BAB II LANDASAN TEORI A.
Deskripsi Teoritik 1. Tinjauan Umum Tentang Saham a.
Saham dan Saham syariah Pasar modal pada dasarnya merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai kelebihan dana
(surplus funds)
dengan cara
melakukan investasi dalam surat berharga yang diturunkan oleh perusahaan dan pihak yang membutuhkan dana (entities) dengan cara menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai perusahaan. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.1 Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adal pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.2
1
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern (Yogyakarta: CV. Andi Offset.2011), hlm.258. 2 M. Darmadji dan M. Fakhrudin, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal,( Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001).
10
11
Saham di bagi menjadi dua yaitu: 3 1) Saham biasa, menjelasakn kepemilikan perusahaan penerimaan deviden, hak suara dan ekspektasi harga yang lebih tinggi. 2) Saham Prefern, adalah suatu bentuk ekuitas dan deviden tetap dan tidak pernah berubah dan harganya bisa stabil. Saham syariah adalah saham dari perusahaan (emiten) yang dalam operasionalnya sesuai dengan kaidah syariat Islam. Tidak semua saham yang diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh: 4
1) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah. 2) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut: a)
Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam peraturan IX.A.13
3
tentang
Joni Manurung dan Adler Haymans Manurung, Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter (Jakarta: Salemba empat. 2009), hlm.81. 4 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, “Pengenalan Produk Syariah”, http://www.bapepam.go.id/syariah/penegenalan_produk_syariah.html, Di akses 19 Juni 2015
12
penerbitan efek syariah, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha: (1) perjudian dan permainan yang tergolong judi; (2) perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa (3) perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu; (4) bank berbasis bunga; (5) perusahaan pembiayaan berbasis bunga; (6) jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional; (7) memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan
dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat; (8) melakukan transaksi
yang
mengandung
unsur
suap
(risywah); b) Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82%, dan
13
c)
Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
b. Harga Pasar Saham Dalam
pasar
modal
yang
efisien
semua
sekuritas
diperjualbelikan pada harga pasar. Harga pasar saham adalah harga yang ditentukan oleh investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi karena para investor sepakat terhadap harga suatu saham. Harga saham terdiri dari harga pembukaan (open price), high, low, dan Clossing price. Diantara posisi harga Open, High, Low, dan Close, harga close (penutupan) adalah harga saham yang terpenting dan digunakan untuk menghitung return saham. 5 Menurut Darmadji dan Fakhruddin, 6 harga close merupakan harga terpenting dengan alasan sebagai berikut: 1. harga close ini mencerminkan semua informasi yang ada pada semua pelaku pasar (terutama pelaku pasar institusi yang memiliki informasi yang lebih akurat) pada saat perdagangan saham tersebut berakhir. 2. (terutama bagi para hedge fund atau pengelola reksadana) harga close merupakan penentu dari kinerja dan kekayaan pemodal untuk hari itu. 5
M. Darmadji dan M. Fakhrudin, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal,( Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001). 6 ibid
14
3. harga close mencerminkan posisi harga dimana pemodal berani melakukan posisi hold, dalam menghadapi semua informasi yang mungkin terjadi pada malam hari, ketika tidak terjadi perdagangan. 4. Lebih dari 90% indikator teknikal yang digunakan oleh pelaku analisis teknikal, menggunakan harga
close
sebagai input
utamanya. Ini menyebabkan posisi dari harga close, bisa memicu signal beli atau signal jual 2. Tinjauan Umum Tentang Return Saham a. Pengertian Return Sahan Return merupakan hasil yang diperoleh dari hasil investasi. 7 Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. 8 Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung.9 Menurut Halim, 10 return dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis, dan kedua return yang diharapkan (expected return) akan 7
Suad Husnan, Menajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), (Yogyakarta: BPFE, 1994), hlm. 51 8 Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal, hlm. 189 9 Mahmud M. Hanafi, Manajemen Keuangan, Edisi 1, (Yogyakarta:BPFE-yogyakarta, 2014) , Hlm.192. 10 Abdul Halim, Analisis Investasi (Jakarta: Salemba empat, 2003), Hlm.2
15
diperoleh di masa mendatang. Pengembalian biasanya dinyatakan dalam prosentase (rate of return). b. Komponen Return Saham Para investor mempunyai daya tarik melakukan investasi modal dengan membeli saham dikarenakan terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh dalam memiliki saham. 11 Komponen return meliputi: 1) Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder 2) Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam prosentase dari modal yang ditanamkan. 12 c.
