BAB II LANDASAN TEORI A.
Hypnoteaching
A.1
Definisi Hypnosis Menurut Jaya (2010), hipnosis berasal dari kata “hypnos” yang
merupakan nama dewa tidur orang yunani. Kata “hypnosis” pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di Inggris yang hidup antara tahun 1975-1860. Pada masa-masa praktiknya James Braid menggunakan metode hypnosis untuk menggantikan fungsi obat bius dalam mengurangi rasa sakit pasien saat menjalani proses operasi. Sebelum masa James Braid hypnosis dikenal dengan nama Mesmerism atau Magnetism. Milton H. Ericson, 1980 (dalam Nugroho, 2008) mengatakan bahwa hypnosis adalah komunikasi verbal yang diikuti dengan nonverbal yang persuasif dan sugestif kepada seseorang sehingga dia menjadi kreatif kemudian bereaksi sesuai dengan sistem nilai dasar spiritual yang dimiliki. Persuasi verbal dapat digunakan dalam berbagai ruang lingkup baik dalam hal promosi produk ataupun motivasi yang diberikan guru kepada siswa dalam proses pembelajaran. Persuasi verbal di sekolah dilakukan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan memotivasi siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan yang mereka cari yaitu prestasi yang terbaik. Menurut Jaya (2010) kata hypnosis sendiri sudah diubah ke dalam bahasa Indonesia menjadi “hipnosis” yang beberapa definisinya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Hipnosis adalah teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi trance hipnosis. 2. Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat sehingga tingkat sugestibilitas (daya terima) meningkat sangat tinggi. 3. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempersuasi seseorang sehingga mempengaruhi tingkat kesadarannya. Dicapai dengan menurunkan gelombang otak dari Betha menjadi Alpha dan Theta. 4. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mengeksplorasi alam bawah sadar. Menurut Hakim (2010), “hipnosis dapat diartikan sebagai suatu kondisi relaks, fokus atau konsenterasi, yang menjadi ciri khas dari kondisi tersebut dimana sensor-sensor panca indera manusia menjadi jauh lebih aktif”. Definisi hipnosis yang dimuat dalam jurnal U.S Department of Education, Human Services Division, adalah; “Hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment of acceptable selective thinking.” atau “Hipnosis adalah penembusan faktor kritis fikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran atau sugesti”. Selanjutnya dalam buku Professional Affairs Board of the British Psychological Society menyatakan bahwa “hypnosis dapat mengurangi kecemasan, stres dan masalah psikologis lainnya. Dalam perkembangannya hinga saat ini, hypnosis sangat membantu dalam mengembangkan performa diri dan proses belajar mengajar.
Universitas Sumatera Utara
A.2
Definisi Hypnoteaching John Gruzelier, (Psikolog dari Imperial College di London) melakukan riset
menggunakan FMRI, sebuah alat untuk mengetahui aktivitas otak. Gruzelier menemukan bahwa seseorang yang berada dalam keadaan terhipnosis, aktivitas didalam otaknya meningkat khususnya dibagian otak yang berpengaruh terhadap proses berfikir tingkat tinggi dan perilaku. Dia menyebutkan bahwa manusia mampu melakukan hal-hal yang dia sendiri tidak berani memimpikannya, sehingga hipnosis sangat berdampak dalam memotivasi dan meningkatkan kinerja.Pada proses belajar mengajar, hipnosis atau hypnoteaching juga baik untuk memotivasi siswa, meningkatkan kemapuan berkonsenterasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan keorganisasian. Hypnoteaching merupakan cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri. Menurut Jaya (2010), hypnoteaching merupakan gabungan dua buah kata yaitu “hypnosis” yang artinya mensugesti atau mengubah persepsi dan “teaching” yang berarti mengajar. Dapat diartikan hypnoteaching adalah metode mengajar dengan mengubah persepsi peserta didik terhadap proses belajar mengajar. Hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas (Nurcahyo, 2011). Selanjutnya, hypnoteaching menurut Hajar (2011) adalah penyajian materi pelajaran yang menggunakan bahasa-
Universitas Sumatera Utara
bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian hypnoteaching, dapat disimpulkan bahwa hypnoteaching adalah cara mengajar yang unik, kreatif sekaligus imajinatif yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar, sejak pelajaran dimulai hingga pelajaran diakhiri yang dilakukan dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar yang menimbulkan sugesti siswa untuk berkonsentrasi secara penuh pada ilmu yang disampaikan oleh guru.
