BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Tabungan Mudharabah 1.
Pengertian akad Mudharabah Mudharabah berasal dari kata “dharb”, artinya memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang menggerakan kakinya dalam menjalankan usahanya. Mudharabah merupakan bahasa penduduk iraq, sedangkan menurut bahasa penduduk hijaz disebut dengan istilah qiradh1. Penjabaran mudharabah juga bisa diartikan dalam urusan berdagang, yaitu bisa sebut juga qiradh yang artinya adalah potongan yang dimana pemilik modal memotongkan sebagian hartanya untuk diperdagangkan oleh pengusaha yang dimana sebagian hasil keuntungannya untuk bisa dibagi secara bersama. Secara istilah mudharabah adalah perjanjian antara dua belah pihak yaitu shahibul maal dan mudharib yang dimana shahibul maal memberikan atau menyediakan atau memberikan modal sepenuhnya baik bentuk uang ataupun barang kepada mudharib untuk dikelola menjalankan suatu usahanya untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang didapatkan telah di tuangkan dalam kontrak perjanjian dalam bentuk nisbah bagi hasil, namun shahibul maal tidak turut serta dalam manajemen usaha yang dikelola oleh mudharib. 1
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). hlm. 224.
21
22
Jika usaha yang dijalankan oleh mudharib mengalami kerugian karena kelalaian mudharib. Shahibul maal tidak bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian usaha yang dilakukan oleh mudharib. Namun, jika kerugian ditanggung oleh shohibul maal tidak karena kelalaian shahibul maal dalam menjalankan usahanya maka sepanjang kerugian itu akan ditangggung sepenuhnya oleh shahibul maal. Sedangkan mudharib menganggung segala jerih upaya, masa dan waktu dalam menjalankan aktifitas atau usahanya. Dalam hukum islam akad mudharabah di perbolehkan, karena hal ini berlandaskan dengan atas dalil-dalil yang terdapat dalam al Qur’an Di antara dalil-dalil yang membolehkan praktik akad mudharabah tersebut adalah sebagai berikut ..ضالً ِّمه َّربِّ ُك ْم ْ َاح أَن تَ ْبتَ ُغى ْا ف ٌ َس َعهَ ْي ُك ْم ُجن َ نَ ْي “Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu”. (al-Baqarah: 198). ٌ ثَ َال: سهَّ ْم ث فِي ِههَّ ا ْنبَ َر َكةُ اَ ْنبَ ْي ُع ْ ص َه ْ صا ُ يب اَنَّ اننَبِ ِّي َر ُ ِْنح بِه َ صهَّي ا هلل َعهَ ْي ِو وآنِ ِو َو َ ِس ْى ُل ا هلل َ َع ِه )ت ََل ِنهبَ ْي ِع (رواه ابه ماجو عه صهيب َّ ا ْنبُ ِّر بِا ن,ُ َوا َخ ْهط,ُضة َ اِ نَى اَ َج ٍم َو ا ْن ُمقَا َر ِ ش ِع ْي ِر نِ ْهبَ ْي Artinya : “Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqharadah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah dari shuhaib no.2280, kitab at-Tijarah)”.2
2
Muhammad Syafi’i, 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani. Hlm. 96
23
Mudharabah dikenal sebagai suatu akad atau perjanjian dan sekian uang untuk dipertindakkan oleh amil (pengusaha) dalam perdagangan, kemudian keuntungannya dibagikan diantara keduanya menurut syaratsyarat yang ditetapkan terlebih dahulu baik dengan sama rata maupun dengan kelebihan yang satu atas yang lain. Tujuan akad mudharabah adalah upaya ada kerjasama kemitraan anatara pemilik harta (modal) yang tidak ada pengalaman dalam perniagaan atau perusahaan atau tidak ada peluang untuk berusaha sendiri dalam lapangan perniagaan, perindustrian dan sebagainya dengan orang berpengalaman di bidang tersebut tapi tidak punya modal. Ini merupakan suatu langkah untuk menghindari menyianyiakan modal pemilik harta dan menyia-nyiakan keahlian tenaga ahli yang tidak mempunyai modal untuk memanfaatkan keahlian mereka.3 2.