Rumus Return Saham Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja keuangan dan juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Return Saham yang dapat dijadikan sebagai indikator dengan kegiatan perdagangan dari pasar modal. 13 Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut
actual return. Beberapa pengukuran
return realisasi yang banyak digunakan adalah return total (total 11
Abdul Manan, op.cit., hlm.94 Indah Yuliana. 0p.cit, hlm.106 13 Jogiyanto, Op.cit 12
16
return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative) dan return disesuaikan (adjusted return).14 Mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara periodik kepada pemegang sahamnya. Maka konsep return yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain yang lazim juga disebut sebagai capital actual. 15
Return Saham = Capital gain (loss) =
Dimana :
3. a.
Pt
= Harga saham sekarang
Pt-1
= Harga saham periode lalu
Tinjauan Umum Tentang Rasio Keuangan Pengertian Rasio Keuangan Menurut Subalno dalam Chuzaimah dan Nur Amalina analisis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan financial. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antar faktor satu dengan faktor lain dari suatu laporan financial. 16
14
Jogiyanto, op.cit., hlm. 109-110 ibid 16 Chuzaimah dan Nur Amalina, “Analisis pengaruh faktor – faktor fundamental terhadap return saham syariah pada perusahaan yang tergabung dalam JII tahun 2007-2011”, (Jurnal ISBN: 978-602-70429-1-9, 2014), hlm. 191 15
17
Rasio keuangan menggambarkan dua angka akuntansi dan diperolah dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Jadi, analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Hasil dari rasio keuangan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja manajeman dalam satu periode.17 Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. 18 Analisis
rasio
keuangan
dirancang
untuk
membantu
mengevaluasi laporan keuangan atau membantu kita mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio keuangan dapat juga sebagai pembanding posisi perusahaan dengan pesaing, untuk kebijakan keuangan perusahaan kedepan. Ada dua cara dalam menilai rasio keuangan agar lebih berarti:19 1) Menilai rasio antar waktu (sebaiknya waktu yang cukup lama, misalnya 5 tahun agar dapat diketahui pergerakannya) 2) Membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio industri.
17
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.93 Arthur, J . keouwn, Manajemen Keuangan Prinsip dan Penerapan. Edisi Kesepuluh, alih bahasa Marcus Prihminto, Widodo (Jakarta: Jakarta Indeks. 2011), hlm.74 19 Kamaludin. Manajemen Keungan “ Konsep Dasar dan Penerapannya. (Bandung : Maju Mundur.2011) hlm. 40 18
18
b. Jenis- Jenis Rasio Keuangan Dalam praktiknya terdapat beberapa macam jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Jenis-jenis rasio keuangan tersebut adalah sebagai berikut:20 1) Rasio Likuiditas, terdiri dari current ratio, quick ratio, net working capital ratio, dan cash flow liquidity ratio. 2) Rasio Solvabilitas, terdiri dari debt to total assets, debt to equity ratio, times interest earned, cash flow coverage, long-term debt to total capitalizatio,
fixed charge coverage, dan cash flow
adequency. 3) Rasio aktivitas, terdiri dari inventory turnover, day sales outsanding, fixed assats turnover, total assets turnover, dan long term assets turnover. 4) Rasio Profitabilitas, terdiri dari gross profit margin, net profit margin, retun on assets dan return on equity. 5) Rasio
Pertumbuhan,
terdiri
dari
pertumbuhan
penjualan,
pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan laba per lembar saham, pertumbuhan dividen per lembar saham, dan harga pasar per lembar saham.
