BAB II LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro.1 Jadi bank syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum Islam, dalam kegiatannya tidak membebankan bunga, maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank syariah, maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian tersebut didasarka pada hukum syariah baik perjanjian yang dilakukan bank dengan nasabah penghimpunan dana, maupun penyalurannya. Perjanjian (akad)
1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.
30.
12
13
yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad tersebut.2 Undang-undang perbankan syariah No. 21 tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, menyangkut kelambagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.3 Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non devisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya.4 Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. 2
Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta:Kencana, 2010), h.
20. 3
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 4
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 61.
14
Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah Saw.5 Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non syariah dan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Oleh karena itu, muncullah istilah bunga dan bagi hasil. Perbedaan antara sistem bagi hasil dengan sistem bunga adalah sebagai berikut:6 Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil Bagi hasil
Bunga
Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu
Penentuan bunga dibuat sewaktu
perjanjian dengan berdasarkan
perjanjian tanpa berdasarkan kepada
kepada untung/rugi
untung/rugi
Jumlah nisbah bagi hasil berdasarkan
Jumlah pesen bunga berdasarkan
jumlah keuntungan yang telah dicapai jumlah uang (modal) yang ada Bagi hasil tergantung pada hasil
Pembayaran bungan tetap seperti
5
Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. III, h. 18. 6
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, (Jakarta:Erlangga, 2010) h. 10.
15
Bagi hasil
Bunga
proyek. Jika proyek tidak mandapat
perjanjian tanpa diambil pertimbangan
keuntungan atau mengalami
apakah proyek yang dilaksankan pihak
kerugian, risikonya ditanggung kedua
kedua untung atau rugi
belah pihak Jumlah pemberian hasil keuntungan
Jumlah pembayaran bunga tidak
maningkat sesuai dengan peningkatan meningkat walaupun jumlah keuntungan yang didapat
keuntungan berlipat ganda
Penerimaan/pembagian keuntungan
Pembagian/pembayaran bunga adalah
adalah halal
haram
Sumber: Amir Machmud dan Rukmana (2010) Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.7 2. Produk-Produk Bank Syariah Produk-produk bank syariah muncul karena didasari oleh operasionalisasi fungsi bank syariah. Dalam menjalankan operasinya bank syariah memiliki empat fungsi sebagai berikut:8 7
Dwi Suwiknyo, Jasa-Jasa Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.
8
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.
9. 112.
16
a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik dana/shahibul maal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah d. Sebagai pengelola fungsi sosial Dari keempat fungsi operasional tersebut kemudian diturunkan menjadi produk-produk bank syariah. Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa.9
B. PT Bank Syariah Mandiri 1. Sejarah Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
9
Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. III, h. 97.
17
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha
keluar
dari
situasi
tersebut
dengan
melakukan
upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai
tindak
lanjut
dari
keputusan merger, Bank
Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
18
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah
memandang
bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
19
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.10 2. Visi, Misi dan Shared Values Visi Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia. Misi a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan. b. Mengutamakan
penghimpunan
dana
murah
dan
penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM. c. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. d. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. e. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal. Shared Values Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkat “ETHIC”. Excellence: Mencapai hasil yang mendekati sempurna (perfect result-oriented). 10
www.syariahmandiri.co.id
20
Teamwork: Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi. Humanity: Mengembangkan kepedulian terhadap kemanusiaan dan lingkungan. Integrity: Berperilaku terpuji, bermartabat, dan menjaga etika profesi. Customer Focus: Mengembangkan kesadaran tentang pentingnya nasabah dan berupaya melampaui harapan nasabah (internal dan eksternal).11
C. Analisis Laporan Keuangan Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang) serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki. Kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dengan demikian, dapat diketahui bagaimana hasil usaha (laba atau rugi) yang diperoleh selama periode tertentu dari laporan laba-rugi yang disajikan. 12 Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan 11 12
www.syariahmandiri.co.id
Dr.Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012). Hlm 66
21
mengetahui kelemahan ini, maka manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini dapat dijadikan modal selanjutnya kedepan. Yang jelas dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, maka akan tergambar kinerja manajemen selama ini. Dalam melakukan analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat, sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula. Kesalahan dalam memasukkan angka atau rumus yang akan digunakan akan berakibat hasil yang hendak dicapai tidak akurat. Kemudian hasil perhitungan, dianalisis dan diinterprestasikan, sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya. Kesemuanya ini harus dilakukan secara teliti, mendalam, dan jujur.13 Laporan akuntansi disiapkan untuk memberikan informasi yang berguna bagi para laporan (users), terutama sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan akuntansi ini dinamakan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas koperasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
13
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta : Kencana, 2010). Hlm 91
22
14
Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi
tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki koperasi.
