza, 2003), Cet II, hlm. 152. 30 Ibid.,hlm. 153. 31 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 21
38
B. PENDIDIKAN KARAKTER 1. Pengertian Pendidikan Karakter Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa latincharacter, yang berarti watak, tabi’at, sifat- sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. 32Jadi secara bahasa karakter merujuk pada sifat atau watak yang dimiliki seseorang.Dalam kajian lain, kata Karakter berasal dari bahasa Yunani “to mark”(menandai) dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.Lebih lanjut lagi, seseorang bisa disebut orang yang berkarakter apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral. 33 Secara terminologi, Karakter diartikan sebagai “sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupanya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti, yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai- nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat”.34 Menurut Suyanto sebagaimana dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmani bahwa pendidikan karakter adalah “pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).” Hal ini diperkuat dengan pendapat Thomas Lickona yang megatakan bahwa tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkesinambungan, seorang peserta didik akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini merupakan bekal penting dalam mempersiapkan peserta didik menyongsong masa depan yang cerah”.35
32
Agus Zainul Fitri, op.cit,.hlm. 20. Arismantoro, op.cit., hlm. 28. 34 Ibid. hlm. 21. 35 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 31 33
39
Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik bersikap maupun bertindak. Warsono dkk mengutip pendapat Jack corley dan Thomas Philip yang menyatakan : karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mepermudah tindakan moral. 36 Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Karakter merupakan sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang degan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai- nilai yang unik, baik yang terpatri dan terjawantahkan dalam perilaku.37 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
merupakan
proses
pemahaman,
penanaman
nilai,
dan
pembiasaan, sehingga seorang anak didik dapat mencintai perbuatan baik berdasarkan kesadaran yang timbul dari dirinya.Pendidikan karakter siswa bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan dan harus berangkat dari kesadaran masing-masing individu. Sebab, segala sesuatu yang berangkat dari kesadaran akan lebih bertahan lama dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari luar dirinya.
36
Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 41-42. 37 Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Edisi ke2,(Jakarta: Difa Publisher, 1995), hlm. 422.
40
2. Tujuan PendidikanKarakter Pada hakikatnya, tujuan pendidikan nasional tidak boleh melupakan landasan konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan untuk bertahan hidup (survive) dan berhasil menghadapi tantangan-tantangan zamannya. 38 Menurut Agus Wibowo, bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk menetak pribadi yang beretika, bermoral, sopan santun, dan berinteraksi dengan masyarakat.39 Tujuan pendidikan karakter adalah “penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih mengahargai kebebasan individu. Tujuan jangka penjangnya tidak lain adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya, yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus menerus (on going formation)”.40 Dalam seting sekolah, pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut: a. Menfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang kurang sesuai dengan nilainilai yang dikembangkan oleh sekolah. c. Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. 41
38
Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik Di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 6. 39 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Beradaban, (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 61. 40 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 42. 41 Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktik Di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 9-11..
41
Dalam bahasa yang sederhana, tujuan dari pendidikan karakter adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam pengetahuan sikap dan ketrampilan.42
a. b.
c. d.
Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain: Mengembangkan potensi kalbu/nurani/efaktif peserrta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki budaya dan karakter bangsa. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserrta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budayabangsa yang religius. Menanamkan jiwa kepemimpinandan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusiayang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. 43Dengan demikian tujuan pendidikan karakter pada hakikatnya tidak hanya menambah pengetahuan, tapi juga secara seimbang harus menanamkan karakter positif terhadap sikap, perilaku, dan tindakan seseorang.
3. Prinsip- PrinsipPendidikan Karakter Menurut T. Lickona, E. Schap dan C. Lewis, sebagaimana yang dikutip oleh Arismantoro, bahwa prinsip pendidikan karakter harus didasarkan pada pokok- pokok berikut: a) Mempromosikan nilai- nilai dasar etika sebagai basiskarakter b) Mengidentifikasikan karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku c) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter d) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepeedulian
42
Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan KarakterPerspektif Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 30. 43 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,(Jakarta: Puskur, 2010), hlm. 7.