20
Irham fahmi, Op.cit, hlm.120
19
6) Rasio Nilai Pasar, terdiri dari earning per share, price earning ratio, book value per share, price book value, dividen yield, dan dividen payout ratio. Peneliti menggunakan analisis rasio keuangan sebagai alat ukur untuk mengukur kinerja keuangan yang mempengaruhi return saham. Rasio keuangan yang digunakan oleh peneliti adalah Rasio nilai pasar yang terdiri dari Price earning ratio (PER), price to book value (PBV) dan Rasio solvensi atau solvabilitas yang terdiri Debt to equity ratio (DER), Long term debt to capitalizton ratio (LDCR). 4. Rasio Pasar Rasio nilai pasar (market value rations), menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio tersebut memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospeknya di masa mendatang. 21 Rasio Penilaian Pasar, mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio ini merupakan pengukuran paling lengkap dalam prestasi perusahaan, karena mencerminkan kombinasi rasio-rasio yang terbagi menjadi Earning Per Share, Devidend Per Share, Devident Payout Ratio, Price Earning Ratio, Book Value Per Share dan Price To Book Value. Rasio pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 21
Moeljadi, Manajemen keuangan 1: Pendekatan kuantitatif dan kualitatif, (Malang: Bayumedia Publishing,2006), hlm:75
20
a.
Price Earning Ratio (PER) Harga pasar saham biasa dapat dinyatakan sebagai kelipatan laba untuk mengevaluasi daya tarik saham biasa sebagai suatu investasi. Pengukuran ini disebut sebagai rasio harga terhadap laba (Price Earning Ratio). Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga saham dengan pendapatan setiap lembar saham, dan merupakan indikator perkembangan atau pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm)l.22 Rasio ini dapat digunakan untuk menentukan apakah harga saham mahal dan mempunyai risiko rendah atau sebaliknya harga saham murah dan beresiko tinggi. 23 Price Earning Ratio (ratio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar per lembar saham) dengan earning pershare (laba per lembar saham). Rumusnya: 24
PER =
PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. 25 Bagi para investor semakin
22
Suad Husnan dan Enny. P., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2004) 23 Husein Umar, Research Methods in Finance and Banking,( Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2002), hlm.176 24 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan,(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.138 25 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin, op.cit, hlm.156
21
tinggi PER maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. 26 Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga
capital gain
juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena capital gain (actual return) dihitung dari selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa PER yang tinggi akan mengakibatkan return saham naik. Hal ini berarti PER berpengaruh positif terhadap return saham27. b. Price to Book Value (PBV) Price Book Value (PBV) dihitung dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham (book value per share). Book value per share digunakan untuk mengukur nilai shareholder equity atas setiap saham dan dasarnya nilai book value per share dihitung dengan membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). 28
26
Irham Fahmi, op.cit, hlm.138 Rio Malintan, “Pengaruh CR,DER, PER dan ROA terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI tahun 2005-2011.” (Jurnal: Universitas Brawijaya, 2013) 28 Desi Arista. “Analisis Faktor yang mempengaruhi Return Saham Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI periode tahun 2005-2009”, (Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan. Vol.3, No.1, Mei 2012) 27
22
Price Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Price Book Value (PBV) yang tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimana kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV dihitung dengan rumus: 29 PBV =
Bagi para investor, rasio Price to Book Value (PBV) sebuah perusahaan mutlak menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan stategi investasinya. Tingkat rasio Price to Book Value
(PBV)
perusahaan yang tinggi akan mampu menghasilkan tingkat return yang tinggi pula bagi investor. Dengan memperhatikan informasi mengenai variabel Price to Book Value (PBV) tersebut diharapkan investor mendapatkan
return
sesuai dengan yang diharapkan,
disamping risiko yang dihadapi. 30
29
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin, op.cit, hlm.157 Jogiyanto, H.M. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. (Yogyakarta: BPFE– UGM,2003) Ed.3 30
23
Ada beberapa alasan investor menggunakan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi: 31 1) Nilai buku sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk membandingkannya. 2) Adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaanperusahaan menyebabkan PBV dapat dibandingkan antara berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah nilai perusahaan under atau overvaluation. 3) Perusahaan yang memilik earning negatif maka tidak mungkin untuk mempergunakan PER, sehingga penggunaan PBV dapat menutupi kelemahan yang ada pada PER. 5.