Dengan
mengetahui kelemahan, manajemen akan memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Kemudian kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Kekuatan ini harus dijadikan modal selanjutnya ke depan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini.15 Analisis laporan keuangan ini merupakan teknik perhitungan keuangan untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan koperasi dalam mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini dan memprediksi kondisi keuangan mendatang.16
D. Tujuan dan Manfaat Analisis Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah : a. Untuk mengetahui posisi keuangan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
14
Hery , Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012). Hlm 3-4 Dr.kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012). Hlm 66-67 16 Rangkuti, F. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 2005) 15
23
c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap atau gagal. f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.17 Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima. Tujuan khusus laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan.18 Sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dijelaskan tentang tujuan laporan keuangan yang isinya : “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu usaha yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.19 Tujuan analisis lain adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dan keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di
17
Dr.kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : rajawali pers, 2012). Hlm 68 Sofyan Syarif Harahap, Laporan Keuangan, (jakarta : bumi aksara, 2002). 19 Hery , Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : bumi aksara, 2012). Hlm 4 18
24
masa depan dan menentukan setiap kekuatan yang dapat digunakan. Kepentingan lain, analisis yang dilakukan oleh pihak luar korporasi dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi.
E. Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan Pengetian rasio keuangan menurut James C Van Home merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan. Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.20 Dalam praktiknya analisis rasio keuangan suatu dapat digolongkan menjadi :
20
Dr.Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : rajawali pers, 2012). Hlm 104
25
1.
Rasio Neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya
bersumber dari neraca. 2.
Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang
hanya bersumber dari laporan laba rugi. 3.
Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua
sumber (data campuran) baik yang ada di neraca maupun dan di laporan laba rugi.21 Rasio harus diinterprestasikan dengan hati-hati karena faktor-faktor yang mempengaruhi pembilang dapat berkolerasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan penyebut. Sebagai contoh, perusahaan dapat memperbaiki rasio beban operasional terhadap penjualan dengan mengurangi biaya yang sesungguhnya dapat meningkatkan penjualan dimasa yang akan datang, seperti biaya inovasi produk. Pengurangan jenis biaya ini, mesipun memiliki dampak baik terhadap profitabilitas jangka pendek, namun dapat berdampak buruk bagi penjualan dimasa mendatang.22 2. Jenis-jenis Rasio Keuangan Rasio keuangan badan usaha dapat dibagi menjadi lima jenis klasifikasi, yaitu sebagai berikut.23
21
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta : Kencana, 2010. Hlm 94 Hery , Analisis Laporan Keuangan, (jakarta : bumi aksara, 2012). Hlm 22 23 Budi Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, tanpa tahun), hal. 138. 22
26
a. Rasio-rasio likuiditas (liquidity ratios), yang menunjukkan kemampuan badan usaha untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. b. Rasio-rasio solvabilitas (leverage atau solvency ratios), yang menunjukkan kemampuan badan usaha untuk memenuhi seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. c. Rasio-rasio aktivitas (activity ratios), yang menunjukkan tingkat efektivitas penggunaan aktiva atau kekayaan badan usaha. d. Rasio
profitabilitas
dan
rentabilitas
(profitability
ratios),
yang
menunjukkan tingkat imbalan atau perolehan (keuntungan) dibanding penjualan atau aktiva. e. Rasio investasi (investment ratios), yang menunjukkan rasio investasi dalam surat berharga atau efek, khususnya saham dan obligasi. Ada tiga tipe pembanding hasil analisis rasio keuangan, yaitu.24 a. Analisis cross-sectional Analisis cross-sectional adalah membandingkan hasil analisis rasio keuangan suatu perusahaan dengan niai analisis keuangan perusahaan sejenis dalam industri yang sama dalam waktu yang sama. b. Analisis time-series Analisis time-series adalah mengevaluasi kinerja perusahaan dengan cara membandingkan hasil analisis rasio keuangan pada periode yang satu
24
A.M. Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), Cet. I, hal. 30.
27
dengan hasil analisis rasio keuangan pada periode yang lain dalam perusahaan yang sama. c. Analisis gabungan Analisis gabungan adalah gabungan antara analisis cross-sectional dan analisis time-series. Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu.25 a. Rasio-rasio Neraca yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, quick ratio, cash ratio dan lain sebagainya. b. Rasio-rasio Rugi dan Laba yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, operating profit margin, operating ratio dan lain sebagainya. c. Rasio-rasio antar-laporan yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari Neraca dan data lainnya berasal dari Income statement, misalnya assets turn over, inventory turn over, receivable turn over dan lain sebagainya. Jenis-jenis rasio keuangan badan usaha salah satunya adalah sebagai berikut.
25
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2001), Cet. VII, hal. 330.
28
a. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efektivitas perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:26 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan, yaitu: 1. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio profitabilitas yang menggambaran efisiensi suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. =
26
Earning After Tax total pendapatan
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 196-198.
