BAB II LANDASAN TEORI A. Teori signaling (signaling theory) Menurut Wolk dalam Reza Suryadi (2013:8) teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
5
6
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. B. Economic Value Added (EVA) 1. Definisi Economic Value Added (EVA) Menurut Brealey, Myers, & Marcus (2008:93): Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran kinerja perusahaan yang lebih baik daripada laba akuntansi. Laba dihitung setelah mengurangi semua biaya kecuali biaya modal. EVA menyadari bahwa perusahaan harus menutup biaya modal mereka sebelum mereka menambah nilai. Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G.Bennet Steward III,managing partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya “The Quest For Value”. Konsep Economic Value Added (EVA) diluncurkan Stern Steward & Co pada tahun 1989, Economic Value Added (EVA) merupakan modifikasi residual income. Steward berusaha memperbaiki residual income dengan melakukan penyesuaian atas Net Operating After Tax (NOPAT) dan capital. Menurut John D.Martin Et Al (2010 : 44) : Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomi (Economic Value Added – EVA), perbedaan laba usaha bersih setelah pajak (NOPAT) dan beban modal untuk periode tersebut (yaitu, produk dari biaya modal perusahaan dan modal yang diinvestasikan pada awal periode). Sedangkan Economic Value Added (EVA) menurut Rodoni dan Ali (2010: 25) diartikan sebagai berikut : EVA adalah suatu metode pengukuran kinerja keuangan perusahaan (Sten Stewad); diketahui tentang adanya atau tidaknya nilai tambah bagi penyandang dana dengan keberhasilan manajemen mengahasilkan laba pada suatu periode. Konsep EVA datang dari kemampuan manajer perusahaan untuk menghasilkan nilai tambahan (return) bagi investor. EVA merupakan selisih dari Net Operating Profit After Tax dikurangi cost of capital.
7
Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. Nilai EVA yang tinggi akan menarik para investor, karena semakin besar EVA semakin tinggi nilai perusahaan, yang berarti juga semakin besar keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham. C. Kelebihan Economic Value Added (EVA) Salah satu keunggulan EVA sebagai penilaian kinerja perusahaan adalah dapat sebagai penciptaan nilai (value creation). Kelebihan EVA menurut Brigham & Houston, (2006: 70) yaitu, : a. EVA bermanfaat sebagai alat penilai kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value crreation). b. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian tinggi dari pada biaya modalnya. c. Perhitungan EVA relatif lebih mendalam dibandingkan dengan rasio-rasio keuangan lainnya.
8
D. Kelemahan Economic Value Added (EVA) Economic Value Added memliki beberapa kelemahan juga. Menurut Dwi Martiningrum, dalam Praditha (2010 : 09) yaitu : a. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu. Seperti, loyalitas pelanggan. b. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu. c. Konsep ini tergantung pada tranparansi internal dalam perhitungan secara akurat. Dalam kenyataannya sering kali perusahaan tidak transparan dalam menjelaskan kondisi internalnya. E. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Menurut Arthur, John, Wiliam dan David (2010 : 44) terdapat beberapa rumusan dalam menentukan nilai EVA sebagai berikut :
EVA =NOPAT – ( WACC X Modal yang ditanamkan) EVA = NOPAT – Capital Charges
Dari rumusan yang sederhana tersebut diatas maka perhitungan EVA dapat dipahami sebagai berikut : a. Jika EVA > 0, nilai EVA positif berarti menunjukkan perusahaan telah menciptakan kekayaan selama masa operasionalnya. b. Jika EVA = 0, berarti perusahaan berada pada kondisi selama masa operasionalnya.