Rasio Solvensi Rasio Solvensi Mengukur kemampuan perusahaaan untuk bertahan hidup selama jangka waktu yang panjang. Kreditor jangka panjang dan pemegang saham berkepentingan dalam solvensi jangka panjang perusahaan, teristiemewa kesanggupannya membayar bunga atau pokok pinjamannya pada saat jatuh tempo. Tujuan analisis solvensi jangka panjang adalah mendeteksi sinyal awal bahwa perusahaan sedang berada di ambang kebangkrutan. Rasio solvensi atau yang lebih dikenal dengan Leverage atau Solvabilitas. Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana oleh
31
Werner R. Muhadi, Analisis Saham Pendekatan Fundamental, (Jakarta: PT. Indeks,2009), hlm.148
24
perusahaan yang
memiliki
biaya tetap dengan
maksud
agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Perusahaan menggunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan resiko keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham. Konsep leverage sangat penting untuk menunjukkan kepada analisis keuangan dalam trade off antara resiko dan keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial. 32 Rasio leverage atau solvensi keuangan, mengukur kapasitas keuangan untuk memenuhi kewajibannya. 33 Rasio ini terbagi menjadi Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest Earning, Cash Flow Interest Coverage, dan Cash Return on Sales. Rasio solvensi atau solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi 32
R Agus Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:BPFEYogyakarta,2014).hlm.121 33 Henry Simamora,Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis (Jakarta: Salemba Empat), hlm.533
25
pinjaman atau rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. 34 Debt to equity ratio melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengkaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. DER ini mengindikasikan sejaumana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. 35 Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. 36 Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak
luar
sehingga
beban
perusahaan semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk dividen), hal ini menyebabkan berkurangnya minat investor terhadap saham perusahaan karena tingkat pengembaliannya semakin kecil. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
34
Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan : Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, pengawasan, dan pengambilan Keputusan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), hlm. 54 35 ibid 36 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.157
26
Kinerja perusahaan tentunya juga berpengaruh pada daya tarik saham yang ditawarkan di Pasar Modal. Semakin baik kinerja perusahaan maka daya tarik saham perusahaan tersebut semakin tinggi, karena saham tersebut
menjanjikan keuntungan.
Jika
permintaan investor terhadap saham perusahaan cukup besar, maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap harga saham perusahaan. 37 DER merupkan rasio yang nengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri. 38 Rumusnya: DER =
b. Long term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) long-term debt to total capitalization ratio disebut juga dengan utang jangka panjang / total kapitalisasi. Rasio tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar modal jangka panjang yang dibiayai dengan utang jangka panjang. Semakin besar rasio tersebut berarti semakin besar modal jangka panjang yang dibiayai dengan utang jangka panjang. 39
37
Setyani Ika H,” Pengaruh Analisis Fundamental dan Risiko Ekonomi terhadap Return saham pada perusahaan yng terdaftar di BEI tahun 2007-2009”. (Skripsi UNNES: Fakultas Ekonomi.2011) 38 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin, op.cit, hlm.157 39 Moeljadi, op.cit, hlm.71
27
Long term debt merupakan sumber dana pinjaman yang bersumber utang jangka panjang, seperti obligasi dan sejenisnya. Adapun rumus long-term debt to total capitalization adalah: 40
LDCR =
Long term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) mengukur peran penting utang jangka panjang dalam struktur modal (pendanaan jangka panjang) perusahaan. Long term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) mengukur peran penting utang jangka panjang dalam struktur modal (pendanaan jangka panjang) perusahaan. Semakin tinggi Long term Debt to Capitalization Ratio harga saham akan cenderung turun yang mengakibatkan return saham yang dharapkan semakin rendah. Dan semakin rendah Long term Debt to Capitalization Ratio harga saham akan cenderung naik yang mengakibatkan return saham yang diharapkan semakin tinggi. Dengan demikian Long term Debt to Capitalization Ratio akan memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap return saham,
40
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm.131
28
B.
Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Peneliti/ Tahun
Penelitian
1.
Widyani Anik dan Dian Indriana (2010)
Pengaruh ROA,EPS,CR,DER dan Inflasi terhadap Return Saham ( Studi Kasus Pada perusahaan Manufaktur di BEI periode 2006-2008)
Variabel dependent: Return Saham Variabel Independent: ROA,EPS,CR,DER dan Inflasi
Pengaruh PER, EPS, terhadap return saham Syariah perusahaan pertambangan di JII periode 20032008
Variabel dependen: return saham Variabel Independen: PER dan EPS
2.
Muham mad Afdul Fikri (2010)
Variabel penelitian
Metode penelitian
Jenis Penelitian: Kuantitatif Sampel: 83 perushaan manufaktur dengan teknik pengambilan purposive sampling Metode analisis : Analisis Kuantitatif
Jenis penelitian : kuantitatif Sampel : teknik purposive sampling, diperoleh 5 perusahan pertambangan Uji analisis : analisis regresi linier berganda
Hasil penelitian
Ujit t: ROA, EPS, dan Inflasi berpengaruh terhadap return saham Uji F: ROA, RPS, CR, DER dan Inflasi berpengaruh terhadap return saham Uji t : PER berpegaruh terhadap return saham syariah sedangkan EPS tidak berpengaruh Uji F : PER dan EPS berpengaruh signifikan terhadap
Perbedaan
Periode waktu dan variabel yang digunakan
Jumlah Variabel, sampel dan periode waktu
29
return syariah
3.
4.
Masdaliy atu lulukiyya h (2011)
Fetti Agustina Hutagaol (2011)
Analisis pengaruh TATO, ROA, CR, DER, EPS terhadap return saham (Studi pada Kelompok Perusahaan Saham Syariah yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009)
-Variabel dependent: return saham -Variabel Independent: Current Ratio, Total Assets Turnover, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share
Jenis penelitian : kuantitatif Sampel : teknik purposive sampling (pemilihan sampel dengan kriteria tertentu) diperoleh 12 perusahan Uji analisis : analisis regresi linier berganda
Uji t : TATO, ROA, dan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syariah sedangkan CR dan DER tidak berpengaruh positif terhadap return saham syariah Uji F: TATO, ROA, CR, DER dan EPS secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap return sham syariah.
Periode
Analisis pengaruh rasio pasar terhadap return saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia
Variabel dependen: Return Saham Variabel Independen : EPS, PER, PBV dan DPR
Jenis penelitian: kauntitatif Metode analisis: analisis regresi berganda
Uji t: PBV berpengaruh secara positif signifikan terhadap return saham Uji F: variabel
Jumlah
waktu dan variabel yang digunakan
variabel, objek penelitian
30
5.
6..
(Ruriana Ulfa (2011)
Desy Arista (2012)
Pengaruh ukuran perusahaan, Leverage, Economic Value Added, Return On Invesment, dan Earning Per Share terhadap return yang diterima pemegang saham (Studi empiris pada industri makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia)
Variabel dependent: Return saham Variabel Independent: Ukuran perusahaan, leverage, Economic Value Added, Return On Invesment, Earning per share
Jenis penelitian : kualitatif Sampel : teknik pengambilan sampel: teknik judgement sampling dari 17 perusahaan yang terdaftar diambil 13 perusahaan Uji analisis : regresi linier berganda
Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi return saham
Variabel dependent: Return saham Variabel Independent: Return On Asset, Debt
Jenis penelitian : kuantitatif Sampel: 114 perusahaan manufaktur
EPS, PER, PBV dan DPR berpengaruh signifikan terhadap Return saham - secara parsial: ukuran perusahaan, leverage, dan EVA berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Sedangkan ROI dan EPS secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham -secara simultan: ukuran perusahaan, leverage, EVA, ROI dan EPS berpengarh signifikan terhadap return saham Secara parsial : ROA, EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap
dan periode waktunya
Objek penelitian variabel dan periode waktunya
Objek penelitian, periode
31
7.
