perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Medical Check Up (MCU) Medical Check Up (MCU) adalah pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan serta mendiagnosis dan mendeteksi dini gejala penyakit yang ditemukan. Medical Check Up merupakan salah satu metode dalam mewujudkan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara berkala yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 02/Men/1980 Pasal 3 ayat (2) bahwa “Semua perusahaan sebagaimana dimaksudkan pasal 2 ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnnya 1 (satu) tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan perlindungan Tenaga kerja”. Tujuan dilakukannya Medical Check Up bagi tenaga kerja, antara lain : a. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif, serta mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja. b. Untuk pendeteksi dini berbagai penyakit, terutama untuk penyakit akibat kerja.
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
c. Data
dasar
dan
pembanding
untuk
mendeteksi
adanya
kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja. d. Data dasar untuk pengembangan kegiatan promosi kesehatan perusahaan. Hal-hal yang perlu diperiksa saat tenaga kerja melakukan Medical Check Up, antara lain : a. Pemeriksaan fisik menurut Darmanto (2003), meliputi : 1)
Pengukuran tinggi badan diukur jarak antara tumit dengan puncak kepala dengan posisi badan berdiri tegak.
2)
Pengukuran berat badan dilakukan sebelum makan, tanpa mengenakan alas kaki dan berpakaian seminimal mungkin. Penilaian berat badan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : a) Penilaian berdasarkan berat badan normal/ standar yaitu : (1) Rumus yang digunakan adalah berat badan dikurangi 100, hasilnya dalam Kg (kilogram). (2) Jika hasilnya diatas 110% dari standar dikatakan gemuk
atau
kelebihan (bila
overweight
berat
kerangka
(obesitas)
besar
dan
atau sering
berolahraga sampai 120% masih bisa digolongkan normal). (3) Antara 90-110% dari standar digolongkan normal. (4) Antara 70-90% dari standar digolongkan berat badan kurang/ moderat (mild underweight).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
(5) Di bawah 70% dari standar dikatakan kurus (severe underweight). b) Berat badan ideal tidak sama dengan berat badan normal. Berat badan ideal adalah berat badan normal dikurangi 10%-nya. (1) Indeks Berat Badan Relatif (BBR)
Penilaian berdasarkan berat badan relatif yaitu : (a) Berat badan normal bila hasilnya 90-110 %. (b) Kekurangan berat badan bila hasilnya kurang dari 90%. (c) Kelebihan berat badan bila hasilnya lebih dari 110%. (d) Keegemukan atau obesitas bila hasilnya lebih dari 120%. (2) Indeks Massa Tubuh/ Body Mass Index (BMI)
Penilaian berdasarkan BMI yaitu : (a) Berat badan normal bila hasilnya antara 20-25. (b) Berat badan kurang bila hasilnya kurang dari 20. (c) Berat badan lebih bila hasilnya 25-30.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
(d) Kegemukan atau obesitas bila hasilnya lebih dari 30. 3)
Pengukuran tekanan darah yang pada normalnya 120/80 mmHg atau 110/70 mmHg.
4)
Pemeriksaan suhu badan dilakukan dengan termometer badan dengan skala celcius dan normal antara 36⁰-37⁰C.
5)
Pemeriksaan kulit dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda kulit kering, kasar, bersisik, apakah ada luka (ulkus) yang lambat sembuh kemungkinan disebabkan karena kekurangan vitamin C, kekurangan protein, dan kekurangan zink.
6)
Pemeriksaan selaput lendir seperti selaput lendir mulut, kelopak mata dan gusi. Gusi yang sering berdarah atau tampak merah bisa karena kekurangan asam karbonat. Luka pada sudut mulut karena kekurangan riboflavin, sariawan disebabkan kekurangan asam askorbat, asam folat dan vitamin B12.
7)
Pemeriksaan jari dan kuku, bila kuku pucat, menonjol, rapuh, tipis tidak mengkilap dan bentuknya seperti sendok (koilonikia) kemungkinan kekurangan zat besi dan apabila ada bintik-bintik putih disebabkan kekurangan zink.
8)
Pemeriksaan mata dilakukan mulai dari luar mata, apakah terdapat vaskularisasi, apakah konjungtiva kelopak mata dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
apakah menderita kelainan mata yang lain seperti miopi, hipermetropi, presbiopi, astigmatisme dan buta warna. 9)
Pemeriksaan THT untuk memeriksa keadaan telinga dan seberapa kepekaan pendengaran.
10) Pemeriksaan mulut dari bibir, lidah, gusi, jaringan lunak lain, gigi serta bau napas. b. Pemeriksaan laboratorium, meliputi : 1) Pemeriksaan darah hematologi, meliputi : a) Hemoglobin (Hb). Harga normal Hb laki-laki adalah 14-18 gr/dl, sedangkan harga normal Hb perempuan adalah 12-16 gr/dl. Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongesti dan luka bakar hebat. Penurunan Hb terdapat pada penderita anemia, kanker, dan penyakit ginjal. (Sutedjo, 2007) b) Eritrosit Harga normal untuk laki-laki adalah 4,5jt-6jt per mm3, sedangkan jumlah normal untuk perempuan adalah 4,3jt-5,5jt per mm3. Bila hasil pemeriksaan Hb dan eritrosit kurang dari harga normal disebut anemia. (Darmanto, 2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c) Leukosit Harga normal antara 5.000-10.000 butir/mm3. Bila hasil pemeriksaan leukosit kurang dari jumlah normal kemungkinan adanya demam tifoid, bila lebih dari jumlah normalnya kemungkinan menderita penyakit infeksi. (Darmanto, 2003) d) Laju Endap Darah (LED) Harga normal pada pria adalah 0-8 mm/jam, dan harga normal pada wanita adalah 0-15 mm/jam (Westergen atau Witrobe). Peningkatan LED terjadi pada artritis reumatoid, kanker (lambung, colon, payudara, hepar dan ginjal), dan infark miokard akut. Penurunan LED terjadi pada gagal ginjal kongesti, anemia sel sabit, arthritis degeneratif dan angina pektoris. (Sutedjo, 2007) 2)
Pemeriksaan darah biokimia, meliputi : a) Kadar gula darah puasa yaitu hasil pemeriksaan kadar gula darah dari darah yang diambil pertama kali saat masih puasa dengan harga normal 60-100 mg/dl. Kadar gula darah setelah makan yaitu kadar gula darah dari darah yang diambil 2 (dua) jam setelah makan dengan harga normal adalah 120 mg/dl. Kadar gula darah sewaktu adalah kadar gula darah saat kapan saja dengan harga normalnya 70-110 mg/dl. (Darmanto, 2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
b) Enzim plasma, antara lain : (1) SGOT (serum glutamate axaloacetate transaminase) nama lainnya AST (aspartate transaminase). Harga normal pada laki-laki adalah 5-17 U/L, sedangkan harga normal pada perempuan adalah 5-15 U/L. (Darmanto, 2003) (2) SGPT (serum glutamatepyruvate transaminase) nama lainnya ALT (alanine transaminase). Harga normal pada laki-laki adalah 5-23 U/L, sedangkan harga normal pada perempuan adalah 5-19 U/L. (Darmanto, 2003) (3) LDH (lactate dehydrogenase) banyak terdapat dalam jantung, rangka, liver, ginjal dan miokardium. Nilai normal 80-240 U/L. (Sutedjo, 2007) (4) ALP (alkaline phosphatase) dengan nilai normal 53128 U/L pada pria, sedangkan nilai normal 42-98 U/L pada wanita. (Sutedjo, 2007) (5) GGT (gama glutamil transferase) ditemukan terutama pada jaringan hati dan ginjal. Nilai normal pada pria antara 10-80 IU/L dan pada wanita antara 5-25 IU/L. (Sutedjo, 2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