A.3
Penerapan Hipnosis Dalam Mengajar (Hypnosis in Teaching) Menurut Hakim (2010), ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru
untuk melakukan hypnoteaching, antara lain : 1. Relaksasi Setiap
proses
belajar
mengajar
dimulai
dengan
kesan
pertama
yang
menyenangkan. Suasana santai dan menyegarkan membuat critical area siswa. Untuk menuju ke kondisi relaksasi murid menurut Hakim (2010), hal yang dapat dilakukan guru adalah : a. Suasana Kelas, artinya sebelum proses belajar mengajar dimulai guru telah mengarahkan murid-murid untuk mengatur ruangan kelas sedemikian rupa untuk mendukung suasana belajar mengajar yang baik. Hal ini mencakup
Universitas Sumatera Utara
kebersihan kelas, susunan bangku, penerangan kelas dan faktor-faktor lain yang mendukung tercapainya suasana kelas yang kondusif. b. Penampilan Guru, penampilan seorang guru mewakili sikap, kepercayan diri, nilai, karakter dan kepribadiannya sebagai sosok yang paling berpengaruh didalam kelas. Penampilan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru dalam mengubah persepsi siswa dalam menilai proses belajar mengajar. Penampilan guru meliputi cara berpakaian, warna pakaian, aroma tubuh, hingga kerapian rambut guru. c. Kalimat Pembuka, seorang guru sebaiknya memilih dan menggunakan sebuah kalimat pembuka (termasuk soal cerita) yang dapat menenangkan murid, bukan memberikan sebuah ketegangan kepada murid 2. Mendapatkan Perhatian Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, seorang guru sudah harus membekali diri dengan menyiapkan sesuatu yang dapat ditampilkan didepan siswa sehingga siswa menjadi tertarik dan terfokus terhadap pelajaran, sehingga murid sejenak dapat melupakan hal-hal lain yang ada dipikirannya yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat berupa mengawali pelajaran dengan dengan doa, menyamakan gerakan maupun tampilan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa. 3. Membangun Tema
Universitas Sumatera Utara
Tentukan sebuah tema yang menarik dalam setiap proses pembelajaran untuk menggugah semangat dan rasa ingin tahu siswa akan materi yang akan disampaikan. Tema ini dapat berupa frase maupun kalimat menarik yang merupakan pancingan kepada pikiran bawah sadar siswa untuk memasuki gelombang pikiran alpha. 4. Menampilkan Struktur dan Peraturan Saat akan memulai proses pembelajaran, guru memberikan peta pembelajaran secara general, kemudian secara detail. Tujuannya agar sebelum pelajaran dimulai, siswa sudah memiliki gambaran dipikirannya mengenai apa yang akan dipelajarinya. Peraturan serta sanksi terhadap pelanggarannya perlu diterapkan agar pikiran bawah sadar murid mampu melingkupi apa yang seharusnya menjadi fokus/pusat perhatiannya selama proses belajar mengajar. 5. Membangun Hubungan (Building Rapport) Seorang guru yang terlalu keras atau over discipline sering membuat kondisi murid tidak nyaman dalam proses belajar mengajar. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa gelombang pikiran murid sulit berpindah dari beta ke alpha. Membangun hubungan yang dimaksud disini dapat dilakukan dengan teknikteknik seperti breathing (menarik nafas bersama-sama), mirroring (menyamakan gerakan tubuh guru dan murid) maupun penggunaan bahasa-bahasa persuasif yang bersifat mengajak agar kata-kata yang disampaikan guru dapat langsung didengar oleh pikiran bawah sadar murid.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, pelaksanaan hypnoteaching dalam proses pembelajaran di kelas dibuat semenarik mungkin tetapi tetap menjaga kualitas penyampaian materi pelajaran. Hakim (2010), menjelaskan ada 6 langkah hipnosis dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar dalam kelas yang dikenal dengan istilah M.A.S.T.E.R (Mind, Acquiring the fact, Search out meaning, Trigger the memory, Exhibit, Reflect).
