BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Teoritis
2.1.1
Tinjauan Model Pembelajaran Dalam suatu kegiatan pembelajaran, telah kita ketahui bahwa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan diperlukan adanya suatu rencana yang digunakan sebagai pedoman dalam pengajaran. Sebagai contoh, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh sekolah umum misalnya menginginkan setiap siswanya memiliki kemampuan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotor dengan baik. Ataupun sekolah kejuruan yang menuntut siswanya memiliki kemampuan, keterampilan, kecakapan, serta kemandirian kerja sesuai dengan program keahliannya. Untuk itu diperlukanlah suatu rencana yang terorganisir dengan baik secara sistematis yang digunakan sebagai pedoman perencanaan pengajaran, pedoman tersebut disebut dengan model pembelajaran. Menurut Komarudin (dalam Sagala. S, 2006 : 175), “Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan”. Sedangkan model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman perencanaan pengajaran”.
8
9
Model juga dapat dipahami sebagai : 1. Suatu tipe atau desain 2. Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati 3. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa 4. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja 5. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner 6. Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukan sifat bentuk aslinya.
Lain halnya menurut Karli, H. (2007 : 20) “ Model pembelajaran adalah gabungan dari pendekatan atau strategi serta metode dan yang digunakan untuk menyampaikan suatu pembelajaran mata pelajaran pada siswa agar penyampaian dapat diterima oleh siswa dengan enjoy tetapi melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan potensinya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana yang terorganisir dengan baik secara sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran meliputi pendekatan belajar, strategi, dan metode dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Model yang dipakai dan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dikelas itu banyak ragamnya, Karli, H. (2007 : 20) mengemukakan bahwa model-model pembelajaran itu, diantaranya adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Model pembelajaran konstruktif Model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran Sain Teknologi Masyarakat (STM) Model pembelajaran whole language Model pembelajaran terpadu Model pembelajaran interaksi Model pembelajaran CLIS Model pembelajaran inkuiri
10
Sedangkan secara umum para ahli lain berpendapat bahwa model pemebelajaran yang dapat diterapkan saat kegiatan belajar mengajar dikelas diantaranya : model interaksi sosial, model pembelajaran alam sekitar, model pembelajaran pusat perhatian, model pembelajaran sekolah kerja, model pembelajaran individual, model pembelajaran klasikal, model pembelajaran konstruktif, model pengembangan sistem pengajaran, dan lain sebagainya. Model pembelajaran yang sering dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar dikelas adalah penyampaian materi pelajaran dengan cara ceramah dikelas,
model
pembelajaran
ini
disebut
model
pembelajaran
klasikal
(konvensional). Sagala, S (2006 : 185) menyatakan bahwa : “ Pembelajaran klasikal (konvensional) adalah suatu kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa yang biasanya dilakukan oleh pengajar dengan berceramah dikelas”. Pembelajaran klasikal (konvensional) memberi arti bahwa seorang guru beperan sebagai pengelola kelas dan pengelola pembelajaran. Belajar secara klasikal (konvensional) cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar. Model ini di dalam kelas dapat diwujudkan dalam bentuk suatu pertemuan dimana guru menyampaikan pelajaran kepada sekelompok orang dengan cara ceramah didepan kelas. Seperti tersebut diatas bahwa model pembelajaran ini memiliki kelemahan, salah satunya yaitu dari segi sifat pembelajarannya yang pasif, siswa hanya menerima pelajaran searah dari pihak guru saja. Siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menerima latihan-latihan soal yang diberikan guru tanpa dituntut
11
keaktifan dari siswa itu sendiri. Bertitik tolak dari salah satu alasan tersebut maka model-model pembelajaran banyak dikembangkan oleh para ahli pendidikan, salah satunya adalah model pembelajaran konstruktif yang menuntut keaktifan siswa itu sendiri dalam belajar memperoleh pengetahuannya sendiri. Berikut tabel perbedaan yang mendasar dari model pembelajaran klasikal (konvensional) dengan model pembelajaran konstruktif. Tabel 2-1 Perbedaan Model Pembelajaran Klasikal (Konvensional) Dengan Model Pembelajaran Konstruktif
Aspek
Klasikal (konvensional)
Konstruktif
Sifat
Siswa pasif menerima
Siswa ikut aktif dalam
pembelajaran
pelajaran.
kegiatan pembelajaran.
Sifat pembelajaran searah dari
Sifat pembelajaran dari kedua
pihak guru saja.
belah pihak /dua arah.
Makna
Menekankan keterampilan
Menekankan pengembangan
belajar
sebagai tujuan pengajaran.
konsep dan pemahaman.
Mengajar
Mengatur lingkungan agar
Proses membantu seseorang
dapat membantu belajar.
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Peran guru
Guru merupakan kurikulum
Guru sebagai fasilitator dan
yang menentukan segala
mediator yang bertugas
sesuatu yang terjadi di dalam
mengkondisikan lingkungan
kelas.
yang memberikan kemudahan belajar siswa.
