BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, insurance. Insurance mempunyai pengertian; asuransi, jaminan. Kata asuransi dalam bahasa Indonesia telah diadopsi ke dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata pertanggungan. Yang dimaksud asuransi menurut Wirjono Prodjodikoro adalah suatu persetujuan pihak yang menjamin dan berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas. 1 Pengertian asuransi di atas, akan lebih jelas bila dihubungkan dengan pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang menjelaskan bahwa asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Disamping itu asuransi dari sudut pandang ekonomi merupakan metode untuk mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuntungan. Menurut sudut pandang bisnis, 1
asuransi
adalah
sebuah
perusahaan
yang
usaha
utamanya
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: Intermassa, 1987),
hlm.1
17
18
menerima/menjual jasa pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko di antara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang sosial asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota asuransi tersebut.2 Definisi asuransi sebenarnya bisa dideskripsikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandang ekonomi, hukum, bisnis, sosial ataupun berdasarkan pengertian matematika. Hal itu berarti terdapat lima definisi bagi asuransi. Tidak ada suatu definisi yang dapat memenuhi masing-masing sudut pandang tersebut. Asuransi merupakan bisnis unik, yang di dalamnya terdapat kelima aspek tersebut, yaitu aspek ekonomi, hukum sosial, bisnis dan aspek matematika. 3 Secara esensial ada lima unsur dalam asuransi, di antaranya adalah: a. Perjanjian yang mendasari terbentuknya antara keperdataan perikatan (muamalah). b.
Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung.
c. Adanya ganti rugi dari penanggung kepada pihak tertanggung jika terjadi klaim atau masa perjanjian selesai.
2
Hasan Ali, Asuransi Perspektif Hukum Islam Dalam; Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Prenada Media,2004), hlm. 59. 3 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syari’ah (Life and General), (Jakarta; Gema insani,2004), hal. 27.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
19
d. Adanya suatu peristiwa yang tak tentu dan adanya suatu risiko yang memungkinkan ada atau tidaknya risiko. e. Pihak-pihak melakukan perjanjian, yakni penanggung dan tertanggung. Kelima unsur yang terdapat dalam asuransi tersebut, memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, baik hubungan stuktural maupun fungsional Secara garis besar asuransi dapat diartikan sebagai transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak tertanggung dan penanggung dimana penanggung menjamin pihak tertanggung bahwa akan mendapatkan peggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula
belum
dapat
ditentukan
saat/kapan
terjadinya,
sebagai
kontraprestasinya sitertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung yang besarnya sekian persen dari nilai pertanggungan yang biasa disebut premi. Pengertian Asuransi Syariah dalam bahasa Arab asuransi disebut atta’min, penanggung disebut mu’ammin sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-Ta’min diambil dari kata amana memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah: “Dialah
Allah
yang
mengamankan
mereka
ketakutan”.(Quraisy:4) Dari kata tersebut muncul kata-kata yang berdekatan sebagai berikut.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
dari
20
( ) ا ال منة من الخو ف: aman dari rasa takut ( ) ا الما نةضدالخيا نة: amanah lawan dari khianat ( ) االيمان ضدالكفر: iman lawan dari kufur Dari arti terakhir di atas, dianggap paling tepat untuk mendefinisikan istilah at-ta’min, yaitu “Men-ta’min-kan sesuatu adalah seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang
mempertanggungkan atau
mengasuransikan
hidupnya,
rumahnya atau mobilnya.” Al-Fanjari mengartikan tadhamun,takaful,at-ta’min atau asuransi syariah dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min ke dalam tiga bagian, yaitu ta’min at-ta’awuni attaawuniy, ta’min altijari, dan ta’min al-hukumiy. Menurut Mustafa Ahmad Zarqa, makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun metodologi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya,asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
Dalam hal ini asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusi/premi yang mereka bayar untuk digunakan membayar klaim atas musibah yang dialami oleh
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
21
sebagian peserta.. Apabila terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. Dengan demikian, tidak terjadi transfer resiko ( transfer of risk atau memindahkan resiko) dari peserta ke perusahaan seperti pada asuransi konvensional.
B.