c) Total protein, meliputi : (1) Albumin dalam darah dengan nilai normalnya 3-5 g/dl. (2) Globulin dalam darah dengan nilai normalnya 2-3,5 g/dl. (Darmanto, 2003) d) Lemak, meliputi : (1) Harga normal LDL kolesterol adalah di bawah 130 mg/dl. (2) Harga normal HDL kolesterol adalah di atas 45 mg/dl. (3) Harga normal trigliserid antara 72-200 mg/dl. (4) Harga normal total lipid antara 450-1.000 mg/dl. (6) Betha lipoprotein harga normal antara 0,5-1,2 mg/dl pada laki-laki, sedangkan harga normal antara 0,5,9 mg/dl pada perempuan. (Darmanto, 2003) c. Pemeriksaan urine, meliputi : 1) Jumlah Urine Pengukuran jumlah urine bermanfaat untuk menentukan gangguan fungsi ginjal, keseimbangan cairan tubuh, dan pemeriksaan kuantitatif urine. Banyak sekali faktor yang berpengaruh pada jumlah pengeluaran urine, yaitu umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu tubuh, iklim, dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata jumlah pengeluaran urine 24 jam antara 800-1300 ml pada orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
dewasa di daerah tropis. Volume urine dapat kurang atau lebih daripada normal. Volume urine 24 jam yang kurang dari normal dapat disebabkan oleh dehidrasi, adanya gangguan pada ginjal, atau sumbatan pada saluran kemih. Volume urine 24 jam yang lebih dari normal dapat disebabkan oleh banyak minum, menderita kencing manis, konsumsi zat-zat yang mengandung kafein atau alkohol, atau gangguan ginjal yang progresif. (Carolina, 2013) 2) Warna Urine Pada umumnya, warna urine ditentukan oleh volume pengeluaran urine, makin banyak volume pengeluaran urine, makin muda warna urine, dan sebaliknya. Biasanya warna normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna urine di luar yang telah disebutkan sebelumnya dapat disebabkan oleh hasil metabolisme yang tidak normal, suatu jenis makanan, misalnya zat warna atau obat tertentu, kumankuman tertentu, adanya darah, atau unsur-unsur yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah yang besar. (Carolina, 2013) 3) Kejernihan Urine Dalam hal ini, penting untuk menentukan apakah urine itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau pada waktu kemudian, yaitu jika dibiarkan (urine tidak langsung diperiksa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
tetapi dibiarkan). Kekeruhan akibat yang terakhir disebutkan disebabkan oleh mengendapnya sel-sel dan lendir dari saluran kemih. Oleh sebab itu, tidak semua urine yang keruh bersifat tidak normal. Kekeruhan yang lainnya dapat disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah yang besar, bakteri, atau lemak. (Carolina, 2013) 4) Berat Jenis Urine Berat jenis urine merupakan pengukuran jumlah partikel yang terlarut di dalam urine. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal dalam memekatkan atau mengencerkan urine. Berat jenis urine 24 jam orang normal biasanya berkisar antara 1,003-1,030. Berat jenis urine yang tinggi dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi cairan, adanya gula dalam urine (biasanya pada penderita kencing manis), protein dalam urine (biasanya pada penderita gangguan ginjal), atau obat-obatan tertentu. (Carolina, 2013) 5) pH (derajat keasaman) Urine Batas normal pH urine ialah 4,6-8,5. Urine yang digunakan haruslah urine yang segar atau diberi pengawet karena urine yang mengalami pembusukan dapat mencapai pH sebesar 9 sehingga mengaburkan hasil pemeriksaan. Selain itu, pH urine di atas normal juga dapat disebabkan oleh makanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
tertentu, seperti daging atau obat-obatan tertentu. pH urine di bawah normal dapat disebabkan oleh adanya gangguan ginjal atau obat-obatan tertentu. Pemeriksaan ini juga dapat memberi petunjuk ke arah penyebab adanya infeksi saluran kemih bila ditemukan adanya tanda-tanda infeksi saluran kemih yang lainnya. (Carolina, 2013) 6) Sedimen Urine Urine yang digunakan pada pemeriksaan sedimen urine adalah urine yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan pengawet. Paling baik adalah urine pekat yang mempunyai berat jenis 1023 atau lebih (lebih mudah didapat bila memakai urine pagi). Umumnya, sedimen urine dibagi atas 2 golongan, yaitu golongan organik dan golongan non organik. Beberapa sedimen urine secara normal memang ada di dalam urine (misalnya sel epitel, leukosit, eritrosit, silinder tertentu, kristal tertentu), namun jika jumlahnya meningkat, hal ini juga dapat menunjukkan adanya gangguan di dalam saluran kemih. (Carolina, 2013) 7) Protein Urine Ginjal yang sehat dapat menyaring semua protein dari darah dan menyerapnya kembali sehingga tidak akan ada atau kalau pun ada di urine, jumlahnya sangat sedikit. Urine yang normal hanya mengandung sedikit protein, yaitu di bawah 150
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
mg/24 jam (biasanya ditandai dengan tanda -). Jika terdapat kadar protein urine di atas 150 mg/24 jam, hal ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada ginjal. (Carolina, 2013) 8) Glukosa Urine Pemeriksaan glukosa urine terutama diperuntukkan untuk menyaring penderita kencing manis. Jika kadar glukosa di darah sudah di atas 180 mg/dL, maka glukosa juga akan terdeteksi di urine. Keadaan yang dapat menyebabkan adanya glukosa dalam urine adalah gangguan hormon, gangguan hati, atau gangguan metabolisme. Selain itu, terdapat juga beberapa zat yang sebetulnya bukan glukosa, tetapi terdeteksi sebagai glukosa pada urine sehingga dapat terjadi hasil negatif palsu. Zat tersebut di antaranya adalah vitamin C, jenis gula lainnya (misalnya laktosa, fruktosa, dan sebagainya), pengawet (misalnya formalin), obat-obatan tertentu, dan sebagainya. (Carolina, 2013) 9) Keton Urine Zat-zat keton merupakan zat yang mudah menguap sehingga urine yang diperiksa haruslah urine yang segar. Adanya keton mengindikasikan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, misalnya pada penderita kencing manis yang tergolong diabetes mellitus tipe 1 (satu). Keton dalam urine juga dapat terjadi pada keadaan demam, hamil, gangguan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
metabolisme karbohidrat selain diabetes, atau penurunan berat badan atau kelaparan akibat pembatasan asupan karbohidrat. (Carolina, 2013) 10) Bilirubin Urine Bilirubin
merupakan
produk
pemecahan
dari
hemoglobin (zat yang tedapat di dalam darah). Sebagian besar bilirubin dikeluarkan melalui kandung empedu, dan sangat sedikit yang dikeluarkan melalui urine sehingga kadarnya sulit dideteksi pada pemeriksaan urine. Adanya bilirubin dalam urine dapat menandakan adanya gangguan hati atau sumbatan hati-kandung empedu. (Carolina, 2013) 11) Ureum Urine Ureum merupakan produk buangan yang dibentuk di hati dari hasil metabolisme protein dan dikeluarkan melalui urine. Batas normal nilai ureum urine adalah 6-17 g/hari (214607mmol/hari).