42
e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan perilaku yang baik f) Memiliki cakupan terhadap kuriulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter dan membantu mereka untuk sukses g) Mengevaluasikarakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.44 Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru
dan
sekolah
perlu
mengintegrasikan
nilai-nilai
yang
dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.
4. Ruang Lingkup Nilai PendidikanKarrakter Berdasarkan kajian berbagai nilai agama, norma sosial, peraturan atau hukum,etika akademik dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokan menjadi lima nilai utama, yaitu:45 a. Hubungan Manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
44 45
Arismantoro, Op.Cit.hlm. 32. Jamal Ma’mur Asmani, Op.Cit.hlm. 36.
43
Nilai ini bersifat religius, dengan kata lain, pikiran, perkataan dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agama. Dalam hubungan ini manusia menempati kedudukan sebagai makhluk
(ciptaan)
sedang
Allah
sebagai
khaliknya
(pencipta).Kedudukan ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh terhadap penciptanya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut :
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya merekamenyembah-Ku”.(Q.S. Adz-Dzaariyat ayat 56).46 b. HubunganManusiadengan Dirinya Sendiri. Ada beberapa nilai-nilai karakter yang berhubungan dengan diri sendiri.Berikut beberapa nilai tersebut. 1. Jujur Jujur atau kejujuran merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya. Pendidikan jujur adalah pendidikan kepada anak agar ia bisa bertindak jujur, baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri, maupun
46
Al-Qur'an, Surat Adz-Dzaariyat Ayat 56, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1987, hlm. 862.
44
kepada orang lain, baik saat diawasi orang maupun tidak sedang diawasi. 47 2. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 3. Kerja keras . Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang dimaksud adalah mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia (umat) dan lingkunganya. 48 4. Bertanggung jawab Ini
merupakan
sikap
dan
perilaku
seseorang
melaksanakan tugas dan kewajibanya, sebagaimana
untuk yang
seharusnya ia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.49 5. Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkanya,
serta
mengatur
permodalan
operasinya. 47
Wahyudi Siswanti, Membentuk Kecerdesan Spiritual Anak,(Jakarta: Amzah, 2010), hlm.
63. 48
Dharma Kesuma, dkk, Op.Cit.hlm. 17. Abdul Madjid, Character Building Through Education, (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 11. 49
45
c. Hubungan Manusia dengan Sesama 1. Sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan sesuatu yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain, serta tugas atau kewajiban diri sendiri dan orang lain. 2. Patuh pada aturan-aturan social Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. 3. Santun Santun merupakan sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun perilakunya kepada semua orang. 4. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain. 50 Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Allah telah memerintahkan kepada manusia agar saling bersaudara. Dengan prinsip tersebut, maka kehidupan antar sesama muslim akan tercipta ukhuwah islamiyah yang dilandasi dengan taqwa kepada Allah SWT serta akan menumbuhkan sikap toleransi terhadap sesama manusia, berdasarkan firman Allah SWT:
50
Wahyudi Siswanti,Op.Cit.hlm. 40
46
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan rahmat” (Q.S. Al-Hujurat ayat 10).51 d. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Hal ini berkenaan dengan kepedulian terhadap sosial dan lingkungan.Nilai karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang selalu
berupaya
mencegah
kerusakan
pada
lingkungan
alam
disekitarnya. 52 Alam ini diciptakan Allah SWT memang untuk manusia, akan tetapi pemanfaatan alam yang berlebihan akan mengakibatkan rusaknya lingkungan tersebut. Kerusakan alam memang akibat dari perbuatan manusia itu sendiri dan akibatnyapun akan menimpa dirinya sendiri. Allah memperingatkan manusia lewat wahyunya dalam AlQur'an, agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini berdasarkan firman Allah SWT :
“Makan dan minumlah rizqi (yang diberikan) Allah dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”. (Q.S. AlBaqarah ayat 60).53
51
Al-Qur'an Surat Al-Hujurat Ayat 10, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir AlQur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1986, hlm. 846. 52 Wahyudi Siswanti,Op.Cit.hlm. 41. Al-Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 60, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsir Al-Qur'an, AlQur'an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1986, hlm. 19.