Landasan Hukum Asuransi Syariah 1. Al-qur’an Apabila dilihat sepintas keseluruhan ayat Al-qur’an tidak terdapat satu ayat pun yang menyebutkan istilah asuransi seperti yang kita kenal sekarang ini baik istilah at-ta’min ataupun at-takaful. Di antara ayatayat Al-qur’an tersebut antara lain: a. Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan. 1. QS. Al-Hasyr (59): 18 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui yang kamu kerjakan”. 2. QS. Yusuf (12): 47-49 “Yusuf berkata,supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa. Maka apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian akan datang tahun yang padanya manusia
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
22
diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu manusia memeras anggur”. b. Perintah Allah untuk saling menolong dan bekerja sama. 1) QS. Al-Maidah (5): 2 “…Tolong menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan
bertaqwalah
kamu
kepada
Allah,
sesungguhnya Allah aamat berat siksa-Nya”. 2) QS. Al-Baqarah (2): 185 “…Allah
menghendaki
kemudahan
bagimu,
dan
tidak
menghendaki kesukaran bagimu…” c. Perintah Allah untuk saling melindungi dalam keadaan susah. QS. Al-Quraisy (106): 4 “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan
lapar
dan
mengamankan
mereka
dari
ketakutan.” d. Perintah Allah untuk bertawakal dan optimis berusaha. “Sesungguhnya
Allah
hanya
pada
sisi-Nya
sajalah
pengetahuan tentang hari kiamat, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal.”(QS.Luqman (3): 34) Adapun dalam Konsep asuransi syariah berbeda dengan konsep asuransi konvensional. Dengan perbedaan konsep ini tentunya akan mempengaruhi operasionalnya yang dilaksanakan akan berbeda satu
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
23
dengan lainnya. Berikut adalah perbedaan antara asuransi syari’ah dan asuransi konvensional yang dikemukakan oleh Muhammad Syakir Sula. 4 Asuransi Syari’ah
No
Prinsip
Asuransi Konvensional
1.
Konsep
Perjanjian antara dua pihak Sekumpulan orang yang atau
lebih,
dengan
pihak
membantu,
penanggung saling menjamin dan
mengikatkan
diri
tertanggung menerima
mana saling
kepada bekerja sama dengan dengan cara
premi
masing-masing
asuransi, mengeluarkan
dana
untuk memberikan pergantian tabarru’ kepada tertanggung 2.
Asal-usul
Dari masyarakat Babilonia Dari
Al-aqidah,
4000-3000 SM yang dikenal kebiasaan dengan
perjanjian jauh
suku
sebelum
arab islam
Hammurabi. Dan tahun 1668 datang. Kemudian di M di Coffe House London sahkan oleh Rasulullah berdirilah Lloyd of London menjadi hukum Islam, sebagai cikal bakal asuransi bahkan telah tertuang konvensional
dalam kontitusi pertama di
dunia
(kontitusi
Madina) yang dibuat
4
Muhammad Syakir Sula, Landasan Syari’ah, Rapat Karja Nasional PT. Asuransi Takaful Keluarga (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 326-328.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
24
langsung Rasulullah 3.
Sumber
Bersumber
Hukum
manusia
dari dan
pikiran Bersumber dari wahyu
kebudayaan, Ilahi. Sumber hukum
berdasarkan hukum positif, dalam syari’ah Islam hukum alami dan contoh adalah sebelumnya
Al-qur’an, rasul,
Sunnah
ijma’,
fatwa sahabat, Qiyas, istihsan, dan Marshalih Mursalah 4.
Maghrib
Tidak selaras dengan syari’ah Bersih
(Maisir,
Islam karena adanya Maisir, praktik Gharar, maisir
dari
adanya
Gharar dan Gharar dan Riba, hal yang dan riba.
5.
Riba)
diharamkan dalam muamalah
DPS
Tidak ada, sehingga dalam Ada,
(Dewan
banyak
Pengawas
bertentangan dengan kaidah- pelaksanaan
Syari’ah)
kaidah syara’
yang
praktiknya untuk
berfungsi mengawasi
operasional perusahaan agar
terbebas
dari
praktik-praktik muamalah bertentangan
yang dengan
prinsip-prinsip syari’ah. 6.
Akad
Akad
jual-beli
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
(akad Akad tabarru’ dan akad
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
25
mu’awadah, akad
akad
gharra
idz’aan, tijarah
dan
mulzim) 7.
(mudharabah,
akad wakalah,
wadiah,
syirkah, dsb)
Jaminan/Ri
Transfer of
Risk, dimana Sharing of Risk, dimana
sk (Risiko)
terjadi transfer risiko dari terjadi
proses
saling
tertanggung
kepada menanggung antara satu
penanggung
peserta dengan peserta lainnya (ta’awun)
8.
Pengelola
Tidak ada pemisahan dana Pada
produk-produk
dana
yang
(life)
berakibat
terjadinya saving
terjadi
dana hangus (untuk produk pemisahan dana, yaitu dana tabarru’ (derma)
saving life)
dan
dana
peserta,
sehingga
tidak
mengenal istilah dana hangus.
Sedangkan
untuk term insurance (life)
dan
insurance
general semuanya
bersifat tabarru’ 9.