Langkah-langkah hypnoteaching di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Langkah 1: Mind (menciptakan ketenangan dalam berfikir) Guru memulai pelajaran dengan mempersiapkan segala hal yang mendukung proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar memperhatikan hal-hal yang mendukung agar materi dapat diterima dan bertahan lama di memori siswa yaitu dengan terciptanya ketenangan pikiran. Hal ini termasuk proses relaksasi, pengaturan suasana kelas hingga penampilan dan kalimat-kalimat yang digunakan oleh guru. Hal ini ditegaskan Hakim (2010) dengan 3 langkah membangun kedekatan antara guru dan murid yaitu; mirroring, eye contact, dan verbal agreement. 2. Langkah 2: Acquiring The Fact (memperoleh fakta) Guru menyampaikan materi pelajaran dengan semenarik mungkin. Siswa memerlukan contoh-contoh dan fakta dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menegaskan materi sehingga dapat bertahan lama di memori. Hal ini dapat
Universitas Sumatera Utara
dioptimalkan dengan cara penjelasan materi yang disertai dengan contoh-contoh yang nyata, relevan dan dekat dengan kehidupan murid. 3. Langkah 3: Search Out The Meaning (menemukan arti yang sebenarnya) Guru memberikan analogi dan penjelasan yang realistis terhadap maksud dan tujuan dari setiap materi pelajaran. Dengan demikian pikiran siswa menerima dan memahami maksud dari setiap materi yang diterangkan. 4. Langkah 4: Trigger The Memory (memicu memori siswa) Guru membangkitkan membuka kesempatan tanya jawab dalam setiap submateri
yang
disampaikan.
Cara
penyampaian
materi
harus
mampu
membangkitkan rasa keingintahuan siswa dengan memicu keinginan mereka untuk bertanya. Hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian materi dengan optimalisasi media p embelajaran yang menarik. Hal ini juga ditegaskan oleh Soelaiman, (1979) seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan proses mengajar, seperti membuat persiapan, memilih dan menggunakan metode, memilih dan menggunakan alat pengajaran serta menilai hasil belajar siswa. 5. Langkah 5: Exhibit (memeragakan) Pada langkah ini guru melakukan prakting langsung. Guru menunjuk siswa untuk memeragakan materi yang baru disampaikan atau dengan melatih soal-soal yang membantu siswa memahami dan mendalami materi. Sebuah ujian atau latihan
Universitas Sumatera Utara
soal dapat mencerminkan keandalan siswa dalam memeragakan apa yang telah ia pelajari. 6. Langkah 6: Reflect (merefleksikan apa yang telah dipelajari) Guru menyimpulkan dan merefleksikan materi pelajaran yang baru diterangkan. Hal itu memudahkan siswa untuk mengingat dan memahami materi pelajaran yang baru ia peroleh. Menjalankan ke-enam langkah-langkah pelaksanaan metode pembelajaran hynoteaching diatas akan memberikan dampak yang luar biasa dalam proses pembelajaran didalam kelas, karena kelas akan menjadi aktif dan menyenangkan.
