BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Plumbing Menurut kamus inggris-indonesia yang disusun oleh john M.chols dan hasan shadely, plumbing atau plambing berarti : a) Pipa ledeng b) pekerjaan mematri dan memasang pipa-pipa air ledeng Plumbing atau plumbing adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat plambing dan pipa serta peralatanya di dalam atau di luar gedung dengan sistem drainase saniter, drainase air hujan, ven, air minum yang dihubungkan dengan sistem kota. Sumber : ilmu kontruksi bangunan 2.2 Sistem Plumbing Penyediaan Air Bersih Sumber air bersih diambil dari PDAM dimasukan ke dalam bak penampung air bersih (Clear Water Tank) atau Ground Water Tank (GWT), sedangkan sumber air yang berasal dari tanah atau sumur dalam (deep well) dimasukan kedalam penampung air baku (raw water tank). Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga sebagai tangki pengendap lumpur atau pasir yang terbawa dari sumur. Air yang berada di raw water tank diolah (treatment) di instalasi Water Treatment Plant dan selanjutnya dialirkan ke clear water tank atau ground water tank, selanjutnya dialirkan ke tangki air atap (roof tank) dengan menggunakan pompa transfer. Distribusi air bersih pada dua lantai teratas untuk mendapatkan tekanan cukup umummnya menggunakan pompa pendorong (booster pump), sedangkan untuk lantai-lantai dibawahnya dialirkan secara gravitasi. Pada umumnya persediaan air bersih diperhitungkan untuk cadangan satu hari pemakaian air. Dan kualitas air disesuaikan dengan peraturan, UU dan 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
standar yg berlaku di wilayah yang bersangkutan. Untuk Indonesia: SNI No. 010220-1987 tentang air minum yang boleh dialirkan ke alat plumbing, No.907/PERMENKES/VII/2002 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Kep02/Men KLH/I/1998 tentang Baku Mutu Perairan Darat, Laut dan Udara, dan sistem plumbing standart nasional indonesia, SNI 03 – 6481 – 2000 Sistem Plumbing.
2.2.1
Jumlah Penggunaan Air Bersih Penggunaan air bersih pada tiap-tiap gedung berbeda tergantung jumlah
penghuninya dan luas dari bangunan tersebut. Tabel 2.1 Dibawah ini merupakan jumlah pemakaiann air rata-rata per hari sesuai dengan SNI 03-6481-2000. Tabel 2.1 Pemakaian Air Rata-Rata Setiap Hari
No.
1 2
Jenis Gedung Perumahan Mewah Rumah Biasa
Pemakaian rata-rata sehari (liter)
Jangka waktu pemakaian air rata-rata sehari (jam)
Perbandingan luas lantai efektif /total (%)
Keterangan
250
8-10
42-45
Setiap Penghuni
160-250
8-10
50-53
Setiap Penghuni Mewah 250 liter
3
Apartemen
200-250
8-10
45-50
Menengah 180 liter Bujangan 100 liter
4
5
6
Asrama
Rumah Sakit
Sekolah Dasar
120
8
Bujangan
Mewah>1000
(Setiap tempat
Menengah
tidur pasien) pasien
500-1000
8-10
45-48
luar 8 liter
Umum
Keluarga 160 liter
350-500
Staff 120 liter
40
5
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
58-60
Guru 100 liter
7 8 9
SLTP SLTA atau PT Rumah Toko Gedung
10
Kantor
50
6
80
6
100-200
8
100
8
58-60
Guru 100 liter Guru/Dosen 100 liter Penghuni 160 liter
50-60
Setiap Pegawai
Sumber : (SNI 03-7065-2005) 2.2.2
Jenis Sistem Plumbing Penyediaan Air Bersih Sistem Penyediaan Air Bersih terbagi menjadi empat sistem:
1. Sistem Sambungan Langsung Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa, cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedunggedung kecil dan rendah. Tangki pemanas air biasanya tidak disambung langsung kepada pipa distribusi, dan dibeberapa daerah tidak diizinkan memasang katup gelontor (flush valve).