29
2. Return On Asset (ROA) Hasil pengembalian investasi atau return on asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola invesatasinya. Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pembiayaan maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.27 Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank atau lembaga keuangan syariah dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan asset yang menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktivitas bank atau lembaga keuangan syariah dalam mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan.28 =
Laba Total aset
3. Return On Equity (ROE) Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
27 28
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 201-202.
Dwi Suwiknyo, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 149-150.
30
modal sendiri. Rumus untuk mencari ROE dapat digunakan sebagai berikut:29 =
Laba setelah pajak ekuitas
b. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan badan usaha dalam membayar kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi saat jatuh tempo.30 Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan badan usaha untuk mengukur kemampuan membayar utang jangka pendek, yaitu: 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar yaitu rasio untuk mengukur kemampuan badan usaha dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Tingkat current ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara current assets dengan current liabilities. Apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa suatu badan usaha kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi suatu badan usaha sedang baik. Hal ini dapat terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Kondisi suatu badan usaha dapat dikatakan baik atau tidaknya,
29 30
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 204.
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), Cet. II, hal. 45.
31
ada suatu standar rasio yang digunakan.31 Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut.
=
Aktiva Lancar ( Utang Lancar (
) )
2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan badan usaha dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila badan usaha membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.32 Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
=
Aktiva Lancar − Persediaan Utang Lancar
3. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.33 Rumus yang digunakan rasio kas adalah sebagai berikut. 31
Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 43. 32
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. V, hal. 136-137. 33 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2001), Cet. VII, hal. 332
32
ℎ
=
Kas + Efek Utang Lancar
4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut. a. Apabila rasio perputaran kas tinggi, hal ini berarti ketidakmampuan suatu badan usaha dalam membayar tagihannya. b. Apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga suatu badan usaha harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit. 34 Rumus yang dipakai untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut. Rasio Perputaran Kas =
Penjualan Bersih Modal Kerja Bersih
5. Inventory to Net Working Capital Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara 34
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. V, hal. 140.
33
aktiva lancar dengan utang lancar.35 Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
=
−
Rasio likuiditas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan badan usaha dalam membayar kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi saat jatuh tempo.36 Dengan mengetahui likuiditas suatu badan usaha, maka akan mengetahui peluang yang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan badan usaha tersebut.37 c. Rasio Solvabilitas (Leverage) Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.38 Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori utang ekstrem, yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus
35
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. V, hal. 141-142. 36
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), Cet. II, hal. 45. 37 Van Horne, James, C dan John, M, Machowicz, Ir. Prinsip-prinsip manajemen keuangan. (Jakarta: Salemba Empat) 38 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2001), Cet. VII, hal. 331
34
menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumbersumber yang dapat dipakai untuk membayar utang.39 Jenis-jenis rasio solvabilitas salah satunya adalah sebagai berikut. 1. Debt to Total Assets Ratio Debt to Total Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan.semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba.
40
Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
=
2. Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan sebaliknya.41 Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut.
39
40
=
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. II, hal. 127.
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), Cet. II, hal. 47. 41 Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), Cet. II, hal. 47.
35
3. Long Term Debt to Equity Ratio Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.42 Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut. =
4. Times Interest Earned Menurut J. Fred Weston times interest earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Menurut James C. Van Horne times interest earned diartikan sebagai kemampuan suatu badan usaha untuk membayar biaya bunga. Semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Apabila rasionya rendah, semakin rendah pula kemampuan badan usaha untuk membayar bunga dan biaya lainnya. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut.
=
Atau 42
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. V, hal. 157.
36
=
+ Biaya bunga
5. Fixed Charge Coverage Fixed charge coverage atau rasio menutup beban tetap merupakan ukuran yang lebih luas dari kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetap dibandingkan dengan rasio kelipatan pembayaran bunga karena termasuk pembayaran beban bunga tetap yang berkenaan dengan sewa guna usaha.43 Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut. ℎ
=
+ Biaya bunga + Biaya sewa Biaya bunga + Biaya sewa
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.44 Menurut Van Horne, semakin tinggi rasio solvabilitas, semakin besar risiko keuangannya. Yang dimaksudkan dengan terjadinya peningkatan risiko dimana perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan aktiva dari hutang. Dengan adanya risiko gagal bayar, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ini semakin besar. Dimana perusahaan tidak cuma harus membayar hutang tetapi juga harus
43
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. II, hal. 131. Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2001), Cet. VII, hal. 331 44
37
membayar bunganya. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas yang dimiliki perusahaan.45 d. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu badan usaha mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas usahanya, di mana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal.46 Untuk mengukur rasio aktivitas dapat digunakan rasio sebagai berikut. 1. Perputaran piutang (receivable turn over) Perputaran piutang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa cepat perusahaan menagih kreditnya, yang diukur oleh lamanya waktu piutang ditagih selama tahun tersebut.47 Tinggi rendahnya receivable turn over mempunyai efek langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi turn overnya, berarti makin cepat perputarannya, yang berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam piutang, sehingga untuk mempertahankan penjualan kredit tertentu dengan naiknya perputarannya dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil
45
Van Horne, James, C dan John, M, Machowicz, Ir. Prinsip-prinsip manajemen keuangan. (Jakarta: Salemba Empat) 46 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. II, hal. 132 47
Keown, et al., Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan, alih bahasa Marcus Prihminto Widodo (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. I, Jilid 1, hal. 78.
