9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Beban Henry Simamora (2000:25) mendefinisikan tentang beban : Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal. Carter dan Usry dalam Akuntansi Biaya (2006:30) menyatakan pendapat
yang hampir sama, yaitu: Seringkali istilah biaya (cost) digunakan sebagai sinonim dari beban (expense). Tetapi beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur barang atau jasa yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba, atau sebagai penurunan dalam aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan pemerintahan. Beban dalam arti luas termasuk semua biaya yang sudah habis masa berlakunya yang dapat dikurangkan pendapatan. Pernyataan Tuanakotta (2000:164) yang berkaitan dengan beban (expense) adalah sebagai berikut : Expense dapat diartikan sebagai pemakaian barang dan jasa dalam proses mendapatkan revenue. Disini tersirat dua pengertian yakni, (1) adanya pemakaian atau penghabisan barang dan jasa, atau disebut juga expirations of service ; dan (2) nilai-nilai dari barang dan jasa ini menjadi habis atau expire pada saat produk perusahaan ditransfer kepada pembeli. Apabila produk ini belum meninggalkan perusahaan, barang dan jasa yang dipakai dianggap terikat dalam pengukuran nilai dari produk yang bersangkutan, jadi yang terjadi bukanlah expiration tetapi transformation.
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa beban merupakan penurunan manfaat ekonomi yang dilakukan perusahaan sebagai upaya
pengorbanan
untuk
mendapatkan
pendapatan
dalam
aktivitas
operasionalnya. 2.1.1 Perbedaan Antara Beban dan Biaya Berdasarkan pada pemaparan sebelumnya, dapat diketahui bahwa biaya (cost) memiliki perbedaan dengan beban (expense). Biaya (cost) adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban (expense) adalah expired cost yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasikan hasil, beban ini dikaitkan dengan pendapatan pada periode yang berjalan. Oleh karena itu maka beban akan dilaporkan dalam laporan laba rugi yang akan ditandingkan dengan pendapatan untuk dapat memperoleh informasi mengenai besarnya perolehan laba ataupun kerugian perusahaan. Sehingga bila dalam satu laporan laba rugi ditemukan istilah biaya didalamnya maka yang dimaksudkannya adalah biaya dalam konteks beban. Yaitu biaya yang dialokasikan untuk memperoleh sejumlah hasil tertentu dalam suatu periode. Menurut Ajang Mulyadi (2002:24): Cost adalah pengorbanan sumberdaya yang pemanfaatannya multiperiode, sedangkan expense adalah pengorbanan sumberdaya yang manfaatnya dinikmati pada periode yang sama dengan periode pengorbanannya. Dalam perspektifnya akuntansi keuangan cost merupakan aktiva yang dilaporkan dalam neraca, sedangkan expense dilaporkan dalam laporan laba rugi.
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
Terkait dengan biaya dan beban yang berdasarkan pada periode pemanfaatannya, Mulyadi (2000:17) membedakan menjadi : 1. 2.
