BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Supervisi Dan Supervisi Pendidikan Dalam
Kamus
pengawasan utama,
Besar
Bahasa
pengontrolan
Indonesia,
tertinggi,
supervisi
penyeliaan.1
berarti Dalam
“Ensiklopedi Administrasi”, supervisi berarti proses pekerjaan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas karyawan secara langsung.2 Secara sempit, supervisi berarti kegiatan mengawasi.3 Dari arti kata yang masih umum tersebut, istilah supervisi tidak hanya digunakan untuk istilah dalam pendidikan saja, melainkan juga untuk kepentingan lain misalnya pabrik atau perusahaan. Sedangkan tentang supervisi pendidikan, para ahli pendidikan memberikan
devinisi
yang
beragam.
Devinisi
paling
sederhana
dikemukakan oleh P. Adams dan Frank G. Dickey, bahwa supervisi pendidikan adalah suatu program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.4 Sedangkan pengertian secara mendetail dikemukakan oleh : a. Good Carter dalam “ Dictionary Of Education “, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas
lainnya
dalam
memperbaiki
pengajaran
termasuk
menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dari metode mengajar dan penilaian pengajaran.5
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. 3, hlm. 1107. 2 The Liang Gie, et. all., Ensiklopedi Administrasi, (Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1989), Cet. 4, hlm. 433. 3 Nick Cowell dan Roy Gardner, Tekhnik Mengembangkan Guru Dan Siswa Buku Panduan Untuk Penilik Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Grasindo, 1995), hlm. 3. 4 Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. 1, hlm. 67. 5 Ibid., hlm. 68.
9
b. Boardman,
supervisi
adalah
suatu
usaha
menstimulir,
mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.6 Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru dan petugas-petugas sekolah dalam memperbaiki pengajaran dan membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan perkembangan jabatan. 2. Pengertian Supervisi Pengajaran Menurut M. Ngalim Purwanto, kegiatan-kegiatan kepengawasan
supervisi pengajaran adalah
yang ditujukan untuk memperbaiki
kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan.7 Devinisi yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto ini memberikan arti bahwa supervisi pendidikan dan supervisi pengajaran mempunyai pengertian yang sama. Sedangkan menurut Alfonso, Firth dan Neville yang dikutip oleh Ibrahim Bafadhol, mengatakan: “ Instructional Supervision is herein defined as : Behavior officially designed by the organization that directly affects teacher behavior in such a way as to facilitate pupil learning and active the goals of organization “.8 Supervisi pengajaran diartikan sebagai kegiatan resmi yang direncanakan oleh suatu kelompok yang secara langsung mempengaruhi prilaku guru dalam memfasilitasi proses belajar mengajar siswa dan mencapai tujuan pengajaran. 6
Lalu Muhammad Azhar, Supervisi Klinis Dalam Penerapan Ketrampilan Proses dan CBSA, (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), Cet. 1, hlm. 16. 7 Ngalim Purwanto., Administrasi Dan Supervisi Pendidikan , (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1993), Cet. 6, hlm. 89. 8 Ibrahim Bafadhol, Supervisi Pengajaran Teori Dan Aplikasinya Dalam Membina Prifesionalitas Guru, (Jakarta: Bumi Aksara , 1992), Cet. 1, hlm. 3.
10
Supervisor sebagai seorang yang bertanggung jawab
dalam
membina profesionalitas guru harus mampu memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi guru dengan nasehat-nasehat dan bimbingan yang baik. Hal ini sejalan dengan hadist nabi yang berbunyi :
* ) #%! # $ . /
3
!"