Pengetahuan keterampilan dan
Pengetahuan, keterampilan dan
sikap dikembangakan melalui
sikap dikembangkan
latihan mengerjakan soal
berdasarkan pemahaman melalui pengalaman
12
Teori belajar
2.1.2
Pembentukan hubungan
Hal yang utama adalah
stimulus-respons dilakukan
mengetahui (knowing) dan
melalui latihan dan atau
bukan respon. Mengetahui
ulangan-ulangan (trial and
berasal dari pengalaman dan
error)
pembelajaran
Tinjauan Model Pembelajaran Konstruktif Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa model pembelajaran
merupakan gabungan dari pendekatan atau strategi serta metode dan yang digunakan untuk menyampaikan suatu pembelajaran mata pelajaran pada siswa di dalam kelas. Berikut ini adalah penjelasan model pembalajaran konstruktif yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. 1. Pengertian Karli, H. (2007 : 27) mengemukakan bahwa : “ Model pembelajaran konstruktif adalah suatu desain kegiatan pembelajaran yang menekankan bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya, dan proses ini berjalan terus-menerus dan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru” . Esensi dari teori pembelajaran konstruktif adalah bahwa siswa harus aktif secara individu menemukan (discover) konsep-konsep atau informasi yang kompleks sehingga terjadi kepemilikan konsep (concept attainment). (Suderajat, H, 2007 : 75)
13
2. Pendekatan pembelajaran konstruktif Pendekatan dalam kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran konstruktif yaitu dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Sagala, S, 2006 : 87). Jadi merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan (teori) dengan situasi nyata (melalui praktek/praktikum) dalam kegiatan pembelajarannya. Sagala, S, (2006 : 88) menyatakan bahwa, : ”Komponen utama dalam pembelajaran efektif menurut pendekatan ini adalah sebagai berikut” : a. Bertanya (Questioning) b. Menemukan (Inqury) c. Masyarakat Belajar (Learning Community) d. Pemodelan (Modeling) e. Refleksi (Reflection) f. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessement) Pendekatan belajar konstruktif sering disamakan dengan pendekatan belajar ‘pencarian sendiri’ (inquiry approach). Nyatanya dalam Pendekatan belajar konstruktif terlebih yang personal sosial justru dikembangkan dengan kelompok dan masyarakat. Hal ini yang tidak ada dalam pencarian sendiri yang dalam prakteknya bersifat individual. Tetapi memiliki persamaan dalam hal penekanan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
14
3. Strategi pembelajaran Strategi dapat diartikan sebagai pola umum kegiatan guru murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Strategi konstruktif sering disebut juga sebagai pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered instukction). Dalam kegiatan pembelajaran guru berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. (Suderajat, H, 2007 : 75). Dalam hal ini siswalah yang harus selalu aktif dalam kegiatan pembelajarannya.
4. Metode pengajaran dalam pembelajaran konstruktif Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh sorang guru atau instruktur. Dalam model pembelajaran konstruktif variasi metode pengajaran yang dapat dilakukan adalah : a. Metode diskusi Diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis ataupun pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah dan untuk mencari kebenaran. (Sagala, S, 2006 : 208). b. Metode sosiodrama (role playing) Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah
laku
dalam
hubungan
sosial.
Jadi
sosiodrama
dalam
15
pelaksanaannya siswa mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem agar siswa dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial. (Sagala, S, 2006 : 213). Metode sosiodrama ini biasanya diterapkan pada pelajaranpelajaran ilmu sosial, jadi metode ini tidak dipergunakan dalam kegiatan kegiatan pembelajaran pada mata diklat pengujian bahan bangunan. c. Metode kerja kelompok / team working Metode kerja kelompok memandang siswa sebagai suatu kesatuan tersendiri, ataupun dibagi menjadi kelompok kelompok kecil atau sub kelompok. Kelompok dapat dibuat berdasarkan perbedaan individual dalam kemampuan belajar, perbedaan minat dan bakat belajar, jenis kegiatan, wilayah tempat tinggal, random, dan sebagainnya. (Sagala, S, 2006 : 216). d. Metode Praktikum/ Praktek Praktikum merupakan salah satu metode dalam proses pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman siswa yang berasal dari penemuan yang beragam di lingkungannya melalui kegiatan praktek. (Arifin, M dalam Nugraha, R, 2008 : 23).
Metode pengajaran konstruktif yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada mata diklat pengujian bahan bangunan ialah dengan metode praktikum (praktek) secara berkelompok (team working) dan berdiskusi di kelas. Berikut penjelasan mengenai metode tersebut :
16
a. Metode diskusi Metode diskusi ini dilaksanakan pada saat guru sedang menjelaskan tentang suatu obyek atau fenomena pada pokok bahasan yang sedang dipelajari dan siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru dengan terlebih dahulu berdiskusi antar teman sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan guru tersebut. Berikut manfaat dari diskusi yang dikemukakan oleh Sagala, S (2006 : 208) : - Siswa memperoleh kesempatan berpikir, - Siswa berlatih mengeluarkan pendapat, - Siswa belajar toleran terhadap temannya, - Dapat menumbuhkan partisipasi aktif siswa, - Dapat mengembangkan sikap demokratif terhadap pendapat orang lain, - Pelajaran menjadi lebih relevan dengan kebutuhan siswa. b. Metode Praktikum / Praktek Definisi praktek menurut Poerwadarminta, Wjs (1976 :767) : “adalah suatu cara melakukan apa yang tersebut dalam teori, yang dimaksud disini adalah
pelaksanaan
dari
teori-teori
yang
didapat
saat
kegiatan
pembelajaran pada mata pelajaran pengujian bahan bangunan. Pengertian lain dari praktikum juga dapat diartikan sebagai salah satu metode dalam proses pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman siswa yang berasal dari penemuan yang beragam di lingkungannya, kegiatan praktek bertujuan untuk mengubah sikap dan mengembangkan kompetensi dalam pembelajaran tentang interaksi manusia. Dengan praktikum siswa diajak menemukan konsep tertentu atau dapat menjelaskan konsep-konsep yang dikembangkan. Melalui praktikum, siswa diajak menemukan konsep yang dianggap abstrak menjadi lebih konkrit dan mudah untuk dijelaskan.
