BAB II LANDASAN TEORI
II.1
Kerangka Teori dan Literatur
II.1.1
Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) Pada dasarnya, sebuah perusahaan baru akan mengakui pendapatannya pada saat
penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan kepemilikannya telah ditransfer atau dipindahkan dan nilai harga pertukarannya pun diketahui. Dalam beberapa kondisi, perusahaan mengakui pendapatannya saat sebelum penyelesaian dan pengiriman. Hal itulah yang terjadi dalam akuntansi kontrak jangka panjang. Kontrak jangka panjang biasanya menetapkan bahwa penjual (kontraktor) dapat menagih pembeli (klien/pemilik tender) dengan interval tertentu, saat dimana proyek yang dijalankan telah mencapai titik tertentu dalam penyelesaian. Saat suatu proyek terdiri dari beberapa unit yang terpisah, seperti bagian-bagian bangunan tertentu atau jarak per km pembangunan jalan, maka ketentuan kontrak dapat ditetapkan pada tiap pemasangan. Dalam hal ini, kontraktor dapat menagih klien pada saat penyelesaian di batas tertentu, seperti misalnya pada tiap pembangunan jalan 10 km atau pada tiap pembangunan suatu unit gedung tertentu. Menurut PSAK 34 (revisi 2010), “Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset
9
yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan.” Untuk penentuan perlakuan akuntansi kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam: •
Kontrak Tunggal – Misalnya: hanya kontrak untuk membangun rumah saja , atau jembatan, bendungan, pipa, dll.
•
Kontrak yang Sifatnya Rumit – Satu proyek yang terpecah menjadi beberapa kontrak dimana aktivitasnya saling terkait. Contohnya: pembangunan kilang minyak, terdiri dari engineering atau perencanaan serta desain konstruksi, pembelian pengadaan barang, dan akhirnya konstruksi di lapangan (on site).
Kontrak konstruksi dirumuskan dalam berbagai cara. Dalam akuntansi, rumusan kontrak konstruksi dibagi menjadi 2 macam, yaitu: •
Kontrak Harga Tetap – kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan, atau tarif tetap yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuanketentuan kenaikan biaya.
•
Kontrak Biaya Plus - kontrak konstruksi yang mana kontraktor mendapatkan penggantian untuk biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan dengan persentase terhadap biaya atau imbalan tetap. Ada 2 metode akuntansi yang berbeda untuk kontrak konstruksi jangka panjang
yang telah diakui, yaitu: •
Percentage of Completion Method. Mengakui pendapatan dan laba kotor pada tiap periode berdasarkan dari kemajuan pada proses konstruksi. 10
•
Cost Recovery (zero-profit) Method. Pada beberapa kasus, pendapatan kontrak baru diakui hanya sebatas pada biaya yang dikeluarkan yang diharapkan akan diperoleh kembali. Setelah seluruh biaya diakui, barulah laba diakui.
Perusahaan harus menggunakan percentage-of-completion method saat mengestimasi kemajuan kearah penyelesaian, pendapatan, dan biaya yang bisa diestimasi secara andal dan seluruh kondisi di bawah ini terpenuhi: 1. Total pendapatan kontrak dapat ditentukan secara andal. 2. Besar kemungkinannya manfaat ekonomi yang sehubungan dengan kontrak tersebut akan mengalir kepada perusahaan. 3. Biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak dan tahap penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur dengan andal. 4. Biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak dapat diidentifikasi secara jelas dan andal sehingga biaya kontrak yang terjadi dapat dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Perusahaan dapat menggunakan cost-recovery method saat salah satu dari kondisi dibawah ini terjadi: •
Saat perusahaan tidak dapat memenuhi kondisi/syarat dari penggunaan metode percentage-of-completion
•
Saat ada bahaya yang melekat dalam kontrak melebihi kondisi normal.