Capital expenditure (pengeluaran modal), merupakan biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Revenue expenditure (pengeluaran pendapatan), merupakan biaya yang hanya menpunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Jika disimpulkan maka biaya (cost) merupakan pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa. Sedangkan (expense) adalah expired cost merupakan pengorbanan
yang dikeluarkan untuk
merealisasikan hasil, yang dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan. 2.1.2 Pengakuan Beban Dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007, Ikatan Akuntansi Indonesia merumuskan garis besar dari pengakuan beban sebagai berikut : 1. Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomis masa depan yang berkaitan dengan penurunan asset atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan dan penuruan aktiva. 2. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung biaya yang timbul dari pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang sering disebut pengaitan biaya dan pendapatan ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabung atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung atau bersama-sama. Namun demikian,
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
penerapan konsep matching dalam kerangka dasar ini tidak diperkenankan pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi definisi asset dan kewajiban. 3. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini dilakukan jika manfaat ekonomi diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tidak langsung. Misalnya dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan asset tetap, goodwill, paten dan merek dagang yang kerap kali disebut penyusutan ataupun amortitasi. 4. Beban diakui kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam neraca sebagai asset. 5. Dapat pula beban diakui pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan asset, seperti timbulnya kewajiban akibat garansi produk. 2.1.3 Pengukuran Beban Kewajaran dan kecermatan dalam pengukuran beban akan berpengaruh terhadap kewajaraaan informasi keuangan yang dihasilkan Menurut Carter dan Usry (2006:30) “Beban diukur dengan nilai penurunan dalam aktiva atau peningkatan dalam utang yang berkaitan dengan produksi atau penyerahan barang dan jasa”. Menurut Theodorus M. Tuanakotta dikatakan bahwa dasar pengukuran untuk beban maupun untuk pos lainnya dapat menggunakan sebagai dasar
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
pengukuran yang berbeda dalam derajat dan kombinasi yang berbeda tersebut, dasar pengukuran yang dimaksud adalah: 1. Historical cost, asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut. Pengukuran dengan menggunakan historical cost dianggap sebagai pengukuran beban yang konvensional, alasan utama penggunaan historical cost karena dianggap verifiable (dapat dibuktikan), karena historical cost dipandang sebagai pengeluaran kas yang sebenarnya. 2. Current Price, asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila asset yang sama atau setara asset diperoleh sekarang. Metode ini digunakan karena terdapat prinsip match contohnya untuk mengukur beban yang ditandingkan (matched) dengan pendapatan yang juga pengukurannya menggunakan current price. Dari definisi yang menyatakan beban sebagai penurunan dalam aktiva bersih perusahaan, maka alat ukur yang digunakan adalah nilai barang dan jasa pada waktu yang digunakan dalam operasi perusahaan. Istilah nilai memiliki banyak arti, tetapi dalam konteks ini nilai barang diguanakan untuk menggambarkan harga tukar barang dan jasa.
2.2
Pemeliharaan
2.2.1 Tujuan dan Penggolongan Pemeliharaan Sofjan Assauri (2008:133) mengemukan definisi pemeliharaan sebagai berikut : Maintenance dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuatu dengan apa yang direncanakan.
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
Sukanto Reksohadiprodjo (2003:425), mendefinisikan pemeliharaan sebagai berikut : Pemeliharaan adalah setiap aktivitas yang dirancang-bangun sedemikian rupa sehingga sarana dan aktiva lain dalam kondisi yang sangat menunjang tujuan organisasi. Aktivitas pemeliharaan yang lazim dilaksanakan secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu : 1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance). Sofjan Assauri (2008:135) menjelaskan pengertiannya sebagai berikut : Kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan saat produksi. Setiap proses produksi yang mendapat pemeliharaan jenis ini diharapkan dapat menjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi setiap saat. Barry Render dan Jay Heizer (2001:543) mengungkapkan bahwa : Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) melibatkan pelaksanaan pemeliharaan rutin dan servis yang menjaga fasilitasfasilitas dalam kondisi baik. Pemeliharaan pencegahan bertujuan untuk membangun sistem yang mengetahui kerusakan potensial dan membuat pergantian atau perbaikan yang akan mencegah kerusakan. Dalam
pelaksanaannya,
pemeliharaan
pencegahan
(preventive
maintenance) dapat dibedakan atas routine maintenance dan periodic maintenance. Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin. Sedangkan periodic maintenance
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu. 2. Corrective/breakdown maintenance). Pengertiannya menurut Barry Render dan Jay Heizer (2001:543) sebagai berikut :” Breakdown maintenance adalah perbaikan (remedial); ini terjadi ketika peralatan rusak dan kemudian harus diperbaiki atas dasar prioritas atau emerjensi.” Kegiatan pemeliharaan jenis ini sering tersebut dengan kegiatan perbaikan atau reparasi. Terjadinya kerusakan tersebut dapat diakibatkan karena tidak dilakukannya preventive maintenance, atau dapat pula telah dilakukannya preventive maintenance tetapi sampai pada jangka waktu tertentu fasilitas tersebut tetap mengalami kerusakan.
