BAB II LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang hasil belajar, perlu dirumuskan secara jelas dari kata di atas, karena secara etimologi hasil belajar terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar. a.
Pengertian Hasil Menurut Kamus Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang ada (terjadi) oleh suatu kerja, berhasil sukses.1
b.
Pengertian Belajar Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan, tidak ada ruang dan waktu di mana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti.2
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 598. 2 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 33.
11
12
Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang karena dengan belajar seseorang memahami dan menguasai sesuatu sehingga orang tersebut dapat meningkatkan kemampuannya. Belajar merupakan perkembangan hidup manusia yang dimulai sejak lahir dan berlangsung seumur hidup.3 Belajar termasuk kegiatan alamiah manusia. Manusia „survive‟ dan makin sejahtera karena belajar. Berpegang kepada pengalaman sebagai guru, manusia melakukan kegiatan belajar, dengan tujuan agar dapat memiliki kemampuan untuk menjawab tantangan alam.4 Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.5 Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman.6 Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).7 Dengan perubahan hasil belajar tersebut, membantu orang untuk dapat memecahkan permasalahan
3
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI), 2012), hlm. 34. 4 Haris Mudjiman, Belajar Mandiri (Self-Motivated Learning) (Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2008), Cet. 2, hlm. 1. 5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 27. 6 Mustaqim, Psikologi Pendidikan (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008), hlm. 34. 7 Eveline Siregar, dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, cet. 1(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 3.
13
dalam
hidupnya
serta
dapat
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya.8 Pengertian lain dikatakan oleh Patricia Tumilisar. Beliau mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan suatu perubahan pada orang yang belajar. Perubahan yang terjadi ketika belajar memberikan suatu aspek yang terarah.9 Aspek-aspek tersebut adalah :
c.
a.
bertambahnya jumlah pengetahuan,
b.
adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi,
c.
ada penerapan pengetahuan,
d.
menyimpulkan makna,
e.
menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas,
f.
ada perubahan sebagai pribadi.10
Ciri-ciri Belajar 1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. 2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. 3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.11 4) Menekankan pentingnya makna belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai.
8
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 162. 9 Muniasari, Kiat Jitu Belajar Bermutu (Jakarta: PT. Perca, 2008), hlm. 6. 10 Eveline Siregar, dan Hartini Nara, Op.Cit., hlm. 4-5. 11 Aunurrahman,Op.Cit., hlm. 36-37
14
5) Menekankan pentingnya keterlibatan siswa didalam proses belajar. 6) Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang dapat dicapai oleh anak didik. 7) Menekankan hasil belajar secara tuntas dan utuh.12 d.
Prinsip-Prinsip Belajar 1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement). 4) Penguasaan
secara
penuh
dari
setiap
langkah-langkah
pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.13 e.
Proses Belajar Menurut Bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase atau episode, yakni:
12
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar Pustaka Setia, 1997), hlm. 35. 13 Aunurrahman, Op.Cit., hlm. 113-114.
(Bandung: CV.
15
-
Informasi. Dalam tiap pelajaran kita peoleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya.
-
Transformasi. Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
-
Evaluasi. Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.14 Proses belajar yang dikelola para guru mempunyai kolerasi
bagi hasil belajar sehingga proses belajar mengajar sebagai pengejawantahan proses pendidikan.15 f.
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.16 Jadi,
hasil
belajar
adalah
perubahan
perilaku
secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar 14
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (PT. Bumi Aksara: 2000), hlm. 9-10. 15 Baharuddin, Op.Cit., hlm. 165. 16 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 5.
16
pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan komprehensif. g.
Fungsi Test Hasil Belajar Tes hasil belajar belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar. Fungsi utama tes hasil belajar dikelas adalah mengukur hasilhasil belajar yang dicapai siswa.17 Prinsip-prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain: a) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. b) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses mengajar. Artinya penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaanya berkesinambungan. c) Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan hasil belajar dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. d) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya.18
17
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 223. 18 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 3.
17
h.
Jenis-jenis Hasil belajar Tujuan pendidikan harus mengacu pada perubahan pada diri anak didik yaitu meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Perubahan
itu
diharapkan
terjadi
setelah
siswa
mempelajari suatu bahan pelajaran yang diwujudkan dalam bentuk hasil belajar. Dengan melihat tujuan pendidikan yang mengacu pada perubahan anak didik yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik, jenis-jenis prestasi juga meliputi : a.
Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang berkaitan dengan pengetahuan atau informasi dan kegiatan berpikir seperti memberi nama, mengenal, meramalkan dan sebagainya. Hasil belajar aspek ini adalah perubahan yang menyeluruh aspek pengetahuan, mulai dari pengetahuan sederhana menuju ke tingkat aktivitas mental yang paling tinggi, yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.19
b.
Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, yang tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
19
pelajaran, disiplin, motivasi
belajar,
A. Trena Sastrawijaya, Pengembangan Program Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 46.
18
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses dan hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh sebab itu, penting dinilai hasil-hasilnya. c.
Ranah Psikomotorik Hasil
belajar
psikomotorik
tampak
dalam
bentuk
keterampilam dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: 1) Gerakan Refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain. 4) Kemampuan
di
bidang
fisik,
misalnya
kekuatan,
keharmonisan, dan ketepatan. 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. 6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi nondecursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.20
20
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algeshindo, 2009), hlm. 30-31
19
i.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut teori Gestalt, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan dan keluarga.21 1.
Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Pemenuhan kebutuhan dalam hal ini banyak tergantung dari cara lingkungannya berinteraksi dengan dirinya. Setiap pergaulan adalah suatu lapangan yang memiliki kemungkinan kesiapan untuk berubah menjadi situasi pedidikan di mana mendidik dilandasioleh nilai moral tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu, yaitu suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan psikologi.
2.
Inteligensi, Emosi dan Motivasi Intelegensi diperlukan untuk berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang dihadapi, mengatasi stres atau kecemasan dalam persoalan tertentu. Hal ini berkenaan dengan bijaknya seseorang terhadap perasaannya sendiri. Semua juga terkait dengan motivasi yang bersumber dari keyakinan kemampuannya untuk memperoleh sukses dalam upaya mencapai
21
Ahmad Susanto, Op.Cit., hlm. 12.
sasaran
yang
20
dicanangkan. Hal ini berdampak pada upaya mewujudkan hasil belajar, mengaktualisasikan potensi seoptimal mungkin. 3.
Pengembangan Kreativitas Setiap anak dilahirkan dengan bakat yang merupakan potensi kemampuan yang berbeda-beda dan terwujud karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan pengaruh lingkungan.22
4.
Kemauan belajar Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya.
5.
Minat Seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya dan akhirnya mencapai hasil yang diinginkan.
6.
Model Penyajian Materi Pelajaran Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa tentunya berpengaruh secara positif terhadapa keberhasilan belajar.
22
Conny Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar ( Jakarta: PT. Mancanan Jaya Cemerlang, 2002), hlm. 11-13.
21
7.
Pribadi dan sikap guru Kepribadian dan sikap guru yang kreatif penuh inovatif dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang aktif dan kreatif ini.
8.
Suasana Pengajaran Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru menumbuhkan suasana yang aktif diantara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran. Sehingga keberhasilan dalam belajar meningkat maksimal.
9.
Kompetensi Guru Guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Kemampuan-kemampuan itu diperlukan dalam membantu siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa belajar akan banyak dipengaruhi oleh guru yang profesional.23
10. Masyarakat Berlangsungnya proses pendidikan disekolah juga tidak terlepas dari pengaruh masyarakat. Pengaruh masyarakat yang dimaksud yaitu pengaruh sosial budaya dan partisipasinya.24 i.
Indikator Hasil Belajar Indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan 23
Ahmad Susanto, Op. Cit., hlm. 15-18 Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogik, (dasar-dasar Ilmu Mendidik), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), hlm. 142. 24
22
berhasil. Menurut Djamarah, ada sejumlah indikator yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan belajar anak didik, yaitu: a.
Anak didik menguasai bahan pengajaran yang telah dipelajarinya.
b.
Anak didik menguasai teknik dan cara mempelajari bahan pengajaran.
c.
Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pengajaran relatif lebih singkat.
d.
Teknik dan cara belajar yang telah dikuasai dapat digunakan untuk mempelajari bahan pengajaran lain yang serupa.
e.