9
c. Jika EVA < 0, nilai EVA negatif berarti menunjukkan kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan. 1. Perhitungan NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Menurut Brigham and Houston (2010 : 108) Net Operating After Tax (NOPAT) atau laba bersih operasi setelah pajak merupakan laba yang dihasilkan suatu perusahaan jika perusahaan tersebut tidak memiliki hutang dan hanya memiliki aset operasi. Rumusan NOPAT adalah sebagai berikut : NOPAT = EBIT (1 – T)
Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax. EAT
= Earning After Tax.
i
= Beban Bunga Tahunan
T
= Tingkat Pajak
2. Menghitung tingkat pengembalian (rate of return) Menurut Tunggal (2009, : 6) rate of return merupakan Tingkat pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, yang diukur melalui produktivitas modal. Tingkat pengembalian dapat dihitung dengan rumus adalah sebagai berikut :
10
Dimana : NOPAT : Net Operating Profit After Tax Capital : total hutang + modal saham 3. Menghitung Weighted Average Cost Of Capital (WACC) Menurut Lukas Setia Atmajaya (2008 : 115) : “Perhitungan biaya modal sangatlah penting untuk maksimisasi nilai perusahaan yang di mengharuskan biaya-biaya termasuk biaya modal diminimumkan”. Estimasi biaya modal diperlukan sebagai dasar dalam keputusan penganggaran modal (capital budgeting) dan keputusan-keputusan lainnya semisal leasing dan modal kerja. Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak (after tax basis) karena arus kas setelah pajak adalah paling relevan untuk keputusan investasi. Biaya modal yang tepat untuk ini adalah Weighted Average Cost Of Capital (wacc). Tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam menetukan WACC, pada umumnya hutang jangka panjang dari modal sendiri merupakan unsur untuk menentukan WACC. Dengan demikian kita harus menghitung biaya hutang (cost of debt), biaya laba ditahan (cost of retained earnings), biaya saham biasa baru (cost of new common stock) dan biaya saham prefen (cost of preferred stock).
11
Menurut Tunggal (2008 : 3) WACC adalah : Jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang (cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proposinya dalam struktur modal perusahaan. Rumus WACC menurut Tunggal, (2008 : 30) : WACC = { (D x Rd) ( 1- tax)} + { (E x Re) } Dimana :
D = Tingkat modal dari hutang (debt) E = Tingkat modal dari ekuitas Rd = cost of debt Re = cost of equity
1.) Biaya Hutang (cost of debt) Tingkat pengembalian yang diharapkan investor atas hutang merupakan pengembalian yang dituntut kreditor ketika mereka meminjamkan uang kepada perusahaan. Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan apabila mendapatkan dana untuk perusahaan dengan cara meminjam dari pihak lain, dengan meminjam dari pihak lain maka akan timbul bunga yang merupakan biaya bagi perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut :
12
2) Biaya Ekuitas (cost of equity) Biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian (return) yang diingikan investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba sebagai akibat dari tambahan resiko atas keputusan yang diambil perusahaan.
Biaya Ekuitas (Re) = 1 / PER
Dimana
4. Perhitungan Invested Capital Menurut Tunggal (2008 : 39) Invested Capital adalah : Jumlah seluruh pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non-interest bearing liabilities) seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan dan sebagainya. Perhitungan invested capital dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Pendekatan Operasi (Operating Approach) Invested capital = kas + working capital requirement + aktiva tetap
Sedangkan
Working capital requirement = (persediaan + piutang dagang + aktiva lancar lainnya) – (hutang dagang + biaya- biaya msh harus dibayar + muka pelanggan)
13
b) Pendekatan Keuangan (Financing Approach)
Invested capital = pinjaman jangka pendek + pinjaman jangka panjang lainnya (interest bearing liabilities) + ekuitas pemegang saham
5.