17
1. Fungsi praktek dalam kegiatan pembelajaran a. Memperjelas konsep yang disajikan dalam kelas melalui kontak langsung dengan alat, bahan, atau peristiwa alam. b. Meningkatkan keterampilan peserta didik melalui observasi/ melalui informasi/ teori secara lengkap dan selektif yang mengandung pemecahan masalah praktikum. c. Melatih siswa dalam memecahkan masalah. d. Menerapkam pengetahuan dan keterampilan terhadap situasi yang dihadapi. e. Melatih dan merancang eksperimen. f. Menafsirkan (interpretasi) data. g. Membina sikap ilmiah.
2. Keuntungan metode praktikum / praktek Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa, siswa dapat mengamati proses, dapat mengembangkan keterangan inkuiri, dapat mengembangkan sikap ilmiah dan dapat membantu guru-guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan lebih efisien.
c. Metode kerja kelompok (team working) Kerja kelompok (team working) pada kegiatan praktikum dibutuhkan agar siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain untuk dapat saling berdiskusi,
18
saling berkomunikasi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan belajar bersama. Menurut Syaiful Sagala (2006 : 213) metode kerja kelompok memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu : 1. Kebaikan dari metode kerja kelompok antara lain: a. Membiasakan siswa bekerjasama berdasarkan paham demokrasi, memberi kesempatan mengembangkan sifat bermusyawarah dan bertanggung jawab. b. Kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa kompetitif yang sehat, sehingga meningkatkan kemauan belajar dengan sungguh-sungguh. c. Guru tidak pernah mengawasi masing-masing murid sacara individual, cukup hanya dengan memperhatikan kelompok saja atau ketua kelompoknya. d. Melatih ketua kelompok bertanggung jawab dan membiasakan anggotanya untuk melaksanakan tugas kewajiban sebagai warga yang patuh terhadap aturan.
2. Kelemahan dari metode kerja kelompok, ditinjau dari dua segi yaitu : Segi penyusunan kelompok : a. Sulit untuk membuat kelompok yang homogen baik intelegensinya, bekat, minat, atau daerah tempat tinggalnya. b. Murid-murid yang dianggap guru telah homogen, sering tidak merasa cocok dengan anggota kelompoknya itu. c. Pengetahuan guru tentang pengelompokkan mesih belum mencukupi.
19
Segi kerja kelompok : a. Pemimpin kelompok kadang-kadang sukar untuk memberiken pengertien
kepeda
anggotanya,
sulit
untuk
menjelaskan
dan
mengadakan pembagian kerja. b. Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompok. c. Dalam belajar bersama kadang-kadang tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang berlarut-larut.
5. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Konstruktif Mulyasa, E (2002 : 239) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar konstruktif perlu diperhatikan hal-hal berikut : a. Murid harus selalu aktif selama pembelajaran b. Proses aktif ini adelah proses membuat segala sesuatu masuk akal. Pembelajaran tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui intrepretasi. c. Intrepretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya. d. Intrepretasi dibantu oleh metode instruksi yang memungkinkan negoisasi pemikiran (bertukar pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dll. e. Tanya jawab didorong oleh kegiatan ingin tahu para murid. Jadi, kalau murid tidak bertanya / tidak bicara, berarti tidak belajar secara optimal. f. Kegiatan belajar-mengajar tidak hanya merupakan proses pengalihan pengetahuan tetapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan.
20
Sedangkan Suparno, P (1997 : 73) berpendapat bahwa prinsip-prinsip pembelajaran konstruktif adalah : a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, b. Tekanan dalam proses belajar teletak pada siswa, c. Mengajar adalah membantu siswa belajar, d. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir, e. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan f. Guru adalah fasilitator.
6. Ciri-Ciri Belajar Konstruktif Menurut Driver dan Oldhan (dalam Paul Supamo, 1997 : 69) terdapat beberapa ciri belajar konstruktif, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadep topik yang hendak dipelajari. b. Elicitasi. Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jeles dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lainnya. Murid diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang di observasikan, dalam wujud tulisan, poster ataupun gambar. c. Restrukturisasi ide. Dalam hal ini ada tiga hal (1) Klarifikasi ide yang dikontraskan dcngan ide-ide orang lain atau teman melalui diskusi atau pengumpulan ide. (2) Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide orang lain atau idenya tidak
21
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan temannya. (3) mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau memungkinkan gagasan baru tersebut diuji dengan percobaan atau persoalan baru. d. Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih lengkap dan bahkan lebih rinci. e. Review, bagaimana ide itu berubah, dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.
