BAB II LANDASAN TEORI
II.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi II.1.1. Pengertian Komunikasi Keberadaan manusia sebagai individu maupun makhluk sosial tidak terlepas dari komunikasi yang setiap saat dilaksanakannya baik secara verbal (bahasa lisan dan tulisan) maupun non verbal (isyarat). Aktivitas
komunikasi
yang senantiasa muncul melukiskan betapa
beranek ragamannya dan rumitnya kehidupan manusia itu. Baik dalam berfikir, menyatakan keinginannya, keragu-raguan, sedih dan gembira, mempertahankan dan memperteguh pendapat dalam menumbuhkan saling pengertian dan kerja sama seperti serta masih banyak hal lainnya. Situasi komunikasi
demikian yang
tersebut
melibatkan
menunjukkan
berbagai
berlangsungnya
komponen
yang
proses
terdiri
atas
komunikator komunikan, pesan atau informasi serta media/saluran yang digunakan untuk “menjembatani” pihak-pihak yang berkomunikasi dengan tujuan yang diharapkan. Selain itu sering ditemui adanya hambatan sehingga menyebabkan miss communication. Ternyata
komunikasi memang perusahaan dan penting bagi setiap
manusia, karena yang menjadi inti dalam komunikasi itu sendiri adalah manusia. Manusia dalam menerjermahkan isi komunikasi itu adalah 26
berdasarkan lingkup pengalaman atau frame of experience dan lingkup pengetahuannya atau framd of reference. Akhirnya Laswell (dalam Onong, 1986 : 13) mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : who, what, in which channel, to whom, and with what effect. Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media dan menimbulkan efek tertentu. Jika
diperhatikan
defenisi
tersebut
diatas,
pada
dasarnya
mengemukakan bahwa komunikasi itu merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud agar mengerti, memperkuat atau mempengaruhi sikap, pendapat atau perilaku seseorang.
II.1.2. Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan bentuk komunikasi yang pada dasarnya bersifat dua arah atau timbal balik, artinya kedudukan komunikator dan komunikan sama-sama sebagai penyampaian pesan atau gagasan, saling membagi informasi dan sekaligus sebagai penerima suatu informasi. Pada saat aktivitas komunikasi antar pribadi berlangsung, media yang digunakan berupa kontak langsung secara tatap muka (face to face) atau juga melalui telepon maupun surat. Dalam situasi ini dapat segera diketahui reaksi yang timbul mengenai isi pembicaraan. Masing-masing pihak dapat menilai
27
kemampuan atau keterampilannya pada saat memberikan tanggapan dari isi komunikasi tersebut. Menurut Rogers (dalam Depari, 1988, 16) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Fokus pandangan berpikir Rogers (dalam Depari, 1988 : 18) apabila dihubungkan dengan penelitian ini berupa komunikasi antara orang tua dengan remaja. Saluran dari mulut ke mulut meliputi komunikasi verbal (bahasa lisan) dan non verbal (isyarat) sewaktu orang tua memberi nasehat atau memberi informasi dan sebaliknya menerima tanggapan dari remaja. Selanjutnya Rubesch dan Bateson (1951 dalam Kincaid dan Schramm, 1987 : 49) memberikan pengertian komunikasi antar pribadi sebagai berikut : “Ditandai oleh adanya tindakan pengungkapan oleh pihak seseorang atau lebih, pengamatan secara sadar maupun tidak terhadap tindakan itu oleh pihak-pihak lain, dan kemudian melakukan pengamatan kembali bahwa tindakan yang pertama sudah diamati pihak lain. Kesadaran akan pengamatan merupakan kejadian yang mengisyaratkan terciptanya jalinan antar pribadi.” Pendapat yang dikemukakan tersebut memberikan penekanan pada kesadaran akan pengamatan, maksudnya antara komunikator dan komunikan baru dapat membentuk jalinan komunikasi antar pribadi apabila keduanya saling mengerti, interest (berminat) serta memahami isi pesan yang disampaikan. Kesadaran akan pengamatan meliputi kata atau kalimat yang 28
disampaikan melaui mulut (bahasa) bahkan isyarat tubuh seperti ekspresi muka, gerakan tangan, anggukan atau gelengan kepala dan sebagainya. Tujuannya agar komunikasi ini berlangsung secara lancar dan efektif. Usaha untuk mengenal secara pribadi dan secara lebih jauh dalam komunikasi antar pribadi dipertegas oleh Liliweri (1991:30) yang menyatakan bahwa : “Komunikasi antar pribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang liku-liku hidup pihak seseorang yang sudah saling mengenal secara mendalam lebih baik ketimbang yang belum mengenal. Kesimpulannya bahwa jika hendak menciptakaan komunikasi antar pribadi lebih bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban.”. Selanjutnya untuk mempertegas pengertian komunikasi antar pribadi, Devito (1976 dalam Liliweri, 1991 : 13) mengemukakan ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang efektif. 1. Keterbukaan (openess) Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu. Jadi antara remaja dan orang tua dapat berkomunikasi secara jujur.
