BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah 1. Pengertian Akad Akad berasal dari bahasa Arab al-aqdu dalam bentuk jamak disebut al-uquud yang berarti ikatan atau simpul tali. Menurut para ulama fiqh, kata akad didefinisikan sebagai hubungan antara ijab dan qabul sesuai dengan kehendak syariat yang menetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan.23 Secara istilah fiqh, akad didefinisikan dengan: pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerima ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada objek perikatan. Pencantuman kata-kata yang “sesuai dengan kehendak syariat” maksudnya bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’. Adapun pencantuman kata-kata “berpengaruh kepada objek perikatan” maksudnya adalah terjadi perpindahn pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak lain (yang melakukan qabul).24 Dapat disimpulkan akad ialah petalian ijab (ungkapan tawaran disatu pihak yang mengadakan kontrak) denga qabul ( ungkapan penerimaan oleh pihak lain) yang memberikan pengaruh pada suatu kontrak. 23 24
Mardani, Op.cit, hlm 71. Abdul Rahman Ghazaly, et.al, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 51.
20
21
Dasar hukum akad dalam Al-Qur’an adalah surat Al-Maidah ayat 1 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا انَّ ِريٍَ آ َينُىا أَوْ فُىا ِب ْان ُعقُى ِد Artinya : “Hai orang-orang beriman, penuhilah akad-akad itu.” 2. Pengertian Bai Bitsaman Ajil Bai bitsaman ajil dikenal dengan jual beli tertangguh yaitu menjual sesuatu dengan disegerakan penyerahan barang-barang yang dijual kepada pembeli dan ditangguhkan pembayaranya.25 Bai bitsaman ajil diartikan sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran. Jadi dalam hal ini pihak BMT membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran angsuran. Dalam pelaksanaanya, BMT membeli atau memberi kuasa kepada nasabah untuk membelikan barang yang diperlukan atas nama BMT. Selanjutnya pada saat yang sama BMT menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sebesar harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark up, dimana jangka waktu serta besarnya angsuran berdasarkan kesepakatan bersama antara BMT dengan nasabah.26 Pembiayaan bai bitsaman ajil adalah suatu kontrak perjanjian oleh bank untuk membeli barang yang dikehendaki oleh si nasabah tersebut dengan harga pokok dan keuntungan yang disepakat, dan si nasabah akan membayarnya secar tangguh, mengikuti masa tempo yag ditetapkan dan dibayar dengan jumlah tertentu secara berangsur-angsur. 25 26
Mardani, Op.Cit, Hlm 183. Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Yogyakarta: Ekonisia, 2010), hlm 101.
22
Pembiayaan bai bitsaman ajil adalah suatu perjanjian yang disepakati antara bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan dananya untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang modal dan usaha yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh peminjam adalah atas harga barang modal dan mark up yang disepakati. Jadi jika harga jual ditetapkan dan disepakati, maka harga barang tersebut tidak boleh diubah walaupun terjadi inflas, deflasi, dan kenaikan suku bunga. Hal inilah yang membedakan dengan konsep ekonomi konvensional, yang menetapkan imbalan atas kredit atau pembiayaan yang diberikan berdasarkan prosentasi tertentu (sesuai tingkat suku bunga pasar) dari saldo kredit atau pembiayaan. Dengan demikian, bunga atau imbalan yang dibebankan kepada nasabah akan mengikuti pergerakan (naik atau turunnya) tingkat suku bunga. Perbedaan yang lain adalah jika terjadi penunggakan pembayaran, maka dalam konsep ekonomi konvensional akan dikenakan hukuman dengan bunga yang berbeda, hal ini tidak boleh terjadi dalam ekonomi Islam. Dalam dua transaksi tersebut, pada dasarnya hak atas barang telah berpindah dari penjual kepada pembeli pada waktu barang diserahkan walaupun pembayaran belum lunas. Dan disaat itulah muncul hak dan kewajiban utang piutang diantara keduanya. Kedua jenis jual beli di atas diadakan dengan tujuan membantu pihakpihak yang tidak mempunyai kemampuan untuk membeli secara tunai.
23
3. Dasar Hukum Bai bitsaman ajil a.
Al-Qur’an Ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar hukum pembiayaan bai bitsaman ajil adalah sebagai berikut: 1) Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 29
ٌَيَا أَيُّهَا انَّ ِريٍَ آَ َينُىا ََل تَأْ ُكهُىا أَ ْي َىانَ ُك ْى َب ْينَ ُك ْى بِ ْانبَا ِط ِم إِ ََّل أَ ٌْ تَ ُكى اض ِي ْن ُك ْى ٍ تِ َجا َزةً ع ٍَْ تَ َس Artinya : “Hai orang-orang beriman janganlah kamu makan hak sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” 27 2) Surat Al-Baqarah ayat 275
ّ َوأَ َح َّم. . . . . . . . . . ّللاُ ْانبَ ْي َع َو َح َّس َو ان ِّسبَا Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” 3) Surat Al-Baqarah ayat 282
. . . . . ُس ًًّى فَا ْكتُبُىه َ يَا أَيُّهَا انَّ ِريٍَ آ َينُىا إِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْى بِ َدي ٍٍْ إِنَى أَ َج ٍم ُي Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya . . . .” (Q.S. Al-Baqarah: 282).28 b.