8.
(Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI periode tahun 2005 – 2009)
To Equity Ratio, Earning Per Share, Price To Book Value
di BEI.Teknik pengambilan sampel purposive sampling Uji analisis : regresi liniear berganda
Meythi dan Mariana (2012)
Pengaruh PER,PBV terhadap Return saham Indeks LQ-45 (Periode 20072009)
Variabel Dependent: Return Saham Variabel Independent: PER,PBV
Jenis Penelitian: kuanttitatif Teknik pengambilan sampel purposive sampling Metode Analisis: Moderate Regression Analysis (MRA)
Moham mad Shadiq khairi
Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap return
Variabel dependent: return saham Variabel independent: DPR, PER, LDCR, DER,
Jenis penelitian : kualitatif Sampel : perusahaanperusahaan yang
retun saham. Sedangkan DER, PBV berpengaruh sgnifikan terhadap return saham Secara simultan : ROA, DER, EPS, dan PBV berpengaruh signifikan terhdadap return saham perusahaan manufaktur di BEI Uji t: PER berpengaruh negatif dan DER tidak berpengaruh terhadap return saham Uji F: PER dan PBV tidak berpengaruh terhadap return saham -variabel karakteristik perusahaan yang berpengaruh
waktu dan variabel yang digunakan
Waktu, dan Objek Penelitian
Periode waktu
32
9.
(2012)
saham syariah yang tergabung di Jakarta Islamic Index pada periode 2008-2011
PBV
terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia Teknik pengambilan sampel : purposive sampling diperoleh 32 sampel saham syariah yang memenuhi kriteria Uji analisis : regresi linear berganda
Rio Malintan (2013)
Pengaruh CR,DER, PER dan ROA terhadap Retrun Saham Pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2005-2010
Variabel dependent: Return Saham Variabel Independent: CR,DER, PER, ROA
Jenis penelitian: Kuantitatif Sampel: 8 perusahaan dengan teknik purposive sampling Uji Analisis: Mulitiple Liniear Regresi
signifikan secara parsial adalah Price Earning Ratio (PER) dan Longterm Debt to Capitalization Ratio sedangkan variabel Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book Value (PBV) tidak berpengaruh secara signifikan Uji t: CR dan DER berpengaruh signifikan terhadap return saham ROA dan PER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham Uji F: CR, DER, PER dan ROA tidak berpengaruh terhadap return
Alat analis, periode waktu yang digunakan
33
10.
11.
Luh Putu Widianta ri Kusuma Pinatih dan Putu Vivi Lestari (2014)
Pengaruh EPS, ROE, Risiko sistematis terhadap return saham perusahaan otomotif di BEI
Chuzaim ah dan Nur Amalina (2014)
Analisis pengaruh faktor – faktor fundamental terhadap return saham syariah pada perusahaan yang tergabung dalam JII tahun 20072011
Sumber: Data diolah 2015
Variabel dependent: Return saham Variabel Independent: EPS, ROE, Risiko sistematis
-Variabel dependen: return saham syariah - Variabel Independen: Current Ratio, Total Assets Turnover, Debt to Equity Ratio, Return On Asset, dan Price to Book Value
Jenis penelitian : kuantitatif Teknik penetuan sampel : non probabability sampling, yaitu sampling jenuh sebanyak 12 perusahaan Uji analisis : analisis regresi liniear berganda
Jenis penelitian: kuantitatif Sampel : teknik purposive sampling terhadap perusahaan yang tergabung di JII tahun 2007-2011. Dengan metode ini diperoleh 12 sampel perusahaan yang masuk dalam kriteria. Uji analisis : regresi liniear berganda.
saham -Secara simultan EPS, ROE, risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap return saham Secara parsial EPS, ROE, risiko sistematis berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. ROA, DER, dan PBV berpengaruh secara signifikan terhadap retun saham. CR dan TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Variabel yang digunakan dan objek penelitian
Periode waktunya, dan variabel yang digunakan
34
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan studi lebih lanjut melalui pengujian ulang (Replication) atas penelitian terdahulu yaitu penelitian Indriasid Rio Malintan (2013). Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa yang membedakan penilitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Variabel independen pada penelitian sebelumnya adalah Curent ratio, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio dan Return On Asset Sedangkan dalam penelitian ini, Price Earning Ratio, Price to Book Value, Debt to Equity Ratio dan Long term debt to Capitalization Ratio. Alasan penggantian dan penambahan variabel-variabel ini adalah Price Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Price Book Value (PBV) yang tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimana kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari perusahaan. Long term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) mengukur peran penting utang jangka panjang dalam struktur modal (pendanaan jangka panjang) perusahaan. Semakin tinggi Long term Debt to Capitalization
Ratio
harga
saham
akan
cenderung
turun
yang
mengakibatkan return saham yang dharapkan semakin rendah. 2. Objek penelitian sebelumnya adalah pada perusahaan pertabangan yang terdaftar di BEI, sementara lokasi penelitian ini adalah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks.
35
3. Tahun pengamatan penelitian sebelumnya adalah 2005-2010, sedangkan tahun pengamatan dalam penelitian ini adalah 2010-2014. C.
Kerangka Berpikir Adapun hubungan variabel independen dengan dependen seperti berikut: 1.
Hubungan antara Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham PER
menggambarkan
apresiasi
pasar
terhadap
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. 41 Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki PER yang rendah biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah. Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena capital gain (actual return) dihitung dari selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa PER yang tinggi akan mengakibatkan return saham naik. Hal ini berarti PER berpengaruh positif terhadap return saham42.
41
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op.cit,hlm.156 Rio Malintan, “Pengaruh CR,DER, PER dan ROA terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI tahun 2005-2011.” (Jurnal: Universitas Brawijaya, 2013) 42
36
Argumentasi PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham dikuatkan dengan penelitian Rio Malintan dan Muhammad Shadiq Khairi. 2.
Hubungan antara Price to Book Value (PBV) terhadap return saham Ada berbagai strategi yang menggunakan rasio harga nilai buku (Price
Book value) untuk mengidentifikasi saham mana yang hargaya wajar, terlalu rendah (undervalued) dan terlalu tinggi (overvalued).43 PBV akan berpengarauh positif terhadap return saham. Perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik, umumnya memiliki rasio price to book value di atas satu, yang menunjukkan nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi rasio Price to Book Value (PBV) suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula penilaian investor
terhadap
perusahaan
yang
bersangkutan,
relatif
apabila
dibandingkan dengan dana yang diinvestasikannya. Hal ini akan berakibat pada semakin meningkatnya harga saham suatu perusahaan, dengan demikian diharapkan pula akan meningkat pula tingkat kembalian (return) perusahaan yang bersangkutan.44 PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham didasarkan pada penelitian Desi Arista sehingga penelitian ini menjadi relevan dalam penelitian yang akan dilakukan. 43
Ni Gusti Putu Wirawati, “Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan terhadap Price Book Value dalam Peniliaian Saham di Bursa Efek Jakarta dalam kondisi Krisis Moneter” (Buletin Studi Ekonomi, Volume 13 Nomor 1 tahun 2008), hlm.93 44 Desi Arista, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Return saham (Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go public di BEI periode 2005-2009). Jurnal Ilmu Akuntansi Terapam. Vol.3, No. 1, Mei 2012
37
3.
Hubungan antara Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham Menurut Fakhrudin dan hardianto dalam Desi Arista menyatakan
bahwa Debt to equity ratio (DER) adalah rasio utang yang diukur dari perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri). Tingkat Debt to equity ratio (DER) yang aman biasanya kurang dari 50 persen. Semakin kecil debt to equity ratio semakin baik bagi perusahaan atau semakin aman utang yang harus diantisipasi dengan modal sendiri. 45 Debt
to Equity Ratio (DER) mencerminkan proporsi antara total
hutang dan total modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) akan memberikan pengaruh negatif bagi return saham, semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) harga saham akan cenderung turun. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukan komposisi total hutang dengan modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya kreditur menunjukan sumber modal perusahaan tergantung pada pihak luar sehingga mengurangi minat investor
dalam
menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut.