11
II.1.1.1
Metode Persentase Penyelesaian
Metode persentase penyelesaian mengakui pendapatan, biaya, dan laba kotor sesuai dengan tercapainya kemajuan ke arah penyelesaian kontrak jangka panjang. Untuk menerapkan metode persentase penyelesaian, perusahaan harus mempunyai beberapa dasar atau standar untuk mengukur kemajuan ke arah penyelesaian pada tanggal interim tertentu. Perusahaan menggunakan metode yang bermacam-macam dalam menentukan besarnya kemajuan kearah penyelesaian. Yang paling umum adalah metode biaya untuk biaya (cost-to-cost) dan unit untuk pengiriman (units-to-delivery). Tujuan dari semua metode ini adalah untuk menentukan seberapa besar kemajuannya dalam hal biaya, unit, dan nilai tambah. Tingkat penyelesaian kontrak dapat ditentukan dengan jalan yang berbeda-beda. Perusahaan seharusnya menggunakan metode yang dapat mengukur pekerjaan yang diselesaikan dengan cara yang paling andal. Perlunya perhatian bahwa kemajuan dan pembayaran uang muka yang diterima dari pelanggan seringkali tidak mencerminkan pekerjaan sebenarnya yang dilakukan. Disebutkan bahwa untuk perhitungan persentase penyelesaian dasar biaya terhadap biaya dengan metode cost-to-cost yaitu: Biaya yang terjadi sampai saat ini
= Persentase penyelesaian
Estimasi total biaya terkini Persentase yang didapatkan dari perhitungan biaya yang terjadi atas total biaya selanjutnya digunakan dalam menentukan pengakuan atas pendapatan dan laba kotor. Persentase penyelesaian x Estimasi total pendapatan (atau laba kotor) 12
= Pendapatan (atau laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini Untuk mengetahui jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode dapat diperoleh dengan cara: Pendapatan (atau laba kotor) yang akan diakui sampai tanggal ini
Pendapatan (atau laba kotor) -
yang diakui dalam periode sebelumnya
Pendapatan
=
(laba kotor) periode berjalan
Apa yang disarankan dalam PSAK 34 sebenarnya terlalu ‘berbahaya’ karena meskipun aspek legalitas kontrak telah terpenuhi, selama hasil perkembangan pekerjaan belum pasti diketahui, tetap saja estimasi yang telah dibuat belum tentu benar-benar terjadi. Penerapan metode ini tidaklah mudah. Tantangannya ada pada tingkat akurasi estimasi-estimasi yang telah dibuat jauh lebih ketat dibandingkan jenis aktivitas usaha lainnya.
II.1.1.2
Metode Biaya Pemulihan (Cost-Recovery)
Metode ini mengakui pendapatan hanya kepada besarnya biaya yang terjadi yang diharapkan dapat diterima kembali. Laba kotor baru bisa diakui hanya apabila seluruh biaya telah terjadi.
II.1.2
PSAK 34 (revisi 2010) Mengenai Kontrak Konstruksi PSAK adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia.
PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan sesuai dengan permasalahan dan bidangnya yang sudah dikelompokkan masing-masing. 13
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan nomor 34 adalah mengatur mengenai kontrak konstruksi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan industri konstruksi. PSAK ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Oleh karena sifat dari aktivitas yang dilakukan pada kontrak konstruksi, tanggal saat aktivitas kontrak mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas tersebut diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan. Oleh karena itu, persoalan utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak pada periode di mana pekerjaan konstruksi tersebut dilaksanakan. Pernyataan ini menggunakan kriteria pengakuan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan untuk menentukan kapan pendapatan dan biaya suatu kontrak konstruksi diakui sebagai pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi komparatif. Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menyetujui hasil revisinya pada tanggal 12 Oktober 2010 yang secara umum dapat dilihat perbedaannya antara PSAK 34 (revisi 2010) dengan PSAK 34 (revisi 1994) sebagai berikut: Perihal Atribusi
PSAK 34 (revisi 2010)
PSAK 34 (1994)
dan Biaya peminjaman dapat diatribusikan pada Tidak mengatur hal
alokasi biaya ke aktivitas kontrak secara umum dan dapat tersebut kontrak
dialokasikan pada kontrak tertentu
Pembebanan biaya Termasuk biaya administrasi umum dan Tidak mengatur hal kepada pelanggan
biaya pengembangan yang penggantiannya tersebut ditentukan dalam persyaratan kontrak
14
PSAK 34 (Revisi 2010) ini memiliki ruang lingkupnya, yaitu pernyataan ini diterapkan pada akuntansi untuk kontrak konstruksi dalam laporan keuangan kontraktor. Pernyataan ini pula menggantikan PSAK 34 (1994): Akuntansi Kontrak Konstruksi. Berikut juga tertera pada bagian pendahuluan mengenai definisi dari istilahistilah umum yang berhubungan dengan PSAK ini: •
Kontrak Biaya Plus adalah kontrak konstruksi yang mana kontraktor mendapatkan penggantian untuk biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan dengan persentase terhadap biaya atau imbalan.