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Gambar 2.1 Sistem Sambungan Langsung (Katup Penutup di bawah Jalan) Sumber : www.ilmutekniksipil.com
2. Sistem Tangki Atas Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah) kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau diatas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki atap ini diterapkan seringkali dengan alasan-alasan berikut : a. Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hamper tidak terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah akibat muka air dalam tangki atap. b. Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap. c. Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan dengan tangki tekan. Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam keadaan normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan maka dapat segera diketahui. Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan dipompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang dapat dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa utama. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di atas atap (misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
kontruksi menara yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja yang tinggi.
Gambar : 2.2 Sitem Tangki Atas Sumber : www.ilmutekniksipil.com 3. Sistem Tangki Tekan Sistem
tangki
tekan diterapkan dalam keadaan dimana
suatu
kondisi tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut : Air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dalam tangki tersebut dialirkan ke dalam suatu distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup / membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi tekanan ini biasanya 2 ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg /cm . Daerah yang makin lebar biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk berhenti, tetapi sering kali menimbulkan efek yang
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
negatif pada peralatan plambing. Dalam
sistem
ini
udara yang
terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelah berulang kali diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini maka tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer (dengan memasukkan udara pompa ke dalam tangki). Kelebihan Sistem Tangki Tekan Yaitu : 1. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu mencolok dibandingkan dengan tangki atap. 2. Mudah perawatannya
karena
dapat dipasang dalam ruang mesin
bersama pompa-pompa lainya. 3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas menara. Sedangkan kekurangannya yaitu : 1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm sangat besar
dibandingkan
dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasinya. Fluktuasi yang besar ini dapat menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada alat plambing, dan pada alat pemanas gas dapat menghasilkan air dengan temperatur yang berubah-ubah. 2. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dalam tangki tekan. 3. Pengaturan otomatis pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap. 4. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Gambar : 2.3 Sitem Tangki Tekan Sumber : www.ilmutekniksipil.com 4. Sistem Tanpa Tangki (Booster System) Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan, ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa penghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama perusahaan air minum). Di Eropa dan Amerika Serikat cara ini dapat dilakukan kalau pipa masuk pompa diameternya 100 mm atau kurang. Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air Minum maupun pada pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum).
2.2.3
Peralatan (equipment)
Istilah alat plambing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam ataupun diluar gedung, untuk menyediakan air panas atau air dingin dan
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
untuk mengeluarkan air buangan. Dan untuk lebih sederhananya, alat plambing merupakan peralatan yang dipasang pada: 1. Ujung akhir pipa yang berfungsi untuk memasukkan air. 2. Ujung awal pipa yang berfungsui memasukkan air. Peralatan Plambing dibuat dari bahan-bahan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Tidak menyerap air/sedikit sekali menyerap air. Mudah dibersihkan. Tidak berkarat dan tidak mudah aus. Relatif mudah. Alat Plambing mudah dipasang. Peralatan saniter pada gedung ini yang hanya menggunakan air bersih
adalah bak cuci tangan, shower,bak cuci mandi, janitor, bak cuci piring (pantry), dan pancuran mandi, peralatan saniter umum nya dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat popular karena biaya pembuatannya cukup murah, dan ditinjau dari segi sanitasi sangat baik. Bahan lain yang cukup banyak digunakan di Indonesia adalah “teraso”, walaupun untuk membersihkan lebih sulit dari pada bahan porselen. Beberapa jenis peralatan saniter yang menggunakan air bersih pada gedung ini, sebagai berikut : 1. Bak Cuci Tangan Pada gedung ini, bak cuci tangan meliputi bak cuci tangan kecil dan bak cuci tangan. Bak cuci tangan kecil ialah tempat untuk menyuci tangan (wastafel), sedangkan bak cuci tangan pada gedung ini ialah tempat yang digunakan untuk mengambil air berwudhu, dimana pemakaian air bersih pada bak cuci tangan ini terlalu banyak.
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Gambar 2.4 Contoh Bak Cuci Tangan Sumber : (http://ciptoabiyahya.wordpress.com) 2. Wastafel 3. Tempat untuk mencuci tangan. Biasanya berada di dekat ruang makan, didapur atau didalam kamar mandi baik pribadi m aupun umum.