A.4
Kelebihan dan Kekurangan Hypnoteaching Menurut Hajar (2011), ada beberapa kelebihan dari hypnoteaching, yaitu:
1. Proses belajar mengajar lebih dinamis dan ada interaksi yang baik antara guru dan siswanya 2. Siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing 3. Proses pemberian keterampilan banyak diberikan dalam hypnoteaching 4. Proses pembelajaran dalam hypnoteaching lebih beragam 5. Siswa dapat dengan mudah menguasai materi karena lebih termotivasi untuk belajar
Universitas Sumatera Utara
6. Pembelajaran bersifat aktif 7. Pemantauan terhadap siswa lebih intensif 8. Siswa lebih dapat berimajinasi dan berpikir kreatif 9. Siswa akan melakukan pembelajaran dengan senang hati 10. Daya serap lebih cepat dan bertahan lama karena siswa tidak menghafal pelajaran 11. Siswa akan berkonsentrasi penuh terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru Menurut Hajar (2011), ada beberapa kekurangan dari hypnoteaching, yaitu: 1. Belum banyak digunakan oleh pendidik di Indonesia, sehingga penggunaan metode ini justru dipandang aneh oleh sebagian kalangan 2. Perlu pembelajaran teknik hypnoteaching agar pendidik bisa melakukan dan menerapkan hypnoteaching di sekolah 3. Pendidik yang ingin mendapatkan kemampuan untuk menggunakan hypnoteaching membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk mengikuti pelatihan hypnoteaching 4. Banyak siswa yang masih terbiasa dengan metode pembelajaran lama yang cenderung pasif dan tidak menuntut keaktifan siswa
B.
Hasil Belajar
B.1
Definisi Belajar
Universitas Sumatera Utara
Cakupan jenis belajar meliputi hal-hal
yang bersifat pengetahuan,
keterampilan maupun belajar menyikapi nilai-nilai yang diperoleh seseorang melalui pergaulan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2010), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pernyataan ini didukung oleh Lester dan Alice (Kunandar, 2007) bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Selanjutnya Djamarah (2006), mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku karena pengalaman dan latihan untuk mencapai tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut kebiasaan, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada diri seseorang serta diperoleh dari pengalamannya melalui proses belajar yang
Universitas Sumatera Utara
mengubahnya dari tidak tahu menjadi tahu dalam pencapaian tujuan instruksional khusus. B. 2
Definisi Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar. Hasil belajar bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh siswa (Slameto, 2010). Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Sudjana (2005), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Djamarah (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilihat melalui daya serap siswa terhadap suatu materi. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa (Sudjana, 2005). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar mengajar yang dilihat melalui daya serap siswa yaitu perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar yang dialami siswa terhadap materi tertentu yang telah diajarkan. B.3
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Universitas Sumatera Utara
Menurut Slameto (2010), faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: 1. Faktor Intern A. Faktor Jasmaniah 1) Faktor Kesehatan Seseorang dapat belajar dengan baik dalam kondisi kesehatan yang baik. Proses belajar megajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. 2) Cacat Tubuh Keadaan cacat tubuh berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah. Siswa yang mengalami cact tubuh sebaiknya belajar pada lembaga pendidikan khusus dan dibantu dengan alat bantu untuk
mengurangi
pengaruh
kecacatannya. B. Faktor Psikologis 1) Intelegensi Siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dalam belajar dibandingkan dengan siswa siswa dengan tingkat intelegensi rendah. 2) Perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan ajar. 3) Minat
Universitas Sumatera Utara
Minat dan ketertarikan siswa akan mendorong siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. 4) Bakat Bakat adalah kemampuan dalam belajar. Siswa yang memiliki bakat dalam belajar akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. 5) Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan hal-hal yang dapat menjadi pendorong sehingga siswa lebih bersemangat dalam mencapai tujuan tertentu 6) Kematangan Kematangan merupakan fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat tubuhnya siap untuk melaksanakan kecakapan baru. 7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk member respon atau bereaksi. C. Faktor Kelelahan Kelelahan dapat dibagi menjadi dua yaitu kelelahan fisik seperti tubuh yang lunglai dan kelelahan rohani seperti bosan dan lesu. 2. Faktor Ekstern A. Faktor Keluarga 1) Cara Orangtua Mendidik
Universitas Sumatera Utara
Orangtua yang tidak memperhatikan pendidikan anak dapat membuat anak tidak berhasil dalam belajar. 2) Relasi Antar Anggota Keluarga Demi kelancaran belajar dan keberhasilan anak dalam belajar perlu diciptakan relasi yang baik dalam keluarga. 3) Suasana Rumah Anak dapat belajar dengan baik dalam keadaan suasana rumah yang kondusif dan tenang. 4) Keadaan Ekonomi Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, maka kebituhan pokok anak kurang terpenuhi dan akan mengganggu proses belajar anak. 5) Pengertian Orangtua Proses belajar anak membutuhkan pengertian orangtua untuk tidak mengganggu anak saat belajar dengan tugas-tugas rumah. 6) Latar Belakang Kebudayaan Tingkat pendidikan atau budaya dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. B. Faktor Sekolah 1) Metode Mengajar Metode mengajar ceramah membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat.