Menghitung Capital Charge Menurut Tunggal ( 2008 : 3) “Capital Charges atau Capital Cost adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko usaha dari modal yang ditanamkannya “. Rumusan dari Capital Charges adalah : Capital charges = modal yang diitanamkan x WACC
E . Saham Pada jaman pertumbuhan ekonomi dewasa ini masyarakat berinvestasi dalam bentuk saham, Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan dibursa efek. Saham didefinisikan sebagia penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan (Rodoni dan Ali, 2010 :53). Pemegang saham adalah pemilik dari sebuah perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham biasa memiliki hak untuk memilih direkturdirektur perusahaan yang selanjutnya akan memilih para pejabat yang akan mengolal bisnis. Pemegang saham dapat hadir dalam rapat umum tahunan dan memilih secara langsung, tetapi pada umumnya mereka mengalihkan hak pilih mereka kepada pihak kedua melalui suatu mandat. Namun, jika
14
keuntungan memburuk dan para pemegang saham merasa tidak puas, kelompok luar mungkin dapat mengambil mandat tersebut sebagai usaha untuk menggulingkan manajemen dan mengambil alih bisnis. Hal ini dikenal dengan perebutan mandat (proxy fight) Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga para pemegang saham berhak menentukan menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh deviden yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham pun turut menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut. Modal saham adalah unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan, sebagai bukti kepemilikan atas saham, perseroan terbatas menerbitkan sertifikat sahamnya. Saham yang dikeluarkan perusahaan merupakan bukti pembayaran pemegang saham kedalam perusahaan. Jumlah yang terakumulasi dalam perusahaan dinamakan dengan nama modal saham. Perwakilan kepemilikan seseorang didalam suatu perseroan terbatas tercermin dalam sedikit banyaknya lembar saham yang dimiliki. Semakin banyak lembar saham yang dimiliki akan semakin besar derajat kepemilikannya.
15
1.
Jenis-Jenis Saham Saham dapat dibedakan melalui cara pengalihan dan hak tagihan atau manfaat yang diperoleh oleh para pemegang saham diantaranya sebagai berikut (Kamaruddin Ahmad, 2008:74) : a) Cara Peralihan Hak 1.
Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Diatas sertifikat saham ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas unjuk. Seseorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya sangat mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk harus berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena kalau saham tersebut hilang. Maka pemilik tidak dapat memintakan gantinya.
2.
Saham Atas Nama (Registered Stocks) Diatas sertifikat saham ini dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat didalam buku perusahan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Kalau sertifikat ini hilang, pemilik dapat meminta ganti. Semua perusahaan yang menerbitkansaham merupakan atas nama saham.
16
b) Hak Atas Tagihan (Klaim) 1. Saham Biasa (Common Stocks) Surat berharga yang paling banyak dan luas perdagangannya. Pemegang surat berharga ini memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RPUS) dan disamping memperoleh pembagian
keuntungan
(dividen)
dari
perusahaan
juga
kemungkinan adanya keuntungan atas kenaikan modal (nilai) surat berharga tersebut atau disebut capital again. Jenis saham biasa terdiri atas : (a) Blue chip stock. Saham yang mempunyai atas kualitas ranking investasi yang tinggi dan biasanya saham perusahaan besar dan memiliki
reputasi
yang
baik.
Mampu
menghasilkan
pendapatanyang tinggi dan konsisten dalam membayar dividen. (b) Income stock. Saham dari suatu emiten. Dimana emiten yang bersangkutan dapat membayar dividen tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. (c) Growth stock. Saham dari emiten merupakan pemimpin dalam industrinya dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu mendapatkan hasil diatas rata-rata. (d) Cycical stock. Saham yang mempunyai sifat mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara umum. Selain ekonomi makro mengalami ekspansi, emiten saham ini mampu mendapatkan penghasilan yang tinggi, juga
17
dengan kondisi sebaliknya. Seperti saham
yang bergerak
dibidang industri dasar dan kimia, property, baja, dan otomotif. (e) Defensive stock. Saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro, maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi harga saham ini tetap tinggi. Hal ini disebebkan emiten mampu menghasilkan pendapatan yang tinggi meskipun masa resesi. Emiten saham ini biasanya bergerak dalam industri yang
benar-benra
dibutuhkan
masyarakat,
seprti
saham
perusahaan GAS (PGAS), Telkom. (f) Speculatif stock. Saham yang emitennya tidak dapat secara konsisten mendapatkan pengahsilan dari tahun ke tahun. Tetapi emiten mampu menghasilkan yang baik dimasa yang akan datang. Seperti saham pertambangan. Dimana pendapatan saham pertambangan baru dapat dilihat pada masa yang akan datang. Pembagian deviden untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayar deviden untuk saham preferen Saham biasa mempunyai hak yang sama bagi pemegangnya yang dapat menentukan jalannya perseroan melalui rapat umum pemegang saham. Kadangkadang hak suara dalam rapat pemegang saham hanya diberikan pada saham biasa, tetapi sering juga saham preferen mempunyai hak suara. Saham biasa ini merupakan saham yang paling
18
banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar. Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasanya memiliki hak yaitu: a) Hak Kontrol - Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham. b) Hak menerima Pembagian Keuntungan - Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (Retained Earning) merupakan sumber dana intern perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam bentuk dividen. c) Hak Preemtive - (Preetive Right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan
tambahan
lembar
saham.