Kadar
ureum
yang
tinggi
biasanya
menandakan adanya gangguan pada ginjal, tetapi karena keberadaan ureum dipengaruhi oleh jumlah asupan protein yang dikonsumsi dan fungsi hati, maka pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan pemeriksaan kreatinin darah. (Carolina, 2013)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
12) Kreatinin Urine Kreatinin adalah produk buangan yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Kreatinin merupakan hasil metabolisme energi otot dan dikeluarkan seluruhnya oleh tubuh melalui ginjal. Oleh sebab itu, pemeriksaan kreatinin urine dapat digunakan
sebagai
pemeriksaan
penyaring
untuk
mengevaluasi fungsi ginjal. Dalam melakukan pemeriksaan kreatinin urine, biasanya digunakan sampel urine yang dikumpulkan 24 jam. Batas normal kreatinin urine 24 jam adalah antara 50-100 mg/hari, tetapi hasil ini tergantung dari usia, jenis kelamin, dan berat tubuh. Hasil yang tidak normal dapat menunjukkan adanya gangguan pada ginjal, gangguan otoimun, obstruksi saluran kemih, atau banyak mengonsumsi daging. (Carolina, 2013) 13) Asam Urat Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir purin (konstituen asam nukleat yang berhubungan dengan gen). Produksi asam urat tergantung dari makanan yang dikonsumsi (misalnya hati, daging pankreas anak sapi, ginjal, dan sejenis ikan hering kecil (anchovy) dapat meningkatkan kadar asam urat). Normalnya, dua-pertiga sampai tiga-perempat asam urat dikeluarkan oleh ginjal, dan sebagian besar oleh saluran pencernaan. Batas normal pengeluaran asam urat dalam urine
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
adalah 250-800 mg/hari (1,49-4,76 mmol/hari. Biasanya, pengeluaran asam urat dalam urine dapat meningkat pada keadaan gangguan pada ginjal, gangguan hati, gangguan metabolisme, gangguan hormon, tumor dan konsumsi obatobatan tertentu. Kadar asam urat yang rendah biasanya juga didapatkan pada penderita gangguan ginjal yang lama (kronis). (Carolina, 2013) d. Pemeriksaan khusus, meliputi : 1) Pemeriksaan radiologi dilakukan hanya dengan foto rontgen dada atau cheast x-ray. (Darmanto, 2003) 2) Pemeriksaan
mammografi adalah
pemeriksaan payudara
dengan sinar-X untuk mendeteksi secara dini adanya kanker payudara. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk perempuan usia di atas 35 tahun. (Darmanto, 2003) 3) Pemeriksaan
EKG
(elektrocardiograf)
dilakukan
untuk
mendeteksi dini adanya silent coronary thrombosis, suatu penyumbatan pembuluh koroner yang tidak memberikan gejala.
Pemeriksaan
EKG
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan treadmill. (Darmanto, 2003) 4) Pemeriksaan
spirometri
dilakukan
untuk
mengetahui
kemampuan seseorang seberapa banyak udara yang dapat dihirup ke dalam paru dan kemampuan seberapa cepat bisa mengeluarkan udara dari paru. (Darmanto, 2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
5) Pemeriksaan
audiogram
adalah
suau
grafik
yang
memperlihatkan pada intensitas berapa desibel seseorang dapat mendengar bunyi frekuensi tertentu dengan menggunakan alat audiometer. (Darmanto, 2003) 6) Pemeriksaan pap’s smear dilakukan untuk mendeteksi dini adanya kanker leher rahim. (Darmanto, 2003) Dalam hasil Medical Check Up tenaga kerja terdapat 5 kriteria kesehatan, yaitu : a. Fit Optimal yaitu tenaga kerja dapat melakukan berbagai tenaga kerjaan dan tidak ada physical defect atau kelainan. b. Fit Moderat yaitu tenaga kerja dapat melakukan tenaga kerjaan biasa tapi ada physical defect atau kelainan yang dapat di koreksi. c. Fit Minimal yaitu tenaga kerja dapat melakukan tenaga kerjaan biasa tapi ada physical defect atau kelainan yang tidak dapat di koreksi. d. Fit Restriktif yaitu tenaga kerja hanya dapat melakukan tenaga kerjaan terbatas karena ada kelainan (cacat). e. Unfit yaitu tenaga kerja tidak dapat melakukan tenaga kerjaan karena sakitnya dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan dirinya dan orang lain disekitarnya. Berbagai kelainan yang ditemukan pada hasil medical check up sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
a. Kelainan Jantung 1) Keluhan Angina Pektoris Holter monitoring diperlukan, terutama untuk angina pektoris yang sesekali dan tidak tentu datangnya. Seringkali ditemukan depresi ST segmen sewaktu penderita berada dalam keadaan stres emosi. Exercise EKG adalah lebih objektif untuk mendeteksi ada atau tidaknya insufisiensi koroner pada penderita. (Jota, 2001) 2) Penyakit Jantung Iskemik Gangguan irama ventrikel sesudah infark mokard akut merupakan suatu faktor risiko yang utama untuk terjadinya mati mendadak. Terutama, timbul pada penderita asimtomatis dan holter monitoring sangat penting dilakukan. (Jota, 2001) 3) Gangguan Irama Menentukan
mekanisme
gangguan
irama
dapat
diungkapkan oleh EKG 24 jam karena mulai akhir dari arimia ini dapat direkam, sehingga pengobatan dapat diberikan secara spesifik. Atrium fibrilasi yang paroksismal dapat timbul akibat rangsangan nervus simpatikus, frekuensi sinus meningkat dan dapat pula disebabkan oleh rangsangan nervus vagus, sehingga terjadi penurunan frekuensi sinus. Pencegahan dilakukan dengan cara pemberian penghambat beta atau digoksin. (Jota, 2001)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Penyakit Akibat Status Gizi 1) Gizi lebih Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung
serat)
turut
menyebabkan
sebagian
besar
keseimbangan energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif (Gibney, 2008:3). Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pola makan. Pola makan berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menjadikan mutu makanan ke arah tidak seimbang. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit hati (Supriasa, 2002:12). Penanggulangan masalah gizi lebih adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
pengurangan
makan
dan
penambahan
latihan
fisik.
Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol (Almatsier, 2001:312). 2) Gizi baik Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002). Sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Dr. dr. Saptawati Bardosono (2009) memberikan 10 tanda umum gizi baik, yaitu: a) Bertambah umur, bertambah padat, bertambah tinggi. Tubuh dengan asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat dan kuat karena konsumsi protein dan kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein dan kalsium terpenuhi maka massa tubuh akan bertambah dan tubuh akan bertambah tinggi. b) Postur tubuh tegap dan otot padat. Tubuh yang memiliki massa otot yang padat dan tegap berarti tidak kekurangan protein dan kalsium. Mengonsumsi susu dapat membantu mencapai postur ideal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
c) Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan dan kacang-kacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat. d) Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih menandakan asupan vitamin A, C, E dan mineral terpenuhi. e) Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat dan bening didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel. Bibir segar didapat dari vitamin B, C dan E seperti yang terdapat dalam wortel, kentang, udang, mangga, jeruk. f) Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat dibutuhkan untuk membantu menceerna makanan dengan baik. Untuk itu, asupan kalsium dan vitamin B pun diperlukan. g) Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan baik dilihat dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari. Buang air besar pun harusnya setiap hari agar sisa makanan dalam usus besat tidak menjadi racun bagi tubuh yang dapat mengganggu nafsu makan. h) Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur. i) Penuh perhatian dan bereaksi aktif j) Tidur nyenyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
3) Gizi kurang Menurut Moehji, S (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu (Almatsier, 2001:307) : a) Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada orang dewasa, KEP bisa menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga
rentan
terhadap
penyakit.
Faktor
yang
berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan lingungan yang sehat (Almatsier, 2001:307). b) Anemia Gizi Besi (AGB) Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kekurangan zat besi (AGB). AGB menyebabkan
penurunan
kemampuan
fisik
dan
produktivitas kerja, penurunan kemampuan berpikir dan penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
c) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan dimana tanah kurang mengandung iodium. GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (tiroid). Pada anak-anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan jasmani, maupun mental. Ini menampakkan diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium/ iodized oil capsule kepada semua wanita usia subur dan anak sekolah di daerah endemik. Secara umum pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur. d) Kurang Vitamin A (KVA) KVA merupakan suatu ganguan yang disebabkan karena kurangnya asupan vitamin A dalam tubuh. KVA dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, dan dapat menurunkan epitelisme sel-sel kulit. 4) Gizi buruk Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
c. Penyakit Mata 1) Miopi Miopi yakni seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak jauh dan dapat dibantu dengan kacamata berlensa cekung. (http://id.wikipedia.org) 2) Hipermetropi Hipermetropi yaitu seseoang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat dari mata dan dapat dibantu dengan kacamata berlensa cembung. (http://id.wikipedia.org) 3) Presbiopi Presbiopi adalah seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat maupun berjarak jauh dan dapat dibantu dengan kacamata berlensa rangkap. Biasa terjadi pada lansia. (http://id.wikipedia.org) 4) Buta warna Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang sama sekali tidak dapat membedakan warna. Yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih. Buta warna biasanya merupakan penyakit turunan. Artinya jika seseorang buta warna, hampir pasti anaknya juga buta warna. (http://id.wikipedia.org)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
5) Astigmatisme Astigmatisme adalah ketidakteraturan lengkung lengkung permukaan bias mata yang berakibat cahaya tidak fokus pada satu titik retina (bintik kuning) dan dapat dibantu dengan kacamata silinder. (http://id.wikipedia.org) d. Penyakit Gigi 1) Karies Gigi Karies diawali dengan timbulnya bercak coklat atau putih yang kemudian berkembang menjadi lubang coklat. Lubang ini terjadi karena luluhnya mineral gigi akibat reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa dan glukosa oleh beberapa tipe bakteri penghasil asam. Karies dapat dicegah dengan melakukan kebiasaan baik meyikat gigi setelah makan, sebelum tidur dan rutin memeriksakan gigi setiap 6 (enam) bulan sekali. (Mumpuni, 2013) 2) Gigi Berjejal Gigi berjejal merupakan keadaan tumbuhnya gigi diluar susunan gigi yang normal. Hal ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara ukuran lengkung rahang dan ukuran leher gigi-gigi, perkembangan tulang rahang yang kurang sempurna dan faktor keturunan. Selain kurang indah secara estetika, gigi berjejal juga bisa meningkatkan risiko peradangan gusi dan gigi berlubang akibat penumpukan plak yang sukar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