29
2. Empati (Emphaty) Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan oleh orang lain. Dalam melakukan komunikasi segala kepentingan yang dikomunikasi ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan dan kondisi yang dialami tanpa
berpura-pura
perasaan
memperlancar komunikasi
empati
pada
diri
orang
tua
akan
sebab orang tua dapat menempatkan diri
sesuai dengan kondisi remaja. 3. Dukungan (suporotiveness) Situasi keterbukaan, empati masih belum cukup apabila komunikasi berada dalam situasi ketakutan dan tekanan. Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Dengan demikian keinginan dan hasrat yang adalah dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas secara meraih tujuan yang diinginkan. 4. rasa Positif (Positiveness) Apabila seseorang yang berkomunikasi mempunyai wawasan negatif, kemungkinan dia akan menyampaikan komunikasi secara negatif dan orang lain akan menerima secara negatif. Apabila respons yang diterima mendapat tanggapan yang positif maka akan lebih mudah melanjutkan 30
percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi. 5. Kesamaan (Equity) Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara dan orang lain mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikasi menjadi efektif. Kesamaan dimaksudkan juga dengan kesamaan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, status, nasib, dan perjuangan dan sebagainya. Hal tersebut pelu dipertimbangkan dalam topik pembicaraan agar komunikasi antar pribadi dapat mencapai keefektifitasannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi
antar pribadi
berlangsung karena manifestasi dari diri manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial yang dibutuhkan orang lain. Hovland (1980 dalam Liliweri, 1991 : 480 mengemukakan beberapa faktor pembentuk komunikasi antar pribadi antara lain sebagai berikut : 1. Perbedaan antar pribadi 2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai kekurangan 3. Kebutuhan akan harga diri harus mendapat pengakuan dari orang lain Komunikasi antar pribadi saling melengkapi bagi manusia, karena dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia selalu berusaha untuk 31
semakin lebih maju dan bahagia hidupnya. Semua ini mensyaratkan adanya keterampilan berkomunikasi untuk mengadakan kerjasama atau pendekatan pribadi melalui komunikasi antar pribadi.
II.1.3. Ruamg Lingkup Komunikasi Tabel 2 Ruang lingkup Komunikasi 1. Bentuk komunikasi
a. Personal Communication 1. Intrapersonal comunication 2. Intepersonal comunication b. Group communication 1. Small group comunication 1. Lecture 2. Panel discusion 3. Sumposium 4. Seminar 5. Brainstorming 2. Large Group comunication / Public speaking c. Mass comunication
2. Sifat Komunikasi
a.
b.
3. Teknik komunikasi
a. b. c. d. e. f.
1. Pers 2. Televisi 3. Film Verbal 1. Oral 2. Written Non verbal 1. Gestural 2. Pictorial Jurnalisme Publik relation Advertising Exhibition Propaganda Publicy
32
4. Metode Komunikasi
a. Komunikasi informatif b. Komunikasi persuasif c. Komunikasi koersif 5. Fungsi komunikasi a. Informasi massa b. Pendidikan massa c. Pembujukan massa d. Hiburan massa 6. Tujuan Komunikasi a. Social change b. Attitude change c. Opinion change d. Behavior change 7. Model Komunikasi a. One step flow comunication b. Two step flow comunication c. Multi step flow comunication 8. Bidang komunikasi a. One step flow comunication b. Two step flow comunication c. Multi step flow comunication 8. Bidang komunikasi a. social comunication b. Management comunication c. Bussiness comunication d. Political comunication e. cultural comunication f. Tranditional comunication g. International comunication h. Developent comunication i. Enviromental comunicatio 9. Sistem komunikasi a. Social rsponsibility system b. Authoritarian system (Komunikasi antar pribadi Dr. A. Supratiknya). II.2. Fungsi Komunikasi Berlangsungnya aktivitas komunikasi antar pribadi sebagai suatu proses yang melibatkan komponen yang ada di dalamnya. Tujuannya menumbuhkan
pengertian serta pemahaman yang dapat mengubah sikap,
pendapat dan perilaku yang turut serta dalam komunikasi.