38
yang diinvestasikan dalam piutang.48 Rumus yang digunakan untuk mencari receivable turn over adalah sebagai berikut.
=
Penjualan kredit rata − rata piutang
2. Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over) Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode.49 Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Kondisi perusahaan yang baik adalah dimana kepemilikan persediaan dan perputaran selalu berada dalam kondisi yang seimbang, artinya jika perputaran persediaan kecil maka akan terjadi penumpukan barang dalam jumlah yang banyak digudang, namun jika perputaran terlalu tinggi maka jumlah barang yang tersimpan digudang akan kecil, sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kehilangan bahan/barang dipasaran dalam kejadian yang bersifat diluar perhitungan seperti gagal panen, bencana alam, kekacauan stabilitas politik dan keamanan serta berbagai kejadian lainnya. Maka ini bisa menyebabkan perusahaan terganggu aktivitas produksinya dan lebih jauh berpengaruh pada sisi penjualan serta perolehan keuntungan. Dengan
48
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2001), Cet. VII, hal. 91. 49
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2001), Cet. VII, hal 334.
39
begitu pihak manajer produksi perlu menjaga keseimbangan dengan baik yaitu dengan memahami kondisi pasar saat ini dan yang akan datang.50 Rumus untuk mencari inventory turn over dapat digunakan dengan dua cara yaitu sebagai berikut. 1. Menurut James C Van Horne
=
Harga pokok barang yang dijual Sediaan
2. Menurut J Fred Weston
=
Penjualan Sediaan
3. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) Perputaran modal kerja merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja suatu badan usaha selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode. Apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan suatu badan usaha sedang kelebihan modal kerja, karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Jika perputaran modal kerja tinggi, karena tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.51 Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. Perputaran modal kerja =
Penjualan bersih Modal kerja rata − rata
50
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. II, hal. 133-
134.
51
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. V, hal. 182.
40
Atau
Perputaran modal kerja =
Penjualan bersih Modal kerja
4. Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) Perputaran Total aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam total aktiva berputar dalam satu periode atau untuk mengukur apakah suatu badan usaha sudah menggunakan kapasitas aktiva sepenuhnya atau belum.52 Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
=
Penjualan Total aktiva
Rasio aktivitas merupakan rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu badan usaha mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas usahanya, di mana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal.53 Semakin banyak aktivitas yang dimiliki badan usaha maka semakin besar pula profitabilitas yang akan diterima badan usaha tersebut.
52
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. V, hal. 184. 53 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. II, hal. 132
41
F. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelusuran, peneliti mendapatkan beberapa penelitan terdahulu, baik yang membahas masalah cash ratio, debt to total asset ratio, total asset turnover dan return on asset. Hal itu dilakukan agar penelitian yang sedang diteliti tidak memiliki kesamaan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.Kalaupun ada persamaan, bukan persamaan yang bersifat mutlak. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan Apriyansyah Rahman tahun 2010 tentang “Pengaruh Likuiitas (Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio) dan Permodalan (Capital Asset Ratio) terhadap Return on Assets ( pada perusahaan disektor perbankan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (Cash Ratio dan Capital Asset Ratio) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA, sedangkan Loan to Deposit Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA.54 Penelitian yang dilakukan Flory Dwi Handayani tahun 2007 tentang “Pengaruh Cash Ratio, LDR, APB, NPL, NIM, Primary Ratio dan CAR terhadap Return On Asset pada Bank Pemerintah”. Dari hasil uji t diketahui bahwa dari delapan variabel bebas yang meliputi Cash Ratio, LDR, APB, NPL, BOPO, NIM, Primary Ratio, dan CAR ternyata hanya dua variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA pada
54
Apriansyah Rahman, “Pengaruh Likuiditas (Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio) dan Permodalan (Capital Asset Ratio) terhadap Return On Asset (pada perusahaan disektor perbankan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010).
42
Bank Pemerintah yaitu BOPO dan NIM, sedangkan yang lainnya memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan dan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA.55 Penelitian yang dilakukan Dwi Ismawati tahun 2009 tentang “Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Cash Ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Dana Pihak Ketiga Pada Profitabilitas pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk Periode 2006-2008 ”. Hasil menunjukkan bahwa Berdasarkan pengujian hipotesis secara serentak menggunakan uji F didapat nilai probabilitas jauh lebih kecil dari pada nilai alpha (5%) jadi dapat disimpulkan bahwa FDR, CR, CAR dan LNDPK secara bersamasama mempengaruhi tingkat profitabilitas pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk Periode 2006-2008. Nilai koefisien determinasi R2 adalah 0,513. Hal ini menunjukkan bahwa variabel FDR, CR, CAR dan LNDPK secara bersama-sama dapat mempengaruhi profitabilitas sebesar 51,3%. Hasil menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh pada profitabilitas dikarenakan adanya non Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan Cash Ratio (CR) terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat profitabilitas, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat profitabilitas dan Dana
55
Flori Dwi Handayani, “Pengaruh Cash Ratio, LDR, APB, NPL, NIM, Primary Ratio dan CAR terhadap Return On Asset pada Bank Pemerintah)”,(Surabaya: STIE Perbanas, 2007).