Lebih lanjut Paul Suparno (1997:61) mengemukakan ciri-ciri proses belajar konstruktif sebagai berikut : a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai. b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah. c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih sesuatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu
22
sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturaan kembali pemikiran seseorang. Proses belajar yang sebenamya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memicu belajar. d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar; konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
a. Peran guru dalam pembelajaran konstruktif Mengajar bukanlah mentransfer pengetahuan dari orang yang sudah tahu (guru) kepada yang belum tahu (murid). Melainkan membantu seseorang agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya lewat kegiatannya terhadap fenomen dan objek yang ingin diketahui. Mengajar berarti membantu siswa agar mampu mengorganisasi dan mengkonstruksikan pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkret. Jadi, peranan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai mediator dan fasilitator. Suparno, P (1997 : 66) berpendapat bahwa fungsi mediator dan fasilitator yaitu sebagai berikut : 1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. 2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
23
3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si murid jalan atau tidak. Guru menunjukkan apakah pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru. Menurut Julyan dan Duckworth (dalam Paul Suparno, 1997 : 69) hal-hal yang penting yang harus dikerjakan oleh seorang guru konstruktivis adalah sebagai berikut : 1. Guru perlu mendengarkan secara bersungguh-sungguh interpretasi murid terhadap data yang ditemukan sambil menaruh perhatian khusus pada keraguan, kesulitan, dan kebingungan setiap murid. 2. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas, memberikan penghargaan pada setiap murid. Dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang kontradiktif dan membingungkan murid, guru akan menemukan bahwa konsep yang dipelajari itu sulit dan memerlukan waktu lebih banyak untuk mengkonstruksikannya. 3. Guru perlu tahu bahwa "tidak mengerti" adalah langkah yang penting untuk memulai menekuninya. Ketidaktahuan murid bukanlah penanda buruk dalam proses belajar mengajar, melainkan merupakan langkah awal untuk memulai.
Jika seorang guru menjadi diktator dalam kelas dan mengklaim apa yang ia berikan adalah satu-satunya yang benar, maka cara tersebut akan mematikan kreatifitas dan pemikiran murid dan ini tentu saja bertentangan dengan prinsip konstruktivisme. Oleh karena itu seorang guru harus memahami beberapa ciri belajar konstruktivisme.
24
b. Peran siswa dalam pembelajaran konstruktif Dalam model pembelajaran konstruktif, seperti yang telah disebutkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya, dan proses konstruksi itu dilakukan secara personal dan sosial. Belajar merupakan kegiatan menemukan sesuatu, bukanlah proses mengumpulkan fakta. dalam kegiatan belajar konstruktif, siswa memiliki peranan yang harus dilakukan. Peranan ini adalah sebagai berikut : 1. Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran 2. Siswa membangun sendiri pengetahuannya, dengan cara mencari sendiri arti dari yang mereka pelajari. 3. Siswa sendirilah yang bertanggungjawab atas hasil pelajarannya. 4. Siswa harus menggabungkan pengertian yang lama dengan pengertian yang baru.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktif dari Driver dan Oldhan. Driver (dalam fraser dan Walberg 1995 : 49) juga mengembangkan prosedur pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar model pembelajaran konstruktif yang diterapkan di kelas dari ciri-ciri tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Orientasi Pengkondisian siswa belajar : a. memotivasi siswa untuk belajar b. menunjukan relevansi materi pelajaran dengan kehidupan nyata c. memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati obyek atau fenomena yang akan dipelajari
25
2. Panggilan ide (Elicitasi) a. menunjukkan : peristiwa, model, atau simulasi yang problematik dan relevan dengan konsep yang akan dipelajari. b. memberikan kesempatan siswa mendiskusikan apa yang mereka amati. c. memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah melalui kegiatan demonstrasi. 3. Restrukturisasi ide a. klarifikasi dan pertukaran ide : diskusi kelas, siswa saling mengemukakan dan mengkoreksi ide orang lain. b. ekspose pada situasi konflik : penyajian fakta, peristiwa, atau buktibukti melalui studi pustaka atau membaca buku sumber. c. konstruksi ide baru : pembentukan konsep ilmiah yang sesungguhnya misalnya dengan kegiatan percobaan / praktikum secara berkelompok. d. evaluasi : penilaian penguasaan siswa terhadap konsep ilmiah yang dibentuk melalui kegiatan praktikum / praktek. 4. Aplikasi ide Memberikan pertanyaan-pertanyaan konsep sesuai dengan pengetahuan baru yang dimiliki siswa. 5. Review perubahan ide a. melakukan review terhadap konsep yang diberikan b. membandingkan dengan konsep awal/ide c. kesimpulan materi pelajaran yang dipraktikan
26
2.1.3
Prosedur Pelaksanaan KBM Model Pembelajaran Konstruktif Prosedur pelaksanaan kegiatan belajar mengajar model pembelajaran
konstruktif secara garis besar meliputi kegiatan : perencanaan pengajaran, kegiatan pelaksanaan proses KBM, dan kegiatan evaluasi pembelajaran. 1. Perencanaan Pengajaran Perencanaan ini mencakup pembuatan bahan pelajaran, isi bahan pelajaran, dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus sekolah.
2. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar a. Kegiatan Guru Pendahuluan 1. Orientasi a. Mengkondisikan siswa untuk belajar, memotivasi siswa untuk belajar. b. Membuka pelajaran dan melakukan apersepsi terhadap pelajaran terkait c. Menginformasikan tujuan / indikator yang harus dicapai siswa dalam pelajaran tersebut d. Mendeskripsikan ruang lingkup materi yang akan dipelajari e. Menunjukan relevansi antara materi pelajaran yang sedang dipelajari dengan kehidupan nyata. (kehidupan sehari-hari). f. Memberi kesempatan pada siswa mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari. Kegiatan Inti 2. Panggilan ide (elicitasi) dan demonstrasi a. Guru menunjukan : Peristiwa, model, atau simulasi yang problematik dan relevan dengan konsep yang akan dipelajari. b. Memberikan kesempatan siswa mendiskusikan apa yang mereka amati. c. Membangkitkan tanya jawab dalam kegiatan diskusi d. Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah melalui kegiatan demonstrasi.