dibersihkan. Gigi berjejal dapat dihindari dengan cara menguatkan otot rahang dan menghindari makanan yang terlalu lunak agar otot-otot rahang bergerak optimal. (Mumpuni, 2013) 3) Gingivitis (Gusi Bengkak) Gingivitis adalah peradangan pada gusi. Ciri-cirinya adalah gusi meradang, tampak merah, membengkak dan mudah berdarah. Gingivitis terjadi akibat penggosokan dan flosing (membersihkan gigi dengan benang gigi) yang tidak benar, sehingga plak tetap ada disepanjang garis gusi. (Mumpuni, 2013) 4) Gigi Retak, Goyah dan Copot Gigi retak adalah keadaan dimana gigi mengalami patahan tidak lengkap dan tidak terbelah, yang diakibatkan seseorang menggigit makanan yang keras atau makanan yang dingin. Menghindari terjadinya retak gigi dilakukan dengan cara rajin mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium, menghindari menggigit makanan terlalu keras dan terlalu panas atau dingin. Gigi goyah adalah keadaan dimana posisi gigi tidak lagi kuat. Gigi goyah dapat diatasi dengan cara pembersihan gigi dan mulut ke dokter gigi dan memasang gigi palsu segera setelah gigi dicabut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Gigi copot adalah keadaan dimana gigi terlepas dari tempatnya. Penyebab gigi copot adalah faktor usia dan kebiasaan tidur dengan gigi gemerutuk. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah makan makanan yang bergizi dan seimbang, penuhi kebutuhan kalsium tubuh, menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor dan sikat gigi minimal 2x sehari. (Mumpuni, 2013) e. Penyakit Kulit Beberapa jenis penyakit kulit, sebagai berikut : 1) Furunkel Furunkel adalah suatu infeksi nekrotik akut folikel rambut yang dalam. Furunkel dapat terjadi sekunder terhadap dermatosis lain. Furunkel sering terjadi pada kulit yang sering mendapat gesekan, tekanan, dan iritasi lokal seperti garukan. Furunkel dapat juga terjadi pada penderita diabetes, orang yang kurang gizi, dan orang terlantar. Gejala pada permulaan penderita merasa gatal, nyeri, timbul peradangan folikuler kecil dan merah yang cepat bertambah besar. (Harahap, 2000). 2) Herpes Zoster Herpes zoster (dampa, cacar ular) adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus. Herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi. Gejala konstitusi, seperti gatal, demam, malaise, nyeri. (Harahap, 2000) 3) Pedikulosis Korporis Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan higiene yang buruk, infeksi kulit ini disebabkan oleh pediculus humanus var.corporis. gejala yang timbul adalah: gatal, infeksi sekunder bekas garukan pada badan, menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian. Untuk membunuh kutu dan telur yang menempel di pakaian dapat dilakukan dengan cara merebus dan menyetrika pakaiannya. (Harahap, 2000). 4) Pitiriasis Versikolor Pitiriasis Versikolor (panu) adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pitiriasis versikolor biasanya sering mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha. Gejala bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
yang menderita penyakit ini adalah penderita merasakan gatal, lesi kulit berupa bercak putik sampai coklat, merah, dan hitam, di atas lesi terdapat sisik halus, sering didapatkan lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang meluas membentuk plakat. Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. (Harahap, 2000) 5) Urtikaria Urtikaria merupakan suatu reaksi vaskuler pada kulit akibat bermacam-macam sebab, keluhan subjektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Penyebab penyakit ini di antaranya: bahan kimia, paparan fisik, zat kolinergik, infeksi dan penyakit sistemik, alkohol. Gejala yang timbul jika terserang penyakit ini adalah gatal, rasa terbakar, eritema dan setempat berbatas tegas, bagian dalam tampak pucat. Pengobatan urtikaria yang paling baik adalah mencari dan menghilangkan penyebab. Apabila penyebab tidak diketahui, hendaknya dihindari faktor-faktor yang dapat memperburuk, seperti alkohol, aspirin, dan lain sebagainya. Pada urtikaria kronik yang penyebabnya 95% tidak diketahui, seringkali menjadi masalah yang sulit. (Harahap, 2000). 6) Selulitis Selulitis adalah peradangan menjalar dan akut pada kulit, dan terutama mengenai jaringan subkutan yang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
dalam. Penyebab yang paling sering adalah staphylococcus aureus. Bakteri lain yang dapat menyebabkan selulitis adalah pneumokok. Gejala yang dapat terjadi adalah demam, malaise, menggigil, eritema pada tempat infeksi cepat bertambah merah dan menjalar. Obat yang dapat diberikan bagi penderita selulitis adalah krim antibiotik. 7) Veruka Veruka (kutil) ini dapat disebabkan oleh virus papiloma (grup papova). Tersebarnya kosmopolit dan transmisinya melalui kontak kulit maupun autoinokulasi. Gejala penyakit ini adalah menimbulkan penonjolan yang berbentuk bulat, berwarna abu-abu, permukaan kasar, dapat timbul anokulasi sepanjang goresan. (Harahap, 2000). 8) Rinofina Alkoholism
secara
tradisional
disangka
sebagai
penyebab terjadinya pertumbuhan jaringan hidung, namun tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Rinofina dapat menyertai rosasea stadium III, hingga dianggap sebagai kompilasi rosasea. Gejala-gejala yang timbul bila mengidap penyakit ini antara lain: pria 40-50 tahun, ujung hidung melebar, alanasi, kolumela, warna kulit sampai merah gelap, keluar bau tidak enak. Pilihan pengobatannya adalah bedah kulit, baik bedah skapel, bedah listrik, atau dermabrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
9) Eritrasma Eritrasma adalah suatu peradangan super fisial ringan yang terlokalisasi pada kulit dan menahun, yang disebabkan oleh bakteri yang erat kaitannya dengan bakteri coryneform aerobik, yang biasanya diketahui sebagai c.minutissimum. Gejala yang sering timbul bila menderita penyakit ini antara lain: lesikulit, berskuama halus, merah kecokelat-cokelatan, biasanya terdapat pada ketiak dan lipatan paha. (Harahap, 2000). f. Penyakit Telinga Gangguan pendengaran pada telinga akibat bising (noise induced hearing loss) di tempat kerja merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering dikeluhkan. Kelainan ini dapat menurunkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Secara umum penurunan fungsi pendengaran dapat terjadi karena gangguan, baik pada telinga luar, telinga dalam maupun telinga dalam. Kelainan pada telinga luar dan tengah umumnya karena proses peradangan dan kotoran telinga (serumen), sedangkan gangguan pendengaran akibat kelainan telinga dalam dapat disebabkan oleh faktor suara bising yang terus menerus seperti di lingkungan kerja atau tempat rekreasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Gangguan pada telinga, baik telinga luar, telinga tengah, maupun telinga dalam dapat menyebabkan ketulian. Dikenal tiga jenis gangguan pendengaran (Tambunan, 2005), yaitu: 1) Condutive hearing loss Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis (mechanical hearing loss) karena menyerang bagian luar dan tengah telinga tenaga kerja, tepatnya selaput gendang telinga dan ketiga tulang utama (hammer, anvil, dan stirrup) menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya, tenaga kerja menjadi agak sulit mendengar. (Tambunan, 2005) 2) Sensorineural hearing loss Sesuai
dengan
namanya, sensorineural
hearing
loss diklasifikasikan sebagai masalah pada sistem sensor, dan bukan
masalah
mekanis.