! # $ #%#%&$
% +,-
* +,-
+1
. /
'
(
* +,-
/0 +1
$ 9
5 5
. 2 ! 4$
Dari hadist di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas pembimbingan dengan memberikan nasehat dan solusi yang membangun adalah bagian dari tanggung jawab seorang muslim apalagi sebagai seorang supervisor harus bertanggung jawab atas kinerja guru yang ada dalam tanggung jawabnya. Sedangkan supervisi pengajaran menurut Glickman yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran.10 Jadi,
konsep
supervisi
pengajaran
yang
dimaksud
disini
mempunyai 3 aspek esensial, yaitu penilaian performansi guru, perancangan pengembangan kemampuan mengajar
dan pelaksanaan
pengembangan kemampuan mengajar. 3. Tujuan Supervisi Pengajaran Secara
singkat,
tujuan
supervisi
pengajaran
adalah
mengembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik.11 9
Abu Dawud Sulaiman bin As-As Al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Juz 2, (Semarang: Toha Putra, t.t.), hlm. 471. 10 Ibrahim Bafadhol., op. cit., hlm. 2. 11 Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), Cet. 1, hlm. 7.
11
Sedangkan tujuan supervisi pengajaran secara operasional dikemukakan sebagai berikut : a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid. c. Membantu guru dalam menggunakan alat pengajaran modern, metodemetode dan sumber-sumber pengalaman belajar. d. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri. e. Membantu guru-guru baru sehingga mereka merasa nyaman dengan tugas yang diperolehnya. f. Membantu guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.12 Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, menambahkan 3 tujuan lagi, yaitu : a. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid. b. Membantu guru dalam membina reaksi mental dan moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka. c. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat.13 Sedangkan Carl Glikman mengatakan bahwa tujuan dari supervisi pengajaran adalah sebagai berikut : “The goal of instructional supervision is to help teachers learn how to increase their own capacity to achieve professed learning goals for their students “.14 Dalam pernyataan tersebut, Carl Glikman mengatakan bahwa tujuan supervisi pengajaran adalah untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran yang dicanangkan bagi 12
Hendiyat Sutopo dan Wasty Sumanto, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara,1988), Cet. 2, hlm. 40-41. 13 Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip Dan Teknik Supervisi Pendidikan , (Surabaya: Usaha Nasional,1981), hlm. 24. 14 Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 2, hlm. 156.
12
murid-muridnya. Pengembangan kemampuan guru tersebut meliputi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengajar guru dan peningkatan komitmen atau motivasi guru. Tujuan supervisi pengajaran yang lebih lengkap lagi dikemukakan oleh Sergiovanni, yaitu : a. Pengawasan kualitas. b. Pengembangan profesional. c. Memotivasi guru.15 Jadi supervisi pengajaran yang baik adalah supervisi pengajaran yang mampu merefleksi multi tujuan di atas yang meliputi pengawasan kualitas mengajar, pengembangan profesionalitas guru dan peningkatan motivasi mengajar guru. 4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pengajaran Supervisi pengajaran yang baik harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsipnya. Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru mengatakan ada 4 prinsip supervisi pengajaran, yaitu: ilmiah, demokratis, kooperatif, konstruktif-kreatif.16 Dari keempat prinsip tersebut, Soewadji Lazaruth menambahkan dua prinsip lagi yaitu realistis dan obyektif.17 Sedangkan Burhanudin mengatakan ada 10 prinsip supervisi pengajaran, yaitu : a. Dihubungkan dengan usaha pengembangan setting belajar. b. Berdasarkan pada falsafah dan pengetahuan. c. Demokratis. d. Ilmiah. e. Kreatif. f. Menerapkan proses pemecahan masalah yang dinamis. g. Teratur dan kooperatif. h. Ditentukan oleh hasil-hasil nyata yang dicapainya. 15
Ibrahim Bafadhol, op.cit., hlm. 5. Piet Sahertian dan Frans Mataheru, op. cit., hlm. 30-31. 17 Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah Dan Tanggung Kanisius,1984), hlm. 40-41. 16
Jawabnya,
(Yogyakarta:
13
i. Semakin mengarah pada tindakan professional. j. Secara fungsional tidak dapat dipisahkan dengan administrasi.18 Menurut Ibrahim Bafadal, ada 7 prinsip supervisi pengajaran, yaitu : harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, berkesinambungan, demokratis, integral dengan program pendidikan, komprehensif, konstruktif, dan obyektif.19 Dari keempat pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsipprinsip supervisi pengajaran meliputi beberapa hal, diantaranya yaitu: Ilmiah,
demokratis,
berkesinambungan,
kooperatif, realistis,
konstruktif,
obyektif,
kreatif,
integral
teratur,
dengan
dan
program
pendidikan, dan dapat menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. 5. Teknik-Teknik Supervisi Pengajaran Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, supervisi pengajaran harus dilaksanakan dengan teknik-teknik tertentu.