3. Restrukturisasi ide : a. Memfasilitasi dan membimbing siswa dalam kegiatan diskusi di kelas saat terjadi perbedaan pendapat yang dikemukakan siswa.
27
b. Membantu siswa dalam penyediaan buku – buku sumber atau litelatur yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. c. Membantu siswa dalam pembentukan kelompok kerja saat prektikum d. Membimbing dan membantu siswa dalam kegiatan praktikum e. Menginformasikan logistik (alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum/praktek) dan tujuan dari praktikum/praktek f. Memandu siswa dalam kegiatan praktikum/praktek g. Membimbing untuk menganalisa dan menginterpretasikan hasil praktikum h. Mengarahkan diskusi hasil eksperimen (klarifikasi ide) dan memfasilitasi presentasi hasil i. Memberikan kesempatan kepada siswa mempresentasikan hasil penyelidikan (performance) j. Mengarahkan siswa dalam mengkonstruksi konsep dan menyamakan pendapat, sampai siswa dapat mengambil kesimpulan. k. Guru melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil pada saat siswa praktek l. Guru memberikan koreksi dan penguatan (reinforcement) m. Guru memberi penjelasan mengenai konsep-konsep dasar tentang materi yang dibahas 4. Aplikasi ide : a. Mengarahkan siswa memberi contoh penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari akan pengetahuan baru yang dimilikinya b. Memberikan pertanyaan-pertanyaan konsep dengan pengetahuan baru yang dimilikinya Penutup 5. Review perubahan ide dan QRE (Questioning, Reflection, dan Evaluasi) : a. Melakukan review terhadap konsep diberikan b. Membimbing siswa merefleksi kegiatan yang dilakukannya dan membandingkan dengan konsep awal/ide c. Memberikan kesempatan bertanya terhadap materi yang belum dipahami menyimpulkan materi pelajaran yang dipraktikan
b. Kegiatan Siswa Pendahuluan 1. Orientasi : a. Siswa menanggapi apersepsi yang disampaikan guru b. Siswa menerima informasi materi yang akan dipelajari dan indikator yang harus dicapai serta ruang lingkup dari materi yang akan dipelajari.
28
c. Siswa menanggapi dan memberi contoh permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari d. Siswa mengobservasi obyek atau fenomena yang dijelaskan guru melalui pengamatan. Kegiatan Inti 2. Panggilan ide (elicitasi) dan demonstrasi a. Siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah melalui kegiatan demonstrasi berdasarkan prakonsepsi atau ide awal yang telah dimilikinya b. Siswa mengungkapkan pertanyaan atau pendapatnya saat kegiatan diskusi c. Siswa tanya jawab dan diskusi dcngan kelompoknya 3. Restrukturisasi ide a. Siswa terorganisasi dalam kelompok kerja saat praktikum. b. Siswa menerima informasi logistik (alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum/praktek) dan tujuan dari praktikum/praktek c. Siswa aktif melakukan pengamatan d. Siswa aktif dalam diskusi kelompoknya mengenai hal yang dipraktikan e. Siswa aktif dalam menyiapkan hasil pengamatan/prakteknya. f. Siswa aktif dalam presentasi hasil pengamatan g. Siswa aktif bertanya, menjawab atau berpendapat h. Siswa menerima koreksi dan penguatan dari guru 4. Aplikasi ide a. Siswa memberi contoh penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari akan pengetahuan baru yang dimilikinya b. Siswa merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru Penutup 5. Review perubahan ide dan QRE (Questioning, Reflection, dan Evaluasi) a. Siswa menerima review terhadap konsep baru yang diberikan berikan guru dan membandingkannya dengan konsep sebelumnya yang dimilikinya. b. Siswa bertanya tentang materi yang belum dipahami c. Siswa mengevaluasi hasil praktikum yang telah dilakukan dan menyimpulkan kegiatan tersebut. c. Interaksi Guru dengan Siswa Pendahuluan 1. Orientasi : a. Upaya guru untuk memusatkan perhatian siswa terhadap topik yang dipelajari b. Tanggapan siswa terhadap topik yang dipelajari
29
c. Pertanyaan guru tentang topik yang dipelajari d. Respons siswa terhadap pertanyaan guru Kegiatan Inti 2. Panggilan ide (elicitasi) dan demonstrasi a. Upaya guru mengungkap konsepsi awal siswa b. Keaktifan siswa mengungkapkan konsepsi awal c. Upaya guru membangkitkan terjadinya diskusi d. Respon guru terhadap jawaban siswa 3. Restrukturisasi ide a. Aktivitas siswa melakukan praktikum/praktek b. Aktifitas siswa membaca landasan teori c. Aktivitas siswa berdialog dengan teman satu kelompok d. Aktivitas siswa melakukan diskusi hasil pengamatan e. Upaya guru menjelaskan materi topik yang dipelajari yang belum diketahui siswa 4. Aplikasi ide a. Respons siswa terhadap soal-soal yang diberikan guru b. Pertanyaan tambahan dari guru c. Upaya guru agar siswa menetapkan konsep ilmiah dalam menjelaskan fenomena sehari-hari secara tepat d. Penutup 5. Review perubahan ide dan QRE (Questioning, Reflection, dan Evaluasi) a. Guru mengkaji ulang topik yang dipelajari b. Kesepakatan bersama tentang hasil praktikum/praktek yang didapat c. Kesimpulan materi pelajaran yang dipraktikan
3. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan pembuatan laporan kerja atau job sheet yang dipraktikum-kan pada kompetensi yang dipelajari siswa.