Investasi
Bebas melakukan investasi Dapat
melakuka
dalam batas-batas ketentuan investasi perundang-undangan,
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
dan ketentuan
sesuai perundang-
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
26
tidak terbatasi pada halal dan undangan,
sepanjang
haramnya objek atau sistem tidak investasi yang digunakan
bertentangan
dengan prinsip-prinsip syari’ah islam. Bebas dari riba dan tempattempat investasi yang terlarang
10.
Kepemilika
Dana yang terkumpul dari Dana yang terkumpul
n dana
premi menjadi
peserta
seluruhnya dari
peserta
milik perusahaan. bentuk
Perusahaan
iuran
bebas kontribusi,
menggunakan
dalam atau
merupakan
dan milik peserta (shahibul
menginvestasikan
kemana mal) asuransi syari’ah
saja
hanya
sebagai
pemegang
amanah
(mudharib)
dalam
mengelola dana tersebut 11.
Unsur
Unsur premi terdiri dari table Iuran atau kontribusi
premi
mortalita (mortality tables), terdiri
dari
unsur
bunga (interest), biaya-biaya tabarru’ dan tabungan asuransi (cost of insurance)
(yang
tidak
mengandung
unsur
riba)
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
tabarru’
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
juga
27
dihitung
dari
tabel
mortalita , tetapi tanpa perhitungan
bunga
teknik 12.
Loading
Loading
pada
konvensional
asuransi Pada sebagian asuransi
cukup
besar syari’ah,
terutama diperuntukan untuk (komisi
loading agen)
tidak
komisi agen, bias menyerap dibebankan
pada
premi tahun pertama dan peserta tapi dari dana kedua. Karena itu nilai tunai pemegang pada
tahun
pertama
saham.
dan Namun sebagian yang
kedua biasanya belum ada lainnya mengambilkan (masih hangus)
dari
sekitar
20-30
persen saja dari premi tahun pertama. Dengan demikian
nilai
tunai
tahun pertama sudah terbentuk 13.
Sumber
Sumber biaya klaim adalah Sumber
pembayara
dari
n klaim
sebagai
rekening
penanggung
perusahaan, klaim
diperoleh
konsekuensi pembayaran
dari
rekening
terhadap tabarru’ yaitu peserta
tertanggung. Murni bisnis dan saling
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
pembayaran
menanggung.
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
28
tidak ada nuansa spiritual
Jika salah satu peserta mandapat
musibah,
maka peserta lainnya ikut
menanggung
bersama risiko 14.
Sistem
Menganut konsep akuntansi Menganut
akuntansi
accrual basis, yaitu proses akuntansi cash basis, akuntansi
yang
terjadinya keadaan
mengakui mengakui
peristiwa non
mengakui
kas.
konsep
apa
yang
atau benar-benar telah ada, Dan sedangkan
pendapatan, basis
accrual dianggap
peningkaytan asset, expensis, bertentangan
dengan
liabilities dan jumlah tertentu syari’ah
karena
yang
adanya
dalam
baru
akan
waktu
dating
diterima mengakui
yang
akan pendapatan, hata, beban atau utang yang akan terjadi
dimasa
yang
akan datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat
terjadi
hanya
Allah yang tahu 15.
Keuntunga
Keuntungan yang diperoleh Profit yang diperoleh
n (profit)
dari
surplus
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
underwriting, dari
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
surplus
29
komisi reasuransi, dan hasil underwriting, investasi seluruhnya adalah reasuransi, keuntungan perusahaan
komisi
dan
investasi
hasil bukan
seluruhnya
menjadi
milik perusahaan, tetapi dilakukan
bagi
(mudharabah)
hasil dengan
peserta 16.
Misi Visi
dan Secara garis besar misi utama Misi
yang
diemban
dari asuransi konvensional dalam asuransi syari’ah adalah misi ekonomi dan misi adalah sosial
aqidah,
misi
ibadah (ta’awun), misi ekonomi (iqtishod) dan misi
pemberdayaan
umat (sosial)
Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
30
kepada kita untuk ta’awun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang ta’awun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan). Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekuensi maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi.
C.
Prinsip-prinsip Asuransi Syariah Prinsip dasar asuransi syariah ada sembilan macam 5, yaitu : 1.
Tauhid (unity)
2.
Keadalian (justice)
3.
Tolong menolong (ta’awun)
4.
Kerjasama (cooperation)
5.
Amanah (al-amanah)
6.
Keralaan (al-ridha)
7.
Larangan riba
8.
Larangan maisir (judi)
9.