Jika
perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada pemegang
19
saham lama untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak berubah. 2.
Saham Preferen (Prefered Stock) Saham preferen merupakan saham yang mempunyai hak khusus melebihi pemegang saham biasa. Saham preferen disebut juga dengan saham istimewa sebab mempunyai banyak keistimewaan. Biasanya keistimewaan ini dihubungkan dalam hal pembagian deviden atau pembagian aktiva pada saat likuiditas. Kelebihan dalam hal pembagian deviden adalah bahwa deviden yang dibagi pertama kali harus dibagikan untuk saham preferen, kalau ada kelebihan baru dibagikan kepada pemegang saham biasa. Deviden saham preferen tidak terutang atas dasar waktu, tetapi baru terutang jikasudah diumumkan oleh perusahaan. Dalam hal pimpinan perusahaan tidak mengumumkan pembagian deviden dalam suatu periode maka deviden tidak hilang. Biasanya saham preferen mempunyai nilai nominal dan devidennya dinyatakan dalam persentase dari nilai nominal. Apabila saham prioritas tidak mempunyai nilai nominal maka devidennya dinyatakan dalam bentuk rupiah dan bukan dalam bentuk persentase. Perbedaan saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa
20
berlaku dari saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa. Bebarapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut: 1. Preferen terhadap dividen
a) Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.
b) Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan, dan dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.
2. Preferen pada waktu likuidasi
Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva per usahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas aktiva adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayarkan jika bersifat kumulatif. Suatu perusahaan dapat mengeluarkan lebih dari satu macam saham preferen disebut saham preferen ke satu, saham preferen kedua
dan
seterusnya,
dimana
saham
preferen
kesatu
mempunyai klaim yang pertama terhadap laba dan saham
21
preferen kedua mempunyai klaim kedua dan seterusnya. Saham preferen dipisah lagi menjadi: 1. Saham preferen kumulatif Saham preferen kumulatif adalah saham preferen yang devidennya setiap tahun harus dibayarkan kepada pemegang saham dengan kata lain saham ini merupakan saham yang dijamin akan memperoleh deviden setiap tahunnya. Apabila dalam satutahun deviden tidak dapat dibayarkan maka pada tahun-tahun berikutnya deviden yang belum dibayar tersebut harus dilunasi dulu sehingga dapat mengadakan pembagian deviden untuk saham biasa. 2. Saham preferen tidak kumulatif Saham ini merupakan kebalikan dari saham preferen kumulatif. Dalam saham preferen tidak kumulatif pemegang saham tidak akan memperoleh pembagian keuntungan secara penuh manakala dalam suatu periode ada deviden yang belum dibayar. Dalam saham jenis ini, pemegang saham preferen akan mendapat proritas akan tetapi hanya sampai pada jumlah tertentu sehingga tidak seluruh deviden yang tidak dibayar akan dipenuhi seluruhnya, kadangkala tidak menutup kemungkinan bahwa deviden yang tidak dibayar pada tahun sebelumnya tidak akan dibayar ditahun kemudian.