Made Pidarta
mengemukakan, ada 7 teknik dalam supervisi pengajaran, yaitu: observasi kelas, supervisi sebaya, pendapat siswa, dengan alat elektronik, demonstrasi, kunjungan sekolah dan sumber-sumber belajar lainnya, dan pertemuan ilmiah.20 Sedangkan supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Orientasi dan Penyesuaian guru-guru pada situasi baru. 2. Rapat dewan guru dan diskusi staf guru. 3. Kunjungan kelas dan kunjungan sekolah. 4. Pertemuan individual dan pertemuan kelompok.
18
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1990), hlm. 293. 19 Ibrahim Bafadal, op. cit., hlm. 7-9. 20 Made Pidarte, Peranan Sekolah Pada Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT. Grasindo, 1995), hlm. 53.
14
5. In-service training dan penataran.21 Menurut Soekarto Indrafachrudi, teknik supervisi pengajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : a. Teknik kelompok, meliputi rapat dewan guru, seminar, karya wisata, penataran dan lain-lain. b. Teknik perseorangan, meliputi: orientasi guru baru, kunjungan kelas, kunjungan ke rumah, dan lain-lain.22 Pendapat yang sama dikemukakan oleh Gwynn dalam bukunya “ Theory and Practice of Supervision “ yang dikutip oleh Daryanto yang mengatakan bahwa, ada 2 macam teknik supervisi yaitu individual devices, dan group devices yang dijabarkan dalam teknik-teknik sebagai berikut : a. Program Orientasi. b. Perkunjungan kelas ( class room visitation ). c. Observasi kelas. d. Pelajaran contoh (demonstration teaching). e. Rapat guru (teacher meeting). f. Perpustakaan jabatan (professional library). g. Saling mengunjungi (intervisition).23 Keempat pendapat di atas mengatakan bahwa supervisi pengajaran itu dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: pertemuan guru, kunjungan kelas, perpustakaan profesional, penilaian guru, demonstrasi mengajar, karyawisata, kunjungan antar kelas, dan survei masyarakat sekolah. 6. Dimensi Program Supervisi Pengajaran Dari pengertian supervisi pengajaran dapat diketahui, bahwa supervisi pengajaran merupakan 21
upaya profesionalisasi. Supervisi
Hadari Nawawi, et.all., Administrasi Sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet. 1, hlm. 198-201. 22 Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), hlm. 76-77. 23 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), Cet. 1, hlm. 191200.
15
pengajaran dikatakan baik apabila mampu membuat guru semakin profesional dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk itu diperlukan
perancangan
program
supervisi
pengajaran
sehingga
pelaksanaannya dapat mencapai tujuan yang telah dicanangkan. Secara keseluruhan ada 3 dimensi program supervisi pengajaran yang baik, yaitu dimensi kemampuan kerja, dimensi motivasi kerja, dan dimensi etik kerja guru.24 a. Dimensi Kemampuan Kerja Dan Motivasi Kerja Syafruddin Nurdin, mengatakan syarat seorang guru dikatakan profesional apabila dia mempunyai kemampuan untuk merancang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk pencapaian tujuan pengajaran, dan yang kedua, layanan tersebut diakui oleh pemerintah dan masyarakat.25 Sedangkan
menurut
Glikman,
seorang
guru
bisa
diklasifikasikan ke dalam kelompok profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi dan motivasi kerja tinggi.26 Konsepsi ini memberikan keterangan tentang bagaimana seharusnya program supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran akan mampu membuat guru
semakin
profesional
apabila
programnya
mampu
mengembangkan 2 dimensi persyaratan profesional, yaitu dimensi kemampuan kerja dan dimensi motivasi kerja. Neagley mengatakan, ada 2 aspek yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kedua dimensi yang dikemukakan oleh Glikman, yaitu aspek subtantif dan aspek kompetentif.27 Aspek subtantif merupakan aspek subtansi yang harus dikembangkan melalui supervisi pengajaran yaitu: pemahaman guru terhadap tujuan, persepsi terhadap murid, penguasaan materi dan teknik. Sedangkan aspek