Anak didik dapat mempelajari bahan pengajaran lain secara mandiri.
f.
Timbulnya motivasi intrinsik ( dorongan dalam diri anak didik) untuk belajar lebih lanjut.
g.
Tumbuh kebiasaan anak didik untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi kegiatan di sekolah.
h.
Anak didik terampil memecahkan masalah yang dihadapinya.
i.
Tumbuh kebiasaan dan ketrampilan membina kerjasama dan atau hubungan sosial dengan orang lain.
j.
Kesediaan anak didik untuk menerima pandangan orang lain dan memberikan pendapat atau komentar terhadap gagasan orang lain.25
25
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 87.
23
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa indikator hasil belajar dapat dilihat dari daya serap anak didik dan ketrampilan yang dimilki anak didik.
B. Ilmu Tajwid a.
Pengertian Ilmu Tajwid Tajwid menurut bahasa artinya memperbaiki atau membuat baik.26 Sedangkan menurut istilah, ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca al-Qur‟an dengan sebaikbaiknya.
b.
Tujuan belajar Ilmu Tajwid Tujuan belajar ilmu tajwid adalah memelihara bacaan AlQur‟an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca.27
c.
Hukum belajar Ilmu Tajwid Mempelajari ilmu tajwid hukumya adalah fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Qur‟an secara bacaan tajwid hukumnya fardhu „ain. Maka untuk menyesuaikan hukum yang telah digariskan para ulama‟ Al-Qur‟an sebaiknya para guru mengajarkan fardhu „ain terlebih dahulu. Tegasnya ajarkanlah Al-Qur‟an sebaik mungkin menurut bacaan tajwid, setelah murid dapat membaca tartil, ajarkanlah
26
Maftuh Basthul Birri, Standar Tajwid Bacaan Al-Qur’an (Kediri: Madrasah Murottilil Qur‟an P.P. Lirboyo Kediri,2000), hlm.25. 27 Sulaiman al-Jamzuri, Pengetahuan Tajwid Dasar; Terjemah Kitab Tuhfatul Athfal (Cirebon: CV. Gunung Djati. 2008), hlm. 9.
24
pelajaran Ghorib dan terakhir ajarkanlah Ilmu Tajwid.28 Adapun petunjuk mengajarnya yaitu: 1.
Mengajar ilmu tajwid sebaiknya sedikit demi sedikit (bab per bab).
2.
Mengajar
membaca
kelompok/klasikal
Al-Qur‟an,
seperti
tadarus
sebaiknya
(dibaca
secara
beberapa
ayat,
dilanjutkan murid yang lain). 3.
Mengajar ilmu tajwid jangan dipisah dengan pelajaran membaca Al-Qur‟an. Caranya: Awal pelajaran, ilmu tajwid dilanjutkan membaca AlQur‟an. setiap murid diwaktu membaca Al-Qur‟an terdapat pelajaran ilmu tajwid yang telah diajarkan maka langsung ditanyakan nama tajwidnya.
4.
Setiap selesai pelajaran, diakhiri dengan soal tanya jawab ilmu tajwid secara hafalan.29
d.
Materi hukum Nun Sukun/tanwin Materi hukum bacaan Nun Sukun/Tanwin yaitu Idzhar halqi, Ikhfa‟ haqiqi, Idghom Bighunnah, idghom bilaghunnah dan iqlab. 1) Idzhar Halqi Idzhar artinya jelas. Halqi artinya kerongkongan atau tenggorokan. Idzhar halqi adalah bacaan jelas di kerongkongan atau di tenggorokan. Hukum idzhar halqi adalah apabila ada nun
28
Dachlan Salim Zarkasyi, Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Raudhotul Mujawwidin, 1989), hlm. 2. 29 Ibid., hlm. 4.