Sensorineural
hearing
loss disebabkan oleh ketidakberesan pada bagian dalam telinga, khususnya cochlea. (Tambunan, 2005) 3) Mixed hearing loss Tuli gabungan disebabkan oleh kombinasi antara tuli konduktif dan tuli saraf. Jika kedua threshold konduksi menunjukan adanya kehilangan/gangguan pendengaran, namun porsi kehilangan lebih besar pada konduksi udara. (Tambunan, 2005)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
g. Gangguan Spirometri Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) : 1) Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai prediksi. 2) Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi. 3) Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi. 2. Penyakit Akibat Kerja (PAK) Gangguan kesehatan menurut Suma’mur (2009), agar seorang tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya, maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor-faktor, yaitu : a. Beban Kerja Setiap tenaga kerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban kerja bisa berupa beban fisik, mental, atau sosial baik ringan, sedang atau berat tergantung jenis tenaga kerjaan. Menurut Syukri Sahab (1997), beban kerja dapat menyebabkan kelelahan. Kelelahan yang terjadi bisa kelelahan fisik maupun kelelahan mental yang berlebihan, maka beban kerja pada seorang tenaga kerja disesuaikan dengan kemampuannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
b. Beban tambahan akibat lingkungan kerja Suatu tenaga kerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang menyebabkan beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Beban ini akan menambah beban kerja yang dapat langsung dari tenaga kerjaan yang sebenarnya. Faktor-faktor penyebab beban tambahan ada lima menurut Suma’mur (1996) yaitu : 1) Faktor fisik, yaitu penerangan, suhu udara, kelembaban, getaran, radiasi, tekanan udara. 2) Faktor kimia, yaitu gas, uap, debu, kabut, fume, asap, awan, cairan dan benda padat. 3) Faktor fisiologis, yaitu konstruksi mesin, sikap dan cara kerja. 4) Faktor biologi, yaitu virus, bakteri, jamur. 5) Faktor mental psikologis, yaitu suasana kerja, hubungan antara tenaga kerja dengan atasan. c. Kapasitas kerja Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja dalam melakukan tenaga kerjaannya. Kemampuan kerja sangat tergantung pada ketrampilan, keserasian (fitness), keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh (Suma’mur, 2009). Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 02/MEN/1981 (Pungky W, 2002), yang dimaksud dengan penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
tenaga kerjaan atau lingkungan kerja, sedangkan dalam Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja pada pasal 1 dan 2 disebutkan bahwa penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masalah dalam hubungan kerja ataupun setelah hubungan kerja berakhir. Menurut Suma’mur (2009), dalam ruang atau di tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja sebagai berikut : a. Golongan Fisik 1) Suara, yang bisa menyebabkan pekak atau tuli. 2) Radiasi sinar-sinar rontgen atau sinar-sinar radioaktif , yang menyebabkan antara lain penyakit susunan darah dan kelainankelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak kepada lensa mata sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab conjunctivitis photoelectrica. 3) Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps atau hyperpyrexia, sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan frosbite. 4) Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease. 5) Penerangan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
b. Golongan Chemis 1) Debu
yang
menyebabkan
pneumoconiosis,
diantaranya
silicosis, asbestosis dan lain-lain. 2) Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever, dermatitis atau keracunan. 3) Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain. 4) Larutan, yang misalnya menyebabkan dermatitis. 5) Awan atau kabut, misalnya racun serangga (insectisides), racun jamur dan lain-lain yang menimbulkan keracunan. c. Golongan biologis, misalnya oleh bibit penyakit anthrax atau brucella pada tenaga kerja-tenaga kerja. d. Golongan mental-psikologis, hal ini terlihat misalnya pada hubungan kerja yang tidak baik, dengan akibat timbulnya misalnya depresi atau penyakit psikosomatis. e. Golongan fisiologis yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan tenaga kerjaan dan lain-lain yang kesemuanya menimbulkan kelelahan fisik bahkan lambat laun perubahan fisik tubuh tenaga kerja di lingkungan kerja. Dalam Permenakertrans No. 1 tahun 1981 (Pungky W, 2002), kewajiban pengusaha dalam menghadapi penyakit akibat kerja adalah : a. Pengusaha wajib dengan segera melakukan tindakan-tindakan preventif agar penyakit akibat kerja yang sama tidak terulang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya. b. Apabila terdapat keragu-raguan terhadap hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter, pengurus dapat meminta bantuan Depnakertrans untuk menegakan diagnosa penyakit akibat kerja. c. Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja. Sedangkan kewajiban dan hak tenaga kerja dalam menghadapi penyakit akibat kerja, antara lain : a. Tenaga kerja harus memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan bila diperiksa oleh dokter atau pengawas keselamatan dan kesehatan kerja. b. Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja. c. Tenaga kerja harus memenuhi dan menaati semua syarat-syarat untuk pencegahan penyakit akibat kerja. d. Tenaga kerja berhak meminta pada pengurus agar dilaksanakannya semua syarat-syarat pencegahan penyakit akibat kerja. e. Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan tenaga kerjaannya pada tenaga kerjaan yang diragukan keadaan pencegahannya terhadap penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja pertambangan adalah penyakit cacing ankilostomiasis (penyakit cacing tambang), keracunan oleh gas atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
uap beracun atau zat atau bahan kimia dari bijih atau hasil pengolahannya yang berada di tempat penambangan dilakukan dan penyakit akibat kerja oleh debu tambang. Selain itu, kecelakaan tambang menyebabkan kesehatan tenaga kerja terganggu atau menjadi sakit bahkan mungkin pula mendeita kecacatan. Gangguan kesehatan atau penyakit yang diakibatkan oleh kecelakaan tidak termasuk ke dalam kategori penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009). Penyakit akibat kerja tambang, antara lain : a. Penyakit cacing ancylostomiasis disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Pada penyakit ini penderita merasa sangat lemah, tidak bertenaga, mau tidur saja, tidak ada nafsu makan, tidak ada motivasi untuk berbuat sesuatu dan menyebabkan anemia. Pencegahan terutama dilakukan dengan sanitasi lingkungan khususnya pembuatan dan penggunaan kakus yang baik dan juga pemakaian sepatu boat guna menghindari kemungkinan masuknya larva menembus kulit. b. Asfiksia yang dapat berakibat kepada mati lemas disebabkan kurangnya oksigen di dalam udara tambang. Dalam udara normal kadar oksigen 20-21%. Maka dari itu, agar terhindar dari kemungkinan berada di tempat dengan kadar oksigen yang tidak normal harus selalu diterapkan cara untuk mendeteksi kadar oksigen. Lampu keselamatan dari Davy dapat dipergunakan untuk menunjukan kadar oksigen yang ada sampai 16,25% dan lampu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
karbit akan padam pada 12,5% kadar oksigen dalam udara, sedangkan cara lain menggunakan burung kenari atau tikus. c. Gas CO2 juga berbahaya karena tidak berbau, relatif lebih berat dari udara, dan terbentuk dari dekomposisi karbonat atau fermentasi yang biasanya terdapat dibagian bawah lobang tambang. Konsentrasi CO2 bertambah, apabila terjadi ledakan atau kebakaran yang bila terhirup dapat menyebabkan mati lemas. Selain itu, oleh karena beratnya gas CO2 berkumpul pada permukaan dasar lobang tambang sehingga orang yang terpeleset, terjatuh dan tergeletak di lantai juga dapat mati lemas, oleh karena tingginya konsentrasi gas CO2 dan kurangnya O2 dalam udara di lantai tambang tersebut. d. Gas metan (CH4) yang biasanya terkumpul di lobang tambang sebagai hasil pembusukan tumbuhan. Metan dengan kadar tinggi dapat meledak terutama jika terkena api atau mengalami pemanasan. Selain itu, metan juga merupakan afiksian yang dapat menyebabkan mati lemas. e. Gas CO biasanya tidak terdapat secara alami di dalam tambang, melainkan sebagai hasil pembakaran tidak sempurna atau oleh peristiwa kebakaran atau terjadinya ledakan. Gas ini mempunyai afinitas yang sangat besar terhadap hemoglobin, membuat persenyawaan CO-hemoglobin, sehingga jaringan tubuh mati oleh karena tidak mendapat oksigen untuk oksidasi. Terdapat alat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