22
3. Saham preferen partisipasi. Saham ini merupakan saham preferen dalam hak devidennya tidak terbatas dalam jumlah tertentu. Ini berarti saham ini disamping memperoleh deviden tetap juga akan memperoleh bonus (tambahan) deviden manakala perusahaan mencapai sasaran yang telah digariskan. 4. Saham preferen konvertibel saham preferen yang dapat diujur dengan surat berharga lain yang dikeluarkan oleh perusahaan lain yang menerbitkan saham ini umumnya hak konversi ditujukan untuk dapat ditukarnya saham preferen dengan saham biasa. Meskipun saham preferen umumnya mempunyai hak yang didahulukan dalam pembagian deviden akan tetapi dalam hubungannya dengan kekuasaan terhadap keberadaan perusahaan sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan saham biasa. G. Harga Saham Harga saham (Sartono, 2008:41) adalah harga sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima. Menurut Tri Utami (2012 : 25) harga saham adalah harga saham tahunan yang diperoleh dengan cara menjumlahkan harga saham pada saat penutupan bulan setiap periode penelitian yang selanjutnya jumlah tersebut dibagi menjadi 12 (dua belas). Harga saham terbentuk oleh hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Makin banyak orang yang ingin membeli, maka
23
harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, makin banyak orang yang ingin menjual saham, maka saham tersebut akan bergerak turun (Rusdin, 2008:66). Macam-macam harga saham yang ada didalam pasar modal seperti yang diungkapkan oleh Widiatmodjo (2005 : 55-57) : a. Harga pembukaan Harga pembukaan adalah harga yang diminta oleh penjual dan pembeli pada saat pembukaan perdagangan di bursa efek. Harga pembukaan bisa saja menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya bahwa harga pasar mungkin saja akan menjadi harga pembukaan. b. Harga penutupan Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian bisa terjadi pada saat akhir bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham. Kalau hal ini terjadi maka harga penutupan menjadi harga pasar. c. Harga tertinggi Harga ini merupakan harga yang paling tinggi yang terjadi dalam satu hari bursa. d. Harga terendah Harga ini merupakan harga yang paling rendah yang terjadi dalam satu hari bursa.
24
Penentuan harga saham mengacu pada beberapa pendekatan teori penilaian, dimana dalam perkembangannya paralel dengan persepsi pemodal (investor) yang berniat untuk menanamkan modalnya disuatu perusahaan. Pemodal akan memperhatikan apakah perusahaan penerbit saham (emiten) dalam keadaan kontinyu usaha, dalam keadaan bangkrut didirikan atau dalam keadaan bangkrut menghadapi risiko likuidasi. Pemodal yang bijaksana akan selalu mempertimbangkan risiko usaha. Terdapat
dua pendekatan untuk
melakukan analisis investasi yang berkaitan dengan harga saham yaitu: 1. Analisis Fundamental Menurut Jogiyanto (2008:126), analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai interistik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Analisis fundamental lebih menekankan pada penentuan nilai instrinsik dari suatu saham. Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analisis perlu memahami variabelvariabel yang mempengaruhi nilai instrinsik saham. Nilai inilah yang diestimasi oleh investor dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun yang underprice. Analisis ini beranggapan bahwa setiap investor adalah makhluk rasional, karena itu analisis ini mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perubahaan yang tercermin pada nilai kekayaan bersih perusahaan itu. Argumentasi dasarnya jelas yaitu nilai saham mewakili nilai perusahaan. Tidak hanya nilai instristik
25
pada sautu saat, tetapi juga dan bahkan lebih penting lagi harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai dikemudian hari. Informasi-informasi fundamental dari perusahaan diantaranya adalah : 1. Kemampuan manajemen perusahaan 2. Prospek perusahaan 3. Prospek pemasaran 4. Perkembangan teknologi 5. Kemampuan menghasilkan keuntungan 6.Manfaat terhadap perekonomian nasional 7. Kebijaksanaan pemerintah 8.Hak-hak yang diterima investor 2. Analisis Teknikal Menurut David dan Kurniawan (2010:1) analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakaan harga saham dengan mengamati
perubahan
harganya
diwaktu
yang
lalu,
volume
perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Analisis ini beranggapan bahwa penawaran dan permintaan menentukan harga saham. Para analis teknikal lebih banyak menggunakan informasi yang timbul dari luar perusahaan yang memiliki dampak terhadap perusahaan dari pada informasi intern perusahaan. Salah satu model yang popular pada analisi teknikal adalah support level dan resistance level. Model ini pada intinya,