Rukun dan Syarat Mudharabah Rukun mudharabah adalah: a. Orang yang berakad, shohibul maal (pemilik modal) dan mudharib (pelaksana) b. Modal (maal) c. Kerja/usaha d. Keuntungan e. Akad (ijab/qobul)
3
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi hasil Usaha Bank Syari’ah. (Jakarta: Ekonesia. 2005). hlm 32.
24
Syarat mudharabah adalah a. Orang terkait dalam akad cakap hukum b. Syarat modal yang digunakan berbentuk uang bukan barang, jelas jumalhnya, tunai bukan berbentuk utang dan langsung diserahkan kepada mudharib (pengelola) c. Pembagian keuntungan harus jelas, dan sesuai dengan nisbah yang disepakati Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keungan (PSAK) 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, dijelaskan karakteristik mudharabah (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 6 sampai dengan 11) adalah mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka (PSAK 59 – Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 6). Jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana (mudharib) seperti penyelewangan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. (PSAK 59 – Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 7). Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat). (PSAK 59 – Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 8), Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam pengelolaan investasinya (PSAK 59 – Akuntasni Perbankan Syariah, paragraf 9).
25
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana (mudharib) mengenai tempat, cara, dan obyek investasi, Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun pengelola dana (mudharib). Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana makadana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah.4 3.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Tentang Tabungan Dasar hukum atas produk perbankan syariah berupa tabungan
dalam hukum di Indonesia adalah UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Saat ini secara khusus mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang produk Perbankan Syariah. Tabungan sebagai salah satu produk penghimpunan dana juga mendapatkan dasar hukum dalam PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan antara lain bahwa pemenuhan Prinsip Syariah dilakukan melalui kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan akad mudharabah. Sebelum keluarnya PBI tersebut, tabungan sebagai produk perbankan syariah telah mendapatkan pengaturan dalam fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 12 Mei 2000 yang intinya menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan dalam menyimpan
4
Ibid, hlm 43.
26
kekayaan, memerlukan jasa perbankan, salah satu produk perbankan di bidang penghimpunan dana yang penarikannyahanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet, giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.5 Para Ulama menyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai kepandaian dalam usaha memproduktifikannya, sementara itu, tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki harta namun ia mempun yai kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama di antara kedua pihak tersebut. Menurut Fatwa Dewan Nasional ketentuan umum tabungan berdasarkan mudharabah : a.
Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dana bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b.
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan
mengembangkannya,
termasuk
di
dalamnya
mudharabah dengan pihak lain. c.
Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuik tunai dan bukan bentuk piutang.
5
Ibid
27
d.
Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e.
Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f.
Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.6
B. Aplikasi Tabungan Mudharabah Pada Bank Syariah Tabungan Mudharabah merupakan produk realisasi dari produk perhimpunan dana yang disebut juga dengan funding yang dilakukan untuk meyalurkan dana ke masyarakat melalui pembiayaan. Tabungan mudharabah adalah tabungan pemilik dana yang penyetorannya dan penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang disepakati sebelumnya. Dalam aplikasi tabungan mudharabah bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerjasama antara pemilik (shahibul al maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dan tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. keuntungan yang diperoleh dibagi antar keduanya dengan perbandingan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.7
6
Tim Penyusun Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional,(Jakarta: CV.Gaung Persada. 2006) .hlm 8-13. 7 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah. (Jakarta: Ekonesi. 2005), hlm. 32.
28
Dalam perbankan Islam, perjanjian mudharabah telah diperluas menjadi meliputi tiga pihak : 1) Para nasabah penyimpan dana (depositors) sebagai shahib Al-mal 2) Bank sebagai suatu perantara 3) Pengusaha sebagai mudharib yang membutuhkan dana. Bank bertindak sebagai pengusaha (mudharib) dalam hal bank menerima dana dari nasbah penyimpan dana (depositor), dan sebagai shahib Al-mal dalam hal bank menyediakan dana bagi para nasabah debitor selaku mudharib. Syarat-syarat utama yang menyangkut perjanjian mudharabah bagi perbankan Islam adalah : a) Bank menerima dana dari masyarakat atas dasar mudharabah (bank bertindak dalam kedudukannya selaku mudharib). Tidak dipersyaratkan adanya pembatasan-pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana nasabah, baik yang menyangkut kegiatan yang dapat dilakukan bank, jangka waktu, maupun lokasi kegiatan itu. Dengan kata lain, bentuk mudharabah antara nasabah penyimpan dana dan bank adalah bentuk mudharabah yang tidak terbatas (mudharabah mutlaqah). 8 b) Bank berhak menanamkan dana yang didepositkan oleh nasabah langsung dalam bentuk investasi dan untuk keperluan overhead cost dari bank itu sendiri dan atau menawarkan dana itu kepada para pengusaha nasabah bank.