khusus untuk mendeteksi adanya dan kadar CO dalam udara tambang. f. Gas H2S juga sangat beracun, racun gas ini bisa menyebabkan kematian pada kadar sangat rendah sekitar 0,1%. Untungnya gas ini dapat tercium baunya dan terasa rangsangannya kepada mata pada kadar sangat rendah pula yaitu 0,01%. Untuk memastikan ada dan kadarnya dapat digunakan alat detektor gas. g. Pada tenaga kerja tambang dapat terjadi keracunan oleh logam beracun atau persenyawaannya yang berasal dari bijih yang sengaja ditambang. Tambang mangan (Mn) mengandung risiko keracunan mangan. Tambang air raksa (Hg) disertai risiko bahaya keracunan air raksa. Mungkin pula bijih tambang mengandung zat radiokatif yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja kepada tenaga kerja yang menghirupnya dalam bentuk debu. Tergantung dari komposisinya
debu
nikel
di
pertambangan
nikel
dapat
menyebabkan kanker paru pada tenaga kerja. h. Penyakit akibat kerja lainnya adalah penyakit akibat debu tambang, penyakit yang timbul pada tenaga kerja sebagai akibat penimbunan debu dalam paru dan juga reaksi jaringan paru terhadap debu tersebut adalah pnemokoniosis. Oleh karena hampir setiap tambang mengakibatkan pencemaran udara tambang oleh debu silika bebas (SiO2), setiap tambang mengandung risiko terkena silikosis pada tenaga kerja tambang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
3. Deteksi Penyakit Akibat Kerja Secara umum, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut (Dedi-Ratna, 2013) : a. Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat tenaga kerjaan, untuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja, pada tenaga kerjaan, dan atau lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit akibat kerja. b. Pemeriksaan klinis, untuk menemukan gejala dan tanda yang sesuai untuk suatu sindrom yang seringkali khas untuk suatu penyakit akibat kerja. c. Pemeriksaan laboratorium, untuk mencocokkan benar tidaknya penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan ada dalam tubuh tenaga kerja yang dideritanya. d. Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sangat membantu dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja terutama untuk penyakit yang disebabkan penimbunan debu dalam paru dan reaksi jaringan paru terhadapnya, yang dikenal dengan pneumokoniosis. Hasil pemeriksaan rontgen baru ada maknanya apabila dinilai dengan riwayat penyakit dan
tenaga kerjaan serta hasil
pemeriksaan lainnya dan juga data lingkungan kerja. e. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja, untuk mengukur dan memastikan adanya faktor penyebab penyakit di tempat kerja atau ruang kerja. Hasil pengukuran kuantitatif di tempat kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
diperlukan untuk melakukan penilaian dan pengambilan keputusan, apakah zat sebagai penyakit akibat kerja cukup dosisnya atau tidak untuk menyebabkan sakit. f. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja dengan gejala penyakit yang pada umumnya gejala-gejala penyakit akibat kerja akan mengurang, bahkan kadang-kadang hilang sama sekali, apabila si penderita tidak masuk kerja/ cuti dan gejala-gejala itu sering timbul lagi atau menjadi lebih berat apabila ia kembali bekerja. Kenyataan ini sangat jelas misalnya pada penyakit dermatosis akibat kerja atau pada penyakit paru-paru byssinosis. 4. Efektivitas Medical Check Up Berkala dengan Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja di Perusahaan Manajemen risiko kesehatan adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan. Tujuan utama manajemen risiko kesehatan adalah menurunkan risiko pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak menimbulkan
efek
buruk
terhadap
kesehatan
tenaga
kerja.
(Muchtaruddin Mansyur, 2007) Menurut Muchtaruddin Mansyur (2007) komponen utama manajemen risiko kesehatan dalam kesehatan kerja adalah : a. Penilaian Risiko (Risk Assessment), meliputi : 1) Identifikasi bahaya Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko kesehatan yang tergolong faktor fisik, kimia, biologi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
ergonomik dan psikologi yang terpajan pada tenaga kerja. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini
diperlukan
pengamatan terhadap proses dan kegiatan produksi, bahan baku yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi. Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka diperlukan: pemilikan Material Safety Data Sheets (MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan bahan kimia menurut
jenis bahan aktif yang terkandung,
mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. 2) Penilaian pajanan Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif
terhadap pola pajanan kelompok
tenaga kerja yang bekerja di tempat dan tenaga kerjaan tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi juga faktor lain.
Pengukuran dan pemantauan
konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja tidak cukup, karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor lain itu. Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko (bahaya/ hazards) yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
menjadi nyata dalam situasi tertentu. Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, higiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan. 3) Karakteristik Risiko Tujuan
langkah
karakterisasi
risiko
adalah
mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada tenaga kerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik, dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial. Karakterisasi risiko dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi (efek gangguan/ toksisitas spesifik) dengan perkiraan atau pengukuran intensitas/konsentrasi pajanan bahaya dan status kesehatan tenaga kerja. b. Surveilans Kesehatan Surveilans
kesehatan
merupakan
penilaian
keadaan
kesehatan tenaga kerja yang dilakukan secara teratur dan berkala. Surveilans kesehatan terdiri atas surveilans medis (termasuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang) serta pemantauan biologis. Lebih tepat lagi bahwa bentuk/ isi dan kekerapan (frequency) pemeriksaan kesehatan ini ditetapkan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
dokter yang berkompeten dalam program kesehatan kerja. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan harus memperhatikan hasil proses penilaian risiko. Bentuk dan jenis pemeriksaan kesehatan harus secara tegas terkait dengan bahaya kesehatan yang teridentifikasi
dan
sesuai
karakter
risikonya.
Kekerapan
pemeriksaan kesehatan ditentukan oleh besaran risiko kesehatan dan gangguan kesehatan terkait. Sebagai pedoman umum adalah mengacu pada peraturan dan perundangan di Indonesia yaitu sekali setiap tahun. 1) Surveilans Medis Surveilans medis terdiri atas tiga hal penting yaitu pemeriksaan
kesehatan
pra-kerja
(pre-employment),
pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination) yang
terkait
dengan
pajanan
bahaya
kesehatan,
dan
pemeriksaan kesehatan khusus (specific medical examination) yang terkait dengan kembali bekerja (returning to work) setelah terdapat gangguan kesehatan yang bermakna dan penyakit yang berat. Tujuan pemeriksaan kesehatan pra-kerja adalah : a) Menetapkan kemampuan untuk melakukan tenaga kerjaan sesuai dengan penempatan tenaga kerja b) Mengidentifikasi
kondisi
kesehatan
yang
mungkin
diperburuk oleh pajanan bahaya kesehatan, kerentananan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
calon tenaga kerja terhadap bahaya kesehatan tertentu yang memerlukan eksklusi pada individu dengan pajanan tertentu. c) Menetapkan data dasar (baseline data) evaluasi se- belum tenaga kerja ditempatkan atau melaksanakan
peker-
jaannya. Data dasar ini berguna sebagai pertimbangan kelak adanya gangguan kesehatan dan adanya kaitan dengan pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah : a) Mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kesehatan yang mungkin terjadi dan disebabkan oleh pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja, dan kondisi kerja. b) Mendeteksi perubahan status kesehatan (penyakit yang tidak berhubungan dengan tenaga kerjaan) yang bermakna dapat
menyebabkan
melanjutkan
tenaga
gangguan kerjaan,
kesehatan atau
apabila
menyebabkan
peningkatan kerentanan terhadap pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja atau kondisi kerja. Riwayat kesehatan dan riwayat tenaga kerjaan secara lengkap diperlukan untuk dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai terutama bila diketahui adanya pajanan yang berulang dan kemungkinan gangguan kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Tujuan pemeriksaan kesehatan khusus pada dasarnya sama dengan pemeriksaan kesehatan pra-kerja. Dalam hal ini, hasil pemeriksaan kesehatan khusus ditempatkan sebagai data dasar menggantikan data dasar hasil pemeriksaan kesehatan prakerja. Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan khusus tergantung pada riwayat penyakit dan status kesehatan saat terakhir atau saat pemulihan. 2) Pemantauan Biologis Pemantauan biologis (biological monitoring) adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap bagian tubuh sebagai media biologis (darah, urin, liur, jaringan lemak, rambut, dll) yang ditujukan untuk mengetahui tingkat pajanan atau efeknya pada
tenaga
kerja.