26
menggambarkan bahwa harga saham selalu berfluktuasi naik dan turun, namun naik dan turunnya harga saham tersebut ada batasnya yaitu batas atas dan batas bawah. Jika pada periode tertentu harga saham tiba-tiba menurun, maka situasi akan mendorong para pemegang saham untuk ramai-ramai menjual sahamnya.penambahan penawaran ini akan mengakibatkan terjadinya over supply, sehingga akan terjadi downward pressure dan harga akan terus turun hingga mencapai suatu titik yang disebut support level (batas bawah). Pada titik ini para investor mulai merasa harga sudah cukup rendah untuk dibeli dan mereka mulai membeli saham. Situasi mass behaviour akan mendorong investor yang lain ikut membeli. Permintaan yang tinggi tersebut akan mendorong harga saham ke atas sampai pada tingkat resistance level (bagian atas). Pada titik ini investor yang merasa dapat merealisasikan keuntungan mulai menjual sahamnya. Dan berlaku adagium teknikalis : “price move in trends and historis repeats it self”
27
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham Harga pasar saham berubah setiap saat, dengan demikian pada saat kondisi perusahaan menurun, maka harga saham juga akan turun. Demikian pula sebaliknya bila kondisi perusahaan membaik, harga saham akan naik. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, menurut Jeff Madura (2007 : 144) antara lain : a. Faktor yang dapat diukur dengan angka-angka : 1. Laba yang diperoleh selama beberapa tahun terakhir. 2. Bagian laba yang ditahan. 3. Peningkatan nilai harga tetap perusahaan. b. Faktor yang tidak dapat diukur dengan angka-angka : 1. Prospek usaha perusahaan dimasa yang akan datang. 2. Trade mark, good will 3. Kualitas manajemen. 4. Politik pemerintah yang mempengaruhi suku bunga dan pajak. Pengukuran faktor-faktor dengan tidak mempengaruhi angkaangka lebih sulit dilakukan, tetapi dapat dengan cara membandingkan dengan perusahaan yang sejenis dan dengan mengenal perusahaan tersebut dengan baik.
28
H. Pengaruh Economic Value Added Dengan Harga Saham
EVA didefinisikan ukuran kinerja perusahaan yang dihubungkan dengan penciptaan shareholder wealth sepanjang waktu. Economic Value Added (EVA) adalah net operating profit yang dikurangi dengan semua cost of capital dari investasi yang dilakukan. Jadi Economic Value Added (EVA) memfokuskan pada efektifitas manajerial dalam suatu tahun tertentu dengan mengestimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan.
Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G.Bennet Steward III,managing partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya “The Quest For Value”. Konsep Economic Value Added (EVA) diluncurkan Stern Steward & Co pada tahun 1989, Economic Value Added (EVA) merupakan modifikasi residual income. Steward berusaha memperbaiki residual income dengan melakukan penyesuaian atas Net Operating After Tax (NOPAT) dan capital.
Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan hanya akan memberi imbalan (reward) aktivitas yang menambah nilai dan membuang aktivitas yang merusak atau mengurangi nilai suatu keseluruhan perusahaan aktivitas yang value added dapat dipisahkan dari aktivitas non value added berdasarkan value added
assesment.
Diharapkan
pemilik
perusahaan
dapat
mendorong
manajemen untuk mengambil actions atau strategi yang value added karena hal ini memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan baik.
29
Pendekatan EVA merupakan metode penciptaan nilai (value creation) bagi para shareholder. Dengan kata lain, kenaikan EVA akan membawa pada kenaikan market value perusahaan, dimana ketika EVA bertambah berarti perusahaan mampu menghasilkan laba dan menciptakan nilai tambah bagi shareholdernya.
EVA
yang
positif
menunjukkan
bahwa
manajemen
perusahaan berhasil meningkat nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa EVA dengan harga saham saling berkaitan erat.
Harga saham suatu perusahaan tentunya berbeda-beda tergantung dari kinerja keuangan yang diciptakan oleh perusahaan. Perusahaan mampu menciptakan kondisi keuangan perusahaan dengan baik akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan. Semakin banyak investor yang berminat untuk menanamkan modalnya disuatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula harga saham pada perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena para investor beranggapan dengan terciptanya suatu kinerja keuangan yang baik akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi mereka.