Hadits Dari Suhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :
ٌ َ ثَال:صهَّى ّللاُ َعهَ ْي ِو َوآنِ ِو َو َسهَّ َى قَا َل اَ ْنبَ ْي ُع إِنَى:ُث فِ ْي ِه ٍَّ ْانبَ َس َكت َ ي َّ ِأَ ٌَّ اننَّب ٍت َلَ نِ ْهبَي ِْع (زواه اب َ َو ْان ًُقَا َز،أَ َج ٍم ِ َو َخ ْهطُ ْانبُ ِّس بِان َّش ِعي ِْس نِ ْهبَ ْي،ُضت )ياجو عٍ صهيب Artinya: “Nabi bersabda: ada tiga hal yang mengandung berkat: jual beli tidak secara tunai, Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah), 27 28
Karnaen Perwataatmadja, M. Syafi’i Antonio, Op.Cit, hlm 27. Mardani, Op.Cit, Hlm 183.
24
mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan untuk kepentingan rumah dan bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).29 c.
Ijma’ Kontrak bai bitsaman ajil tidak dibahas secara khusus dalam kitab klasik, seperti jual beli bertangguh yang lain. Namun, Ibnu Qudamah menyatakan bahwa secara ijma’ jual beli secara bertangguh adalah boleh. Ijma’ ulama berpandangan bahwa jual beli secara tertangguh dibolehkan berdasarkan keumuman jual beli sebagaimana yang djelaskan dalam surat Al-Baqarah/2 ayat 275. Oleh karena itu, jual beli bertangguh merupakan salah satu bentuk jual beli yang disyariatkan. Penambahan harga dalam jual beli ini dibolehkan, sementara penangguhan pembayaran dilakukan dengan syarat bila kedua belah pihak (penjual dan pembeli) menyetujui persyaratan kontrak tersebut.30
4. Rukun Bai Bitsaman Ajil Rukun dan syarat bai bitsaman ajil tidak jauh beda dengan jual beli secara umum karena transaksi ini merupakan pengembangan dari kontrak jual beli. Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama ada empat, yaitu: a. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli). b. Adanya objek atau barang. 29 30
Karnaen Perwataatmadja, M. Syafi’i Antonio, Op.Cit, hlm 28. Mardani, Op.Cit, Hlm 184.
25
c. Ada shighat (lafaz ijab dan qabul). d. Ada nilai tukar pengganti barang. 5. Syarat Bai Bitsaman Ajil Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang diatas adalah sebagai berikut: a.
Syarat orang yang berakad (penjual dan pembeli) Syaratnya adalah: 1) Berakal, agar tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya 2) Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa) 3) Tidak mubadzir (pemboros), sebab harta orang yang mubadzir itu di tangan walinya. 4) Baligh, anak kecil tidak sah jual belinya. Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa, menurut sebagian ulama mereka diperbolehkan jual beli.
b.
Syarat yang terkait dengan ijab dan qabul Syaratnya adalah: 1) Orang yang mengucapkan telah baligh dan berakal. 2) Qabul sesuai dengan ijab, apabila ijab dan qabul tidak sesuai maka jual beli tidak sah. 3) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis. Artinya, kedua belah pihak melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang sama.
26
c.
Syarat barang yang dijual belikan Syaratnya adalah: 1) Suci, barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai. 2) Ada manfaatnya, tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya. 3) Barang itu dapat diserahkan, tidak sah menjual barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli, misalnya ikan dalam laut dan barang yang sedang dijaminkan. 4) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan yang diwakilkan atau yang mengusahakan.
d.
Syarat nilai tukar (harga barang) 1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya. 2) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum, seperti pembayaran dengan cek atau kartu kredit. Apabila harga barang
itu
dibayar
kemudian
(berutang),
maka
waktu
dengan
saling
pembayarannya harus jelas. 3) Apabila
harga
jual
beli
itu
dilakukan
mempertukarkan barang (al-muqayadah), maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan syara’, seperti babi dan khamar, karena dua jenis benda ini tidak bernilai dalam syara’.