24
Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 13. Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 23. 26 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm.10. 27 Ibid., hlm. 10-11. 25
16
kompetentif meliputi perluasan dari aspek subtansi, yaitu mengetahui cara mengerjakan tugas, bisa dan mau mengerjakan tugas dan mau mengembangkan diri. Seorang guru akan bekerja secara profesional jika guru tersebut memiliki syarat-syarat seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu memiliki kemampuan dan motivasi. Apabila satu diantaranya tidak dipenuhi, maka seorang guru tidak akan bisa bekerja secara profesional. b. Dimensi Etik Dalam Supervisi Pengajaran Kode etik merupakan salah satu unsur esensial dalam profesi.28 Seorang guru yang profesional adalah guru yang menerapkan kode etik kerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Berangkat dari konsepsi ini, maka pengembangan dimensi etik kerja guru harus menjadi dimensi program supervisi pengajaran agar seorang guru selalu berlandaskan pada kode etik kerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar. 7. Ciri-Ciri Guru Yang Profesional a. Arti Guru Profesional Profesional berasal dari kata “profesi”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. Sedangkan profesional berarti bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.29 Sedangkan dalam Ensiklopedi
Indonesia, profesional berarti orang yang
mengerjakan sesuatu karena jabatan atau profesinya, bukan hanya untuk kesenangan saja, tetapi merupakan mata pencaharian.30
28
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra Dan Martabat Guru,(Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1999), Cet. 2, hlm. 97. 29 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., hlm. 897. 30 Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, Van Hoeve), hlm. 2774.
17
Dalam Dictionary of Education yang dikutip oleh Safruddin Nurdin, profesi berarti : “ Profession is an occupation usually involving relatively long ang specialized preparation on the level of higher education and governed by its own code ole ethic “.31 Pernyataan tersebut mengatakan bahwa profesi adalah sebuah pekerjaan yang biasanya melibatkan persiapan yang lama dan khusus pada tingkat pendidikan
yang lebih tinggi (lembaga pre-service
education) dan diatur oleh kode etiknya sendiri. Jadi, bertitik tolak pada pengertian-pengertian di atas, pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan maksimal. b. Ciri-Ciri Guru Profesional A. Samana mengatakan ada beberapa ciri-ciri jabatan profesional (termasuk guru), yaitu : 1. Bagi para pelaku secara nyata dituntut berkecakapan kerja sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya. 2. Keahlian tersebut didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap. 3. Berwawasan sosial yang luas. 4. Memerlukan pengakuan dari masyarakat dan negara.32 Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus.33 Dedi Supriadi mengatakan, untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki 5 hal, yaitu : 1. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. 2. Menguasai materi pelajaran. 3. Mengevaluasi hasil belajar siswanya.
31
Safruddin Nurdin, op. cit., hlm. 15. A. Samana., Profesionalisme Keguruan, ( Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994), Cet. 1, hlm. 28. 33 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2002), Cet. 1, hlm. 6. 32
18
4. Mengadakan koreksi terhadap cara mengajarnya. 5. Bergabung dalam organisasi profesi.34 Seorang guru profesional dituntut memiliki seperangkat kemampuan (Competency) kemampuan yang dimaksud
yang beraneka ragam.