Gambar 2.5 C ontoh Wastafel Sumber :(http://architectaria.com) 4. Janitor Janitor adalah tem pat pencucian (pembersihan) kain pel dan biasanya juga dipakai untuk menyuci pakaian (laundry), tapi pada gedung ini janitor hanya digunakan untuk tem pat pencucian kain pel saja
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Gambar 2.6 Contoh Janitor Sumber :(repository.gunadarma.ac.id) 5. Bak cuci piring (pantry) Bak cuci piring (pantry) ini adalah tempat pencuci piring untuk para penghuni gedung ini.
Gambar 2.7 Contoh Bak Cuci Piring Sumber :(http://www.dbo.co.id) 6. Keran Penyiram Tanaman
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Keran penyiram tanaman ini, untuk menyiramkan tanaman di sekitar bangunan gedung ini
Gam bar 2.8 Contoh Keran Penyiram Tanaman sumber :(https://bodypaintmetro.wordpress.com) 7. Yang Dipasang di Luar Gedung Contoh jenis ini adalah bak perangkap, yang berfungsi sebagai perangkap bila ujung pipa pembuangan terbenam dalam air di dalam bak tersebut. 2.2.4
Sistem Pipa Pada Plumbing Ukuran pipa ditentukan berdasarakan laju aliran puncak. Disamping itu ada tambahan pertimbangan lain yang berdasarkan pada pengalaman perancang atau kontraktor pelaksana. Berikut beberapa macam ukuran pipa yang sering digunakan. 1. Ukuran Pipa Air Bersih Berdasarkan Kapasitas Tangki Dibawah ini merupakan ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 2. Ukuran Pipa Berdasarkan JIS (Japan International Standart) Ukuran pipa yang ditetapkan oleh JIS terdapat pada Tabel 2.3
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Tabel 2.2 Ukuran pipa air bersih berdasarkan kapasitas tangki Diameter Dalam Pipa &
Kapasitas Tangki (Ton)
Fitting (mm)
0-20
60
20-40
70
40-75
80
75-120
90
120-190
100
190-265
110
265-360
125
360-480
140
480-620
150
620-800
160
800-1000
175
1000-1300
200
1300-1700
215
Sumber : (SNI 03-7065-2005)
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Tabel 2.3. Standart Ukuran Pipa Baja menurut “JIS” tahun 2002 Inside
Nominal
Outside
SGP Tebal Schedule
Schdeule
Diameter
Size (mm)
Diameter
Min.
40 (mm)
80 (mm)
(mm)
(mm)
(mm) 6
0,25
10,5
2,0
1,7
2,4
10
0,375
17,3
2,3
2,3
3,2
15
0,5
21,7
2,8
2,8
3,7
20
0,25
27,2
3,2
2,9
3,9
25
1
34,0
3,5
3,4
4,5
32
1,25
42,7
3,5
3,6
4,9
40
1,5
48,6
3,8
3,7
5,1
50
2
60,5
4,2
3,9
5,5
65
2,5
76,3
4,2
5,2
7,0
80
3
89,1
4,5
5,5
7,6
100
4
114,3
4,5
6,0
8,6
125
5
139,8
5,0
6,6
9,5
150
6
165,2
5,8
7,1
11,0
200
8
216,3
6,6
8,2
12,7
250
10
267,4
6,9
9,3
-
300
12
318,5
7,9
10,3
-
350
14
355,6
7,9
11,1
-
400
16
406,4
-
12,7
-
450
18
457,2
-
-
-
500
20
508,0
-
-
-
Sumber: JIS, 2002
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2.2.5
Aspek Penelitian Sistem Plumbing Secara umum penelitian sistem plumbing dilakukan secara bertahap. Sistem plambing yang ditinjau biasanya mencakup analisa sistem penyediaan air bersih, penyaluran air buangan, dan penelitian ven. 1. Analisa Air Bersih Analisa penyediaan air bersih meliputi: a. Menganalisa jumlah pemakaian air bersih. b. Manganalisa perpipaan untuk air bersih. c. Menganalisa bak penampung dan system pompa untuk air bersih. d. Mengetahui jenis dan jumlah alat plambing Perencanaan sistem plambing pada gedung bertingkat harus dilakukan sesuai dengan prosedur perencanan yang telah ditentukan, yaitu dalam 4 tahap (SNI, 2005): 