25
sukun/tanwin bertemu dengan salah satu huruf 6 (hamzah, kha‟, kho‟, „ain, ghain, ha‟) dengan di baca jelas tanpa dengung. Contoh :
ا اَ َددًٛ ُُوف
ِِْٓ اُِخ
ء
خ١ِٔبز دب
ش١ِٓ د
ح
ب١ٔداء خف
ِٓ خفذ
ر
ُ١ٍع ع١ّس
أعّذ
ع
زٛص غف٠عص
ًِٓ غ
غ
ٟ٘ َ سال
ٕٝٙ٠
٘ب
2) Ikhfa‟ Haqiqi Ikhfa‟ haqiqi menurut bahasa berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid, melafalkan huruf antara idzhar dan idghom tanpa tasydid dan disertai dengan dengung. Dinamakan ikhfa‟ haqiqi adalah apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu salah satu dari kelima belas huruf, yaitu: د
ف ق ن- ض ط ظ- د ذ ش – ض ش ص-س ج. Cara membacanya adalah dengan menyamarkan (antara idzhar dan idgham) disertai dengan dengung yang sempurna.30 Contoh : 30
Sulaiman al-Jamzuri, Pengetahuan Tajwid Dasar; Terjemah Kitab Tuhfatul Athfal (Cirebon: CV. Gunung Djati. 2008), hlm. 22.
26
د
ِِْٓ ر َْذزِ َٙب
َ َِْٓ ٚرَب َة
س
ِِْٓ صَ َّ َسح
َِب ًء صَ َّجب ًجب
ج
اَْْ َج َْٕ١ب ُو ُْ
لَ ًِْ ٛب َججَّب ِزَْٓ٠
د
ِِْٓ ُد ْ ِْ ٚهللا
َد ًّوب َد ًّوب
ذ
ِِْٓ َذ َوس
َع ِص ْ٠ص ُذ ْٚا ْٔزِمَبَ
ش
فَبِْْ َشٌَ ٍْزُ ُْ
َِ ْٛ َ٠ئِر ُش ْزلًب
ض
سأَرََٗ ِِ ْٕ َ
عجِد د سئذذ
ش
اَ ْٔشَأ َ ُو ُْ
ش ُى ًْ ٛزا َع ْجدًا َ
ص
صٍَ َخ ََ َِْٓ ٚ
صبٌِ ًذب َع َّالً َ
ض
ض ْٛد َِ ْٕ ُ
ض َْ ١صٜ لِ ْ س َّخ ِ
ط
ك ِ َٕ٠ط ُ
َوٍِ َّخً طَِّ١جَخً
ظ
َِْٓ ظٍََ َُ
ِظالًّ ظٍَِ ْ١الً
ف
س ُىُ اَ ْٔفُ َ
ُع ّْ ٟفَُْ ُٙ
ق
ِِْٓ لَج ًُ
ِز ْشلًب لَبٌُ ْٛا
ن
َِْٓ َوبَْ
َعًٍِّ١ب َو ِج ًْ ١سا
27
3) Idghom Bighunnah Yaitu apabila ada Nun Sukun/tanwin bertemu dengan salah satu huruf 4 (Ya‟, Nun, Mim, wawu). Dan cara membacanya harus dengan dengung.31 Contoh:
َِئِرْٛ َ٠ ْٖٛ ُجُٚ
َٜ َس٠ َّْٓ ٌِ
ٞ
صت ِ اَّٚ َع َراة
ُْ ِٙ ِ َزائَٚ ِِْٓ
ٚ
ًٕب١ْ ِفَ ْز ًذب ُِج
ُْ َٔ ُىْٓ َِ َع ُى
َ
ُْ ِدطخ َّٔ ْغفِس ٌَ ُى
ِٗ فس ِ َٔ ِِْٓ
ْ
4) Idghom Bilaghunnah Yaitu apanila ada Nun Sukun/Tanwin bertemu dengan salah satu huruf 2 (Lam, Ra). Dan cara membacanya htidak dengan mendengung. Contoh:
31
ف ٌِ َّب١ْ ٌَ ِط
َي ِِْٓ ٌَّ ُد ْٔه
ُ١ْ ز َز ِدْٛ َُغف
ز فَ َّْٓ َز ُّث ُى َّب
Chatibul Umam, dkk., Qur’an Hadits untuk Madrasah Ibtidaiyah (Kudus: Menara Kudus, 2003), hlm. 10-11.
28
5) Iqlab Iqlab artinya berubah, yaitu berubahnya bunyi tanwin atau nun sukun menjadi bunyi mim sukun. Huruf iqlab hanya 1 (satu), yaitu huruf ba‟ ( ) ﺏ. Dengan demikian disebut bacaan iqlab jika terdapat tanwin atau nun sukun bertemu dengan huruf ba‟ ( ) ﺏ. 32 Contoh :
ُصُ ثُ ْى ُ
ِِْٓ ثَ ْع ِد
ة
C. Metode Index Card Match a.
Pengertian Metode Index Card Match Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam praktik pembelajaran guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, melainkan menggunakan beberapa metode dengan tujuan agar jalannya pembelajaran tidak membosankan melainkan menarik perhatian peserta didik. Oleh karena itu, dalam hal ini kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat, agar pembelajaran berhasil guna dan berdaya guna.33 Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar” mengatakan
32 33
Ibid., hlm. 12. Nunuk Suryani dan Leo Agung, Op.Cit., hlm. 43.
29
bahwa salah satu kunci keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar adalah menggunakan metode atau cara yang efektif, tepat dan efisien serta mempunyai tujuan. Maka dari itu metode mempunyai nilai strategis yaitu dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Dan penggunaan metode dengan komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam suatu pelajaran sebagai persiapan tertulis.34 Begitu pula dalam bukunya Mulyasa yang berjudul “Menjadi Guru
Profesional:
Menciptakan
Pembelajaran
Kreatif
dan
Menyenangkan” dijelaskan bahwa penggunaan metode yang tepat akan menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan verbalisasi dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode bervariasi sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.35 Didalam penggunaan satu atau beberapa metode syarat-syarat berikut ini harus selalu diperhatikan, yaitu metode yang digunakan harus dapat: 1.
membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.
2.
menjamin perkembanagan kegiatan kepribadian siswa.
3.
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.
34
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, hlm. 86-87. 35 Mulyasa, Op.Cit., hlm. 107.
30
4.
merangsang keinginan
siswa
untuk
belajar
lebih
lanjut,
melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan). 5.
mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6.
mentiadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.
7.
Menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.36 Metode Index Card Match dikenal juga dengan istilah “
mencari pasangan kartu”. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.37 Metode ini berhubungan dengan cara-cara untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan metode mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal. Biasanya guru dalam kegiatan belajar mengajar memberikan banyak informasi kepada siswa agar materi ataupun topik dalam program pembelajaran dapat terselesaikan tepat waktu, namun guru terkadang lupa bahwa tujuan bukan hanya materi yang selesai tepat 36
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Op.Cit., hlm. 52-53. Ameliasari Tauresia Kesuma, Menyusun PTK Itu Gampang (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2013), hlm. 16. 37
31
waktu tetapi sejauh mana materi telah di sampaikan dapat diingat oleh siswa. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan peninjauan ulang untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode mencari pasangan adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan di ajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.38 Adapun Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1.
Buatlah pernyataan yang berpasangan atau jawabannya sebanyak jumlah siswa.
2.
Bagikan kepada siswa secara acak.
3.
Siswa diminta untuk mencari pasangannya.
4.
Bagi yang sudah ketemu pasangannya duduk berdampingan.
5.
Masing-masing pasangan diminta untuk membacakan kertas yang dipegangnya.
38
6.
Siswa yang lain ikut menilai.
7.
Guru mengklarifikasi.39
Hisyam Zaini, Bernawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 67-68. 39 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2013), hlm. 251.
32
b.
Kelebihan dan kekurangan metode Index Card Match Metode Index Card Match memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari metode Index Card Match adalah: 1.
Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.
2.
Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
3.
Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal. Kelemahan metode Index Card Match antara lain :
1.
Guru harus menguasai dan benar-benar paham teknik metode pembelajaran Index Card Match.
2.
Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memberikan pengertian kepada murid tentang teknik atau cara belajar melalui metode Index Card Match.
3.
Guru membutuhkan media dan membuat konsep berikut jawaban pada kartu yang digunakan.40
c.
Penerapan Metode Index Card Match dalam Pembelajaran Ilmu Tajwid untuk meningkatkan Hasil Belajar Santri TPQ Metode Index Card Match dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan santri dalam belajar ilmu tajwid. Penerapan metode ini dimulai dengan siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
40
Editor, Pembelajaran Mencari Pasangan, http://www.dedenbinloade.web.id/2012/01/pembelajaran-mencari-pasangan-di-sd.html. diakses, 15 Februari 2015.
33
merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktu yang telah ditentukan. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Dengan metode Index Card Match siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakan dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama. Langkah-langkah penerapan metode Index Card Match dalam belajar ilmu tajwid adalah sebagai berikut: 1.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi materi ilmu tajwid, satu bagian kartu soal berisi pertanyaan tentang hukum bacaan Nun Sukun/Tanwin dan kartu yang satu bagian lagi berisi jawaban dari soal tersebut.
2.
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal dan jawaban.
3.
Tiap siswa memikirkan jawaban dari kartu yang diperolehnya.
4.
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
5.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi nilai.
6.
Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan soalnya akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7.
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
34
8.
Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
D. Kajian Penelitian Yang Relevan Setelah membuat analisis teori berdasarkan buku-buku yang ada, selanjutnya penulis menganalisis penelitian yang relevan yang sudah dilakukan. Dalam skripsi Ella Maryana, yang berjudul “Penerapan Metode Card Sort dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqh bagi Kelas V MIS Ngalian Tirto Tahun Pelajaran
2011/2012” menjelaskan
bahwa
pembelajaran Fiqih melalui metode Card Sort di kelas V lebih bermakna bagi siswa sehingga bisa lebih aktif dalam pembelajarannya. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan, diharapkan dapat menjadi salah satu cara dalam pemecahan masalah yang ada dalam proses pembelajaran Fiqih dan seorang pendidik lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi-materi kepada peserta didiknya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditandai dengan peningkatan aktifitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang cukup signifikan.41 Dalam Skripsi milik Sri Naeni Maryam yang berjudul “Upaya Penningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran BTQ Bab Idgham dengan menggunakan Media Kartu Kata di Kelas V SD Kwasen 41
Ella Maryana, Penerapan Metode Card Sort dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqh bagi Kelas V MIS Ngalian Tirto Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 26.
35
Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang” menjelaskan tentang kecakapan berfikir kreatif, meminimalisir kelas yang membosankan, siswa menjadi aktif, materi lebih mudah dipahami dan melatih memori anak.42 Dengan demikian maksud dari judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Tajwid Materi Hukum Nun Sukun/Tanwin melalui Metode Index Card Match pada Santri jilid IV TPQ Ribathul Mubtadi‟in Terban” adalah penulis ingin meneliti hasil belajar Ilmu Tajwid materi Hukum Nun Sukun/Tanwin melalui metode Index Card Match khususnya santri jilid IV di TPQ Ribathul Mubtadi‟in Terban.
E. Kerangka Berfikir Berdasarkan kajian teoritis diatas maka dapat dibuat suatu kerangka berfikir bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode Index Card Match sangat dibutuhkan untuk mempermudah bagi siswa yang kurang memahami tentang bacaan-bacaan tajwid. Oleh karena itu, peneliti bermaksud mengadakan penelitian berupa penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan hasil belajar ilmu tajwid materi hukum Nun Sukun/Tanwin pada santri jilid IV di TPQ Ribathul Mubtadi‟in Terban. Menurut pandangan peneliti, hasil belajar ilmu tajwid materi hukum Nun Sukun/Tanwin pada santri jilid IV di TPQ Ribathul Mubtadi‟in Terban dapat ditingkatkan melalui metode Index Card Match, 42
Sri Naeni Maryam yang berjudul “Upaya Penningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran BTQ Bab Idgham dengan menggunakan Media Kartu Kata di Kelas V SD Kwasen Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2013), hlm. 66.
36
sehingga hasil belajar santri menjadi meningkat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan kerangka berpikir pada penulisan skripsi ini, maka peneliti dapat memberikan kerangka berpikir penulisan skripsi sebagaimana tertera pada skema berikut : Hasil Belajar Ilmu Tajwid materi hukum Nun Sukun/Tanwin santri jilid IV di TPQ Ribathul Mubtadi‟in Terban Warungasem Batang
Pra Penelitian Tindakan Kelas
Metode Index Card Match
Perbaikan
Perbaikan
Perbaikan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
F. Hipotesis Tindakan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Index Card Match dapat meningkatkan hasil belajar santri jilid IV TPQ Ribathul Mubtadi‟in Terban Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang.