Kemampuan-
adalah seperti kemampuan dalam
penguasaan teknik mengajar, penguasaan bahan pelajaran, dan lainlain. Oemar Hamalik menegaskan, bahwa kemampuan profesional ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1. Kognitif, yaitu penguasaan pengetahuan atau intelektual, yang dalam hal ini berupa materi, prinsip dan strategi mengajar. 2. Performance, yaitu berkenaan dengan kemampuan untuk kerja (perbuatan). 3. Afektif, yaitu berkenaan dengan aspek kepribadian atau sikap dan nilai. 4. Produk, yaitu berkenaan dengan hasil belajar siswa. 5. Eksploratoris, yaitu berkenaan dengan pengalamanpengalaman khusus yang dalam hal ini misalnya pengalaman tentang masyarakat sekitar sekolah, tentang sekolah lain dan lain-lain.35 Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan.36 Dengan demikian, selain ciri-ciri di atas, guru profesional juga mempunyai ciri-ciri adanya peningkatan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. 8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profesionalitas Guru Mengingat peran serta guru yang sangat penting, maka diperlukan suatu usaha-usaha dalam pengembangan profesionalitas guru. Usaha pengembangan profesionalitas guru meliputi 3 program, yaitu : 34
Dedi Supriadi, op.cit., hlm. 98. Oemar Hamalik, Administrasi Dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, (Bandung: CV, Mandar Maju, 1992), Cet. 1, hlm. 160. 36 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT rineka cipta, 1999), hlm. 26. 35
19
a. Program pre-service education. b. Program in-service education. c. Program in-service training.37 Yang dimaksud dengan program pre-servicve education adalah pendidikan pra jabatan, yakni pendidikan yang ditempuh oleh seorang calon guru, hal ini dimaksudkan untuk menata usaha perbaikan mutu guru yang ditangani oleh Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK). Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai dua program, yaitu program gelar dan program non gelar atau diploma. Program gelar meliputi program sarjana (S1) dengan lama studi 4 - 7 tahun. Program Pasca Sarjana (S2) dengan lama studi 6 – 9 tahun. Sedangkan Program Doktor (S3) dengan lama studi 8 – 11 tahun. Selain itu juga ada program Akta Mengajar, program ini diberikan pada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah dan perguruan tinggi. Sedangkan program in-service education adalah suatu usaha yang memberi kesempatan kepada guru-guru untuk mendapatkan penyegaran.38 Dalam in-service education,
ada lembaga yang mengusahakan untuk
membina guru dalam pertumbuhan jabatannya. Usaha yang dilakukan dalam program in-service education tersebut meliputi usaha mempercepat pengangkatan dan penempatan, pertumbuhan dan pembinaan profesi seperti latihan dalam jabatan, insentif untuk tugas di daerah tertentu dan lain-lain. Sedangkan on service education contohnya seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dan yang terakhir adalah program in-service training
(latihan
dalam jabatan), yaitu bantuan yang diterima guru setelah mereka keluar
37
Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), Cet. 1, hlm. 67. 38 Ibid., hlm. 70.
20
dari bangku kuliah (bantuan yang mereka terima dalam tugas).39 Dengan kata lain, in-service training adalah segala kegiatan yang diberikan dan diterima oleh para petugas pendidikan (Pengawas, Kepala Sekolah, Penilik Sekolah, guru dan lain-lain) yang bertujuan untuk menambah
dan
mempertinggi mutu pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman guru-guru dalam menjalankan kewajibannya.40 Kegiatan-kegiatannya adalah seperti pengadaan seminar, demonstrasi mengajar dengan metode baru dan lainlain.