Universitas Sumatera Utara
2) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. 3) Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dan siswa. Oleh sebab itu relasi diantara keduanya harus terjalin dengan baik. 4) relasi Siswa dengan Siswa Relasi yang baik antarsiswa perlu agar memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa 5) Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah berlaku untuk guru dalam mengajar dan siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah. 6) Alat Pelajaran Alat yang digunakan guru saat mengajar akan meningkatkan kualitas bahan ajar yang akan berpengaruh positif terhadp hasil belajar siswa 7) Waktu Sekolah Waktu sekolah adalah waktu yang ditetapkan sekolah untuk kegiatan belajar baik pagi maupun siang. 8) Standar Pelajaran di atas Ukuran Pelajaran di atas ukuran standar akan membuat siswa merasa kurang mampu dan takut terhadap guru.
Universitas Sumatera Utara
9) Keadaan Gedung Kelayakan gedung akan berpengaruh terhadap baik buruknya proses belajar mengajar di kelas. 10) Metode Belajar Metode belajar yang tepat akan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 11) Tugas Rumah Tugas rumah boleh saja diberikan tetapi tidak berlebihan sehingga siswa masih memliliki waktu untuk melakukan kegiatan yang lainnya. C. Faktor Masyarakat 1) Kegiatan Siswa dalam Bermasyarakat Perlu kiranya membatasi kegiatan siswa dalam bermasyarakat agar tidak mengganggu kegiatan belajarnya. 2) Mass Media Mass media seperti bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, komik, dan lain-lain perlu disaring untuk tidak mengganggu proses belajar anak. 3) Teman Bergaul Pengaruh dari teman bergaul biasanya lebih cepat masuk kedalam jiwanya, untuk itu sebaiknya pilihlah teman bergaul yang baik. 4) bentuk Kehidupan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, memiliki kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh buruj terhadap siswa.
Selain itu, faktor lain juga dielaskan oleh Djamarah (2006) yang menyatakan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Djamarah (2003) adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan sama halnya dengan keberhasilan pengajaran. 2. Guru Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu kepada siswa dengan kepribadian dan latar belakang masing-masing. Guru yang tidak berlatar belakang pendidikan keguruan akan banyak menemukan masalah di kelas. 3) Siswa Siswa adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang dilihat dari hasil kegiatan yaitu keberhasilan dalam belajar. 4) Kegiatan Pengajaran Kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Strategi penggunaan metode mengajar sangat menentukan kualitas hasil
Universitas Sumatera Utara
belajar. Hasil belajar yang dihasilkan dengan metode ceramah tidak akan sama dengan hasil belajar yang dihasilkan dengan metode lainnya. 5) Bahan dan Alat Evaluasi Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh siswa guna kepentingan ulangan. 6) Suasana Evaluasi Selain faktor tujuan, guru, siswa, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Factor ini meliputi sikap dan gerak-gerik siswa selama proses evaluasi berlangsung. Berdasarkan penjelasan dari kedua tokoh di atasa dapat diketahui bahwa ada banyak hal yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil belajar siswa bergantung pada faktor internal dan eksternal yaitu sekolah yang meliputi lingkungan belajar, guru, cara mengajar, metode pembeajaran, frekuensi pemberian tugas, suasana kelas, metode pembelajaran yang digunakan, dll.