2.1.4
Tinjauan Belajar dan Prestasi Belajar Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses atau usaha
sadar yang dilakukan dengan tujuan supaya terjadinya perubahan tingkah laku pribadi seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan
30
merupakan hasil interaksi dengan lingkungan melalui pengalaman dalam sebuah kegiatan yang disebut sebagai pembelajaran. Dalam konteks ini belajar dikatakan sebagai proses penyampaian informasi atau pentransferan ilmu dari guru kepada muridnya dalam kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan Sagala, S (2006 : 37) menyatakan bahwa, :”Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Sedangkan pembelajaran berarti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru”. Pembelajaran (instruction) juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana di dalam memanipulasi sumbersumber belajar agar terjadi proses belajar. (Arief S. Sadiman) atau dengan kata lain interaksi / komunikasi timbal balik yang terjadi antara pengajar dengan siswa baik secara langsung maupun tidak langsung/melalui media guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Belajar berarti membentuk makna dari apa yang dipelajari individu melalui apa yang kita lihat, rasakan, dan alami. Dalam pembelajaran konstruktif, belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta tetapi mengembangkan pemikiran atau merekonstruksi pengetahuan berdasarkan kerangka pikir (konsep) yang telah ada sebelumnya dengan membuat pengertian yang baru. Proses pembelajaran ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui intrepretasi, dan intrepretasi ini selalu dipengaruhi oleh pengetahuan awal dari individu yang sedang belajar. E. Mulyasa (2002 :238) menyatakan bahwa, :
31
”Pengetahuan ini bukan merupakan satu yang persis (duplikat) sebagai peristiwa sebenarnya, tetapi hasil suatu interpretasi terhadap suatu peristiwa itu”. Dengan kata lain pengetahuan harus dikonstruksi sendiri oleh objek yang sedang belajar secara aktif membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya dengan cara membangun keterkaitan antara pengetahuan yang sedang dihadapi dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dan kegiatan belajar mengajar ini tidak hanya merupakan proses pengalihan pengetahuan saja tetapi juga pengalihan keterampilan dan kemampuan. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa belajar mempunyai suatu tujuan tertentu, selain untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri, tujuan belajar juga untuk mendapatkan output atau hasil belajar atau prestasi. Prestasi ini biasanya diukur dengan nilai. 1.
Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar itu sendiri adalah pencapaian tujuan yang
diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar, atau dengan kata lain adalah ukuran sejauh mana peserta didik mencapai tujuan-tujuan instruksional yang diharapkan dapat dicapai peserta didik tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:797), "Prestasi belajar didefinisikan
sebagai
penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan
yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru". Sedangkan menurut Mashri (1974 : 4), empat karakteristik prestasi belajar dinyatakan sebagai berikut :
32
1. Prestasi merupakan suatu perilaku yang dapat di ukur. Pengukuran perubahan perilaku itu dapat dilakukan dengan menggunakan tes prestasi. 2. Prestasi merupakan perbuatan individu itu sendiri bukan hasil perbuat orang lain terhadap individu itu. 3. Prestasi dapat di evaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh penilai atau menurut standar yang dicapai oleh kelompok 4. Prestasi merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Tinggi rendahnya prestasi individu tergantung atas kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas secara baik yang diberikan kepadanya setelah menjalani proses belajar tertentu.
Prestasi belajar dinyatakan dalam perolehan skor/angka dari hasil tes prestasi. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Makmun (dalam Oktaviani, 2005 : 18), bahwa, : " Prestasi belajar merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf / kalimat yang mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap siswa". Pada prinsipnya, hasil belajar ideal yang dicapai siswa dalam kegiatan belajarnya meliputi seluruh aspek psikologis, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotornya. Tetapi untuk mengukur keseluruhan aspek sangatlah sulit, khususnya afektif sulit diukur karena sifatnya yang intangible (tidak dapat diraba). Dari beberapa pengertian mengenai prestasi belajar, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran sejauh mana peserta didik menguasai
33
pengetahuan dan atau keterampilan pada mata pelajaran tertentu melalui tes prestasi yang hasilnya berupa nilai atau angka. Dalam desain penelitian ini, prestasi belajar yang dimaksud yaitu prestasi yang bisa diukur berupa nilai hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka.
2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mencapai sebuah
prestasi yang diinginkan. Slameto (2003 : 54) menyatakan bahwa : “ faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar adalah faktor intern den ekstern pada diri siswa yang bersangkutan ”. Sedangkan Abu Ahmadi (1997 : 103) menyatakan bahwa proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut, yaitu : 1. Faktor raw input (yakni faktor murid atau anak itu sendiri) di mana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam : a. Kondisi fisiologis b. Kondisi psikologis 2. Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami ataupun lingkungan sosial. 3. Faktor Instrumental input, yang didalamnya antara lain terdiri dari : a. Kurikulum b. Program atau bahan pelajaran c. Sarana dan fasilitas d. Guru atau tenaga pengajar
Dan Muhibin Syah (2004: 132) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya : 1.