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
Sofjan Assauri (2008:134) mengemukan tujuan utama fungsi pemeliharaan sebagai berikut : 1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu. 3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut. 4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya. 5. Menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan kerja. 6. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan dilakukan untuk menjaga fasilitas peralatan perusahaan agar tercapai suatu keadaan operasi/produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sehingga keinginan/harapan perusahaan maupun pelanggan dapat terpenuhi dengan adanya kegiatan operasi yang lancar dan terkendali tersebut. Pemeliharaan tidak saja merupakan pekerjaan fisik yang langsung terhadap peralatan yang bersangkutan, tetapi diperlukan suatu perencanaan yang baik dan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Sehingga pemeliharaan akan dilakukan dengan teratur dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk-petunjuk yang berlaku terhadap peralatan yang bersangkutan. Apabila fasilitas yang dimiliki perusahaan merupakan fasilitas yang sangat penting dalam kegiatan usaha perusahaan/critical unit maka perusahaan Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
dapat melakukan pemeliharaan yang bersifat preventive. Sofjan Assauri (2008:135) menyatakan bahwa : Apabila preventive maintenance dilaksanakan pada fasilitas-fasilitas atau peralatan yang termasuk dalam “critical unit”, maka tugas maintenance dapat dilakukan dengan suatu perencanaan yang itensif untuk unit yang bersangkutan, sehingga rencana produksi dapat dicapai dengan jumlah hasil produksi yang lebih besar dalam jangka waktu yang relatif singkat. Dengan demikian kegiatan pemeliharaan yang baik harus memiliki alokasi dan cakupan yang tepat. Keputusan pertama yang harus diambil adalah cakupan kegiatan pemeliharaan. Meskipun aktivitas utama diarahkan pada pemastian agar proses pokok telah siap dan berfungsi secara benar, fasilitas pendukung lainnya juga memerlukan perhatian. Fasilitas pendukung tersebut dapat mencakup tanah dan bangunan; utilities; alat transfortasi; serta pendukung lainnya. Sehingga dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan, selain ditujukan agar fasilitas pokok perusahaan berada dalam kondisi yang baik, fasilitas pendukung lain pun perlu dijaga agar aktivitas perusahaan tidak terganggu. Untuk itu diperlukan perencanaan yang baik mengenai bagaimana perusahaan melaksanakan aktivitas pemeliharaan terhadap keseluruhan fasilitas yang dimilikinya secara proporsional, rasional dan efektif. Untuk itu perusahaan harus dapat menyusun perencanaan kegiatan pemeliharaan untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
2.2.2 Beban Pemeliharaan Setelah perusahaan melakukan pengeluaran untuk mendapatkan aktiva tetap dengan biaya tertentu pada harga perolehannya, perusahaan masih harus tetap melakukan pengeluaran untuk aktiva tersebut selama masa penggunaan aktiva berlangsung. Seperti yang didiungkapkan oleh Zaki Baridwan (2004:289) bahwa : Aktiva tetap yang telah dimiliki dan kemudian digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan akan aktiva tersebut. Pengeluaran yang dimaksud meliputi pengeluaran untuk reparasi dan pemeliharaan, pengeluaran untuk penggantian pengeluaran kembali aktiva tetap. Aktiva yang digunakan dalam kegiatan usaha untuk jangka waktu yang lama dibedakan menjadi dua bagian yaitu aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud. Sebagaimana pendapat Hongren et al, (2004:502) bahwa”Aktiva yang dipakai dalam kegiatan usaha untuk jangka waktu yang lama dapat dibagi menjadi dua, yang pertama adalah aktiva tetap dan yang kedua adalah aktiva tidak berwujud”. Dengan demikian berdasarkan wujud fisiknya, aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud (tangible fixed asset) dan aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed asset). Lebih lanjut Zaki Baridwan (2004:272) mengklasifikasikan aktiva tetap sebagai berikut: Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dan