33
Sehubungan dengan itu Lawrence dan Schram, (1997:97) memberikan pengertian proses sebagai penggunaan bersama : “Penggunaan bersama berarti suatu hal yang dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama, suatu hal dimana mereka berpartisipasi secara bergabung atau bersama. Berpartisipasi berarti berinteraksi dengan pihakpihak lain dalam buah pikiran, perasaan atau kegiatan tertentu”. Fokus pandangan dari uraian yang dikemukakan tersebut memandang proses komunikasi antar pribadi sebagai keikutsertaan dari beberapa orang dalam bentuk gagasan serta tindakan dari awal hingga tercapai tujuan bersama. Berpartisipasi berarti bersedia dan bertanggung jawab pada setiap kegiatan yang dikomunikasikan atau dilaksanakan. Laswell dalam Onong (1986:13) mengemukakan proses komunikasi sebagai berikut : -
Komunikasi (communicator, source, sender)
-
Pesan (message)
-
Komunikan (communicant, communicate, receiver)
-
Efek (efect, impact, influence)
Fungsi komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Informasi massa Dengan adanya komunikasi yang memberikan informasi mengenai arti kunci dan penting mengenai kejadian-kejadian. Komunikasi memberikan informasi atau memberikan pesan atau bertukar informasi dari satu 34
individu kepada individu yang lain. Informasi berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai suatu hal dari satu individu ke individu yang lain. Komunikasi berguna untuk memberikan informasi untuk mempelajari ancaman-ancaman dan kesempatan-kesempatan, untuk memahami lingkungan, untuk mencoba realitas dan untuk membuat keputusan. 2. Pendidikan massa Komunikasi berguna untuk memberikan pengajaran untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang penting untuk memfungsikan secara efektif dalam komunitas, untuk mempelajari nilai-nilai, perilaku dan peranan yang tepat terhadap penerimaan di komunitas. 3. Pembujukan massa Komunikasi berfungsi untuk membujuk untuk mencapai keputusan, untuk menggunakan nilai-nilai, perilaku dan peranan yang tepat terhadap penerimaan dalam komunitas. 4. Hiburan massa Komunikasi
berfungsi
untuk
menyenangkan,
untuk
memuaskan
kebutuhan-kebutuhan penerima, untuk kesenangan, santai, dihibur, dan dialihkan dari masalah-masalah. Proses komunikasi antar pribadi yang terjadi ini termasuk ke dalam proses komunikasi secara primer. Hal ini terjadi karena media yang digunakan adalah bahasa verbal dan non verbal. Onong (1986:11) 35
mengemukakan bahwa lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa kiasan, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran atau perasaan komunikasi kepada komunikan. Berdasarkan urain yang dikemukakan Onong diatas jelas bahwa proses komunikasi antar pribadi yang terjadi antara orang tua dan remaja adalah secara primer. Dalam proses komunikasi yang berlangsung, media yang digunakan adalah bahasa lisan, tulisan dan isyarat yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan remaja kepada orang tua, dan sebaliknya perasaan orang tua kepada remaja. Menurut Nawawi (1984 : 95) bahwa dalam proses komunikasi yang berlangsung perlu diperhatikan yakni : “Unsur-unsur dalam proses komunikasi antar pribadi dipandang sebagai suatu hal yang tidak terpisahkan dan juga merupakan tindakan yang harus dilakukan agar komunikasi berlangsung. Semua unsur proses ini saling memperngaruhi dan unsur yang dibahas tadi adalah terpokok dalam komunikasi”. Dengan demikian unsur atau komponen pokok yang ada dalam proses komunikasi antar pribadi merupakan jalinan kesatuan yang jika salah satu diantaranya tidak ada maka komunikasi itu gagal atau pincang.
36
Selain itu ada komponen lain yang turut mempengaruhi jalannya proses komunikasi antar pribadi ini, antara lain suasana diri komunikator atau komunikan, nilai dan norma, dan hambatan
II.3. Learning Theory Dan Self Disclosure Theory II.3.1. Learning Theory Teori pembelajaran sosial oleh Albert Bandura menekankan penting pengamatan dan contoh perilaku, sikap dan reaksi emosional dari individu lain. Bandura (1977) menyatakan : “Pembelajaran akan lebih sulit, tetapi tidak beresiko, jika orang semata-mata hanya mengandalkan efek dari aksi mereka sendiri untuk menginformasikan apa yang harus dilakukan. Untungnya, kebanyakan perilaku manusia berdasarkan pembelajaran melalui pengamatan dari contoh : dari pengamatan orang lain satu bentuk ide bagaimana suatu perilaku yang baru dilakukan, dan
di lain peristiwa informasi ini tersedia sebagai
petunjuk dari aksi. Teori pembelajaran sosial menjelaskan perilaku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang berkelanjutan antara kognitif, perilaku, dan pengaru lingkungan. Komponen proses yang mendasari pengamatan pembelajaran adalah : (1) Perhatian, termasuk peristiwa yang dialami model (kurang khusus, kelaziman yang mempengaruhi, kerumitan, kelaziman, fungsi nilai) dan karakteristik pengamat (kemampuan panca indera, persepsi, penguatan dari masa 37
lampau), (2) Ingatan, termasuk kode simbol, kognitif, latihan simbol, latihan gerak, (3) Reproduksi gerak, termasuk kemampuan fisik, pengamatan diri, akurasi timbal balik, dan (4) Motivasi, termasuk lingkungan luar, pengalaman orang lain dan penguatan diri. Dalam psikologi dan pendidikan, teori pembelajaran adalah mencoba mendeskripsikan bagaimana individu dan hewan belajar, dengan cara menolong diri kita sendiri mengerti yang melakat pada proses yang sempurna dari pembelajaran. Pada dasarnya ada tiga (3) Persektif utama dalam teori pembelajaran yaitu perilaku, kognitif, dan konstruktif. Teori pembelajaran sosial fokus pada pembelajaran yang terjadi pada konteks sosial. Itu dipertimbangkan karena masyarakat belajar dari satu individu ke individu lainnya, termasuk seperti konsep pembelajaran pengamatan, peniruan, dan model. Pembelajaran dan pengertian dari proses pembelajaran membantu anda untuk mengerti mengapa masyarakat bersikap seperti yang biasa mereka lakukan. Pembelajaran mempengaruhi masyarakat sepanjang hidup mereka di sekolah di rumah atau dalam melakukan pekerjaan. Mengerti gaya pembelajaran satu individu atau metode dapat membantu mengorganisir aktivitas pembelajaran mereka sendiri.