8
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syari’ah di Indonesia. (Gajah Mada University Press, Yogyakarta: 2009). hlm 94.
29
c) Bank boleh menggabungkan keuntungan (dan kerugian) dari investasiinvestasi lain dan bagi keuntungan bersih dengan penyimpan dana berdasarkan perbandingan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam hal terjadi kerugian, para penyimpan dana akan mengalami kerugian atas sebagian atau seluruh jumlah dananya. Imbalan kepada bank harus ditentukan secara tegas sebagai bagian dari keuntungan. d) Berbeda dengan perjanjian mudharabah antara nasabah penyimpan dana dan bank yang berbentuk mudharabah yang tidak terbatas (mudharabah mutlaqah), bank dapat melakukan bentuk mudharabah yang terbatas (mudharabah muqayyadah) apabila dana itu disediakan oleh bank bagi para nasabah. Bank mempunyai hak menentukan syarat-syarat atas penggunaan dana tersebut yang menyangkut jenis dari kegiatankegiatan itu, jangka waktu, lokasi dari proyek-proyek yang dibiayai dan berhak menyelia investasi-investasi tersebut. Namun, pembatasan ini tidak boleh diformulasikan sedemikian rupa sehingga merugikan kinerja nasabah yang bersangkutan. Apabila suatu proyek diberi pembiayaan oleh bank, maka bank tidak boleh mencampuri manajemen dari investasi yang bersangkutan. 9 e) Bank tidak diperkenankan meminta jaminan apapun dari nasabah (mudharib) yang bersangkutan, yang bertujuan untuk menjamin modal dari bank yang diberikan kepada nasabah, dalam hal ini terjadi kerugian.
9
Ibid
30
f) Tanggung jawab dari bank dalam kedudukannya sebagai shahibul Almal, terbatas hanya sampai pada modal yang disediakan. Sedangkan tanggung jawab nasabah dalam kedudukan sebagai mudharib terbatas semata-mata kepada kerja dan usahanya (jerih payahnya) saja. g) Nasabah berbagi keuntungan dengan bank sesuai dengan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya, yaitu sebelum fasilitas mudharabah itu diberikan oleh bank. h) Sampai investasi mengahasilkan keuntungan, bank diperbolehkan membayar gaji nasabah yang bersangkutan (demi menuunjang biaya hidup diri dan keluarganya, belum dapat ditunjang oleh penerimaan keuntungan yang diperoleh dari proyek yang dikelolanya). Gaji tersebut ditentukan berdasarkan tingkat gaji yang berlaku di pasar.10 Prinsip mudharabah secara aplikatif diwujudkan dalam bentuk produk dalam perbankan, antara lain tabungan, deposito, dan pembiayaan. Dalam hal ini produk perbankan yang biasa digunakan pada akad mudhabarah adalah produk tabungan yang dimana dari segi peminat nasabah lebih banyak. Tabungan mudhabarah adalah dana yang disimpan nasabah akan dikelola bank untuk memperoleh keuntungan dengan sistem bagi hasil sesui dengan kesepakatan bersama. Dana yang disimpan melalui produk ini bisa diambil sewaktu-waktu oleh nasabah. Secara teknis, variabel besar simpanan diperhitungkan menurut saldo rata-rata. Dengan kata lain, tingkat fluktuasi dana tabungan juga ikut
10
Ibid
31
menentukan besar kecilnya laba dan rugi (profit and loss sharring) yang diperoleh kedua belah pihak.11
C. Mobilisasi Dana Dari Pihak Ketiga Pada Bank Syariah Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana dari masyarakat, baik berskala kecil maupun besar, dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan masalah yang paling utama. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa atau membuat bank tidak berfungsi sama sekali. Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang di miliki atau yang dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik itu sendiri tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan modal yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali, baik secara langsung atau secara berangsur-angsur. Dalam pandangan syariah, uang bukanlah merupakan suatu komoditi melainkan hanya sebagai alat untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis. Untuk menghasilkan keuntungan uang yang harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi di pasar, baik secara langsung melalui transaksi seperti perdagangan, industri manufaktur, sewa-menyewa atau secara tidak langsung melalui penyertaan modal guna melakukan suatu usaha. 11
Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Syariah, (Bandung: Pustaka Mulia dan Fakultas Syariah IAIN Sunan Gunung Djati, 2000), hlm 18-19.
32
Berdasarkan prinsip tersebut bank syariah dapat menarik dana pihak ketiga atau masyarakat dalam bentuk. a.
Titipan
(wadiah)
simpanan
yang
dijamin
keamanan
dan
pengembaliannya tetapi memperoleh imbalan atau keuntungan. b.
Partisipasi modal bagi hasil dan berbagai resiko untuk investasi umum seperti mudharabah di mana bank akan membayar bagian keuntungan secara proposional dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut.
c.
Investasi khusus dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh keuntungan, jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil resiko atas investasi tersebut. 12
Dengan demikian sumber dana bank syariah terdiri dari 1.
Modal inti (core capital) modal ini adalah dana dari modal sendiri dimana dana yang berasal dari pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana inti modal terdiri dari a.
modal yang disetorkan oleh pemegang saham sumber utama dari modal perusahaan adalah saham
b.
cadangan yaitu sebagaian laba bank yang tidak dibagi lagi, yang disisihkan
untuk
menutup
timbulnya
resiko
kerugian
dikemudian hari. 12
hlm. 51.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syari’ah. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN.2002)
33
c.
laba ditahan yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada pemegang saham tetapi oleh pemegang saham sendiri (melalui rapat umum pemegang saham) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank
2.
Kuasi ekuitas (mudharabah accont) Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul al maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh mencapuri pengelolaan bisnis sehari-hari. keuntungan
yang
diperoleh
dibagi
antara
keduanya
dengan
perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana sedangkan pengelolaan tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan. Berdasarkan prinsip ini kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi investor berupa: a.
rekening investasi umum (deposito mudharabah), dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah. Simpanan yang diperjanjikan untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah bertindak sebagai shahibul maal, sedangkan keduanya menyepakati pembagian laba (bila ada) yang dihasilkan dari penanaman dana tersebut dengan nisbah tertentu. Jika
34
mengalami kerugian, nasabah menanggung kerugian tersebut dan bank kehilangan keuntungan. b.
rekening investasi khusus (giro mudharabah) dimana bank bertindak sebagai manajer investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan lain) atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka ke unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau mereka hendaki. Rekening ini dioperasikan berdasarkan prinsip mudharabah muqoyadah.
Bentuk
investasi
dan
nisbah
pembagian
keuntungannya biasanya dinegosiasikan secara kasus per kasus.13 c.
Rekening tabungan mudharabah, prinsip mudharabah juga digunakan untuk jasa pengelolaan rekening tabungan. Salah satu syarat tabungan mudharabah adalah berbentuk uang dalam jumlah tertentu dan di serahkan kepada mudharib. Oleh karena itu tabungan
mudharabah
tidak
dapat
ditarik
sewaktu-waktu
sebagaimana tabungan wadiah. Dengan demikian tabungan mudharabah biasanya tidak diberikan fasilitas seperti ATM, karena penabung tidak dapat menariknya kembali dananya dengan leluasa. Dalam aplikasi bank syariah melayani tabungan mudharabah dalam bentuk targeting saving. Seperti tabungan korban, tabungan haji atau tabungan lain yang dimaksudkan
13
Ibid
35
untuk suatu pencapaian target kebutuhan dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. 3.
titipan (wadiah) simpanan tanpa imbalan (non remunerated deposit). Selain bank menerima dana investasi, bank juga menrima dana titipan. dana titipan adalah dana pihak ketiga yang di titipkan pada bank yang umumnya giro atau tabugan. Pada umumnya dana titipan (wadiah) dikembangkan menjadi dua yaitu a.