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
alat-alat, kendaraan, mebelair dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud diatas untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut: a. Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah, untuk letak perusahaan, pertanian dam perternakan. b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebelair, kendaraan dan lain-lain. c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis misalnya sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain. Menurut M. Alan Jayaatmaja (2004:26) menyatakan bahwa: Aktiva
tidak
berwujud
(intangible
assets)
merupakan
hak-hak
penguasaan dan manfaat atas sesuatu yang tidak mempunyai bentuk fisik untuk jangka panjang yang dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan seringkali disajikan didalam neraca dibawah sub komponen aktiva tak berwujud. Yang termasuk dalam sub kelompok ini antara lain: a. Goodwill, keistimewaan yang dimiliki oleh perusahaan yang ditimbulkan oleh letak strategis, organisasi yang baik, nama baik, pimpinan yang cakap, dan lain-lain. b. Hak paten (patents) hak memprodusir suatu barang tertentu yang diberikan pemerintah serta dilindungi oleh undangundang. c. Hak cipta (copy right) hak cipta atau pengarang yang dilindungi oleh undang-undang. d. Merk dagang (trademarks) hak penggunaan merek dagang yang terdaftar yang dilindungi oleh undang-undang. e. Franchises, hak memperoleh fasilitas tertentu milik pemerintah. f. Formulas, has khusus untuk penemuan rumus proses produk tertentu yang dilindungi undang-undang. g. Biaya pendirian (Organization cost) biaya yang dikeluarkan dalam rangka pendirian, peresmian, promosi perusahaan. Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
Salah satu dari beberapa pengeluaran untuk aktiva tetap yang kemudian dinyatakan sebagai beban yaitu pemeliharaan sehingga pos yang muncul untuk kegiatan pemeliharaan disebut dengan beban pemeliharaan aktiva tetap. Beban pemeliharaan aktiva tetap merupakan salah satu komponen dari beban operasional. Karena beban ini dikeluarkan secara berkala oleh perusahaan untuk merawat dan menjaga kondisi peralatan dan fasilitas dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Dalam
menjalankan
kegiatan
pemeliharaan,
perusahaan
akan
dihadapkan pada dua persoalan penting yaitu menyangkut teknis dan ekonomis.
Teknis
tindakan-tindakan
serta
peralatan/komponen
yang
dibutuhkan sehingga hal ini menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan serta mengatasi kemacetan operasi perusahaan.. Sedangkan persoalan ekonomis bersangkutan dengan besaran beban yang harus dikeluarkan perusahaan. Sofjan Assauri (2008: 137) mengemukan bahwa : Adapun yang merupakan persoalan ekonomis adalah persoalan yang menyangkut bagaimana usaha yang dilakukan agar supaya kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan secara teknis dapat efisien. Jadi dalam persoalan ekonomis yang ditekankan adalah efisiensi, dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi, dan tentunya alternaif tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan adalah yang menguntungkan perusahaan. Di dalam persoalan ekonomis ini, perlu diadakan analisis perbandingan biaya masing-masing alternatif tindakan yang diambil. Perbandingan sumber daya ekonomi yang perlu dilakukan antara lain untuk menentukan :
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
1. Alokasi dan cakupan yang tepat. Pengorbanan yang dikeluarkan untuk memelihara masing-masing jenis fasilitas perusahaan harus disesuaikan juga manfaat yang disumbangkan untuk perusahaan. 2. Apakah sebaiknya perlu melakukan preventive maintenance, corrective maintenance, atau perpaduan keduanya. 3. Apakah sebaiknya peralatan yang telah dianjurkan rusak diperbaiki sendiri oleh pihak perusahaan atau menggunakan jasa pihak lain diluar perusahaan. 4. Apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki atau dilakukan pergantian dengan peralatan yang baru.