38
Tiga jenis utama dari teori pembelajaran adalah : Perilaku-lingkungan membentuk perilaku. Mereka perhatian dengan perubahan pada perilaku murid-murid yang terjadi sebagai hasil dari pembelajaran. Teori perilaku timbul dalam bentuk kondisi yang sewaktu-waktu, menggunakan kekuatan. Kognitif-Teori kognitif memperhatikan perubahan pada pengertian murid sebagai hasil dari pembelajaran. Mereka percaya bahwa pembelajaran haruslah berarti. Pembelajaran kognitif berdasarkan pada
skema
atau
struktur
mental
yang
mana
murid-murid
mengorganisir lingkungan yang mereka rasa. Struktur skema dari perkembangan kognitif berubah dari proses perpaduan dan ketelitian. Komponen terpenting dari teori kognitif adalah hubungan antara ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Pengaturan dari ingatan jangka panjang disebut struktur kognitif. Beberapa strategi kognitif berguna dalam pembelajaran agar lebih berarti dan berguna untuk pergantian pembelajaran diidentifikasikan; strategi dalam pelatihan, perluasan strategi, strategi pengaturan, strategi pemahaman dan strategi yang efektif. Konsep pembelajaran yang dilakukan murid-murid melalui 2 (dua) proses : 1. Pemecahan dari konflik dan refleksi tentang teori, 2.Menemukan pembelajaran yang lebih disukai pada pengajaran dengan penjelasan. Pengajar menentukan cara pengajaran menurut 39
caranya sendiri, dan pembelajaran seharusnya tidak ditentukan dan dikontrol. Menemukan pembelajaran meningkatkan motivasi untuk belajar dan juga memproduksi ingatan jangka panjang yang lebih baik.
II.3.2. Self Disclosure Theory Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal itu dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan jendela Johan (Johari window). Tabel 3 Jendela Johari (Johari Window) Diketahui orang lain Tidak diketahui orang lain
1. Terbuka 3. Tersembunyi
2. Buta 4. Tidak
Gambar yang disebut jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui suasana keempat bidang (jendela) itu. Bidang 1, melukiskan suatu kondisi dimana antara seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. 40
Bidang, 2 melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri. Bidang, 3 disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain. Bidang 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua belah pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan diantara mereka. Kedua yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi antar pribadi di masa lalu dapat menimbulkan perasaan intim untuk sesaat. Hubungan sejati terbina dengan menggunakan reaksi-reaksi kita terhadap aneka kejadian yang kita alami bersama atau terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh lawan lalu kita. Orang lain mengenal diri kita tidak dengan menyelidiki masa lalu kita, melainkan dengan mengetahui cara kita bereaksi. Masa lalu hanya mampu menjelaskan perilaku kita dimasa kini. II.4. Remaja Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : (Konopkan, Pikunas, 1976 ; Ingersoll 1989, dalam DR. Hendriati Agustiani, 2006) 1). Masa remaja awal (12-15 tahun). Pada masa ini individu mulau meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan
41
terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konfirmitas yang kuat dengan teman sebaya. 2). Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (Self Directed). Pada masa ini remaja
mulai
mengembangkan
kematangan
tingkah
laku,
belajar
mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu. 3). Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode
ini remaja berusaha memantapkan tujuan
vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini. Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa anak-anak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau fisiologis dan juga bersifat psikologis. pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek tersebut, 42
sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja. Masyarakat, melalui orang tua atau guru, bertanya kepada remaja untuk memilih satu peran. Dalam masyarakat kita ketika anak memasuki SMA, anak harus sudah memilih jurusan pendidikan yang akan ditempuh yang akhirnya akan menentukan perannya nanti. Jadi ketika berumur sekitar1 5 atau 16 tahun seseorang sudah mulai menempatkan dirinya pada satu jalur yang akan membawa akibat pada apa yang akan dilakukannya pada tahun-tahun selanjutnya. Masalahnya terjadi tepat pada saat ketika remaja berada dalam posisi yang sangat tidak siap untuk mengambil keputusan yang berakibat jangka panjang, mereka malah diminta untuk melakukannya. Karena banyak remaja berada dalam dilema. Mereka tidak bisa menjawab pertanyaan tentang peran sosial yang akan mereka jelaskan tanpa menyelesaikan beberapa pertanyaan lain tentang dirinya sendiri. Jawaban terhadap perangkat pertanyaan yang satu saling tergantung dengan jawaban terhadap rangkaian pertanyaan yang lain. Perasaan tertentu yang berbeda dalam situasi krisis bisa muncul, krisis yang membutuhkan jawaban yang tepat tentang siap sebenarnya dirinya. Ini adalah pertanyaan
43
defenisi diri, tentang indentifikasi diri. Dilema ini dikenal sebagai krisis identis. Menurut
Erikson
(1964:126),
seorang
remaja
bukan
sekedar
mempertanyakan siapa dirinya, tetapi dan dalam konteks apa atau dalam kelompok apa dia bisa menjadi bermakna dan dimaknakan. Dengan kata lain, identitas seseorang tergantung pula pada bagaimana orang lain mempertimbangkan mengapa
keinginan
kehadirannya. untuk
Karenanya
diakui,
keinginan
bisa
lebih
untuk
dipahami
memperkuat
kepercayaan diri, dan keinginan untuk menegaskan kemandirian menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, terutama mereka yang mengakhiri masa itu. Prestasi belajar siswa yang mendapat perhatian dari orang tua lebih baik dibandingkan dengan prestasi siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. Peranan perhatian orang tua dalam lingkungan keluarga yang penting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anakanak. Itu karena pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi dan menjamin kehidupan emosional anak. Fungsi hubungan
antara
anak
dan
dewasa
dalam
kehidupan
mereka
dikarakteristikkan. Meningkatkan karakteristik ini dalam hubungan anda adalah cara yang terbaik untuk memperbaiki komitmen, komunikasi, kerjasama dan persetujuan, dan mengurangi stres dan konflik dengan baik.
44
Proaktif-kemampuan untuk mengakui dan kapanpun yang mungkin, menyesuaikan kebutuhan anak untuk kasih sayang yang tak bersyarat dan penerimaan, rasa aman, rasa dimiliki, sukses, rasa senang, pengakuan dan kontrol (kekuatan), tanpa mengizinkan orang lain menganggu. Antisipasi melakukan sebelum terjadi masalah; membiarkan anak mengatahui batas atau kondisi lebih dulu. Orientasi sukses kemampuan untuk membantu anak dengan memberikan arahan yang jelas, pengaturan batas-batas, menawarkan kesempatan untuk memilih dan bernegosiasi, permintaan perilaku dan respon pada umur yang cocok, penyesuaian kebutuhan pembelajaran individual, memberikan kesempatan untuk mengatur diri dan tetap pada masa kini. Alternatif untuk dugaan yang tidak realistik. kesalahpahaman, instruksi atau lingkungan yang tidak baik untuk kebutuhan anak, dan pengaturan untuk kegagalan, ketidakpedulian atau penentangan. Kepastian kemampuan untuk membedakan nilai anak dari perilakunya kemampuan untuk fokus pada apa yang dilakukan anak dan membangun kekuatan. Kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang berorientasi pada penghargaan yang mana berakibat munculnya hasil positif dan hak istimewa yang diterima atau pengalaman sebagai hasil dari kerjasama. Kemampuan untuk berkomunikasi secara positif (menggunakan janji daripada ancaman, atau penghargaan dari pada hukuman). Kemampuan
45
untuk menggunakan rasa humor. Alternatif untuk rasa negatif dan orientasi menghukum. Pembatasan kemampuan untuk menggabungkan apa yang anda inginkan dengan apa yang anak inginkan dalam cara yang positif. Kemampuan untuk
memotivasi
dan
menguatkan
perilaku
kerjasama
dengan
menghasilkan persetujuan orang dewasa atau menghindari reaksi orang dewasa orang dewasa yang negatif (rasa malu, kecaman, ketertinggalan). Kurangnya kemauan untuk memegang konsekuensi yang positif sampai anak mengakhiri persetujuan. Kemampuan untuk dengan segera campur tangan ketika anak dalam keadaan terganggu atau keluar batas, menjauhi peringatan, penundaan konsekuensi yang positif sampai anak mengakhiri persetujuan. Kurangnya dukungan kemampuan untuk menanggapi masalah anak atau merasakan
dengan
rasa
penerimaan,
dukungan
dan
pengesahan.