43
Pihak Ketiga (LNDPK) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat profitabilitas.56 Penelitian yang dilakukan Pitriaty tahun 2007 tentang “Analisis Pengaruh Cash Ratio dan Adequency Ratio terhadap Laba (ROA) pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Jakarta”. Hasil menunjukkan bahwa Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan Cash Ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan berpengaruh signifikan terhadap laba (ROA) perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Jakarta. Secara parsial Cash Ratio tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan perbankan, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba (ROA) perusahaan perbankan.57 Penelitian yang dilakukan Dwita Silvia tahun 2009 tentang “Pengaruh Cash Ratio (CR) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada PT. Bank BRI, Tbk”. Hasil menunjukkan bahwa CR dan NPM secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada bank BRI. Secara parsial, CR ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,593 > α (0,05) dan NPM ditunjukkan dengan signifikan 0,413 > α (0,05).58
56
Dwi Ismawati, “Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Cash Ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Dana Pihak Ketiga Pada Profitabilitas pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk Periode 2006-2008”. (Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2009) 57 Pitriaty, “Analisis Pengaruh Cash Ratio dan Adequency Ratio terhadap Laba (ROA) pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Jakarta”, (Semarang: Tesis Magister Manajemen, Universitas Diponegoro Semarang, 2007). 58 Dwita Silvia, “Pengaruh Cash Ratio (CR) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada PT. Bank BRI, Tbk”,(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, 2009).
44
Penelitian yang dilakukan Gianti Kartikasari tahun 2014 tentang “Pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt To Total Asset Ratio (DTA) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perusahaan Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010”. Hasil menunjukkan bahwa secara parsial Current Ratio (CR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan Debt to Total Asset Ratio (DTA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Secara simultan Current Ratio (CR) dan Debt to Total Asset Ratio (DTA) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI selama tahun 20052010. Besarnya R square adalah 0,467 yang artinya 47,6% ROA dipengaruhi oleh variabel indipenden, sedangkan sisanya 52,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.59
Penelitian yang dilakukan Ahyadi Sukur tahun 2009 tentang “Pengaruh Debt to Total Asset Ratio dan Total Asset Turn Over Terhadap Profitabilit Perusahaan Di Jakarta Islamic Index”. Hasil menunjukkan bahwa variabel debt to total asset ratio berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return on asset. Sebaliknya variabel total asset turnover mempunyai pengaruh yang positif secara signifikan terhadap
59
Gianti Gartika Sari, “Pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt To Total Asset Ratio (DAR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perusahaan Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010” dalam Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, April 2014
45
return on asset. Adapun secara bersama-sama, kedua variabel independen terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset.60 Penelitian yang dilakukan Ferly Herdinanto tahun 2013 tentang “Pengaruh Leverage (Debt to Total Asset Ratio) dan Likuiditas (Current Ratio) Terhadap Profitabilitas (Return On Asset) Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Periode 2006-2012”. Hasil menunjukkan bahwa variable Debt to Total Asset Ratio secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan dengan profitabilitas (Return On Asset), sedangkan pada variable Current Ratio secara parsial ada pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (Return On Asset). Berdasarkan hasil uji simultan (Uji F) didapatkan hasil bahwa Debt to Total Asset Ratio dan Current Ratio adanya pengaruh positif yang signifikan terhadap profitabilitas (Return On Asset) pada perusahaan farmasi.61 Penelitian yang dilakukan Nuroniatus Solicha tahun 2009 tentang “Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam materi pokok system persamaan linier dua variable pada hasil belajar peserta didik semester gasal kelas VIII SMP NU04 Sunan Abinowo Ngampel Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
variable Net
Profit
Margin
secara parsial
60
Ahyadi Sukur, “Pengaruh Total Debt to Total Asset Ratio dan Total Asset Turnover terhadap Profitabilitas Perusahaan di Jakarta Islamic Index. Skripsi thesis”, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009). 61
Ferly Herdinanto, “Pengaruh Leverage (Debt to Total Asset Ratio) dan Likuiditas (Current Ratio) Terhadap Profitabilitas (Return On Asset) Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Periode 2006-2012”,(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo, 2013).
46
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana angka ini berada dibawah level significance yang digunakan yaitu 5% (0,05). Variable Debt to Total Asset Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan uji t sebesar 0,004 dimana angka ini juga berada dibawah level significance yang digunakan yaitu 5% (0,05). Dan variable Total Asset TurnOver secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan uji t sebesar 0,004 dimana angka ini berada dibawah level significance yang digunakan yaitu 5% (0,05). Dan secara simultan variable Net Profit Margin, Debt to Total Asset Ratio dan Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset.
62
Penelitian yang dilakukan Meilinda Afriyanti tahun 2011 tentang “Analisis pengaruh Current Ratio, Total Asset Tunrover, Debt to Equity Ratio, Sales dan Size terhadap Return On Asset (ROA) (Studi pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2006-2009)”. Hasil menunjukkan bahwa variabel Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, variabel Total Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, variabel Sales berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, dan variabel Size berpengaruh positif dan tidak 62
Nuroniatus Solicha, “Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam materi pokok system persamaan linier dua variable pada hasil belajar peserta didik semester gasal kelas VIII SMP NU04 Sunan Abinowo Ngampel Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2009/2010”,(Semarang: IAIN Walisongo, 2009).
47
signifikan terhadap ROA. Persamaan regresi yang diperoleh adalah ROA = 1,660 – 5,142 + 7,557 TATO – 5,408 DER + 0,274 SALES + 0,616 SIZE. Besarnya koefisien determinasi (adjusted ◌ଶ) adalah sebesar 32,5% ܴ yang artinya 32,5% ROA dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 67,5% diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan di dalam penelitian.63 Penelitian yang dilakukan Epri Ayu Hapsari tahun 2007 tentang “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2005)”. Hasil menunjukkan bahwa variabel Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM) dan Gross Profit Margin (GPM) secara persial berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Variabel Working Capital to Total Asset (WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI) dan Operating Income to Total Assets (OITL) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dan variabel WCTA, CLI, OITL, TAT, NPM dan GPM secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.64 Penelitian yang dilakukan Devi Anawati Marlina tahun 2011 tentang “Pengaruh Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Return On Asset Pada Perusahaan Indeks 63
Meilinda Afriyanti, “Analisis pengaruh Current Ratio, Total Asset Tunrover, Debt to Equity Ratio, Sales dan Size terhadap Return On Asset (ROA) (Studi pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2006-2009)”. (Semarang : Ekonomi, Universitas Diponegoro 2011). 64 Epri Ayu Hapsari, “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2005)”, (Semarang: Tesis Magister Manajemen, Universitas Diponegoro Semarang, 2007).
48
Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil menunjukkan bahwa secara parsial Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset, dan secara berpengaruh terhadap Return On Asset.65 Adapun penelitian yang akan penulis lakukan merupakan bentuk penelitian yang hampir sama dengan penelitian diatas, namun dengan variabel yang berbeda dan objek yang berbeda pula. Posisi penelitian ini adalah ingin menindaklanjuti penelitian yang sudah ada yaitu dengan lebih memfokuskan pada cash ratio, debt to total asset ratio dan total asset turnover terhadap return on asset. Peneliti ingin mengetahui apakah jika dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan sampelyang berbeda serta periode pengamatan yang lebih akhir dapat diketahui hasil yang konsisten.
65
Devi Anawati Marlina, “Pengaruh Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Return On Asset Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional, 2011).
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Judul
Variabel
1
Apriyansyah Rahman (2010)
Pengaruh Likuiitas (Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio) dan Permodalan (Capital Asset Ratio) terhadap Return on Assets ( pada perusahaan disektor perbankan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Variabel bebas: Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio, Capital Asset Ratio Variabel terikat: Return on Assets
Analisis Regresi Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berganda (Cash Ratio dan Capital Asset Ratio) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA, sedangkan Loan to Deposit Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
2
Flory Dwi Handayani, 2007
Pengaruh Cash Ratio, LDR, APB, NPL, NIM, Primary Ratio dan CAR terhadap Return On Asset pada Bank Pemerintah
Variabel bebas: Cash Ratio, LDR, APB, NPL, NIM, Primary Ratio dan CAR Variabel terikat: Return On Asset
3
Dwi Ismawati ,
Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Cash
Variabel bebas: Financing to Deposit
Analisis Regresi Dari hasil uji t diketahui bahwa dari Berganda delapan variabel bebas yang meliputi Cash Ratio, LDR, APB, NPL, BOPO, NIM, Primary Ratio, dan CAR ternyata hanya dua variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Pemerintah yaitu BOPO dan NIM, sedangkan yang lainnya memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan dan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA Regresi Linear Hasil menunjukkan bahwa Berdasarkan Berganda pengujian hipotesis secara serentak
49
Metode
Hasil
50
4
2009
Ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Dana Pihak Ketiga Pada Profitabilitas pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk Periode 20062008
Ratio (FDR), Cash Ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Dana Pihak Ketiga Variabel terikat: Return On Asset
Pitriaty ,
Analisis Pengaruh Cash Ratio
Variabel bebas Cash
Regresi
menggunakan uji F didapat nilai probabilitas jauh lebih kecil dari pada nilai alpha (5%) jadi dapat disimpulkan bahwa FDR, CR, CAR dan LNDPK secara bersama-sama mempengaruhi tingkat profitabilitas pada PT. Bank Syariah Mandiri Tbk Periode 20062008. Nilai koefisien determinasi R2 adalah 0,513. Hal ini menunjukkan bahwa variabel FDR, CR, CAR dan LNDPK secara bersama-sama dapat mempengaruhi profitabilitas sebesar 51,3%. Hasil menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh pada profitabilitas dikarenakan adanya non Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan Cash Ratio (CR) terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat profitabilitas, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat profitabilitas dan Dana Pihak Ketiga (LNDPK) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat profitabilitas Hasil menunjukkan bahwa Hasil
51
2007
dan Adequency Ratio terhadap Ratio dan Adequency Laba (ROA) pada Perusahaan Ratio Variabel terikat: Perbankan yang Listing di Return On Asset Bursa Efek Jakarta
5
Dwita Silvia , 2009
Pengaruh Cash Ratio (CR) dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada PT. Bank BRI, Tbk
Variabel bebas: Cash Ratio (CR) dan Net Profit Margin (NPM) Variabel terikat: Return On Asset
6
Gianti Kartikasari , 2014
Pengaruh Current Ratio (CR) dan Debt To Total Asset Ratio (DTA) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perusahaan Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010
Variabel bebas: Current Ratio (CR) dan Debt To Total Asset Ratio (DTA) Variabel terikat: Return On Asset
berganda
penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan Cash Ratio, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan berpengaruh signifikan terhadap laba (ROA) perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Jakarta. Secara parsial Cash Ratio tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan perbankan, Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba (ROA) perusahaan perbankan. Analisis Regresi Hasil menunjukkan bahwa CR dan Berganda NPM secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada bank BRI. Secara parsial, CR ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,593 > α (0,05) dan NPM ditunjukkan dengan signifikan 0,413 > α (0,05). Analisis Regresi Hasil menunjukkan bahwa secara Berganda parsial Current Ratio (CR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan Debt to Total Asset Ratio (DTA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
52
7
Ahyadi Sukur , 2009
Pengaruh Debt to Total Asset Ratio dan Total Asset Turn Over Terhadap Profitabilit Perusahaan Di Jakarta Islamic Index.
Variabel bebas: Debt to Total Asset Ratio dan Total Asset Turn Over Variabel terikat: Return On Asset
8
Ferly Herdinanto , 2013
Pengaruh Leverage (Debt to Total Asset Ratio) dan Likuiditas (Current Ratio) Terhadap Profitabilitas (Return On Asset) Pada
Variabel bebas: Leverage (Debt to Total Asset Ratio) dan Likuiditas (Current Ratio)
Secara simultan Current Ratio (CR) dan Debt to Total Asset Ratio (DTA) berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI selama tahun 2005-2010. Besarnya R square adalah 0,467 yang artinya 47,6% ROA dipengaruhi oleh variabel indipenden, sedangkan sisanya 52,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Regresi Linear V Hasil menunjukkan bahwa variabel Berganda debt to total asset ratio berpengaruh negatif secara signifikan terhadap return on asset. Sebaliknya variabel total asset turnover mempunyai pengaruh yang positif secara signifikan terhadap return on asset. Adapun secara bersama-sama, kedua variabel independen terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap return on asset. Analisis Regresi Hasil menunjukkan bahwa variable Berganda Debt to Total Asset Ratio secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan dengan profitabilitas (Return On Asset), sedangkan pada variable Current Ratio
53
9
Nuroniatus Solicha (2009)
Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia Periode 2006-2012
Variabel terikat: Profitabilitas (Return On Asset)
Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam materi pokok system persamaan linier dua variable pada hasil belajar peserta didik semester gasal kelas VIII SMP NU04 Sunan Abinowo Ngampel Kabupaten Kendal tahun pelajaran 2009/2010
Variabel bebas : Net Profit Margin, Debt to Total Asset Ratio, Total Asset Turnover Variabel terikat: Return On Asset
secara parsial ada pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (Return On Asset). Berdasarkan hasil uji simultan (Uji F) didapatkan hasil bahwa Debt to Total Asset Ratio dan Current Ratio adanya pengaruh positif yang signifikan terhadap profitabilitas (Return On Asset) pada perusahaan farmasi. Analisis Regresi Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable Net Profit Margin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana angka ini berada dibawah level significance yang digunakan yaitu 5% (0,05). Variable Debt to Total Asset Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan uji t sebesar 0,004 dimana angka ini juga berada dibawah level significance yang digunakan yaitu 5% (0,05). Dan variable Total Asset TurnOver secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
54
10
Meilinda Afriyanti (2011)
Analisis pengaruh Current Ratio, Total Asset Tunrover, Debt to Equity Ratio, Sales dan Size terhadap Return On Asset (ROA) (Studi pada perusahaan manufaktur di BEI periode 2006-2009)