2.2.3 Perlakuan Akuntansi Terhadap Beban Pemeliharaan Untuk menunjang kegiatan pemeliharaan yang baik, perusahaan dapat saja menyediakan suku cadang ataupun peralatan yang dapat digunakan pada saat diperlukan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:162) dalam Standar Akuntansi Keuangan nomor 16 mengenai aktiva tetap, proses pencatatannya dapat dilakukan sebagai berikut: “Suku cadang dan peralatan (service equipment) biasanya dicatat sebagai persediaan dan diakui dalam laporan laba rugi pada saat dikonsumsi.” Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memelihara fasilitas yang dimiliki agar tetap berada dalam kondisi normal, biasanya terjadi berulang-ulang selama penggunaan fasilitas tersebut. Biaya yang terjadi berulang-ulang/sering sekali terjadi dapat mengindikasikan bahwa biaya tersebut hanya memiliki
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
manfaat untuk suatu periode tertentu saja. Sehingga pencatatannya dapat dilakukan dengan membuat suatu rekening khusus yang mencatat total jumlah pengalokasiannya selama periode tertentu. Hendriksen dan Van Breda (2000:82) mengungkapkan bahwa : “Perbaikan dan penggantian dimaksudkan untuk memelihara potensi manfaat suatu aktiva. Hubungan ini menyatakan bahwa penyusutan dapat diukur dengan jumlah pemeliharaan yang diperlukan untuk mempertahankan potensi awal suatu aktiva”. Akan tetapi kadang kala dalam masa pemakaiannya suatu fasilitas/aktiva mengalami reparasi besar. Hal ini dapat berdampak masa manfaatnya
lebih
panjang
dari
pada
perkiraan
awal
pada
waktu
pembelian/penggunaan awal atau pula manfaat keekonomian dimasa yang akan datang bertambah, apabila terjadi perbaikan yang berakibat pada bertambahnya manfaat suatu fasilitas/aktiva dari kondisi awalnya, baik itu dalam aspek usia/masa manfaat atau pun aspek kualitatif, perlu dilakukan proses kapitalisasi. Proses kapitalisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menambah harga perolehan aktiva tetap atau dengan mengurangi akumulasi penyusutannya. Sedangkan proses pembebanannya dapat dilakukan dalam periode-periode yang menerima manfaatnya.
2.3
Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan yang terpenting adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, disamping hal-hal lainnya. Namun, nilai kinerja perusahaan kurang tepat apabila hanya dilihat dari Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
perkembangan laba saja, karena laba yang besar belumlah merupakan ukuran perusahaan tersebut telah bekerja secara efektif
dan efisien, yang lebih
terpenting lagi adalah melihat perkembangan profitabilitas yang semakin meningkat. S. Munawir (2004:33) mengatakan “Rentabilitas atau Profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Sofjan Assauri (2008:130) “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan sumber yang dimiliki perusahaan dalam periode tertentu. Untuk mengetahui informasi yang benar dan terarah mengenai laba perusahaan, memerlukan adanya ukuran tertentu untuk membantu menganalisa dan menginterprestasikan posisi keuangan suatu perusahaan, untuk selanjutnya dikomunikasikan pada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap keadaan kemajuan dan perkembangan perusahaan. Ukuran yang seringkali digunakan dalam menganalisis laporan keuangan adalah rasio. Rasio ini menggambarkan suatu hubungan atau
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain. Menurut Kasmir (2008:199-208) rasio profitabilitas terdiri dari : 1. Profit Margin (Profit Margin on Sales) a. Untuk Margin Laba Kotor Profit Margin =
Penjualan Bersih −Harga Pokok Penjualan 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
x 100%
Rasio ini merupakan bagaimana cara untuk menetapkan harga pokok penjualan. b. Untuk Margin Laba Bersih Net Profit Margin =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝐼𝑇 ) 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
x 100%
Rasio ini menunjukan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. 2. Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets merupakan rasio yang menunjukan hasil (Return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Return on Investment (ROI) =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
x 100%
Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. 3. Return on Equity (ROE) Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Return on Equity (ROE)=
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
x 100%
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. 4. Laba per Lembar Saham Rasio per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.