Faktor Internal siswa (faktor yang berasal dari diri siswa sendiri), meliputi:
34
a. Aspek Pisiologis, kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. b. Aspek psikologis, kondisi yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa yaitu faktor rohaniah siswa yang meliputi :
2.
-
Intelegensi siswa
-
Sikap siswa
-
Bakat
-
Minat siswa
-
Motivasi siswa
Faktor Eksternal Siswa a. Lingkungan sosial (lingkungan sekitar siswa) misalnya, lingkungan sekolah yang terdiri dari staf, guru, dan teman-teman sekelas siswa. Lingkungan sosial yang terdiri dari teman sepermainan dan tetangga. b. Lingkungan non sosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3.
Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara dalam menunjang efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi
35
dalam hal ini berarti sepetangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Dan ketiga teori diatas, banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi atau hasil belajar yang dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran, secara garis besar tiap teori mengelompokkan faktor tersebut kedalam faktor eksternal dan internal siswa. Faktor- faktor yang dikemukakan tersebut berpengaruh terhadap baik atau buruknya prestasi yang dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu faktor ekstern atau eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan, meliputi pendekatan belajar yang digunakan, strategi pembelajarannya maupun metode pengajarannya.
2.1.5 1.
Tinjauan Kurikulum dan Mata Pelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan
kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Diantaranya, yaitu mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Dan juga menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan
gigih
dalam
berkompetisi,
beradaptasi
di
lingkungan
kerja,
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
dan
36
Untuk itu sekolah membekali peserta didik dengan kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan standar kompetensi dari program keahlian yang dipilih berdasarkan kurikulum yang diadopsi sekolah tersebut. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Sedangkan Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki pengertian, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
37
KTSP merupakan kurikulum baru yang diadopsi sekolah, dengan adanya kurikulum baru ini, diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional indonesia kearah yang lebih baik, salah satunya dengan memperbaiki kurikulumnya. Berikut perbedaan KTSP (yang merupakan pengembangan dari KBK) dengan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1994. Tabel 2-2 Perbedaan Kurikulum 1994 dan KBK / KTSP NO 1
Kurikulum 1994
KBK / KTSP
Menggunakan pendekatan
Menggunakan pendekatan kompetensi
penguasaan ilmu pengetahuan
yang menekankan pemahaman
yang menekankan isi / materi 2
Berbasis konten, siswa
Berdasarkan kompetensi, siswa
dipandang sebagai kertas putih
dipandang telah memiliki konsep awal berbeda
3
Guru merupakan kurikulum
Guru sebagai fasilitator yang bertugas
yang menentukan segala
mengkondisikan lingkungan yang
sesuatu yang terjadi di dalam
memberikan kemudahan belajar siswa
kelas 4
Pengetahuan keterampilan dan
Pengetahuan, keterampilan dan sikap
sikap dikembangakan melalui
dikembangkan berdasarkan
latihan mengerjakan soal
pemahaman melalui pengalaman
Sumber : Mulyasa, E. (2002 : 103) Dengan begitu, kurikulum yang diadopsi SMKN 6 Bandung ini senada dengan prinsip-prinsip konstruktif. Konstruktif sebagai model pembelajarannya dengan kurikulum sebagai landasan berpikirnya. Hal ini akan meningkatkan prestasi siswa apabila prinsip-prinsip konstruktif ini diterapkan dengan baik.
38
Dalam kurikulum SMKN 6 Bandung, mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif. 1.
Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya.
2.
Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan, dan
3.
Kelompok
produktif terdiri
atas
sejumlah
mata pelajaran
yang
dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Salah satu diantaranya adalah mata diklat Pengujian Bahan Bangunan. Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
2.
Kajian Mata Diklat Pengujian Bahan Bangunan Mata diklat pengujian bahan bangunan termasuk dalam salah satu mata
pelajaran kelompok produktif yang diberikan kepada siswa jurusan teknik bangunan di SMKN 6 Bandung pada program keahlian Konstruksi Kayu (TKK) dan Teknik Gambar Bangunan (TGB). Mata diklat ini mengkaji tentang bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sebuah konstruksi bangunan. Hal umum yang dipelajari, dimulai dari
39
definisi bahan, jenis-jenis bahan, fungsi atau kegunaan bahan, manfaat bahan, dan pada kompetensi tertentu dilakukan pengujian terhadap bahan bangunan sesuai dengan yang tercantum dalam silabus sekolah. Adapun kompetensi yang dipelajari pada mata diklat pengujian adalah sebagai berikut : Tabel 2-3 Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) Mata diklat Pengujian Bahan Bangunan
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR 1. Pengujian Bahan Pengikat
Melaksanakan Pengujian Bahan
2. Pengujian Bahan Agregat
Bangunan
3. Pengujian Campuran Beton 4. Pengujian Bahan Kayu
Sember : T.U SMKN 6 Bandung
Tabel 2-4 Analisis Urutan Logis Pembelajaran Mata diklat Pengujian Bahan Bangunan
Dapat Berdiri
No
Kompetensi/ Sub
Sendiri
Kompetensi
Ya
A1
Pengujian bahan pengikat
A2
Pengujian bahan pengisi
A3
Pengujian campuran beton
A4
Pengujian bahan kayu
Sumber : T.U SMKN 6 Bandung
Tidak
Tergantung Pada Kompetensi
Menuju Ke Kompetensi
A2, A3,A4
A1, A2
A3, A4 A4
Tabel 2-5 Silabus Mata diklat Pengujian Bahan Bangunan
KOMPETENSI DASAR
1.