rekening giro wadiah dalam hal ini bank menggunakan prinsip wadiah yadhomanah yang berfungsi menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadiah. Bank berhak atas pendapatan yang diperoleh dari harta titipan namun bank tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau keuntungan apapun kepada pemegang rekening wadiah dan juga pemegang rekening tidak boleh mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan rekening wadiah
b. rekening tabungan wadiah simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuj menariknya kembali.14
D. Strategi Pengembangan Produk pada Bank Syariah Dalam pengembangan produk pada bank syariah dibutuhkan perencanaan strategi yang di harapkan mampu bersaing dengan perbankan
14
Ibid
36
konvensional. Tujuan utama dalam perencanaan strategi adalah membantu peruhasaan memilih dan mengelola usaha bisnisnya sehingga perusahaan tetap sehat walaupun peristiwa yang tidak diharapkan melanda bidang usaha atau lini produk tertentu. Perencaaan strategi memerlukan tiga kunci yaitu pengelolaan unitunti bisnis perusahaan sebahai salah satu contoh protofolio investasi, pengevaluasian kekuatan setiap unit bisnis secara tepat dengan mempertimbangkan tingkat pertumbahan pasar dan posisi serta kesesuaian tiap-tiap perusahaan di pasar tersebut dan untuk tiap-tiap unit bisnisnya, perusahaan harus mengembangkan suatu perencanaan dalam bentuk pengadaian untuk mencapai tujuan jangka panjangnya. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk dijual. Produk dalam arti luas, meliputi bentuk fisik, servis/jasa, orang, organisasi, tempat, ide, rights (hak paten). Perencanaan produk dalam satu unit usaha membuat marketing planning untuk mencapai tujuannya di pasar produk tersebut. Marketing planning dilaksanakan pada dua tingkat yaitu, rencana pemasaran strategis yaitu bank syariah mengembangkan tujuan dan stregai pemasaran yang luas berdasarkan analisis situasi dan peluang pasar saat ini. Rencana pemasaran taktis yaitu bank syariah menggariskan taktis pemasaran yang spesifik yang terdiri atas oeriklanan, penjualan, penetapan harga, saluran distribusi dan pelayanan.
37
1.
Pemasaran produk pada Bank Syariah Dibentuknya UU no 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pada 16 Juli 2008 lalu semakin memperkuat basis perbnkan syariah di Indonesia. payung hukum ini juga bisa digunakan oleh perbankan syariah untuk menjajarkan diri dengan perbankan konvensional. Dalam ilmu marketing mengenal konsep klasik marketing mix untuk melakukan penetrasi pasar, yaitu untuk menembus pasar di perlukan beberapa strategi terhadap komponen yang terdiri atas product (produk), price (harga), place (tempat atau saluran distribusi), dan promotion (promosi). a.
Product (produk), sama halnya dengan perbankan konvensional, produk yang dihasilkan bukan berupa barang melainkan jasa.
b.
Price (harga) merupakan satu-satunya elemen pada pendapatan dalam merketing mix. Penentuan harga jual berupa jasa yang ditawarkan dalam perbankan syariah merupakan salah satu faktor terpenting untuk menarik minat nasabah. Pengertian harga dalam perbankan syariah juga bisa dianologikan dengan melihat seberapa besar pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapakan sebuah manfaat dalam bentuk jasa yang setimpal atas pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut. Ketika jasa yang dihasilkan oleh perbankan syariah mampu memberikan nilai tambah (keuntungan) lebih dari perbankan konvensional pada saat
38
ini, artinya harga yang ditawarkan oleh perbankan syariah mampu bersaing, bahkan berhasil mengunggah perbankan konvensional. c.
Place (tempat atau saluran distribusi) penetrasi pasar perbankan syariah tidak akan berhasil tanpa didukung oleh tempat atau saluran distribusi yang baik pula utnuk menjual jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Untuk melakukan penetrasi pasar pelayanan perbankan syariah harus diserbarkan sehingga ke pelosok daerah. Untuk itu dibutuhkan modal kerja jika harus dilakukan secara serentak atau bersamaan.
d.
Promotion (promosi) juga menjadi salah satu faktor pendukung kesuksesan dalam perbankan syariah. Dalam marketing efektivitas iklan sering digunakan untuk menanamkan brand image. Ketika brand image sudah tertanam di benap masyarakat umum, menjual salah satu produk, baik dalam bentuk barang maupun jasa akan terasa jauh lebih mudah. Kurangnya sosialisasi atau promosi yang dilakukan oleh perbnkan syariah menjadi salah satu faktor lambannya perbankan syariah.15
2.