Kurangnya kemauan untuk menyediakan jalan keluar untuk perasaan anak akan memberikan anak untuk menyediakan jalan keluar untuk perasaan anak
akan
memberikan
anak
untuk
mengeluarkan
perasaan
(menghilangkan) tanpa menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Kemampuan untuk membantu anak mencari solusi masalah tanpa memperbolehkan, memperbaiki, menangkap atau menilai masalah anak atau perasaan. Kemampuan untuk melawan persetujuan perasaan anak atau mengambil tanggung jawab untuk solusi masalahnya. 46
Tanggung jawab kemampuan untuk mengambil tanggung jawab pada perasaan, tanpa berusaha membuat orang lain bertanggung jawab. Kemampuan untuk memperlihatkan perasaan dengan cara yang tidak menyakitkan. Kemampuan untuk menurut dan memecahkan konflik. Kurangnya kemauan untuk menggunakan secara teratur, kontak positif dengan
anak.
Kemampuan
untuk
bekerja dengan pengurus,
staf
pendukung dan orang tua tanpa memperhitungkan kesalahan atau menduga (atau permintaan) dan mereka mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah anda mungkin memiliki anak atau kelompok yang istimewa. Perhatian
diri
kemampuan
untuk
mengidentifikasikan
kebutuhan
seseorang dan perasaan, mengatur batasan, menyenangkan diri sendiri, mengakui diri dan mendapatkan pertolongan ketika membutuhkan. Kemampuan untuk membedakan antara memperhatikan diri dan keegoisan diri. Kemampuan untuk merasakan pantas untuk menggunakan kesalahan dan kegagalan sebagai kesempatan untuk tujuan yang baru, strategi atau pertumbuhan. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber dukungan sementara menggunakan tanggung jawab untuk menyelesaikan satu masalah diri sendiri. Kemampuan untuk memanfaatkan diri sendiri. Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, 47
bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat para ahli perkembangan yang menyatakan: “Berbeda dengan kemandirian pada masa anak-anak yang lebih bersifat motorik, seperti berusaha makan sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, pada masa remaja kemandirian tersebut lebih bersifat psikologis, seperti membuat keputusan sendiri dan kebebasan berperilaku sesuai dengan keinginannya”. Dalam pencarian identitas diri, remaja cenderung untuk melepaskan diri sendiri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis orangtuanya. Remaja mendambakan untuk diperlakukan dan dihargai sebagai orang dewasa. Hal ini dikemukaaan Erikson (dalam Hurlock, 1980 : 212) yang menamakan proses tersebut sebagai “proses mencari identitass ego”, atau pencarian diri sendiri. Dalam proses ini remaja ingin mengetahui dan kedudukannya dalam lingkungan, disamping ingin tahu tentang peranan dirinya sendiri. Kemandirian seorang remaja dan teman sebaya. Hurlock (1980 : 214) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan dan nilai yang berasal dari keluarganya. Ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta 48
rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya. Dalam mencapai keinginannya untuk mandiri sering kali remaja mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain. Dalam contoh yang disebutkan di atas, remaja mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak orang tua maka dari segi ekonomi (biaya sekolah) remaja akan terjamin karena orang tua pasti akan membantu sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan orang tua bisa jadi orang tuanya tidak mau membiayai sekolahnya. Situasi yang demikian ini sering dikenal sebagai keadaan yang ambivalensi dan dalam hal ini akan menimbulkan konflik pada diri sendiri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustrasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya atau orang lain di sekitarnya. Frustrasi dan kemarahan tersebut seringkali diungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak simpatik terhadap orangtua maupun orang lain dan dapat membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya. Hal ini tentu saja akan sangat merugikan remaja 49
tersebut
karena
akan
menghambat
tercapainya
kedewasaan
dan
kematangan kehidupan psikologisnya. Oleh karena itu, pemahaman orang tua terhadap kebutuhan psikologis remaja untuk mandiri sangat diperlukan dalam upaya mendapatkan titik tengah penyelesaian konflik-koflik yang dihadapi remaja.