Menurunnya investor berdampak pada penurunan harga saham sehingga return saham akan semakin menurun. 46
45
Desi Arista, Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Return saham (Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Go public di BEI periode 2005-2009). Jurnal Ilmu Akuntansi Terapam. Vol.3, No. 1, Mei 20120 46 Masdaliyatul Lulukiyyah, Analisis Pegaruh TATO,ROA,CR,DER dan EPS terhadap Return Saham (Studi Pada Kelompok Perusahaan Saham Syariah yang Listed di BEI periode 2006-2009) (Jurnal Ilmiah: Universitas Diponegoro,2011)
38
Pada penelitian ini pendekatan DER yang digunakan sebagai variabel independen yang mengukur utang terhadap modal sendiri adalah Desi Arista (2012) yaitu DER memiliki pengaruh yang negatif terhadap return saham. 4.
Hubungan antara Long term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) terhadap return saham Long term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) mengukur peran
penting utang jangka panjang dalam struktur modal (pendanaan jangka panjang) perusahaan. Long term Debt to Capitalization Ratio akan memberikan pengaruh negatif signifikan bagi return saham.
47
Semakin
tinggi Long term Debt to Capitalization Ratio harga saham akan cenderung turun yang mengakibatkan return saham yang dharapkan semakin rendah. Dan semakin rendah Long term Debt to Capitalization Ratio harga saham akan cenderung naik yang mengakibatkan return saham yang diharapkan semakin tinggi. Dengan demikian Long term Debt to Capitalization Ratio akan memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Pada penelitian Mohammad Shadiq Khairi menyatakan bahwa LDCR sebagai variabel independen berpengaruh negatif terhadap return saham. Maka kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dapat dijelaskan dalam bentuk bagan dibawah ini:
47
Muhammad Shadiq Khairi, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Return Saham Syariah yang tergabung di JII Pada Peride 2008-2011. (Jurnal: Universitas Brawijaya, 2012)
39
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Price Earning Ratio (PER) X1 H1 Price to Book Value (PBV) H2
X2
Return Saham
H3
Y
Debt to Equity Ratio (DER) X3 H4 Long term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) X4 H5 Sumber: Data diolah 2015
Kerangka berpikir merupakaan model konseptual tentang bagaimana teori yang berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi sebagai maslah riset.48 Pengembangan alur berpikir selanjutnya adalah pengaruh PER, PBV, DER,
LDCR
terhadap
return
saham.
Kerangka
berpikir
di
atas
menggambarkan pengaruh antara variabel independen (X) yaitu, PER (X 1),
48
Umar Husein , Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001), hlm.23
40
PBV(X2), DER(X3), LDCR(X4) terhadap variabel dependen (Y) yaitu Return Saham. D.
Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara mengenai hubungan antara dua variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam dua hal sebagai Hipotesis nol (H0) serta sebagai Hipotesis alternative ( Ha atau H1).49 Sesuai dengan hubungan antar variabel dan perumusan masalah diatas, maka penulis mengajukan hipotesis berikut ini: H01: Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Ha1: Price Earning Ratio (PER) berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index H02: Price to Book Value (PBV) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index Ha2: Price to Book Value (PBV) berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. H03: Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di JII. Ha3: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di JII. H04: Long-term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di JII. 49
Said Kelana Asnawi dan Chandra Wijaya, Riset Keuangan: Pengujian-Pengujian Empiris. Jakarta: PT. Graha Pustaka Utama. 2005, hlm.252
41
Ha4: Long-term Debt to Capitalization Ratio (LDCR) berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di JII. H05: Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), Long-term Debt to Capitalization Ratio (LDCR), tidak berpengaruh terhadap tingkat return saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Ha5: Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Debt to Equity Ratio (DER), Long-term Debt to Capitalization Ratio (LDCR), berpengaruh terhadap tingkat return saham perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index(JII).