Inti dari kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas
mengajar guru. Dari ketiga program usaha pengembangan profesionalitas guru di atas dapat disimpulkan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi profesionalitas guru yaitu program-program atau kegiatan-kegiatan yang ada pada ketiga usaha pengembangan profesionalitas guru meliputi program pre- service education, in-service education dan on-service education. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi profesionalitas guru diantaranya yaitu: jenjang pendidikan yang ditempuh oleh guru, adanya penataran, kursus, ceramah, seminar, demonstrasi mengajar dengan metode baru, supervisi serta Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sedangkan
faktor-faktor
internal
yang
mempengaruhi
profesionalitas guru diantaranya yaitu emempunyai kemampuan kerja dan adanya motivasi kerja dari para guru.41 Faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi profesionalitas guru tersebut harus berjalan secara bersama-sama. Kegiatan-kegiatan yang diadakan untuk pengembangan profesionalitas guru seperti supervisi pengajaran, ceramah-ceramah, kursus, penataran dan lain-lain tidak akan berhasil dengan baik jika tidak ada motivasi untuk berkembang dari dalam diri guru. 9. Supervisi Pengajaran Sebagai Usaha Pembinaan Profesionalitas Guru 39
Nick Cowell dan Roy Gardner, op. cit., hlm. 83. Ngalim Purwanto., op.cit., hlm. 96. 41 Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 61. 40
21
Menurut Sergiovanni, Alfonso, Firth dan Neville pada dasarnya supervisi pengajaran itu
merupakan upaya profesionalisasi guru.42
Adanya konsepsi bahwa supervisi pengajaran itu pada dasarnya merupakan upaya profesionalisasi guru, maka hal ini dapat memberikan arti bahwa supervisi pengajaran itu dapat dikatakan baik apabila keberadaannya mampu membuat guru semakin profesional dalam mengelola proses belajar mengajar. Ibrahim Bafadal mengatakan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila seseorang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi.43 Dengan kata lain, seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan ini. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Jadi, supervisi pengajaran dapat dikatakan efektif apabila keberadaan supervisi pengajaran dapat mempertinggi kemampuan dan motivasi kerja guru dan ini merupakan faktor utama yang harus dilakukan oleh para supervisor demi tercapainya efektivitas supervisi pengajaran sebagai usaha pembinaan profesionalitas guru. Usaha terhadap pembinaan kemampuan kerja dapat dilakukan dengan cara-cara diantaranya sebagai berikut, yaitu latihan dalam jabatan (In-service training), organisasi profesi dan penataran (Up-grading). Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, mengelompokkan supervisi pengajaran ke dalam program in-service education. Hal ini dapat diketahui dari usaha-usaha pengembangan yang mereka kemukakan. Usaha-usaha tersebut meliputi : a. Usaha mempercepat pengangkatan dan penempatan. b. Usaha perlindungan jabatan melalui jaminan hukum terhadap jabatan.
42 43
Ibid., hlm. 9. Ibid.
22
c. Pertumbuhan dan pembinaan dalam profesi.44 Pertumbuhan dan pembinaan jabatan melalui program in-service education ini meliputi beberapa usaha yaitu : Latihan dalam jabatan (in-service training) Program in-service training
dapat melingkupi berbagai kegiatan
seperti mengadakan kursus, ceramah, seminar, demonstrasi mengajar dengan metode baru dan lain-lain. Perencanaan program tersebut adalah tanggung jawab para pejabat supervisi, walaupun hal itu tidak lepas dari kerjasama para guru dan supervisor. Organisasi Profesi Salah satu syarat dari profesi adalah menjadi anggota dari suatu organisasi profesi. Organisasi p[rofesi untuk guru adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Up-grading (Penataran) Up-grading adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk meninggikan atau meningkatkan taraf ilmu pengetahuan dan kecakapan para pegawai, guru-guru, atau petugas pendidikan lainnya, sehingga keahliannya semakin luas dan mendalam.45 Contoh Upgrading yang sering berlaku dikalangan guru antara lain memberi kesempatan atau tugas belajar kepada guru-guru SLP yang berijazah SPG atau yang sederajat untuk mengikuti kursus PGSLP atau mengikuti kuliah di IKIP sehingga menjadi guru yang berwenang mengajar di SLP. Menurut gagasan supervisi modern, in-service training merupakan bagian dari program supervisi pengajaran yang harus diselenggarakan di sekolah-sekolah untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan memecahkan
44 45
Piet A. Sahertian, op.cit., hlm. 6. Ngalim Purwanto, op. cit., hlm. 96.
23
persoalan sehari-hari. Program ini dipimpin oleh pengawas setempat sendiri.46 Program in-service training ini sangat perlu untuk dilaksanakan dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena persiapan-persiapan yang diterima dari sekolah guru merupakan
persiapan
yang
sangat terbatas dan juga sebagianbesar bersifat
teoritis.