1. Konsep Rencana Data dan informasi awal yang dibutuhkan adalah meliputi jumlah penghuni, pengunjung dan pegawai, gambar rencana arsitektural gedung pada tahap konsep; jaringan air bersih dan fasilitas pembuangan air buangan kota; serta peraturan yang berlaku umum maupun yang berlaku setempat. Sedangkan data dan informasi akhir yang harus dipersiapkan adalah sumber air bersih dan lokasi sistem pembuangan; gambar denah yang menunjukkan tata letak alat plambing, jenis dan jumlahnya ditentukan berdasarkan SNI 03-6481-2000, Sistem Plambing, dokumen yang diperlukan untuk mengurus persetujuan prinsip membangun dari instansi yang berwenang dan pihak lain yang terkait. 2. Rencana Dasar Merupakan penelitian atau survey keadaan lingkungan, ciri geografis dan topografis, kondisi air bawah tanah, dsb, dan kemudian menentukan beberapa hal dengan data yang didapat. Penelitian lapangan tidak hanya berarti kunjungan ke lokasi pembangunan gedungnya dan melihat situasi setempat, tetapi mencakup pola perundingan dengan instansi Pemerintah yang berwenang, menjajagi pendapat instansi pengairan dan perikanan setempat, serta penelitian yang menyangkut hak
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
penggunaan air dan pembuangan air (Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura, 2005). Penyusunan rencana dasar terdiri dari perhitungan kebutuhan air bersih; bak penampung; pipa; pompa dan perkiraan volume air buangan. Dokumen dalam bentuk laporan yang disiapkan sekurang-kurangnya meliputi penjelasan alternative sistem dan perlengkapannya; hasil perhitungan sistem plambing, parameter air bersih berdasarkan dinas kesehatan, perkiraan jumlah dan jenis pipa; serta spesifikasi bahan dan peralatan (SNI, 2005). 3. Rencana Pendahuluan Pada tahap rencana pendahuluan, diadakan perhitungan yang meliputi perhitungan untuk menentukan ukuran semua pipa cabang, perhitungan bak panampung dan pompa yang telah ditentukan dengan metode yang mengacu pada SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plumbing. 4. Rencana Pelaksanaan. Gambar dan dokumen rencana detil pelaksanaan yang harus disiapkan adalah gambar detil pelaksanaan; spesifikasi lengkap dan persyaratan umum pelaksanaan (SNI, 2005). 2.3 Dasar Teori 2.3.1 Analisa Plumbing Penyediaan Air Bersih Dalam tinjauan air bersih terdapat tahapan perhitungan dan metode yang dapat digunakan. Secaara garis besar tinjauan air bersih adalah sebagai berikut : 1. Penaksiran Jumlah Penghuni Bila jumlah penghuni tidak diketahui maka digunakan penaksiran berdasarkan luas lantai efektif (5-10) m/orang dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai. (Sofyan & Morimura, 2000 Tabel 3.12). Penghuni yang dimaksudkan mecakup pegawai atau karyawan yang bekerja pada tempat tersebut, sedangkan penginap adalah konsumen dari tempat tersebut
19 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
