BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARANBTQ
A. Pengertian Pembelajaran BTQ Pembelajaran merupakan istilah yang telah dikenal oleh masyarakat luas, terlebih di dalam dunia pendidikan. Pembelajaran merupakan proses utama
yang
diselenggarakan
dalam
kegiatan
sekolah.MenurutUU
SISDIKNAS No.20 Th 2003 pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1 Sedangkan dalam bukunya Ramayulis yang berjudul Metodologi Pendidikan Agama Islam pembelajaran adalah kegiatan yang disengaja (sadar) oleh peserta didik dengan arahan bimbingan atau bantuan dari pendidik untuk memperoleh suatu perubahan. 2 Pembelajaran yang identik dengan kata “mengajar” ini juga diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. 3Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara dua manusia, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengkondisi terjadinya belajar.4
1
Undang – undang SISDIKNAS No.20 Th 2003 (Bandung: Citra Umbara), hlm. 5 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia,2005), hlm. 220. 3 Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hlm. 19. 4 Martinis Yamin, Kiat membelajarkan siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 172. 2
18
19
Dalam buku Pengantar Pendidikan: Teori dan Aplikasi karya Moh. Suardi juga dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir
siswa,
serta
dapat
meningkatkan
kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. 5Pembelajaran pada dasarnya merupakan usaha mengubah atau meningkatkan potensi seseorang, siswa menjadi pribadi baru dengan kualitas tertentu. Pembelajaran juga merupakan suatu sistem, karena dalam proses tersebut dibutuhkan komponen – komponen yang dapat saling mendukung. Misalnya, dalam proses belajar selain dibutuhkan seorang pendidik, juga dibutuhkan peserta didik (ada yang diajar dan ada yang mengajar). Kerjasama antara keduanya pun saling berkesinambungan, seperti siswa membutuhkan ilmu dan guru menularkan ilmu. Selain komponen tersebut dibutuhkan pula fasilitas – fasilitas yang dapat menunjang keberlangsungan kegiatan belajar mengajar seperti meja, kursi, buku –buku dan lainnya. Kesemuanya itu saling mendukung demi kelancaran proses pembelajaran. Apabila salah satu dari komponen tersebut ada yang kurang maka akan menganggu keberlangsungan proses pembelajaran. 6
BTQ merupakan singkatan dari Baca Tulis al Qur’an. Kata “Baca” berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), sedang kata “tulis” mempunyai arti ada huruf (angka dsb) yang dibuat (digurat dsb) dengan pena (pensil, cat, dsb); bersurat (yang
5
Moh. Suardi, Pengantar Pendidikan: Teori dan Aplikasi (Jakarta: Indeks), hlm.132. Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan : STAIN Press, 2011), hlm. 62 6
20
sudah disetujui); yang ada tulisannya.7 Sedangkan Alqur’an merupakan kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. Yang pembacaannya merupakan suatu ibadah. 8 Jadi dapat disimpulkan bahwa Baca Tulis Al qur’an (BTQ) merupakankemampuan ganda yakni membaca dan menulisayat-ayat Alquran. Maksudnya, di samping dapat membaca anak juga diharapkan mampu menulis dengan benar lafal dari ayat-ayat alquran. Sedangkan pembelajaran BTQ adalah suatu proses belajar yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al qur’an. B.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah sejumlah kompetensi atau kemampuan tertentu yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut secara lebih detail dan terperinci harus dirumuskan oleh setiap guru yang akan mengajar. Dr. Roestiyah, N.K dalam buku Strategi dan metode pembelajaran karya Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang perilaku(performance) murid – murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pembelajaran menyatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu bukan sekedar menyatakan suatu proses dari pengajaran itu sendiri. 9
7
http://kbbi.web.id, diakses tanggal 31 oktober 2014 Manna’ Khalil Al-Qattan. Studi ilmu-ilmu Qur’an, alih bahasa Mudzakir AS (Jakarta: Litera AntarNusa), hlm. 17. 9 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 49. 8
21
Menurut Hamzah B. Uno, sebagaimana yang di kutip oleh Martinus Yamin dan Maisah bahwa tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran itu sendiri adalah sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang hendak dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan kompetensi tertentu.10Kemp dan David E. Kapel
menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan
yang
diwujudkan
dalam
bentuk
tulisan
untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. 11 Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. 12Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat
10
Martinus yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Klasik (Jakarta: GP. Press, 2009),hlm. 130-131. 11 http://biosaefful.blogspot.com/2013/05/definisi-manfaat-dan-tujuan-pembelajaran.html., diakses pada tanggal 28 agustus 2014. 12 Ibid
22
tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: 1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri 2.
Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran 4. Memudahkan guru mengadakan penilaian. Secara
singkat tujuan utama pendirian dan pengembangan taman
pendidikan alquran (TPQ) adalah memberantas buta huruf alquran dan mempersiapkan anak mampu membaca al qur’an dengan benar dan baik, memupuk rasa cinta terhadap al qur’an yang pada akhirnya juga mempersiapkan anak untuk menempuh jenjang pendidikan agama (di madrasah ) lebih lanjut 13, dan juga bertujuan untuk menyiapkan anak didiknya agar menjadi “generasi yang qur’ani yaitu generasi yang mencintai al qur’an, komitmen dengan al qur’an dan menjadikan al qur’an sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari hari”. Secara operasional tujuan pendidikan di TPQ dirumuskan dalam tiga aspek pendidikan, yaitu: a.
Aspek pengetahuan dengan tujuan:
13
Anak mengetahui bahwa Al qur’an adalah kitab suci umat Islam
LP. Ma’arif NU,Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Alqur’an Metode An Nahdliyah seri A (Surabaya : 1993), hlm. 4.
23
b.
Anak mengetahui bahwa Al qur’an adalah berisi firman Allah
Anak mengetahui peebedaan Al qur’an dengan kitab yang lain
Anak mempunyai wawasan dasar keislaman
Anak terangsang mengetahui isi kandungan kitab suci Al qur’an
Aspek keterampilan dengan tujuan:
Anak dapat membaca Al qur’an dengan tartil, lancar dan benar.
Hafal surat – surat pendek dan beberapa ayat pilihan
Anak mampu mencari nama surat, ayat, juz sebagai bekal nantinya menjadikan Al qur’an sebagai rujukan
c.
Aspek sikap dengan tujuan:
Anak senang bertadarus Al qur’an
Anak senang mendengarkan bacaan Al qur’an
Anak senang mengamalkan ajaran-ajaran Alqur’an sesuai dengan pendidikan yang diterimanya. 14
C. Materi Pembelajaran
Materi atau bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar.15Materi pembelajaran TPQ dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
14
Ahmad Slamet, “ Tujuan Pendidikan TPQ.” Makalah disampaikan dalam Bimtek Guru TPQ Sekabupaten PekalonganAngkatan I tahun 2007 yang diselenggarakan Pemerintah Kota Pekalongan. 10 – 12 Desember 2007 15 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 50.
24
1.
Materi Pokok. Materi pokok dalam kegiatan belajar mengajar di TPQ adalah kitab – kitab qiro’ati dan Al qur’anul Karim.
2.
Materi Penunjang. Adapun yang termasuk materi penunjang ialah do’a – do’a harian, bacaan-bacaan serta praktek shalat serta bermain, dan menyanyi dan sebagainya. 16
D. Metode Pembelajaran Metode berasal dari bahasa Yunani metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara.17 Dari asal makna tersebut dapat diambil pengertian secara sederhana metode adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. 18 Dalam buku Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching karya Ahmad Sabri metode pembelajaran diartikan sebagai cara – cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secar individual maupun kelompok. 19Metode dalam mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan 16
Imam Murjito,Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al qur’an Qiroati (Semarang: Yayasan Pendidikan Al qur’an Roudhotul Mujawwidin), hlm.28. 17 Zaenal Mustakim, op.cit., hlm. 112. 18 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013 ), hlm.281. 19 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan micro teaching(Ciputat: Quantum Teaching, 2005 ), hlm. 52
25
pembelajaran, operasionalisasi dari strategi pembelajaran dalam menyiasati perbedaan individual siswa, meningkatkan motivasi belajar serta meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan. 20 Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran di TPQ adalah metode Qiroati.Metode Qiro’ati adalah suatu metode membaca Al qur’an yang
langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.21Metode qiro'ati merupakan salah satu metode praktis untuk memudahkan kita dalam mempelajari baca tulis Al qur'an secara cepat. Metode ini diprakarsai oleh Ustadz Dachlan Zarkasyi hafidlokumulloh atas hidayah yang diberikan Alloh SWT semata. 22Dalam pembelajarannya menggunakan buku Qiro’ati yang dapatdipelajari secara sistematis
dan
menggunakan sistem belajar tuntas dengan pendekatan klasikal dan individual sehingga dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis Al qur’an.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam metode qiro’ati terdapat dua pokok yang mendasari yakni membaca Al qur’an secara langsung dan pembiasaan pembacaan dengan tartil sesuai dengan ilmu tajwid. Membaca Al qur’an secara langsung maksudnya adalah dalam pembacaan jilid ataupun Al qur’an tidak dengan cara mengejah akan tetapi dalam membacanya harus secara langsung.
20
Ibid, hlm.282 H.M.NurShodiq Achrom,Koordinator Malang III ,Pendidikandan Pengajaran Sistem Qoidah Qiroati (Ngembul Kalipare: Pondok Pesantren Salafiyah Sirotul Fuqoha II), h.11 22 Ummu Laila, “ oleh –oleh pembekalan methodologi Qiroati “ http://ummulaila.blogspot.com/2008/07/oleh-oleh-pembekalan-methodologi.html, diakses 31 oktober 2014 21
26
Dalam pembelajarannya metode Qiro’ati dimulai dengan pengenalan lambang atau bunyi huruf kepada anak didik, dilajutkan dengan merangkai kata menjadi kalimat sehingga dapat dengan lancar membaca Al-Qur’an. Prinsip –prinsip yang harus dipegang oleh pendidik ; 1. Daktun (tidak boleh menuntun) Dalam hal ini ustadz-ustadzah hanya menerangkan pokok pelajaran, memberikan contoh yang benar, menyuruh santri membaca sesuai dengan contoh menegur bacaaan yang salah, menunjukkan kesalahan bacaan dan memberitahukan seharusnya bacaan yang benar. 2. Tiwasgas (teliti,waspada, dantegas) Teliti artinya dalam memberikan contoh atau menyimak ketika santri membaca jangan sampai ada yang salah walaupun sepele. Waspada artinya dalam memberikan contoh atau menyimak santri benar-benar diperhatikan ada rasa sambung dari hati kehati. Tegas artinya dalam memberikan penilaian ketika menaikkan halaman atau jilid tidak boleh banyak toleransi, raguragu atau pun segan, penilaian yang diberikan benar-benar obyektif. 23 Sedangkan prinsip- prinsip yang harus di pegang oleh anak didik adalah Cara Belajar Santri Aktif dan Mandiri, jadi Santri dituntut keaktifan, kosentrasi dan memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tentang bacaan Al qur’annya, sedangkan ustadz – ustadzah sebagai pembimbing, motivator dan evaluator saja. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa secara aktif. Santri juga harus membaca Lancar,
23
Imam Murjito, op.cit., hlm.21.
27
tepat, cepat, dan benar, Lancar artinya bacaannya tidak ada yang mengulangulang. Cepat artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus atau mengeja. Tepat artinya dapat membunyikan sesuai denganbacaan dan dapat membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya. Benar artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah. Sehingga bacaannya tidak ada yang mengulang-ulang tidak ada yang putus-putus serta membaca dengan tepat dan benar.24 Dalam metode Qiro’ati agar kegiatan belajar mengajar Al Qur’an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut yaitu: Pelaksanaan pelajaran satu jam ditambah 15 menit untuk materi penunjang (do’a – do’a harian, bacaan shalat, dan hafalan – hafalan lainnya), Idealnya untuk masing – masing kelas atau jilid 10 – 15 anak, Pendidik harus menekan kelas dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua anak didik sampai semuanya tenang kemudian mengucapkan salam, Usahakan setiap anak mendapatkan kesempatan membaca satu persatu, Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkan dengan sarana dan prasarana yang ada, Perhatian pendidik hendaknya menyeluruh baik terhadap anak yang membaca individual maupun yang lainnya, Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran, Motivasi berupa himbauan dan pujian sangat penting bagi anak, Pendidik senantiasa menanti kritikan yang sifatnya membangundemi 24
http://wallpapercartoonmuslimah.blogspot.com/2013/11/metode-qiroati.html, diakses 31 0ktober 2014
28
meningkatkan mutu TPQ, Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin, agar lebih mudah dalam mengajar sebaiknya sediakan alat peraga dan administrasi belajara mengajar di dalam kelas, antara lain: buku data anak, buku absensi, dan catatan prestasi anak didik.25
E.
Media Pembelajaran
Salah satu komponen interaksi edukatif adalah media pembelajaran. Media belajar dapat menunjang tercapainya tujuan kegiatan belajar mengajar, proses komunikasi dan interaksi harus terjadi secara efektif, oleh karena itu diupayakan adanya suatu pembelajaran yang mampu menghubungkan antara komponen kegiatan belajar mengajar yaitu media. Secara harfiah media memiliki arti “perantara” atau pengantar. Sedangkan secara istilah media adalah sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (peserta didik) sehingga dapat mendorong terjadinya proses terhadap dirinya. 26 Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. 27 Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, perangsang 25
Ecca, “Makalah Metode Qiro’ati” http://wallpapercartoonmuslimah.blogspot.com/2013/11/metode-qiroati.html, diakses pada tanggal 31 Oktober 2014. 26
Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
hlm.11. 27
Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Sinar Baru,1994), hlm. 12.
29
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. Dilihat dari jenisnya media dibagi menjadi tiga yaitu media auditif (media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja), media visual (media yang hanya mengandalkan indra penglihatan saja), dan media audiovisual (media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar).28
F.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Sebagai suatu proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan atau problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang menganggu, mempersulit, bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Problematika pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor – faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, diantaranya adalah : 1. Faktor Guru Guru dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungan.29 Dalam pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang sedang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembalajaran. Dengan demikian efektifitas pembelajaran terletak dipundak seorang guru. 28
Zaenal Mustakim, opcit., hlm. 167
29
Ibid, hlm.17.
30
2. Faktor siswa Siswa adalah organisme yang unik sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. 3. Faktor sarana dan prasarana Sarana adalah segala yang mendukung secara langsung terhadap proses pembelajaran, media pembelajaran, alat – alat pembelajaran dan sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung mendukung keberhasilan penyelenggaraan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. 30 4. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan situasi dan kondisi tempat lembaga pendidikan itu berada. Situasi akan berpengaruh terhadap
proses
pembelajaran meliputi keadaan masyarakat, kondisi berkaitan dengan tempat lembaga pendidikan tersebut berada, misalnya ditengah kota, terpencil,pelosok, dekat pasar, dekat masjid dan sebagainya.
30
Zaenal Mustakim, opcit., hlm. 61.
31
Dilihat dari dimensi lingkungan ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan foktor iklim sosial psikologis. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis, maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi baik secara internal maupun eksternal. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara antara orang yang terlibat di dalam sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, maupun antara guru dengan pemimpin sekolah. Sedangkan iklim sosial psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar atau lingkungan sekitar sekolah, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan sebagainya. Dalam buku Strategi Pembelajaran, Teori dan Aplikasi karya Jamil Suprihatiningrum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran disajikan dalam bagan berikut :31
31
Jamil Suprihatiningrum,opcit., hlm. 80.
32
Kondisi fisik Fisiologis
Kondisi panca Indra
Minat Dalam Psikologis
Kemampuan kognitif
Kecerdasan Faktor Alam Lingkungan Sosial Luar
Kurikulum Instrumental
Program Sarana dan fasilitas
Menurut Wasliman dalam buku Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar karya Ahmad Susanto, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara rinci uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
33
a. Faktor Internal : faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor Internal ini meliputi: kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. b. Faktor Eksternal : faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.32 Faktor-faktor ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan pembelajaran, baik pembelajaran formal maupun informal seperti pembelajaran al-qur’an. Al-qur’an merupakan kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. Yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.33 Di zaman sekarang ini, banyak sekali umat Islam yang belum bisa membaca al-qur’an dengan baik dan benar. Bahkan sekarang ini banyak yang mengaku dirinya beragama Islam akan tetapi tidak bisa membaca al-qur’an. Permasalahan seperti ini sebenarnya bisa ditanggulangi lebih awal dengan cara mengajarkannya kepada anak – anak tentang bagaimana cara membaca al-qur’an yang benar. Kemampuan membaca huruf hijaiyah (al qur’an) merupakan hasil dari sebuah proses belajar. Sebagai suatu proses, tentu ada berbagai faktor yang berpengaruh dan terlibat di dalamnya. 34 Pada umumnya proses belajar mengajar tidak semuanya dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Hal ini 32
Ahmad Susanto, op.cit., hlm.12. Manna’ Khalil Al-Qattan. Studi ilmu-ilmu Qur’an, alih bahasa Mudzakir AS (Jakarta: Litera AntarNusa), hlm. 17. 34 M. Quraish Shihab, Membumikan Al qur’an (Bandung : Al- Mizan, 1994) , hlm.175. 33
34
disebabkan oleh perbedaan kondisi dan latar belakang dari peserta didik. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar : 1) Faktor dari dalam ( iternal ), diantaranya : a) Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik. Jika kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula, sehingga menimbulkan kesulitan dalam belajar. b) Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar. c) Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa motivasi yang besar peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. d)
Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta didik pada waktu tertentu dapat menimbulkan kesulitan belajar, misalnya: konflik yang dialaminya, kesedihan dan lain sebagainya.
e) Faktor jasmaniah yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan lain sebagainya. f)
Faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti : buta warna, kidal, cacat tubuh, dan lain sebagainya.
35
2) Faktor dari luar (eksternal), diantaranya : a) Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar peserta didik, seperti : cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai, teknik evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang kurang nyaman, situasi sosial sekolah yang kurang mendukung dan sebagainya. b) Situasi dalam keluarga yang kurang mendukungsituasi belajar peserta diik, seperti rumah tangga yang kacau (broken home), kurangnya
perhatian
orang
tua
karena
sibuk
dengan
pekerjaannya,kemampuan orang tua memberi pengarahan dan sebagainya. c) Situasi lingkungan sosial yang menganggu kegiatan belajar peserta didik, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan dan sebagainya. 35
35
Hallen , Bimbingan Konseling (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm.130.