C.
PROFIL SMP NEGERI 17 MEDN 1.
Sejarah Berdirinya SMP Negeri 17 Medan
SMP Negeri 17 Medan berdiri pada tahun 1977 yang beralamatkan di jalan kapt. M Jamil Lubis NO. 108 Medan. Sekolah yang berlokasi di kecamatan Medan Tembung ini sebelumnya bernama SMP Negeri 15 Medan. Setelah mengalami
Universitas Sumatera Utara
perubahan pada seluruh sekolah yang ada di kecamatan Medan Tembung, SMP ini pun berubah menjadi SMP Negeri 17 Medan. Terdapat banyak ruangan di sekolah ini. Adapun ruang/kelas untuk keseluruhan siswa berjumlah 24 ruangan yang masing-masing terdiri dari delapan ruangan pada tiap tingkatan kelas. Kelas VII memiliki delapan ruangan, kelas VIII delapan ruangan, kelas IX delapan ruangan. Tidak hanya jumlah ruangan yang cukup banyak, sekolah ini juga diisi dengan berbagai fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium komputer, musholla, kantin, dan terdapat pula tiga toilet. SMP Negeri 17 Medan memiliki siswa yang berjumlah lebih kurang 900 siswa dan memiliki tenaga pengajar sebanyak lebih kurang 50 orang.
2.
Tujuan SMP Negeri 17 Medan
1. Output mampu bersaing secara Nasional dengan dapat memperoleh nilai kelulusan 7,50 2. Terlaksananya program dan KBM yang bermutu 3. Terciptanya lingkungan sekolah yang ABRI (Asri, Bersih, Rindang, dan Indah) dan LINDAWATI (Lingkungan, Indah, Menawan Hati) 4. Terlayani siswa/siswi yang mengalami masalah dalam belajar 5. Menjadikan anak berperilaku sopan santun, jujur dalam bertindak serta berakhlak mulia 6. Terjalinya rasa Asah, Asih dan Asuh diantara warga sekolah
Universitas Sumatera Utara
7. Siswa/siswi dapat unggul dalam bidang-bidang tertentu misalnya, Olimpiade Sains, Porseni, Lomba mata pelajaran, O2SN, ketermpilan. 8. Timbulnya minat baca dan kreatifitas siswa/siswi membbuat karya tulis. 9. Tercerminya pengalaman siswa terhadap ajaran Agama yang dianutnya dalam tindakanya sehari-hari. 10. Terciptanya kinerja yang optimal dan keharmonisan antara warga sekolah 11. Lulusan 5 Tahun Terakhir mampu berkompetisi dengan sekolah lain ke sekolah favorit 12. Minat dan Daya Tampung Calon Siswa 5 Tahun terakhir semakin meningkat ke SMP Negeri 17 Medan
3.
VISI -
Unggul dalam prestasi, disiplin, budaya bersih, berbudi luhur
-
Berkompetensi sesuai IPTEK untuk menghadapi Era Globalisasi yang dilandasi IMTAQ
4.
MISI
1. Melaksasnakan pembelajaran yang bermutu 2. Memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien 3. Membudayakan peduli bersih dalam diri pribadi dan lingkungan 4. Memberdayakan peran BK (Bimbingan dan Konseling)
Universitas Sumatera Utara
5. Meningkatkan pembinaan nilai-nilai budi pekerti 6. Merevitalisasi nilai-nilai pedagogis di lingkungan sekolah 7. Mengaktifkan kegiatan pengembangan diri (ekstrakulikuler) yang relevan dengan kurikulum 8. Menumbuhkembangkan minat baca dan tulis 9. Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut agar senantiasa arif dalam bertindak 10. Menumbuhkembangkan kerjasama dan sama-sam bekerja secara aktif yang melibatkan semua warga sekolah 11. Menumbuhekembangkan rasa kekeluargaan sesama warga sekolah 12. Mengembangkan kebiasaan berkomunikasi dalam bahasa inggris 13. Melaksanakan dan mengembangkan Teknologi Infomasi dan Komunikasi
D.