27
6. Skema Bai Bitsaman Ajil Gambar 2.1 Skema pembiayaan bai bitsaman ajil
(3)
BANK
NASABAH (4)
(2)
(1)
DISTRIBUTOR/ SUPPLIE
Pada jual beli bai bitsaman ajil, ada empat langkah proses yang dilakukan: 1) Nasabah mengidentifikasikan asset, misalnya asset X yang ingin dimiliki atau dibeli. 2) BMT
membelikan
asset
X
yang
diinginkan
nasabah
dari
distributor/suplier. 3) BMT menjual asset X tersebut kepada nasabah dengan harga jual (Rp. Y) sama dengan harga perolehan (Rp. X) ditambah margin keuntungan (MU). 4) Nasabah membayar harga asset X dengan cicilan sesuai dengan kesepakatan.31
31
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm 193-194.
28
7. Cara Perhitungan Bai Bitsaman Ajil Model perhitungan pembiayaan bai bitsaman ajil menggunakan sistem jual beli. Pembiayaan berdasarkan sistem jual beli merupakan penyediaan barang modal maupun investasi untuk pemenuhan kebutuhan modal maupun investasi. Atas transaksi ini, BMT melakukan penetapan harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli/harga pokok/harga perolehan BMT dan margin keuntungan.32 Harga Jual = Harga Beli (Harga Pokok BMT) + Margin Keuntungan Contoh perhitungan pembiayaan bai bitsaman ajil adalah sebagai berikut: Tuan A, pengusaha toko buku, mengajukan permohonan pembiayaan bai bitsaman ajil (investasi) guna pembelian mesin percetakan, senilai Rp. 55.000.000,-. Setelah di evaluasi BMT, usahanya layak dan permohonan disetujui, maka BMT akan mengangkat Tuan A sebagai wakil BMT untuk membeli dengan dana dan atas namanya kemudian menjual barang tersebut kembali kepada Tuan A sejumlah Rp. 60.000.000,- dengan jangka waktu 36 bulan dan dibayar secara cicilan tiap bulannya sebesar Rp. 1.666.667,-.Asumsi penetapan harga jual Rp. 60.000.000,- telah dilakukan: 1) Tawar menawar harga jual antara Tuan A dan BMT. 2) Harga jual yang disetujui tidak akan merubah selama jangka waktu pembiayaan (dalam hal ini 36 bulan) walaupun dalam masa tersebut
32
Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm 256.
29
terjadi devaluasi, inflasi maupun perubahan tingkat suku bunga bank di pasar.33
B. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Teori Lembaga Keuangan Syariah Pada sistem keuangan Islam kontrak bai bitsaman ajil telah diaplikasikan pada pembiayaan perumahan dan sebagainya. Walaupun demikian, jual beli ini baru diperkenalkan dalam sistem keuangan Islam. Dalam praktiknya pihak BMT memberi pembiayaan perumahan dan unit kendaraan, dengan menggunakan prinsip bai bitsaman ajil misalnya. Pembiayaan dilakukan secara tertangguh sampai dengan batas waktu yang ditentukan dan dibayar secara angsuran. Tujuannya adalah untuk memberikan kemudahan kepada pembeli yang mempunyai keinginan untuk memiliki suatu barang atau benda, sementara ia tidak mampu membayar secara tunai. 1.
Kaidah-kaidah khusus yang berkaitan dengan bai bitsaman ajil a. Harga barang dengan transaksi bai bitsaman ajil dapat ditentukan lebih tinggi daripada transaksi tunai. Namun, ketika harga telah disepakati, tidak dapat dirubah lagi. b.
Jangka waktu pengembalian dan jumlah cicilan ditentukan berdasarkan musyawarah dan kesepakatan kedua belah pihak.
33
Karnaen Perwataatmadja, M. Syafi’i Antonio, Op.Cit, Hlm 28.
30
c.
Manakala nasabah tidak dapat membayar tepat pada waktu yang telah disepakati maka BMT akan mencarikan jalan yang paling bijaksana.34
2.
Persyaratan yang wajib pada pembiayaan bai bitsaman ajil Untuk melakukan pembiayaan bai bitsaman ajil, ada beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi diantaranya: a.
Harga jual pada nasabah adalah harga beli barang oleh bank dengan sejumlah tambahan harga (Lump sump mark up) yang disetujui oleh pembeli.
b.
Surat tanda bukti kepemilikan dipegang oleh bank sebelum seluruh angsuran lunas.
c.