Laba Per Lembar Saham=
Laba Saham Biasa Saham Biasa yang Beredar
x 100%
Rasio ini rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat.
2.3.1 Ratio Profit Margin Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukuran margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam presentase Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Profit Margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan melihat besar kecilnya laba dalam hubungannya dengan sales. Untuk margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah pajak dibandingan dengan penjualan. Rasio ini menunjukan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
2.4
Kerangka Pemikiran Dalam suatu perusahaan, pemeliharaan merupakan suatu hal yang
penting dan harus dilakukan guna terciptanya kelancaran aktivitas perusahaan yang bersangkutan. Dalam perusahaan yang menggunakan aktiva sebagai alat utama untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh keuntungan ataupun tidak, adalah untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan sedapat mungkin mengembangkannya. Agar tujuan tersebut tercapai maka setiap
perusahaan
harus
dapat
mempertahankan
kelancaran
dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya, karena setiap perusahaan dituntut untuk mencapai hasil yang maksimal dalam meningkatkan perolehan labanya. Pemeliharaan mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam kegiatan produksi pada suatu perusahaan, karena aktivitas perusahaan akan menentukan tingkat kelancaran dan efisiensi produksi untuk menjamin kelangsungan kegiatan produksi dan menjaga fasilitas/peralatan tetap baik diperlukan kegiatan pemeliharan yang teratur. Dengan terpeliharanya Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
fasilitas/peralatan perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kualitas jasa, sehingga akan menimbulkan kepuasan bagi konsumennya. Bila produksi listrik semakin lancar maka laba akan semakin tinggi, sehingga perusahaan akan terlihat berhasil dalam menjalankan usahanya. Akan tetapi meningkatnya laba bila disertai dengan ikut bertambahnya sejumlah output
/
produk
yang
hilang
selama
kegiatan
operasinya,
dapat
mengindikasikan bahwa perusahaan belum maksimal dalam pencapaian labanya. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan belum dapat mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan secermat mungkin, sehingga tidak maksimal dalam meningkatkan labanya. Sebagai perusahaan jasa yang memiliki sejumlah beban yang dikeluarkan untuk melancarkan kegiatan operasionalnya disebut sebagai beban operasional, salah satunya adalah beban pemeliharaan. Perusahaan harus mengeluarkan beban untuk memeliharaan fasilitas atau peralatan agar selalu dalam kondisi yang baik, pemeliharaan yang baik dapat melancarkan kegiatan operasional perusahaan, pendistribusian jaringan kemasyarakat lancar dan memperoleh laba.
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
Kegiatan Operasional
Aktiva Tetap
Pemeliharaan
Penjualan
Total Beban
Pendapatan
Beban Pemeliharaan Profitabilitas
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan variabel penelitian adalah sebagai berikut :
Beban Pemeliharaan
Profitabilitas
(Variabel X)
(Variabel Y)
: Pengaruh yang diamati atau diteliti yaitu pengaruh beban pemeliharan terhadap profitabilitas.
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
2.5
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan atau anggapan dasar sebagai jawaban
sementara yang kebenarannya belum menyakinkan, sehingga masih diperlukan suatu pengujian untuk membuktikan kebenarannya. Sama halnya seperti yang diungkapkan Suharsimi Arikunto (2006:70) bahwa “ Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Berdasarkan paradigma penelitian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Beban pemeliharaan berpengaruh terhadap profitabilitas.
Vina Rostiana, 2012 Pengaruh Perubahan Beban Pemeliharaan Aktiva Tetap Terhadap Perubahan Profitabilitas Pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Dan Banten Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu