BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Persepsi Siswa tentang Keterampilan Pengelolaan Kelas 1. Persepsi 1.1 Pengertian Persepsi berasal dari kata perseption yang berarti kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, memahami, menanggapi pengalaman pandangan.1 Dalam kamus Bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, proses
seseorang
mengetahui
beberapa
hal
melalui
panca
2
inderanya. Persepsi adalah pengamatan tentang obyek, peristiwa dan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi ( sensorystimuli). Persepsi dapat dipahami dengan melihatnya sebagai suatu proses melalui mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan
sensorinya
mengenai
lingkungannya
akan
sangat
berpengaruh pada perilakunya yang pada gilirannya menentukan faktorfaktor apa yang dipandangnya sebagai faktor motivasional yang kuat.3 2. Pengelolaan Kelas 2.1 Pengertian Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah kelola ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”.Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris yaitu “Management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
1
Sudarsono,Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993) hlm.93 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit hlm. 667 3 Prof. Dr. Sondang P. Siagan, Teori Motivasi dan Aplikasinya, ( Jakarta : Bina Aksara, 1989), hlm. 100 2
8
9
pengelolaan
dan
pengertian
umum
menurut
suharsimi
adalah
4
pengadsminitrasian, pengaturan dan penataan suatu kegiatan.
Sedangkan kelas terkandung suatu pengertian, yaitu sekelompok siswa, yang pada waktu yang sama menerima pengajaran yang sama dari guru yang sama.5 Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu: a. Kelas dalam arti sempit, yakni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, terdapat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. b. Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan organisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatankegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.6 Sedangkan yang dimaksud pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan menyenangkan sesuai dengan kemampuan. 7 Menurut Sudirman N, pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.8 Jadi pengelolaan kelas merupakan pengaturan dan pandayagunaan potensi kelas secara efektif sehingga tercapai tujuan pengajaran. 4 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet.2, hlm.196 5 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: Rajawali Press, 1988), Cet 2, hlm. 17-18. 6 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan pengelolaan Kelas, (jakarta: Haji Masagung, 1989, Cet.3, hlm.116 7 Muslam, Pengelolaan Kelas dan Jurnal Pendidikan Ekonomi Islam, (Semarang: Universitas Wahid Hasyim, November , 2003) Vol. 1, No. 2, hlm 33. 8 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) Cet. 1 hlm. 172
10
Berkaitan dengan manajemen atau pengelolaan, maka guru mempunyai empat fungsi pokok sebagai berikut:9 1. Merencanakan. Adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar. 2. Mengorganisasikan. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien. 3. Memimpin. Ini adalah pekerjaan seorang guru untuk memotivasikan, mendorong dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar. 4. Mengawasi. Ini adalah tugas seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya untuk mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Pada dasarnya, kegiatan guru saat pengajaran berlangsung dapat dikelompokkam menjadi dua kegiatan pokok, yaitu pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas. Pengelolaan pengajaran adalah kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan secara langsung komponen materi pengajaran, metode mnagajar dan alat bantu mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pengajaran dapat berlangsung secara optimal. Pengelolaan kelas tidak untuk langsung mencapai tujuan pengajaran, tetapi agar pengelolaan pengajaran dapat berlangsung dengan baik hingga dapat mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran kabur, materi pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit, urutan materi pelajaran tidak sistematis, alat bantu tidak tersedia adalah contoh-contoh masalah pengajaran. Sedangkan siswa mengantuk, siswa enggan mengerjakan tugas, siswa selalu terlambat masuk kelas, siswa suka mengganggu teman, siswa suka mengajukan
9
Ivor K. Davis, Pengelolaan Belajar, terj. Sudarsono Sudirjo, (Jakarta: CV. Rajawali, 1991), Cet. 2 hlm. 43
11
pertanyaan aneh, di tempat duduk terdapat kutu busuk, adalah contoh masalah-masalah pengelolaan kelas.10 Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengajar siswa serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.11 Kondisi belajar yang dimaksud bisa berupa kondisi fisik dan juga konsisi emosional. a. Kondisi Fisik Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan ini meliputi : ruangan tempat belajar, pengaturan tempat duduk dan pengaturan penyimpanan barang-barang. b. Kondisi Emosional. Suasana emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar. 1) Tipe kepemimpinan Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. 2) Sikap Guru Sikap guru dalam menghadapi murid yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku murid akan dapat diperbaiki. 10
JJ Hasibuan, Ibrahim, A.J.E, Toenlioe, Proses Belajar Mengajar Ketrampilan dasar Pengajaran Mikro, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), Cet. 3, hlm. 163-164 11 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000) Cet. 11, hlm.97
12
3) Pembinaan Raport Pembinaan hubungan baik dengan
murid dalam masalah
pengelolaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru murid, diharapkan murid senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya. Rasa humor guru akan mempunyai pemgaruh yang positif dalam pengelolaan kelas.12 Kemampuan pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala kemampuan guru yang lain dapat menjadi netral dalam arti kurang memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa.13 2.2
Tujuan Pengelolaan Kelas Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas
bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta aspirasi siswa. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap siswa di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.14 Selain itu ketrampilan mengelola kelas perlu dikuasai oleh guru agar dapat:15 1) Mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu maupun klasikal dalam berprilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktifitas yang sedang berlangsung. 2) Menyadari kebutuhan siswa, serta 3) Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa. 12
Tim pengembangan MKDK IKIP Semarang, Administrasi Pendidikan, (Semarang, IKIP Semarang Press, 1991), Cet. 3 hlm. 141 13 EC. Wragg, Pengelolaan Kelas, terj. Anwar Jasin, (Jakarta: PT Grasindo, 1996), hlm 1. 14 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 68 15 Prasetya Irawan, dkk, Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar, (Depdikbud,1996), hlm. 90
13
2.3. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas Komponen keterampilan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua bagian:16 a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) Ketrampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktifitasaktifitas yang berkaitan dengan ketrampilan sebagai berikut: 1) Sikap tanggap Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara: 1) memandang secara seksama, 2) gerak mendekati, 3) memberi pernyataan, 4) memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan. 2) Membagi perhatian Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara visual maupun verbal. 3) Pemusatan perhatian kelompok Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia bekerjasama dengan kelompok atau sub kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal Ketrampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat 16
Syaiful Bahri Djamarah, Aswar Zain, op.cit. hlm 210
14
mengadakan tindakan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1) Modifikasi tingkah laku 2) Pendekatan pemecahan maslaah kelompok 3) Menemukan
dan
memecahkan
tingkah
laku
yang
menimbulkan masalah. Dalam pembahasan skripsi ini penulis memfokuskan pada aspek yang pertama yakni masalah penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif). 2.4. Beberapa masalah pengelolaan kelas Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu masalah yang bersumber dari siswa dan masalah yang bersumber dari kondisi tempat belajar mengajar. Masalah yang bersumber dari siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Agar dapat mengelola kelas secara efektif dan efisien, kehatihatian amat diperlukan dalam mengenal apakah suatu maslaah adalah masalah kelompok atau individual. Masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah: a. Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik dan pertentangan jenis kelamin. b. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi kesana-kemari dan sebagainya. c. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya. d. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru. e. Mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya. f. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang dan sebagainya.
15
g. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas baru, situasi baru dan sebagainya.17 2.5. Pengelolaan Kelas Yang Efektif Untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif, ada beberapa variabel yang perlu diperhatikan sebagai berikut:18 a. Bila situasi memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan. b. Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan dan bekerjasama. c. Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek pada hubungan dan kondisi belajar/kerja. d. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan ketegangan dan perasaan tertekan. e. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa. Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru. Rasa benci yang tertanam di dalam diri siswa menyebabkan bahan pelajaran sukar diterima dengan baik. Lain halnya dengan guru yang selalu memperhatikan siswa, selalu terbuka, selalu tanggap terhadap keluhan siswa, selalu mau mendengarkan saran dan kritikan dari siswa dan sebagainya dalah guru yang disenangi oleh siswa. Siswa merasa bahwa dirinya adalah bagian dari guru tersebut. Figur guru yang demikian biasanya akan kurang menemui kesulitan dalam mengelola kelas. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan pengelolaan kelas adalah tanggapan siswa tentang sejauh mana keterampilan seorang guru dalam
17 18
Ibid, hlm 235 Ibid, hlm. 239
16
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan sehingga tercapai tujuan dari proses belajar mengajar. B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi belajar Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “ segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.19 Menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu aktifitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.20 Menurut Musthofa Fahmi:
اﻣﺎ ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ اﻟﻤﻌﻨﻰ اﻟﺴﻴﻜﻠﻮﺟﻲ ﻓﻜﻠﻤﺔ )داﻓﻊ( اﺻﻄﻼح ﻳﻄﻠﻖ ﻓﻘﻂ ﻋﻠﻰ اﻟﺒﻮاﻋﺚ اﻟﺬاﺗﻴﺔ او اﻟﺒﺎﻃﻨﻴﺔ واﻟﺪواﻓﻊ ﺑﻬﺬااﻟﻤﻌﻨﻰ اﻟﺨﺎص ﻋﺒﺎرة ﻋﻦ ﻗﻮة داﺧﻴﺔ ﻣﻮﺟﻬﺔ وﻧﻘﺼﺪ 21
ﺑﺬاﻟﻚ اﻧﻪ ﻳﻨﺸﺄ داﺧﻞ اﻟﻔﺮد آﻨﺘﻴﺠﺔ ﻣﺒﺎﺷﺮة ﻟﺨﺒﺮﺗﻪ ﻓﻲ اﻟﺤﻴﺎة
(Dalam psikologi, motivasi adalah suatu istilah yang hanya digunakan untuk dorongan, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Dan motivasi menurut arti khusus ini merupakan ungkapan dari kekuatan psikis yang nampak, maksudnya motivasi tersebut tumbuh dari dalam pribadi seseorang) Sedangkan menurut Clifford T. Morgan: “Motivation is a general term referring to state within the organism, to behaviour and the goal towards which behaviour is directed. In other words, motivation has three aspects: 1) Motivating state within the organism, 2) behaviour aroused and directed by this state and 3) A goal towards which the behaviour is directed.”22 (Motivasi adalah istilah umum yang menunjukkan kepada keadaan (kondisi) yang menggerakkan tingkah laku akhir. Dengan kata lain motivasi mempunyai tiga aspek: 1) keadaan yang mendorong, 2 ) tingkah laku yang didorong, 3) tujuan yang menjadi arah tingkah laku)
19
60
20
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm.
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 1993), Cet. 6, hlm. 70 21 Yusuf Murad, Mabadiul ‘Ilmi Nafsi’am, (Kohiroh, Darul Ma’arif, t.th), hlm.44 22 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, Second Edition, (New York: Crow Hill Book Company, 1961), hlm. 167
17
Dari beberapa pengertian tentang motivasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi berarti dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktifitas dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan slaah satu faktor yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Motivasi inilah yang mendorong untuk berdisiplin dan bekerja keras guna mencapai apa yang dicita-citakan.23 Sedangkan pengertian belajar itu sendiri ada berbagai macam, antara lain: Pengertian belajar menurut Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, sebagai berikut:24
ان اﻟﺘﻌﺎم هﻮ ﺗﻐﻴﻴﺮ ﻓﻲ ذهﻦ اﻟﻤﺘﻌﻠﻢ ﻳﻄﺮأ ﻋﻠﻰ ﺧﺒﺮة ﺳﺎﺑﻘﺔ ﻓﻴﺤﺪث ﻓﻴﻬﺎ ﺗﻐﻴﻴﺮا ﺟﺪﻳﺪا Sesungguhnya belajar merupakan perubahan di dalam orang yang belajar (murid) yang terdiri atas pengalaman lama, kemudian menjadi perubahan baru. Belajar juga mempunyai arti suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan daya pikir.25 Selain itu belajar juga diartikan sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.26 Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses pengalaman dan latihan. Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan dalam diri individu yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk melakukan proses belajar sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki.
23
Justina Anggraeni, Hardian Marantika, Kiat Sukses Dalam Studi, (Bandung: Pioner Jaya, 2003) hlm.1 24 Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, at-Tarbiyah wa Turuqu al Tadrisi, Juz I, (Mesir:Darul Ma’arif, 1979), hlm 169. 25 Thursan Hakim, Belajar secara Efektif, (Jakarta:Puspa Swara, 2001), Cet.2 hlm.1 26 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)
18
Motivasi belajar adalah merupakan psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.27 Dalam
kaitannya
dengan
kegiatan
belajar
mengajar
guru
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan kegiatan belajar.28 Murid senang belajar di ruangan kelas, tempat kerja dan laboratorium yang direncanakan dengan baik. Sekolah, pusat latihan dan akademi harus mempunyai organisasi dan administrasi yang baik dan pengajaran harus dilaksanakan tanpa ketegangan dan selunak mungkin. Hubungan baik antara anggota staf dengan murid, harus diciptakan dan dipelihara dengan baik. Murid harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga terwujud rasa harga diri, status dan tahu diri.29 Memberi motivasi bukan pekerjaan yang mudah. Motivasi yang berhasil bagi seorang anak atau suatu kelompok mungkin tidak berhasil bagi anak atau kelompok yang lain.30 Untuk itu guru perlu mengenal murid, dan mempunyai kesanggupan untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak. Motivasi akan selalu terkait dengan kebutuhan, sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan.31
27
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2001), Cet. 9 hlm.73 28 Moh. Uzer Usman, op.cit., hlm.29 29 Ivor K. Davis, op.cit., hlm.220 30 S. Nasution, op.cit., hlm 73 31 Sardiman AM., op.cit, hlm., 76
19
Berkenaan dengan adanya kebutuhan tersebut Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia mempunyai tingkatan-tingkatan dari bawah ke atas. Tingkatan-tingkatan kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:32 a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (faali) Kebutuhan untuk memenuhi rasa lapar, haus, istirahat dan sebagainya b. Kebutuhan akan keselamatan (perasaan aman) Kebutuhan akan keselamatan, keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut dan sebagainya. c. Kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta sosial Kebutuhan akan cinta, rasa kasih dan rasa memiliki (kebutuhan untuk membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan dan sebagainya) d. Kebutuhan akan harga diri Kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri dan penghargaan dari orang lain. e. Kebutuhan akan perwujudan diri Keinginan orang akan perwujudan diri, yakni menunjuk pada kecenderungannya untuk mewujudkan dirinya sesuai kemampuannya. Menurut Maslow suatu motif akan menguasai tingkah laku seseorang bila motif yag berada di bawahnya sudah terpenuhi. Tingkah laku manusia dikuasai mula-mula oleh motif yang paling rendah, yaitu motif fisiologis. Baru setelah motif tersebut terpenuhi (kebutuhannya), motif di atasnya mulai menguasai: begitu seterusnya sampai dengan motif yang paling tinggi yaitu motif aktualisasi diri.33 2. Macam dan Fungsi Motivasi Belajar
32
Abraham H Maslow, Motivation and Personality, terj. Nurul Imam, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1994), cet.4 hlm. 43-57 33 Martin handoko, Motivasi Daya penggerak Tingkah laku, (Yogyakarta: Kanisius,1992), Cet. 9, hlm.21
20
Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut:34 a. Motivasi intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lin, tetapi atas kemauan sendiri. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan sebagainya. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang mempunyai motivasi intrinsik selalu ingin majud alam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang kan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang. b. Motivasi ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebaga akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya untuk mencapai nilai tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Baik motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang negatif samasama mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik. Diakui angka, ijazah, pujian, hadiah dan sebagainya berpengaruh positif dalam merangsang anak didik untuk giat belajar. Sedangkan ejekan, celaan, 34
115-117
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 1, hlm.
21
hukuman yang menghina, sindiran kasar dan sebagainya berpengaruh negatif dengan merenggangnya hunbungan guru dengan anak didik. Jadilah guru sebagai orang yang dibenci anak didik. Efek pengiringnya, mata pelajaran yang dipegang guru itu tidak disukai anak didik. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik untuk belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.35 Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan. Karena motivasi mempunyai tiga fungsi yakni: a. pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan b. penentu arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai c. penseleksi perbuatan, sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.36 Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga meruapakan penentu hasil perbuatan. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Sejalan dengan arti dan fungsi motivasi tersebut, dalam Islam ada sejenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu “niat”, seperti yang dikemukakan oleh Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits:
ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ: ﻋﻦ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ اﻟﺨﻄﺎب رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻨﺒﺮ ﻗﺎل اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮل اﻧﻤﺎاﻻﻋﻤﺎل ﺑﺎﻟﻨﻴﺎت واﻧﻤﺎ ﻟﻜﻞ اﻣﺮئ ﻣﺎ ﻧﻮى 37
35
()رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري
Ibid, hlm. 117 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. 1, hlm.86 36
22
Dari umar Bin Khattab, r.a. diatas mimbar berkata: aku mendengar Rasulullah bersabda: sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya. (HR. Bukhori) Ada tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan: 1) bersungguh-sungguh, menunjukkan minat, mempunyai perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam belajar. 2) berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut. 3) terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.38 3. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupuin motivasi ektrinsik diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut:39 a. Memberi angka; angka atau nilai yang baik, mempunyai peranan besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik lebih giat belajar; b. Hadiah; c. Kompetisi; d. Ego-Involvement; menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menrimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri; e. Memberi ulangan 37
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhori, Shahih Bukhori, Juz I, (Darul Fikr, t.th), hlm.6 38 Muhaimin , et. al, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 138 39 Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 125
23
f.
Mengetahui hasil; melihat grafik kemajuan, mengetahui hasil baik pekerjaan memperbesar kegiatan belajar;
g. Pujian; h. Memberi hukuman; i.
Hasrat untuk belajar; hasrat untuk belajar harus ditumbuhsuburkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebagai pendukung utamanya.
j.
Membangkitkan minat;
k. Tujuan yang diakui; dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar. 3. Upaya Meningkatkan Motivasi belajar Dari sisi guru, motivasi belajar pada pembelajar berada pada lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu guru berpeluang untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memelihara motivasi belajar dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut : a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar. Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar. Beberapa prinsip belajar tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar; oleh karena itu, guru perlu menjelaskan tujuan belajar secara heirarkis. 2) Belajar bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya; oleh karena itu peletkan urutan masalah yang m,enantang harus disusun guru dengan baik. 3) Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu; oleh kaena itu, disamping mengajarkan bahan secara terpisah-pisah, guru sebaliknya membuatpembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek.
24
4) Sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah, oleh karena itu, guru perli mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai yang paling menantang. 5) Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari; oleh karena itu guru perlu memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar. b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran Upaya optmimalisasi tersebut, sebagai berikut : 1) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya. 2) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar. 3) Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar 4) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar. 5) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar. 6) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan “pasti berhasil”. c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa. Upaya optimalisasi tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar siswa mencatat hal-hal yang sukar, catatan hal-hal yang sukar tersebut diserahkan kepada guru. 2) Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa
25
3) Guru memecahkan hal-hal yang sukar dengan mencari cara memecahkan. 4) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. 5) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri. d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar. Pengembangan cita-cita belajar dilakukan sejak siswa masuk sekolah dasar. Pengembangan cita-cita belajar tersebut “ditempuh” dengan jalan membuat kegiatan belajar sesuatu. 40 Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai pengertian maupun bentuk-bentuk motivasi ini maka guru sebagai pendidik dapat menggunakannya untuk merangsang dan menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik untuk giat belajar.
C. Pengaruh Keterampilan Pengelolaan Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan seorang guru dalam mengelola potensi kelas sehingga tercipta kondisi belajar yang optimal dan dapat mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Hal ini dapat tercapai jika
guru
mampu
mengatur
siswa
dan
sarana
pengajaran
serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus
40
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 101-107
26
dikelola sebaik-baiknya oleh guru.41 Guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang hidup dengan memberikan motivasi belajar kepada siswa. Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin dari kelangsungan dan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang hendak dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai.42 Maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan berkaitan dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Dalam pengelolaan kelas guru merencanakan program yakni menyusun tujuan belajar. Mengorganisasikan, dengan mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar, sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan efektif dan efisien.
Memimpin, yakni memotivasi,
menstimulasi siswa, sehingga mereka siap mewujudkan tujuan belajar. Serta mengawasi, yaitu mengevaluasi dalam mengorganisasi dan memimpin telah berhasil apa belum dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Kemampuan pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala kemampuan guru yang lain dapat menjadi hambar dalam arti kurang memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Sehingga dengan adanya pengelolaan kelas yang efektif yang dilakukan oleh guru diharapkan akan memunculkan motivasi yang kuat pada diri peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif 41 42
Syaiful Bahri Djamarah, Loc. Cit. Sardiman. A.M, Loc. Cit.
27
yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa jadi ia gagal karena tidak memiliki motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Dalam kegiatan belajar diperlukan motivasi. Motivation is an essential condition of lerning. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula kegiatan belajar. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha dan aktivitas belajar
D. Kajian Penelitian Yang Relevan Sejauh pengamatan penulis ada beberapa penelitian yang membahas tentang pengelolaan kelas dan motivasi belajar. Diantaranya penelitian dari saudara Mastukin dengan judul “ Pengaruh Pengelolaan Tata Ruang Kelas Terhadap Ta’lil fi al Ta’allum Siswa SMP Islam Ngaringin Grobogan”. Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan kajiannya pada pengelolaan kelas dari segi fisik yaitu pengelolaan tata ruang kelas dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar. Skripsi selanjutnya yaitu skripsi saudari Yusminingsih yang berjudul “ Studi Korelasi Antara Penilaian Siswa pada Penampilan Guru dengan Motivasi Belajar PAI siswa Kelas 1 SMUN Tegal”, dalam skripsi tersebut penulis mengkaji tentang korelasi antara penilaian siswa pada penampilan guru denganmotivasi belajar PAI siswa. Adapun dalam judul skripsi yang penulis teliti saat ini adalah tentang pengaruh persepsi siswa tentang ketrampilan pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Kajiannya mengenai ada atau tidaknya pengaruh antara persepsi siswa tentang ketrampilan pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
28
Pengelolaan kelas di sini penulis batasi hanya pada pengelolaan kelas dari segi non fisik yaitu pengelolaan siswa di dalam kelas. Sedangkan buku-buku acuan yang penulis gunakan sebagai pijakan dan landasan teori dalam penelitian ini antara lain: buku yang ditulis Suharsimi Arikunto dengan judul “Pengelolaan Kelas dan Siswa”, Pengelolaan Kelas karya EC Wragg yang diterjemahkan oleh Anwar jasin, Psikologi Belajar karya Syaiful Bahri Djamarah, Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar Mengajar karya Sardiman A.M, Strategi Belajar mengajar karya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Menjadi Guru Profesional karya Moh. Uzer Usman, dan masih ada beberapa buku lain yang penulis gunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini.
E. Pengajuan Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.43 Sedangkan menurut S. Margono hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah.44 Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh positif antara persepsi siswa tentang keterampilan pengelolaan kelas terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Pecangaan Tahun Pelajaran 2005/2006.”
43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Ed. Revisi V, Cet 12, hlm. 63 44 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), cet. 2, hlm. 63