II.5. Orang Tua Kita selalu berfikir tentang lingkungan anak, tetapi lingkungan keluarga juga memberikan konstribusi pada perkembangan anak dengan pengaruh yang kuat pada fungsi keluarga. Dalam komunitas mungkin, atau tidak mungkin, sebagai sumber dan kebutuhan hubungan keluarga. Dengan pengaturaan komunitas, setiap keluarga membangun jaringannya sendiri dalam tersedianya sumber dukungan dan formal. Sebuah keluarga mungkin menempa banyak hubungan, beberapa hubungan yang kuat, atau tidak ada sama sekali sumber hubungan. Mata rantai hubungan keluarga bersumber pada komunitas nyata dan tidak nyata. Lingkungan anak menawarkan tantangan dan kesempatan, pengaturan komunitas menawarkan tantangan dan kesempatan untuk fungsi kesehatan keluarga. Penyaman tentang interaksi komunitas keluarga ditemukan diliteratur termasuk : Keluarga pedesaan memiliki beberapa kesempatan pekerjaan, rendahnya ekonomi pendapatan, kesempatan pendidikan sedikit dan kurangnya akses untuk perawatan kesehatan dan pelayanan sosial. Keluarga diperkotaan,
50
dilain pihak, memiliki angka kriminalitas yang tinggi, hubungan tidak kekeluargaan, kepadatan penduduk yang lebih tinggi, dan kondisi hidup yang ribut. Banyak orang tua harus mengatasi dengan ancaman dari kejahatan yang keras di lingkungan tetangga mereka. Respon sebuah keluarga untuk permintaan dan tantangan dari suatu lingkungan komunitas mungkin memajukan atau menghalangi fungsi keluarga dan perkembangan anak. Menarik diri, menjaga anak di dalam rumah, dan membatasi aktivitas anak adalah meniru strategi orang tua digunakan ketika dihadapkan dengan kekerasan dalam lingkungan tetangga mereka, tetapi mereka mungkin juga menghalangi perkembangan yang normal. Keluarga dipengaruhi oleh bagaimana respon aturan komunitas kepada apa yang dibutuhkan keluarga. Powell (1969:170) mengidentifikasikan lima (5) strategi yang membuat awal program masa kanak-kanak lebih respon kepada keluarga. Ini mencakup : peningkatan program komunikasi orang tua ; memberikan orang tua pilihan antara prgoram yang berbeda ; menaksir kebutuhan keluarga dan anak ; menegaskan kembali panutan dan menggunakan komunitas penduduk ; dan keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan. Hubungan antara keluarga dan perubahan komunitas mereka dan berkembang setiap waktu. Kebutuhan dan ketertarikan anggota keluarga
51
merubah sepanjang hidup. Pokok persoalan dari kurangnya respon juga mengubah dengan menyimpan lama dan tingkat perkembangan. “Komunitas” mungkin mengarah pada hubungan dan jaringan sosial sebaik lokasi fisik. Jaringan sosial pendukung informal sebuah keluarga lebih sering menyediakan pelayanan yang ditawarkan oleh sistem dukungan formal. Umumnya orang tua dari remaja berusia antara 35-34 tahun. Secara potensial usia ini merupakan waktu yang sulit bagi kebanyakan orang tua. (Farrel dan Rosenbel, 1981 dan Levinson, 1978 dalam Hurlock, 1980 : 317) menjelaskan masa ini sebagai “midlife crises”. Jika kita mencoba untuk meneliti secara lebih rinci masa ini maka akan ditemukan bahwa perhatian dalam hal perkembangan dari orang tua dan remaja saling melengkapi. Pada saat ini terjadi : 1. Perubahan biologis Pada saat yang sama remaja masuk pada periode-periode pertumbuhan fisik yang cepat, kematangan seksual. periode dari rentang kehidupan saat ini diberi label oleh masyarakat sebagai orang yang memiliki penampilan fisik menarik, orang tua juga mulai merasakan terjadi peningkatan perhatian pada tubuhnya, serta pada tampilan-tampilan fisiknya. 2. Krisis yang tumpang tindih Saat inipun adalah tentang waktu dan masa depan. Pada saat yang sama remaja
mulai
mengembangkan
kemampuan 52
untuk
berfikir
secara
sistematik tentang masa depan dan apa yang akan dilakukan. Pada kenyataannya orang tua mulai melihat suatu kejadian dengan antisipasi yang lebih jauh. Orang tua mulai merasakan bahwa kemungkinan untuk berubah terbatas sementara remaja memiliki ide yang lebih luas tentang masa
depan.