Pembayaran
utang
dimulai
saat
peminjam
telah
mampu
memperlihatkan hasil usaha. Aplikasi bai bitsaman ajil pada BMT (sistem pembiayaan tanpa bunga) disebut juga dengan kredit kepemilikan barang. Melalui cara seperti ini masyarakat dapat membeli keperluan rumah tangga, seperti rumah, kendaraan, dan sebagainya. Adapun pada bank konvensional pembayaran angsuran dikenakan bunga, ditambah dengan harga pokok. Sebelum utang lunas, barang masih menjadi milik bank dan tidak boleh dipindahtangankan.35
34 35
Muhammad, Op.Cit. hlm 31. Mardani, Op.Cit, Hlm 184-185.
31
C. Perbedaan Ba’i Bitsaman Ajil dengan Ba’i Murabahah Pada awal bank syariah berdiri di Indonesia pada tahun 1992, baik bank umum syariah maupun bank pengkreditan rakyat syariah, sudah banyak melaksanakan transaksi murabahah ini. Walaupun dalam aplikasinya bank syariah yang satu berbeda dengan bank syariah yang lain. Hal ini dapat dipahami karena aplikasi tersebut sangat tergantung pada fatwa yang diberikan oleh Dewa Pengawas Syariah masing-masing bank syariah, dimana dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 Dewan Pegawas Syariah diperkenankan untuk memberikan fatwa produk. Saat ini fatwa dikeluarkan hanya oleh Dewan Syariah Nasional dan bukan Dewan Pengawas Syariah lagi. Pada awal keberadaan bank Syariah di Indonesia, karena keterbatasan pemahaman syariah yang dimiliki oleh perangkat bank syariah, salah satu transaksi dibedakan antara murabahah yang dipergunakan atau dipersamakan dengan kredit modal kerja pada bank konvensional, dan bai bitsaman ajil (BBA) yang dipergunakan atau dipersamakan dengan kredit investasi pada bank konvensional. Setelah dilakukan penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam, bahwa bai bitsaman ajil dan murabahah tidaklah ada bedanya, bai bitsaman ajil merupakan salah satu cara pembayaran murabahah. Oleh karena itu pada saat sekarang transaksi tersebut yang ada hanya murabahah saja, sedangkan untuk istilah bai bitsaman ajil sudah tidak dipergunakan lagi. Ada bank syariah yang memasarkan bai bitsaman ajil, tetapi hal tersebut
32
hanya sebatas nama saja yang merupakan nama produk murabahah yaitu Beli Bayar Angsuran. Untuk mengetahui gambaran yang lengkap tentang hal tersebut berikut perbandingan konsep antara murabahah dan bai bitsaman ajil:36 Tabel 2.1 Perbandingan konsep antara murabahah dan bai bitsaman ajil No 1.
perihal Fikih
Murabahah a.
Dalam seluruh kitab,
Bai Bitsaman Ajil a. Tidak tercantum dalam
Murabahah adalah salah
kitab fikih manapun dan
satu bagian dari prinsip
buan bagian dari prinsip
jual beli.
jual beli melainkan istilah
b. Sistem pembayaran boleh secara angsur atau sekaligus.
baru sebagai bagian dari murabahah. b. Bai bitsaman ajil berarti, jual beli dengan cara angsur saja tidak ada pembayaran secara sekaligus.
2.
Teknik Perbankan
a. Digunakan diseluruh Perbankan Islam yang berada di Timur Tengah,
a. Produk ini hanya digunakan di Malaysia b. Sama
Eropa, Asia,Australia dan Amerika. b. Pembiayaan untuk barang yang bersifat siklus (modal kerja), kecuali pembiayaan untuk satu jenis barang dan bersifat one shot deal.
36
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2005), hlm 55-56.
33
Berdasarkan definisinya, bai bitsaman ajil merupakan second derivation atau pengembangan dari murabahah. Hal ini tampak jelas dari unsur pembayarannya. Perbedaan konsep ba’i bitsaman ajil dengan ba’i murabahah hanyalah pada tempo pembayaran, biasanya lebih dari satu tahun.37 Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang dijual belikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba/keuntungan dalam jumlah tertentu.38 Sedangkan bai bitsaman ajil merupakan pemberian pinjaman. Jual beli bai bitsaman ajil adalah jual beli tangguh dan bukan jual beli spot (Bai = jual beli, Tsaman = harga, Ajil = penangguhan) sehingga bai bitsaman ajil termasuk dalam kategori perdagangan dan perniagaan yang dibolehkan Syariah..39 Pembiayaan bai bitsaman ajil hampir sama dengan pembiayaan murabahah, yang berbeda adalah pola pembayarannya yang dilakukan dengan cicilan dalam waktu yang agak panjang. Pembiayaan ini lebih cocok untuk pembiayaan investasi. BMT akan mendapatkan keuntungan dari harga barang yang dinaikkan.
37
Mardani, Op.Cit. hlm 184-186. Muhammad, Op.Cit, hlm 57. 39 Ascarya, Op.Cit, hlm 192. 38