Larangan gharar (ketidakpastian) Gharar dalam asuransi ada dua bentuk, yaiu : a)
Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis
5
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta : Kencana, cet ke-2, 2004) hlm. 125-136
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
31
b) Sumber dana pembayaran klaim Begitu pula ada prinsip yang digunakan dalam asuransi syariah khusus nya pada Asuransi Sinarmas antara lain : a. Prinsip Saling Bertanggung- jawab Para peserta asuransi bersetuju untuk saling bertanggungjawab antara satu sama lain. Memikul tanggungjawab dengan niat ikhlas adalah ibadah, hal ini dapat diperhatikan dari hadist-hadist berikut: “Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang beriman antara satu dengan lain seperti satu tubuh (jasad) apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh tubuh” (HR. Bukhari dan Muslim) b.
Prinsip Saling Kerjasama dan Bantu Membantu Salah satu keutamaan umat Islam adalah saling Bantu memabantu sesamanya dalam kebajikan, karena bantu-membantu itu merupakan gambaran sifat kerjasama sebagai aplikasi dari ketaqwaan kepada Allah SWT, diantara cerminan ketaqwaan itu ialah: Melaksanakan fungsi harta dengan betul, diantaranya untuk kebajikan social, menapati janji, Sabar ketika mengalami bencana
c. Prinsip Saling Lindung-Melindungi dari Berbagai Kesusahan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
32
Dalam ayat lain Allah menyampaikan, bahwa antar orang mukmin saling menolong antara satu sama lain, dalam artian saling melindungi sesama mereka, hal ini dapat dipahami dari surat al-Taubah (9): 71 Diantara sabda Rasul yang mengandung maksud perlunya saling melindungi ialah: “Sesungguhnya seseorang yang beriman ialah siapa yang boleh memberi keselamatan dan perlindumgan terhadap harta dan jiwa raga manusia” (HR Ibnu Majah). “Rasulullah bersabda: ‘Demi diriku dalam kekuasaan Allah, bahwa siapa pun tidak masuk surga kalau tidak memberi perlindungan jirannya yang terhimpit” (HR. Ahmad)
D. Fungsi Asuransi Syariah Adapun fungsi yang di kedepankan oleh asuransi syariah dari beberapa perspektif yaitu fungsi dari pelaksanaan syariat islam, fungsi dari segi pembangungan nasional dan fungsi dari segi pengelolaan dan pendayagunaan ekonomi umat.
E. Pengertian Akad Wakalah dalam Asuransi Syariah. Wakalah adalah pelimpahan wewenang oleh seseorang kepada orang lain sebagai pengganti dirinya atau mewakili kepentingannya dalam mengurus urusanya selama dia masih hidup.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
33
Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan atau melakukan kegiatan lain sebagaimana disebutkan pada bagian ketiga angka 2 (dua) Fatwa ini dengan imbalan pemberian ujrah (fee).6 Hadis nabi yang dapat dijadikan landasan wakalah:
ان رسول هللا صل هللا عليه وسلم بعث ااب رافع ورجل من االنصار فزوجاه ميمونة بنت احلرث “Bahwasannya Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshor untuk mewakilkannya mengawini Maimunah Bintil Harits”. Selanjutnya dijelaskan mengenai akad wakalah akan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut:7 1. Matinya salah seorang dari yang berakad karena salah satu syarat sah akad adalah orang yang berakat masih hidup. 2. Bila salah seorang yang berakat gila, karena syarat sah akad salah satunya orang yang berakat mempunyai akal. 3. Dihentikan pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti, dalam keadaan seperti ini al-wakalah tidak berfungsi lagi. 4. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil belum mengetahui, (pendapat Syafi’i dan Hambali).
6 7
Fatwa No.52/DSN-MUI/2006 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007 ) hlm 237
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
34
5. Wakil memutuskan sendiri, menurut Mazdhab Hanafi tidak pelu orang yang mewakilkan mengetahui pemutusan dirinya atau tidak perlu kehadirannya, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. 6. Keluar orang yang mewakilkan dari status pemilikan. Kedudukan dan ketentuan para pihak dalam akad wakalah bil ujrah: 1.
Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana .
2.
Peserta sebagai individu dalam produk saving bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa).
3.
Peserta sebagai suatu benda/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa).
4.
Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas izin muwakil (peserta).
5.
Akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.
6.
Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi, karena akad yang digunakan adalah akad wakalah.8 Dengan adanya akad wakalah kesulitan yang dihadapi akan terbantu. Akad wakalah bisa di laksanakan dengan atau tanpa upah. ketika akad wakalah bil ujrah telah sempurna, maka akad tersebut bersifat mengikat. Maka wakalah sering kali digunakan dalam asuransi lebih
8
Zainudi Ali, Hukum Asuransi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) hlm 148
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
35
tepatnya berinvestasi dan menyerahkan urusan untuk membayarkan bantuan kepada setiap peserta / nasabah yang ditimpa musibah. 9 Selain itu juga dengan adanya akad wakalah kesulitan yang dihadapi akan terbantu.
9
Ibid, hlm. 39
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.