•
Kontrak HargaTetap adalah kontrak konstruksi dengan syarat bahwa kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang telah ditentukan , atau tarif tetap yang telah ditentukan per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuanketentuan kenaikan biaya. Dalam pernyataan ini juga disebutkan secara spesifk mengenai definisi dan
penjelasan mengenai pendapatan dan biaya serta cara pengakuan keduanya. Dalam pendapatan kontrak, dijelaskan pada halaman 34.4 bahwa pendapatan kontrak terdiri dari: a) Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak; dan b) Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif: •
sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan ; dan
•
dapat diukur secara andal
Demikian juga mengenai biaya kontrak, dijelaskan dalam halaman 34.6 bahwa biaya suatu kontrak terdiri dari: 15
a) biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu; b) biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tersebut; dan c) biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak. Pada halaman 34.8 alinea 18 juga dijelaskan, bahwa “biaya kontrak meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan pada suatu kontrak selama periode sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak. Akan tetapi, biayabiaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak dan terjadi untuk memperoleh kontrak juga dimasukkan sebagai bagian dari dari biaya kontrak jika biaya-biaya ini dapat diidentifikasi secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan kemungkinan besar kontrak tersebut dapat diperoleh. Jika biaya-biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya kontrak ketika kontrak tersebut diperoleh pada periode berikut.” Dalam halaman 34.9 alinea 30 dijelaskan mengenai pengakuan pendapatan dan beban kontrak dan juga dalam kaitannya dengan metode percentage completion: “pengakuan pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian suatu kontrak sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban, dan laba, yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara proporsional. Metode ini memberikan informasi yang berguna mengenai cakupan aktivitas kontrak dan kinerja selama suatu periode.” 16
II.1.2.1
Perbedaan Mendasar Penerapan Pendapatan dengan PSAK 23
PSAK 23 mengatur mengenai Pengakuan Pendapatan dalam ruang lingkup penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. Dalam kriterianya, PSAK 23 mengakui bahwa pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Jika hasil transaksi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, maka pendapatan diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan. Tetapi apabila tidak dapat diukur dengan andal maka pendapatan diukur pada nilai wajar jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer, sedangkan pada kegiatan konstruksi yang bersifat jangka panjang, hal tersebut sulit ditentukan dikarenakan penyelesaian akhir kontrak tidak pada tahun yang sama.
II.1.2.2
Perbandingan dengan ISAK 21: Perjanjian Konstruksi Real Estat
ISAK 21 membahas mengenai pengakuan pendapatan aktivitas dalam suatu perjanjian konstruksi real estat. Jika pembeli dapat menentukan elemen struktural utama desain real estat, maka hal ini mengacu kepada PSAK 34. Dan jika pembeli memiliki kemampuan terbatas untuk mempengaruhi desain real estat atau hanya menentuakan perubahan kecil atas desain awal, maka mengacu kepada penjualan barang dalam PSAK 23. Hal tersebut bergantung kepada ketentuan yang ada dalam perjanjian dan seluruh fakta dan kondisi yang ada dalam menentukan apakah perjanjian suatu konstruksi masuk dalam ruang lingkup ISAK 21 atau PSAK 34.
17
PSAK 34 diterapkan ketika perjanjian memenuhi definisi kontrak konstruksi yang dijelaskan dalam PSAK 34 (revisi 2010) halaman 34.2, baris 29: “suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan , teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan”
II.1.3
Pengertian Pendapatan, Biaya, dan Laba
II.1.3.1
Pendapatan
Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi keuangan, serta catatan atas laporan keuangan. Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan laba rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, serta hasil usaha yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca. Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi perusahaan. Dengan adanya informasi mengenai pendapatan, maka perusahaan dapat membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk mengukur kinerja efisiensi perusahaan dan dapat memprediksi distribusi dividen di neraca yang akan datang.
18
Pendapatan sebagai salah satu elemen penting penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Salah satu pertimbangan yang paling mendasar bagi pihak yang akan mengambil keputusan memasuki sebuah bisnis adalah jumlah pendapatan yang akan diperoleh dari operasi usaha dalam periode tertentu. Dalam bisnis, pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada konsumen. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi oleh beban. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual sahamnya kepada publik, karena semua itu ditujukan agar menarik para investor untuk berinvestasi ke dalam perusahaan tersebut. Pendapatan menurut PSAK 23 (Revisi 2010) yaitu “arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Dalam PSAK 34 (Revisi 2010) dijelaskan juga mengenai pendapatan kontrak pada halaman 34.5, baris ke 4: “Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam ketidak pastian yang bergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan. 19
Estimasi sering kali perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya.” Menurut Rosjidi (1999:28) “Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi penyerahan barang dan jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode yang dapat diakui dan diukur berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum.” Dalam pengertian ini, pendapatan yang diperoleh dari transaksi penyerahan barang atau jasa atau aktivitas usaha lainnya itu adalah yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan untuk memperoleh laba usaha yang dapat mempengaruhi terhadap jumlah ekuitas pemilik. Dengan begitu, di dalamnya tidak termasuk yaitu peningkatan aktiva perusahaan yang timbul dari pengadaan aktiva, investasi oleh pemilik, ataupun pinjaman dan koreksi laba rugi pada periode sebelumnya. Menurut FASB SFAC No. 6, mendefinisikan pendapatan sebagai “arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban dari entitas atau gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang dijalankan perusahaan.” Menurut Belkaoui (2007), pendapatan diinterpretasikan sebagai: 1. Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa. 2. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan 3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama periode waktu tertentu. 20
II.1.3.2
Biaya
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan. Tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat. Dalam menentukan apakah suatu pengorbanan merupakan biaya atau tidak, maka terlebih dahulu harus dipahami lebih lanjut mengenai pengertian tentang biaya secara luas. Istilah biaya dan beban seringkali disalahartikan oleh sebagian pihak dan dianggap sebagai istilah yang sama, padahal terdapat perbedaan dari makna antara keduanya. Biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya, sehingga masih harus dibebankan pada periode berikutnya. Sedangkan beban mencakup semua biaya yang telah habis pakai yang dapat dikurangkan dari pendapatan. Dalam bahasa sederhananya, biaya terjadi pada saat proses konstruksi, dan beban adalah hasil dari pengakuan biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang pendapatan untuk diperoleh pendapatan bersih. Menurut IAI, pengertian biaya adalah “pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu, sehingga biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.” Menurut Belkaoui (2007), “Biaya didefinisikan sebagai penurunan aktiva atau kenaikan hutang akibat pemakaian sumber ekonomi kenaikan dan pemakaian jasa
21
ekonomi selama suatu periode tertentu.” Definisi ini menyebutkan bahwa biaya merupakan pengorbanan ekonomi yang mengakibatkan penurunan aktiva atau kenaikan hutang. Pengorbanan ekonomi disini diartikan bahwa biaya itu dapat diukur secara kuantitatif. Menurut FASB, Stice dkk. (2004:37) mendefinisikan “beban sebagai arus keluar, penggunaan aktiva atau menaiknya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.” Menurut Mulyadi (2005), Penggolongan Biaya digolongkan kedalam 5 golongan yaitu: a. Menurut Objek Pengeluaran. Penggolongan Menurut Objek Pengeluaran merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya telepon”. b. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: •
Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
•
Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya 22
sampel, dll. •
Biaya
Administrasi
dan
Umum,
yaitu
biaya-biaya
untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dll. c. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai Ada 2 golongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai, yaitu: •
Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
•
Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
d. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan Biaya dibagi menjadi 4, yaitu •
Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi.
•
Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
•
Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak
23
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan. •
Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
e. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya Biaya dibagi 2 bagian, yaitu; •
Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
•
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.
Maka dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba. Walaupun nampak ada perbedaan, namun pada dasarnya semua itu memiliki persamaan, yaitu biaya adalah pengorbanan ekonomis, yang diukur dengan nilai uang untuk memperoleh barang atau jasa.
24
II.1.3.3
Laba
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Yang pertama, laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan
biaya
produksi.
Perbedaan
di
antara
keduanya
adalah
dalam
hal
pendefinisiannya. Salah satu indikator prestasi dari suatu badan usaha adalah kemampuan menghasilkan labanya. Laba merupakan indikasi apakah perusahaan itu berhasil atau tidak dalam kelangsungan hidupnya, atau dengan kata lain, laba adalah ukuran keberhasilan perusahaan itu. Sangatlah penting untuk mengukur dan melaporkan setepat mungkin hingga laba rugi menggambarkan hasil yang diperoleh selama periode yang bersangkutan secara layak dan wajar. Menurut FASB, Stice (2004:37) mendefinisikan bahwa “Laba komprehensif merupakan perubahan dalam ekuitas bisnis selama satu periode dari transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang berasal dari sumber selain pemilik termasuk di dalamnya adalah semua perubahan dalam ekuitas selama satu periode, kecuali yang berasal dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.” Menurut Baridwan (1992:55), Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik. 25
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997). Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak orang seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259). Sehingga muncullah berbagai pandangan yang berbeda mengenai definisi dari laba itu sendiri di kalangan tokoh ekonomi.
II.1.4
Prinsip Pengakuan Akuntansi Tentang Kontrak Konstruksi
II.1.4.1
Pengakuan Pendapatan
Pengakuan adalah proses pencatatan formal atau memasukkan item tertentu ke dalam laporan keuangan, sebagai aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, atau kerugian dari suatu entitas. Pengakuan pendapatan juga merupakan pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam laporan keuangan. Secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui jika memenuhi kualitas keterukuran (measureability) yang terkait dengan masalah
26
berapa jumlah rupiah produk tersebut dan keterandalan (reliability) yang terkait dengan obyektivitas dan dapat diuji kebenaran jumlah tersebut. Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Pengakuan pendapatan dapat terjadi pada beberapa tahap dalam siklus operasi perusahaan pada umumnya, seperti contohnya yag ditunjukkan dalan skema di bawah ini: 9
1
Penerimaan kas
Merancang ide
8
2
Pengiriman barang kepada konsumen
Melakukan pembelian
7
3
Menerima pesanan setelah melakukan produksi
6
Menerima pesanan sebelum melakukan produksi
Penyelesaian produksi
Melakukan produksi
4
Tahap produksi berjalan secara progresif
5 Sumber: AARF, ED 51B
27
Dapat dilihat pada skema di atas bahwa pengakuan pendapatan dapat diakui pada beberapa tahap yang tentunya dalam tujuan yang berbeda. Untuk pengakuan pada indsutri pembangunan yang berjangka panjang dapat ditemui pada tahap skema ke-5, yaitu pada saat produksi itu justru sedang berjalan secara progresif. Menurut PSAK 34 (2010:34.8), disebutkan “jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan.” Menurut prinsip pengakuan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika: •
Direalisasi atau dapat direalisasi
•
Dihasilkan
Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasi ketika klaim atau kas misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau wesel tagih yang diterima dapat segera dikonversikan ke dalam kas tertentu. Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan telah menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait, yaitu apabila proses menghasilkan laba telah selesai, atau sebenarnya telah selesai. Seperti yang sudah disebut sebelumnya, hampir semua jenis kontrak konstruksi jangka panjang sebaiknya dilaporkan menggunakan metode persentase penyelesaian.