30
I. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkenaan dengan analisis EVA telah banyak dilakukan berikut ini beberapa penelitian terdahulu : 1. Yose Rixus Pahala Christmas, 2010, meneliti pengaruh EVA terhadap harga saham (studi kasus pada perusahaan LQ45) menyimpulkan bahwa EVA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2. Yogi Marshall, 2009 meneliti pengaruh EVA, MVA, dan Arus Kas Operasi Terhadap Retun Saham dengan hasil bahwa EVA , MVA dan Arus Kas Operasi baik secara parsial maupun stimulan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan yang masuk kategori LQ45 di BEI periode Feb-Agustus 2008. 3. Ucok Saut Timbul dan Widyo Nugroho, 2009, melakukan anlisis pengaruh EVA, ROA, ROE, dan persentase kepemilikan modal saham asing terhadap harga saham perbankan di BEI dengan hasil baik EVA, ROA, dan PKMSA berpengaruh signifkan terhadap harga saham
sedangkan ROE tidak
berpengaruh. 4. Noer Sangsoko dan Nila Wulandari, 2006 melakukan penelitian dimuat diempirika, vol.19 no.1, juni 2006 dengan judul pengaruh EVA dan RasioRasio Profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEJ
untuk
periode
2001-2002,
adapun
rasio
profitabilitas
yang
dipergunakan adalah ROA, ROE, ROS, EPS, BEP. Hasil penelitiannya adalah bahwa hanya EPS saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga
31
saham, sementara variabel lainnya yaitu EVA, ROA, ROE, ROS, dan BEP tidak berpengaruh. 5. Ramadhan, 2011, melakukan penelitian pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan sektor food and baffarage periode 2008-2010, kriteria pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai analisis pengaruh antara pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham maka dapat disimpulkan variabel Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap harga saham
32
Tabel 2.1 Hasil penelitian terdahulu Nama peneliti dan
Judul penelitian
tahun penelitian
Variabel penelitian
Keterangan
Independen Dependen
Yose Rixus Pahala
pengaruh EVA
Christmas, 2010
terhadap harga saham
EVA
HS
EVA berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
(studi kasus pada perusahaan
LQ45 )
Yogi Marshall,
pengaruh EVA, MVA,
EVA
2009
dan Arus Kas Operasi
MVA
Terhadap Retun Saham
ARUS
RS
EVA, MVA, DAN AKO tidak memiliki pengaruh signifikan thd return saham dimana EVA memiliki pengaruh yang negatif dengan koefisien regresi sebesar -0,21, sementara MVA dan AKO memiliki arah pengaruh yang positif dengan nilai koefisien regresi masingmasing sebesar 0,109 dan 0,154
HS
-secara parsial EVA, ROA, dan Kepemilikan Modal Saham Asing berpengaruh thd harga saham asing berpengaruh thd harga saham perbankan, sementara variabel ROE secara parsial tdk berpengaruh thd harga saham.
KAS OPERASI
Ucok Saut Timbul
pengaruh EVA, ROA,
EVA
dan Widyo
ROE, dan Persentase
ROA
Nugroho, 2009
Kepemilikan Modal
ROE
Saham Asing Terhadap harga saham perbankan di BEI
PMKSA
-secara simultan variabel EVA, ROA, ROE dan PMKSA berpengaruh thd harga saham perbankan.
33
Noer Sangsoko dan pengaruh EVA dan Nila Wulandari,
Rasio-Rasio
2006
Profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di BEJ untuk periode
EVA
HS
ROA ROE
-EVA, ROA, ROE, ROS dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham dan tidak dapat dijadikan acuan untuk menetukan nilai perusahaan
ROS EPS
2001-2002 BEP Ramadhan, 2011
pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan sektor food and baffrage periode 2008-2010
Sumber : Data yang diolah
EVA
-Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham dan dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan
HS
EVA berpengaruh signifikan terhadap harga saham
34
J. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan alasan logis. Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu diatas, kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
EVA
HARGA SAHAM