Prinsip Syariah Marketing Pada Bank Syariah pada perbankan syariah memiliki prinsip syariah marketing yang menjadi landasan di bank syariah. syariah marketing dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
15
Heri Susanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah. (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2013) hlm 73-76.
39
a. Lanskap bisnis syariah marekting 1) Information technology allows us to be transparent Perubahan adalah salah satu hal yang pasti akan terjadi. Kekuatan perubahan terdiri atas lima unsur yaitu perubahan teknologi, perubahan
politik-legal,
perubahan
sosial-kultur,
perubahan
ekonomi dan perubahan pasar. 2) Be respectful to your competitiors (competitor) Dalam
menjalankan
syariah
marketing
perusahaan
harus
memperhatikan cara mereka mengahadapi persaingan usaha yang serba dinamis. 3) The emergence of costomers global paradox (costomer) Pengaruh inovasi dan tenologi mendasari terjadinya perubahan budaya, hal ini bisa dicermati lahirnya revolusi dalam bidang teknologi yang mengubah cara pandang perilaku masyarakat. 4) Develop a priritual-based organization Dalam era grobal dan ditengah situasi serta persaingan kondisi usaha yang semakin ketat, perusahaan harus merenungkan kembali prinsip-prinsip dasar perusahaanya. b. Syariah marketing strategy (strategi marketing syariah) 1) View market universally (segmentation) Segmentasi adalah seni mengidentifikasikan serta memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar.
40
2) Target customer’s heart and soul (targetiing) Targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif karena sumber daya yang dimiliki terbatas. 3) Bulid a belief system (positioning) Positioning adalah strategi untuk merebut posisi di benak konsumen, menyangkut cara membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetensi bagi pelanggan. c. Syariah marketing tactic 1) Differ yourself with a good package of content and context (differentation)
didefinisikan
sebagai
tindakan
merancang
seperangkat perbedaan yang bermakna dalam tawaran perusahaan. 2) Be hornest with your 4Ps (marketing mix) Pada 4P sebagai marketing mix yang elemen-elemennya adalah product (produk), price (harga), place (tempat/distribusi), dan promotion (promosi). Akan tetapi marketing mix yang dimaksud adalah cara mengintegrasikan tawaran dari perusahaan (company’s offerrs) dengan akses yang tersedia (company’s access). 3) Practice a relationship-based selling (selling) Selling disini bukan berarti aktifitas menjual produk kepada konsumen semata. Penjualan dalam arti
sederhana adalah
penyerahan suatu barang atau jasa dari penjual kepada pembeli dengan harga yang disepakati atas dasar sukarela.
41
d. Syariah marketing value 1) Use a spiritual brand character (brand) Brand atau merek adalah suatu identitas terhadap produk jasa perusahaan. Brand mencerminkan nilai (value) yang diberikan kepada konsumen. 2) Services sholud have the ability to transform (service) Untuk menjadi perusahaan yang besar dan sustainable, perusahaan berbasis syariah marketing harus memperhatikan produk yang ditawarkan untuk menjaga kepuasan terhadap pelanggannya. 3) Practicee a reliable business process (process) Proses mencerminkan tingkat quality, cost, dan delivery yang sering di singkat dengan QCD. Proses dalam tingkat kualitas adalah menciptakan proses yang sering mempunyai nilai lebih untuk konsumen. e. Syariah marketing scorecard Create a balanced value to your stakeholders (scorecard) Prinsip dalam syariah marketing adalah menciptakan value para stakeholders dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value bagi para stakeholders ini akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan.
42
f. Syariah marketing enterprise 1) Create a noble cause (inspiration) Sebagaimana layak manusia, setiap perusahaan harus memiliki impian (dream) untuk mencapai kesuksesan. Impian inilah yang akan
dicapai
oleh
perusahaan
sepajang
perjalanan
untuk
mewujudkan tujuan perusahaan. 2) Develop an ethical corporate culture (culture) Pada perusahaan berbasis syariah, budaya perusahaan yang berkembang sudah pasti berbeda dengan perusahaan konvensional. Para karyawannya wajib menjaga hubungan antar sesama dari mulai tingkat paling atas (manajerial) sampai tingkat paling bawah (staf).16
16
Ibid hlm 70-72.