Ide-ide
orang
tua
dengan
sendirinya
dengan
mempertimbangkan berbagai keterbatasan. 3. Kekuatan dan status Merupakan jalan menuju peran sebagai orang dewasa. Remaja merupakan waktu dimana individu berada dalam ambang pencapaian status yang baik. Bagi orang tua banyak pilihan yang telah diambil, beberapa hasil dan lainnya tidak. Kebanyakan orang tua saat ini menjalani masa jenuh di pekerjaan. Kegiatan kemampuan di atas membuat dampak bagi hubungan keluarga. (Small et al, 1988 dalam Hurlock, 1980 : 4530 pada saat remaja berusaha untuk mencapai otonomi maka pada umumnya hal ini membuat orang tua menjadi stress. Memiliki pekerjaan yang lebih memuaskan akan membantu orang tua lebih mampu untuk melakukan negosiasi dengan transisi dalam keluarga terhadap anak maupun mencapai otonomi dan menjalin komunikasi dengan lebih efektif. Perkembangan remaja dalam istilah “Separation” dan “autonomy” diukur dengan tujuan utama adalah upayanya untuk melepaskan diri dari pengaruh orang tua. Bagi remaja, waktu dengan teman merupakan bagian 53
penting bagi remaja dalam kesehariannya. Teman bagi remaja merupakan tempat menghabiskan waktu, berbicara, berbagai kesenangan dan kebebasan. Teman sebaya bisa merupakan kelompok yang memberikan pengaruh negatif terhadap anak remaja. Mereka mendorong ke arah kualitas yang lainnya, terutama pada anak-anak yang kurang mendapatkan pengarahan dari orang tua (Downs, 1985 ; Snyder, Dishion dan Patterson, 1986 dalam Drs. Andi Marpiarre, 1982). sudut pandangan lain menganggap bahwa kelompok teman sebaya memberikan pengaruh yang baik sama halnya seperti yang dianggap oleh Sullivan (1953). Dikatakan bahwa relasi dengan teman sebaya akan mengembangkan kematangan dari “self” seorang remaja (Youniss dan Smollar, 1985). Defenisi tentang remaja dalam relasinya dengan teman sebaya memberikan peranan dalam membentuk keterkaitan antara remaja, keluarga dan teman sebaya sebagai pesaing, pemberi kepuasan atau saling melengkapi. Peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang terpenting adalah memberikan
pengalaman
pertama
pada
masa
anak-anak,
sebab
pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Disimpulkan pula bahwa siswa yang mendapat perhatian baik dari orang tuanya mendapat prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tua. “Orang tua yang
54
memberikan perhatian besar terhadap proses belajar putra-putrinya akan mendapat prestasi belajar yang tinggi bagi anak” Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Di dalam keluarga, orang tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Mengingat masa anak-anak dan remaja merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian amatlah penting. Meski dunia pendidikan (sekolah) juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Bagaimana orang tua harus bertindak dalam menyikapi tuntutan kemandirian seorang remaja, berikut ini terdapat beberapa saran : 1. Komunikasi. Berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentu saja
komunikasi diisi harus bersifat dua arah, artinya kedua belah
pihak harus mau saling mendengarkan pandangan satu dengan yang lain. Dengan melakukan komunikasi orang tua dapat mengetahui pandangan-pandangan dan kerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya anak-anak
juga
dapat
mengetahui
apa
yang
diinginkan
oleh
orangtuanya. Kebingungan seperti yang disebutkan di atas mungkin 55
tidak perlu terjadi jika ada komunikasi antara remaja dengan orang tuanya. Komunikasi disini tidak berarti harus dilakukan secara formal, tetapi bisa saja dilakukan sambil makan bersama atau berlibur bersama keluarga. Orang tua sebaliknya memberikan kesempatan kepada anak remajanya untuk
membuktikan
atau
melaksanakan
keputusan
yang
telah
diambilnya. Biarkan remaja tersebut mengusahakan sendiri apa yang diperlukannya dan biarkan juga ia mengatasi sendiri berbagai masalah yang muncul. Dalam hal ini orang tua hanya bertindak sebagai pengamat dan hanya boleh melakukan intervensi jika tindakan sang remaja dianggap dapat membahayakan dirinya dan orang lain. 2. Tanggung jawab bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang diperbuat merupakan kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani bertanggung jawab (betapapun sakitnya) remaja akan belajar untuk tidak mengulangi hal-hal yang memberikan dampak-dampak negatif (tidak menyenangkan) bagi dirinya. Dalam banyak kasus masih banyak orang tua yang tidak menyadari hal ini. Sebagai contoh : dalam kasus remaja yang ditahan oleh pihak berwajib karena terlibat tawuran, tidak jarang dijumpai justru orang tualah yang berjuang keras dengan segala cara untuk membebaskan anaknya dari tahanan, sehingga anak tidak pernah memperoleh kesempatan untuk bertanggung jawab atas perilaku
yang
diperbuatnya 56
(bahkan
tidak
sempat
melewati
pemeriksaan intensif pihak berwajib). Pada kondisi demikian maka remaja tentu saja tidak takut untuk berbuat salah, sebab ia tahu orang tuanya pasti akan menebus kesalahannya. Konsistensi orang tua menerapkan disiplin dan
menanamkan nilai-
nilai kepada remaja dan sejak masa kanak-kanak di dalam keluarga dan menjadi
panutan
bagi
remaja
untuk
dapat
mengembangkan
kemandirian dan berpikir secara dewasa. Orang tua yang konsisten akan memudahkan remaja dalam membuat rencana hidupnya sendiri dan dapat memilih berbagai alternatif karena segala sssesuatu sudah dapat diramalkan olehnya. Mungkin masih terdapat banyak cara lain y ang patut dipertimbangkan dalam meningkatkan kemandirian sang remaja agar menjadi yang utuh dan dewasa. Satu hal yang perlu kita ingat adalah : “Jika kita dapat mengasuh dan membimbing anak untuk biasa mandiri melalui keluarga, mengapa kita tidak melakukan berbagai upaya untuk mewujudkannya mulai dari sekarang”. Negara ini sudah penuh dengan berbagai ketergantungan pada pihak lain, maka jangan lagi kita membangun generasi baru yang juga dengan ketergantungan dan menjadi beban keluarga.
57