Melakukan
pemantauan
biologis
memungkinkan kita untuk dapat mengetahui dosis yang masuk ke dalam tubuh dari gabungan berbagai cara masuk. Disamping itu dengan pemantauan biologis di mungkinkan pemeriksaan pajanan untuk jangka lama dan adanya akumulasi di dalam tubuh. Pada kasus pajanan bahan kimia, pemeriksaan dapat berupa bahan aktif atau metabolitnya. Pemantauan biologis juga ditujukan untuk mengetahui pengaruh suatu pajanan bahaya kesehatan terhadap tubuh dan kerentanan tubuh terhadap pajanan bahaya kesehatan tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
c. Penataan Data Penataan data (record keeping) merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam manajemen risiko kesehatan. Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan manajemen risiko kesehatan ini terutama data tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus tersimpan rapi dan dijaga untuk setiap saat dapat digunakan sampai paling tidak selama 30 tahun. Penataan data ini ditujukan agar : 1) Dapat
mengenal tren kesehatan dan masalah yang perlu
penyelesaian 2) Memungkinkan evaluasi epidemiologi 3) Memenuhi persyaratan legal 4) Tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan tenaga kerja dan perusahaan dalam kasus klaim kompensasi kecelakaan kerja termasuk penyakit yang berhubungan dengan tenaga kerjaan 5) Memungkinkan pemantauan kinerja kesehatan tenaga kerja. 5. Pelaporan Penyakit Akibat Kerja Berdasarkan Permenakertrans No. 609 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja bahwa mekanisme penyelesaian kasus PAK adalah : a. Bagi tenaga kerja yang masih dalam hubungan kerja, pengusaha wajib melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja ke dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempat dan Badan Penyelenggara dalam bentuk form KK2 tidak lebih dari 2 x 24 (dua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
puluh empat) jam setelah ada hasil diagnosis dari dokter pemeriksa. b. Bagi tenaga kerja yang sudah berhenti bekerja pelaporan penyakit akibat kerja dapat dilakukan oleh perusahaan atau tenaga kerja ke Badan Penyelenggara dengan melampirkan hasil diagnosis dokter pemeriksa meskipun hubungan kerja telah berakhir, asalkan penyakit tersebut timbul dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 (tiga) tahun sejak hubungan kerja berakhir. c. Pengusaha wajib melaporkan kepada dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempat dan Badan Penyelenggara dengan laporan bentuk form KK3 tidak lebih dari 2 x 24 (dua puluh empat) jam setelah tenaga kerja berdasarkan surat keterangan dokter pemeriksa (dalam bentuk KK5) dinyatakan sembuh, cacat, atau meninggal dunia. Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01/MEN/1981 bahwa daftar penyakit akibat kerja yang harus dilaporkan, sebagai berikut : a. Pneukoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
perut
(silicosis,
antrakosilikosis,
asbestosis)
yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian. b. Penyakit-penyakit
paru-paru
dan
saluran
pernafasan
(bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu dan logam keras.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
c. Penyakit paru-paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, hennep, dan sisal (bissinosis) d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab-penyebab sensitisasi dan zat-zat perangsang yang dikenal dan berada dalam proses tenaga kerjaan. e. Alveolitis allergis dengan penyebab faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu-debu organik. f. Penyakit-penyakit
yang
disebabkan
oleh
berillium
atau
cadmium
atau
persenyawaan-persenyawaan yang beracun. g. Penyakit-penyakit
yang
disebabkan
oleh
persenyawaan-persenyawaan yang beracun. h. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaanpersenyawaan yang beracun. i. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaanpersenyawaan yang beracun. j. Penyakit-penyakit
yang
disebabkan
oleh
mangan
atau
persenyawaan-persenyawaan yang beracun. k. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaanpersenyawaan yang beracun. l. Penyakit-penyakit
yang
disebabkan
oleh
persenyawaan-persenyawaan yang beracun.
commit to user
air
raksa
atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
m. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh timah hitam atau persenyawaan-persenyawaan yang beracun. n. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaanpersenyawaan yang beracun. o. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. p. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh derivate-derivate halogen dari
persenyawaan-persenyawaan
hidrokarbon
alifatik
atau
aromatik yang beracun. q. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolog yang beracun. r. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh derivate-derivate nitro dan animo dari benzene atau homolog-homolog yang beracun. s. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau esterester lain asam sitrat. t. Penyakit-penyakit yang disebabkan alkohol-alkohol atau keton. u. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia seperti : karbon monoksida, hidrogen sianida atau derivatederivate yang beracun, hidrogen sulfida. v. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan. w. Penyakit-penyakit
yang
disebabkan
oleh
getaran
mekanik
(kelainan-kelainan otot, urat, tulang, persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
x. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh tenaga kerjaan dalam udara yang bertekanan lebih. y. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh radiasi yang mengion. z. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau biologis yang tidak termasuk golongan penyakit akibat kerja lainnya. aa. Kanker kulit epiteliome primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak
mineral,
antrasen
atau
persenyawaan-
persenyawaan produk-produk atau residu-residu dari zat-zat ini. bb. Kanker paru-paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes. cc. Penyakit-penyakit infeksi atau parasit yang didapat dalam suatu tenaga kerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus. dd. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau suhu rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
B. Kerangka Pemikiran Identifikasi Bahaya
Biomonitoring -Pemeriksaan Benzene, Timah, Timbal, Cadmium, Crom, Nikel dan lainnya.
Medical Check Up - Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan Laboratorium - Pemeriksaan Rontgen - Pemeriksaan Radiologi - Pemeriksaan Audiometri - Pemeriksaan Spirometri
Tenaga Kerja Resti dilakukan 2 (dua) kali setahun.
Tenaga Kerja Non-Resti dilakukan 1 (satu) kali setahun
Tenaga Kerja Resti dilakukan 1 (satu) kali setahun.
Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan
Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan
Evaluasi hasil oleh dokter perusahaan
Tidak ada kelainan
Ada kelainan
Tidak ada kelainan
Ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tindak Lanjut ke Dokter Spesialis mendapatkan pengobatan dan perawatan Identifikasi PAK : -Kontrol Lingkungan Kerja -Kontrol Personal -Riwayat Kesehatan Tenaga kerja/ MCU pra-employee -Hasil MCU berkala Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Keterangan :
= di teliti ------- = tidak diteliti
commit to user
Ada kelainan
untuk