2.
INDIKATOR
MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU
PENILAIAN
SUMBER BELAJAR
TM
PS
PI
7
8
1 Menguji Bahan Pengikat
2 - Memahami bahan pengikat hidrolis dan non hidrolis - Mengetahui standar kehalusan semen - Menentukan konsistensi normal - Mengetahui waktu pengikatam awal dan akhir - Menentukan ketetapan bentuk - Menghitung kuat tekan - Memahami jenis agregat kasar dan agregat halus
3 - Jenis-jenis bahan pengikat hidrolis dan non hidrolis - Macam-macam pengujian portland cemen - Menghitung macammacam pengujian bahan pengujian
4 - Menentukan jenis bahan pengikat hidrolis dan non hidrolis serta fungsinya - Menguji standar kehalusan semen - Mengadakan pengujian tentang konsistensi normal PC - Melaksanakan pengujian semen untuk waktu pengikatan awal dan akhir - Menguji ketetapan bentuk - Membuat hitungan kuat tekan
5 - Tes tertulis - Pemberian tugas - Test praktek
6 10
5
Menguji Bahan Agregat
- Menentukan kadar lumpur agregat kasar dan halus - Mengetahui gradasi agregat kasar dan halus
- Macam-macam bahan agregat kasar dan halus - Macam-macam pengujian agregat halus dan agregat kasar - Membuat perhitungan untuk pengujian agregat kasar dan agregat halus
- Menentukan jenis agregat kasar dan agregat halus - Menentukan persyaratan teknis pemakaian bahan agregat - Pengujian kadar lumpur agregat kasar dan agregat halus - Pengujian kadar organis
- Tes tertulis - Pemberian tugas - Test praktek
10
5
9 - Buku paket teknologi bangunan - Modul
- Buku paket teknologi bangunan - Modul
40
9
agregat halus dan agregat kasar - Pengujian kadar air agregat kasar dan halus
3.
Menguji Campuran Beton
- Menentukan rancangan campuran beton (Mix Design) - Mengetahui pengujian kuat tekan beton untuk menentukan karakteristik beton (K) - Mengetahui pengujian slump - Mengetahui pengujian beton keras - Menentukan agregat untuk campuran beton - Menentukan perbandingan bahan-bahan pembuat beton
- Macam-macam beton dan kualitas beton serta tujuan pemakaian beton - Merancang campuran beton (mix design) - Macam-macam perbandingan agregat untuk membuat beton - Perhitungan pengujian beton
- Merancang campuran beton (Mix Design) - Melaksanakan pengujian slump - Melaksanakan pengujian kuat tekan beton dan menentukan karakteristik beton (K) - Melaksanakan pengujian jenis agregat - Menentukan perbandingan bahan pembuat beton dalam pengujian beton - Menghitung bahan agregat untuk pengujian beton
- Tes tertulis - Pemberian tugas - Test praktek
10
5
- Buku paket teknologi bangunan - Modul
4.
Menguji Bahan Kayu
- Menentukan kuat fisik dan mekanisme kayu - Menentukan berat jenis, kuat belah, kuat tarik, dan kuat tekan kayu.
- Memahami jenis-jenis kayu dan kelas kayu sesuai dengan fungsinya - Membedakan jenis-jenis dan kelas kayu - Pengujian kuat fisik kayu - Pengujian berat jenis kayu - Pengujian kuat tekan dan kuat tarik kayu - Pengujian kuat belah kayu
- Menentukan jenis-jenis kayu, kelas, mutu kayu dan fungsinya - Pengujian kuat fisik dan mekanis kayu - Menentukan pengerjaan bahan kayu - Melaksanakan pengujianpengujian kayu
- Tes tertulis - Pemberian tugas - Test praktek
10
5
- Buku paket teknologi bangunan - Modul
Sumber : T.U SMKN 6 Bandung
41
42
2.2
Anggapan Dasar Menurut Winarno Surakhmad (dalam Arikunto, S, 2002 : 58), “Anggapan
dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Dikatakan pula bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan anggapan dasar yang berbeda-beda, karena mungkin seorang penyelidik meragukan kebenaran anggapan dasar yang oleh orang lain dianggap benar”. Anggapan dasar yang penulis buat dalam desain penelitian ini, antara lain : 1. Model pembelajaran konstruktif yang diterapkan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. 2. Kegiatan praktikum / praktek secara berkelompok merupakan aplikasi dari model pembelajaran konstruktif. 3. Guru memberikan penilaian proses dan penilaian akhir saat kegiatan belajar atau praktikum berdasarkan job sheet yang dibuat. 4. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator dalam kegiatan pembelajaran.
2.3
Hipotesis Sugiyono (2007 : 96) menyatakan bahwa : ” Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
439
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik dengan data”. Berdasarkan pengertian tersebut, hipotesis yang dirumuskan penulis dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut : Ho : “Tidak ada pengaruh yang positif dan berarti antara model pembelajaran konstuktif terhadap prestasi belajar siswa pada mata diklat pengujian bahan bangunan di SMKN 6 Bandung “. Ha : “Terdapat pengaruh yang positif dan berarti antara model pembelajaran konstuktif terhadap prestasi belajar siswa pada mata diklat pengujian bahan bangunan di SMKN 6 Bandung “.