yang bermalam untuk beberapa waktu dan pengunjung yaitu seseorang yang menggunakan suatu tempat hanya untuk keperluan beberapa saat dan tidak bermalam pada tempat tersebut. 2. Kebutuhan air bersih untuk pengunjung diasumsikan 5% dari pemakaian air bersih penghuni, dikarenakan tidak semua pengunjung menggunakan fasilitas air bersih yang ada. 3. Penaksiran Jumlah Debit Jumlah debit dapat dihitung dengan menentukan debit aliran per hari, debit per jam, dan puncak debitnya yang dinyatakan sebagai berikut: a. Debit Aliran per hari Dengan memilih standar pemakaian air per orang sehari berdasarkan jenis penggunaan gedung, jumlah pemakaian air per hari seluruh gedung dapat dihitung. Pemakaian air rata-rata dinyatakan sebagai berikut: Q=∑ Jumlah pemakaian air rata-rata diambil 3 karena ditentukan dari (Anonim 1, 2000), dapat dilihat pada Tabel 2.1.Dan diperkirakan perlu tambahan sampai 20% untuk mengatasi kebocoran, pancuran air, tambahan air untuk air panas yang menggunakan solahart atau mesin pendingin (chiller) gedung ini, penyiraman taman, dsb. Qd = Qh x 1,20 Pemakaian air rata-rata dapat pula dihitung, dengan membaginya untuk 10 jam. Qh = Keterangan : ∑ph = Jumlah penghuni Q = Pemakaian air rata-rata sehari (m3 ) Qr = Pemakaian air rata-rata per orang (m3) Qh = Pemakain air rata-rata sejam(m3 /jam) Qd = Pemakaian air rata-rata sehari + 20% (m3 ) 20 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
t = Jangka Waktu Pemakaian (jam) b. Pada waktu-waktu tertentu pemakaian air ini akan melebihi pemakaian air rata-rata, dan yang tertinggi dinamakan pemakaian air jam puncak. Yang dinyatakan sebagai berikut: Qh-max = Qh x c1………….(2.4) konstanta “c1” berkisar antara 1,5 sampai 2,0 bergantung kepada lokasi, sifat penggunaan gedung, dan sebagainya (Jimmy S. Juwana, 2004). Laju aliran air pada jam puncak inilah yang digunakan untuk menentukan ukuran pipa utama (dari tangki atap), pompa penyediaan air. 4. Penaksiran Volume Bak Penampungan Kapasitas bak penampung (tangki) biasanya untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan air pemadam kebakaran. Karena bak penampungan tersebut juga digunakan untuk kebutuhan pemadam kebakaran, sehingga volume tangki dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: Vt = Qh-max – (Qp x T) + Qf…………..(2.5) Keterangan : Vt
= Volume bak penampungan (m3 ) dalam sehari
Qd
= Jumlah kebutuhan air per hari (m3 /hari)
Qp
= Kapasitas pompa dinas (m3 /jam)
T
= Rata-rata pemakaian air per hari (jam)
Qf
= Cadangan air untuk pemadam kebakaran (m3 /hari)
5. Penaksiran Diameter Pipa, Tebal Pipa dan Kapasitas Pompa Ada beberapa metode dalam menghitung rumus diameter pipa, tebal pipa, dan kapasitas pompa dinyatakan sebagai berikut : a. Diameter Pipa →Berdasarkan (Anonim 4, 2006) dH = 1,68 √
…………..(2.6)
Keterangan : dH = Diameter Pipa (mm) L = Panjang Pipa (mm) B = Beda Tinggi Pipa (mm) H = Panjang Kenie (mm) 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
F = 25 (mm) Setelah di ketahui hasil perhitungan di atas maka diameter pipa ditentukan berdasarkan tabel sandart pipa menurut tabel 2.3 b. Perhitungan Tebal Pipa →Berdasarkan (Anonim 4, 2006) S = So+ c + b ………………………….(2.7a) So =
………………….(2.7b)
Keterangan : So Da Pc
V
= Tebal pipa (mm) = Diameter luar pipa (mm) = Ketentuan tekanan ( Bar )(Anonim 4, 2006) = 16 Bar perm = Toleransi tegangan max (N/mm2 ) = 80 N/mm2 = Faktor efisiensi = 1,00
C
= Faktor korosi sea water lines = 3,00
b
=0
c. Kapasitas Pompa (BKI 2006 Sec. 11, C 3,1) Q = 5,75 x 10-3 x (dH)2……………………………(2.8) Keterangan : Q
= Kapasitas air diijinkan dengan menggunakan pompa dan cadangan (m3/jam)
dH
= diameter dalam pipa (mm)
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/z