Sedangkan
dalam
kenyataannya masih banyak hal yang harus dilakukan oleh guru yang belum sempat atau tidak dipelajari disekolah keguruan. Dengan demikian, program in-service training yang merupakan bagian integral dari program supervisi sangat diperlukan. Sedangkan usaha pembinaan motivasi kerja guru dilakukan dengan cara menganalisis kebutuhan para guru dan menentukan altrnatif managerial yang akan ditempuh untuk membina motivasi kerja guru. Jika kedua aspek usaha pembinaan yaitu usaha pembinaan terhadap kemampuan dan motivasi kerja guru dilaksanakan dengan baik oleh supervisor, maka kegiatan supervisi pengajaran akan dapat membina profesionalitas guru secara efektif. B. Kajian Penelitian Yang Relevan Pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara hati-hati. Melalui pengamatan tersebut, supervisor pengajaran akan mudah mengembangkan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Dengan salah satu alasan tersebut para ahli dalam bidang pendidikan tertarik untuk melakukan penelitian-penelitian tentang supervisi pengajaran yang dituangkan dalam bentuk praktis yaitu sipervisi klinik. Ibrahim Bafadal mengatakan bahwa, salah satu bentuk praktis dalam supervisi pengajaran adalah supervisi klinik. Menurut Daresh Anderson, dan Krajewski yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal mengatakan bahwa supervisi
46
Ibid.
24
klinik merupakan satu strategi yang sangat berguna dalam supervisi pengajaran, sebagai pengembangan pengajaran guru.47 Supervisi klinik pada dasarnya merupakan pembinaan performansi guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Hal ini juga merupakan esensi dari supervisi pengajaran. Sedangkan tujuan supervisi klinik yaitu untuk membantu guru dalam memodifikasi pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif.48 Penelitian tentang efektivitas supervisi klinik ini diawali oleh Flanders pada tahun 1970. Flanders dalam penelitiannya lebih memusatkan perhatian pada analisis interaksi dalam supervisi klinik dan menemukan bahwa melalui supervisi klinik, supervisor dapat membantu guru dalam menganalisis interaksi yang dilakukan di kelas. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Amidon, Shinn, dan Marthin pada tahun 1980. Penelitian ini dipusatkan pada sikap guru dan supervisor terhadap supervisi klinik. Amidon dan Blumberg menemukan bahwa para guru lebih menyukai dan menghargai penerapan komunikasi tidak langsung yang merupakan unsur penting dalam supervisi klinik. Sedangkan Shinn menemukan dua kesimpulan yaitu: 1. Para guru banyak yang mengatakan bahwa teknik supervisi klinik sangat bermanfaat. 2. Para guru lebih menyukai supervisi klinik yang berbentuk tidak langsung. Sedangkan hasil penelitian Marthin mengatakan bahwa para guru bisa menerima supervisi klinik sebagai suatu upaya pendekatan pembinaan guru. Penelitian tentang efektifitas penelitian klinik dalam pembimbingan praktek mengajar mahasiswa IKIP Malang dilakukan oleh Mantja pada tahun 1984. Penelitian eksperimental ini memusatkan perhatian pada salah satu pembentukan kompetensi guru, yaitu kompetensi profesional. Dan hasil penelitian eksperimen ini disimpulkan sebagai berikut :
47 48
Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 89. Ibid, hlm. 90.
25
1. Untuk penelitian secara keseluruhan, yang mencakup persiapan tertulis dan pelaksanaan mengajar, kategori kelomok eksperimental menunjukkan prestasi keberhasilan lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. 2. Untuk
nilai
persiapan
tertulis,
kedua
kategori
kelompok
tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti. 3. Untuk nilai pelaksanaan prsktek mengajar dikelas, kategori kelompok eksperimental menunjukkan prestasi yang lebih tinggi dari pada kategoti kelompok kontrol.49 C. Pengajuan Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian , sampai terbukti melalui data yang terkumpul.50 Peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : ada hubungan positif antara efektivitas supervisi pengajaran dengan profesionalitas guru.
49
Ibid., hlm. 93-94. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), Cet. 11, hlm. 67. 50