Variabel Bebas : Current Ratio, Total Asset Tunrover, Debt to Equity Ratio, Sales dan Size Variabel Terikat : Return On Asset
signifikan uji t sebesar 0,004 dimana angka ini berada dibawah level significance yang digunakan yaitu 5% (0,05). Dan secara simultan variable Net Profit Margin, Debt to Total Asset Ratio dan Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Analisis Regresi Hasil menunjukkan bahwa variabel Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, variabel Total Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, variabel Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, variabel Sales berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, dan variabel Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Persamaan regresi yang diperoleh adalah ROA = 1,660 – 5,142 + 7,557 TATO – 5,408 DER + 0,274 SALES + 0,616 SIZE. Besarnya koefisien determinasi (adjusted ◌ଶ) ܴ adalah sebesar 32,5% yang artinya 32,5% ROA dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 67,5% diterangkan oleh variabel lain
55
11
Devi Anawati Marlina, 2011
12
Epri Ayu Hapsari, 2007
Pengaruh Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Return On Asset Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2005)
Variable bebas : Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO) Variable terikat : Return On Asset Variabel bebas: Rasio Keuangan Variabel terikat: Pertumbuhan laba
Regresi berganda
Regresi berganda
yang tidak diajukan di dalam penelitian. Hasil menunjukkan bahwa secara parsial Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset, dan secara berpengaruh terhadap Return On Asset. Bahwa variabel Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin(NPM) dan Gross Profit Margin (GPM) secara persial berpengaruh positifsignifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan variabel Working Capital toTotal Asset (WCTA), Current Liabilities To Inventory (CLI) dan OperatingIncome to Total Assets (OITL) tidak berpengaruh signifikan terhadappertumbuhan laba. Dan variabel WCTA, CLI, OITL, TAT, NPM dan GPM secara bersama-sama berpengaruh terhadappertumbuhan laba
G. Kerangka Pemikiran Perbankan Syariah merupakan lembaga keuangan yang tujuan utamanya adalah memperoleh laba/keuntungan atau disebut juga lembaga profit oriented. Keuntungan suatu perbankan dapat terlihat dari bagaimana bank mengelola dananya dan menginvestasikannya pada aktiva produktif.Return On Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menggambarkan tentang produktivitas perbankan dalam memperoleh laba/keuntungan.66 Cash Ratio yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.67Tingkat keberhasilan dari rasio kas merupakan tingkat keadaan baik bagi perbankan syariah.68Karena semakin tinggi tingkat kemampuan bank dalam melunasi kewajiban-kewajibannyaini berarti bahwa keadaan bank dinyatakan baik. Debt to Total Asset Ratio merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixedassets) dan aktiva lainnya (other assets). Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin 66
Dwi Suwiknyo, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 149-150. 67 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, (Yogyakarta: BPFEYogyakarta, 2001), Cet. VII, hlm. 332 68 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 55.
56
57
besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitablitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun).69 Total asset turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam total aktiva berputar dalam satu periode atau untuk mengukur apakah suatu badan usaha sudah menggunakan kapasitas aktiva sepenuhnya atau belum untuk menghasilkan keuntungan.70 Berdasarkan analisis di atas maka dapat digambarkan suatu kerangka teoritis yang menyatakan bahwa cash ratio, debt to total asset ratio dan total asset turnover merupakan faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan syariah yang dalam penelitian ini diwakili oleh return on asset (ROA). Oleh karena itu secara ringkas kerangka pemikiran penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 1.1 berikut:
69
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, (Jakarta: PT. Indeks, 2011), Cet. II, hlm. 47. 70 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. V,hlm. 184.
58
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Cash Ratio (CR) (X1) Debt to Total Asset Ratio (DTA) (X2)
Return On Asset (ROA) Y
Total Asset Turnover (TATO) (X3)
Sumber: Dikembangkan dalam penelitian ini oleh penulis
H. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok yang dikemukakan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: a. Hipotesis 1 H0: Cash Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Ha: Cash Ratio (CR) berpengaruh terhadap profitabilitas di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Hipotesis 2
59
H0: Debt to Total Asset Ratio (DTA) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Ha: Debt to Total Asset Ratio (DTA) berpengaruh terhadap profitabilitas di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. b. Hipotesis 3 H0: Total Asset Turn Over (TATO) tidak berpengaruh terhadap profitabilitas di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Ha: Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh terhadap profitabilitasdi PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. c. Hipotesis 4 H0: Cash Ratio (CR), Debt to Total Asset Ratio (DTA) dan Total Asset Turnover (TATO)secara simultan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk. Ha: Cash Ratio (CR), Debt to Total Asset Ratio (DTA) dan Total Asset Turnover
(TATO)
secara
simultan
berpengaruh
profitabilitas di PT. Bank Syariah Mandiri Tbk.
terhadap