DINAMIKA HUBUNGAN HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu ada di setiap jenjang pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, bahkan sampai Perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan satu mata pelajaran yang wajib dan menjadi syarat penentu siswa untuk lulus Ujian Nasional. Untuk tingkat SMP, nilai UAN bahasa Indonesia masih tergolong rendah.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan data yang didapat peneliti pada SMPN 17 Medan bahwa hasil ulangan semester mata pelajaran bahasa Indonesia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa Inggris dan matematika. Hasil wawancara dengan salah satu guru bahasa Indonesia dan siswa menunjukkan bahwa rendahnya nilai bahasa Indonesia dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan guru di sekolah pada proses pembelajaran. Adapun metode yang digunakan guru pada saat mengajar adalah metode ceramah. Konsentrasi siswa akan menurun dengan cepat setelah ia mendengarkan ceramah lebih dari dua puluh menit secara terus menerus (Budiarjo, 1997). Dengan menurunnya konsentrasi siswa saat belajar
akan
menurunkan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan (Suryosubroto, 2002). Pembelajaran dengan metode ceramah secara terus menerus dan tidak kreatif akan membuat siswa menjadi pasif (Taniredja,2011). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan (Slameto, 2010). Metode pembelajaran yang efektif dan aktif akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, sebaliknya jika metode yang digunakan adalah metode yang tidak menuntut siswa untuk aktif dan kreatif maka sesuai dengan hasil wawancra akan didapat hasil belajar yang tidak memuaskan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di SMP 17 Medan menunjukkan bahwa nilai bahasa Indonesia masih tergolong rendah terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar. Metode yang mampu
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan motivasi serta membuat siswa menjadi aktif dalam proses belajar adalah dengan metode hypnoteaching (Hajar, 2011). Beberapa penelitian sebelumnya telah melihat efektifitas dari hypnoteaching. Untuk kota Medan, ada beberapa peneliti yang telah melihat efektifitas dari hypnoteaching terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu mahasiswa Universitas Negeri Medan, Siahaan (2010) telah melihat pengaruh dari metode hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan pada siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa SMK PAB 2 Helvetia Medan pada mata pelajaran kewirausahaan. Selain itu, Yanti (2011) mahasiswa Universitas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan dengan judul “Upaya Peningkatan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Matematika Melalui Teknik Hypnoteaching pada materi Statistika di Kelas XI IPA SMA Swasta Prima Kecamatan Percut Sei Tuan” telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Penelitian oleh Tamam (2010), seorang mahasiswa pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel telah membuktikan adanya implementasi metode mengajar hipnosis (hypnoteaching) untuk proses pembelajaran Fiqih di SMP Darrul Muttaqien Surabaya. Selanjutnya Agus (2011), mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra telah melihat adanya pengaruh penggunaan metode hypnosis learning with
Universitas Sumatera Utara
music pada pembelajaran menulis puisi (eksperimen kuasi terhadap kelas VIII SMP Negeri 40 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian terbaru juga berhasil membuktikan efektifitas hypnoteaching. Penelitian oleh seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indoneisa yaitu Edistria (2012) yang membuktikan adanya pengaruh penerapan hypnoteaching dalam problem-based-learing (pembelajaran berbasis masalah) terhadap kemampuan komunikasi dan berfikir kreatif matematis siswa SMP Negeri 5 Bandung. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Universitas yang sma yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nabilah (2012) seorang mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang telah melihat efektifitas hypnoteaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa MTs Nurul Huda Cikole, Lembang pada mata pelajaran TIK (Teknik Informatika dan Komputer). Dengan demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa SMP Negeri 17 Medan adalah dengan mengubah metode pembelajaran yang digunakan menjadi metode pembelajaran baru yang lebih meningkatkan keaktifan dan daya serap siswa yaitu dengan metode hypnoteaching.
E.
HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh hypnoteaching terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan”.
Universitas Sumatera Utara