28
Namun pedoman yang berlaku sekarang tidak mengatur secara spesifik kapan suatu perusahaan harus menggunakan metode persentase penyelesaian dan kapan harus menggunakan alternatif metode lainnya. Menurut IAI (2004:Par 28), tahap penyelesaian suatu kontrak dapat ditentukan dalam berbagai cara. Perusahaan menggunakan metode yang mengukur secara andal pekerjaan yang dilakukan. Tergantung pada sifat kontrak, metode tersebut antara lain meliputi: a. Proporsi biaya kontrak untuk pekerjaan yang dilaksanakan sampai tanggal total kontrak yang dapat diestimasi. b. Survei atas pekerjaan yang dilaksanakan c. Penyelesaian suatu bangunan secara fisik dari pekerjaan kontrak. Tetapi pembayaran berkala dan uang muka yang diterima, seringkali tidak mencerminkan tahap penyelesaian tersebut secara riil. Pedoman audit dan akuntansi untuk kontrak konstruksi AICPA (Audit and Accounting Guide for Construction Contractors) merekomendasikan prosedur yang proporsional dalam penentuan pendapatan, biaya, dan laba seperti berikut: 1. Pendapatan kumulatif sampai tanggal tersebut sebaiknya dihitung dengan cara mengalikan total estimasi pendapatan kontrak dengan persentase penyelesaian. Pendapatan untuk periode berjalan adalah selisih antara pendapatan kumulatif di akhir periode berjalan dengan pendapatan kumulatif yang diakui pada periode sebelumnya.
29
2. Biaya kumulatif sampai tanggal tersebut sebaiknya dihitung dengan cara yang serupa dengan pendapatan dan sebaiknya sama dengan estimasi total biaya kontrak dikalikan dengan persentase penyelesaian kontrak. Biaya untuk periode berjalan dengan biaya kumulatif yang dilaporkan pada periode sebelumnya. 3. Laba kotor kumulatif adalah kelebihan dari pendapatan kumulatif terhadap biaya kumulatif, dan laba kotor periode berjalan adalah selisih antara pendapatan periode berjalan dengan periode berjalan.
II.1.4.2
Pengakuan Biaya
Pengakuan beban adalah beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk dagang. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan. Menurut Stice (2004:235), pengakuan beban dibagi menjadi tiga kategori yaitu: 1. Pengaitan atau penandingan langsung.
30
Mengaitkan atau menghubungkan beban pada pendapatan tertentu sering disebut proses pengaitan atau penandingan. 2. Alokasi sistematik dan rasional. Kategori ini melibatkan aktiva yang memiliki manfaat yang lebih dari satu periode akuntansi. 3. Pengakuan dengan segera Banyak beban yang tidak terkait dengan pendapatan tetapi terjadi untuk mendapatkan barang dan jasa secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan. Menurut IAI dalam PSAK 34 (Revisi 2010) halaman 34.7, menyatakan bahwa biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak meliputi, tetapi tidak terbatas pada: • Biaya pekerja lapangan, termasuk penyelia • Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi • Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut • Biaya pemindahan sarana, peralatan dan bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan kontrak • Biaya penyewaan sarana dan peralatan • Biaya rancangan rekayasa dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak tersebut • Estimasi biaya pembetulan dan biaya lainnya yang mungkin timbul selama masa jaminan • Klaim dari pihak ketiga. 31
Biaya-biaya ini dapat dikurangi dengan keuntungan yang bersifat insidental yaitu keuntungan yang tidak termasuk dalam pendapatan kontrak, misalnya keuntungan dari penjualan kelebihan bahan dan pelepasan sarana dan peralatan pada akhir kontrak. Menurut IAI, biaya yang dapat didistribusikan ke aktivitas kontrak pada umumnya dapat dialokasikan kepada kontrak tertentu seperti: •
Asuransi
•
Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tertentu
•
Biaya overhead
Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode sistematis rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang mempunyai karakteristik yang sama. Selain itu, biaya yang tidak dapat didistribusikan ke aktivitas kontrak dikeluarkan dari biaya konstruksi, seperti: •
Biaya administrasi umum yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak
•
Biaya pemasaran umum
•
Biaya riset dan pengembangan yang penggantiannya tidak ditentukan dalam kontrak
•
Penyusutan saran dan peralatan yang menganggur yang tidak digunakan pada kontrak tertentu.
Biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor sedikit banyak adalah biaya kontrak yang berhubungan dengan aktivitas masa depan pada kontrak tersebut. Biaya kontrak tersebut segera diakui sebagai aset asalkan besar kemungkinan biaya-biaya tersebut dapat 32
diterima kembali. Biaya tersebut mewakili jumlah tertentu dari pemberi kerja dan seringkali digolongkan sebagai pekerjaan dalam proses.
33