7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Terhadap Kondisi Ruang Laboratorium Resep
2.1.1 Pengertian Ruang Laboratorium Resep Ruang secara harfiah dapat diartikan sebagai alam semesta yang dibatasi oleh atmosfir dan tanah dimana kita berpijak. Sedangkan secara sempit, ruang dapat dikatakan sebagai suatu kondisi yang dibatasi oleh empat dinding, bisa diraba dan bisa dirasakan keberadaannya. (Cornelis Ven de Ven, 1995: 16). Ruang adalah hasil pemikiran yang memasukan faktor estetis yang digunakan sebagai tempat untuk menampung aktivitas atau kegiatan manusia. Ruang dapat dikatakan sebagai suatu wadah tempat manusia hidup atau sebagai lingkungan hidup manusia. Ruang laboratorium resep adalah suatu tempat atau ruangan yang dikhususkan untuk praktikum resep farmasi serta segala kegiatannya. Adapun hubungan antara manusia dan ruang dibedakan menjadi 2 bagian, antara lain : 1. Hubungan dimensional (antropometrics) Yaitu hubungan yang menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan dengan tubuh manusia dan pergerakannya. 2. Hubungan psikologi dan emosional (proxemics) Yaitu hubungan yang menentukan ukuran-ukuran kebutuhan ruang dari segi kejiwaan dan pengalaman ruang yang dihasilkan dari sensasi dan persepsi (psikologi emosional) pemakai.
8
Ruangan dapat didefinisikan melalui elemen-elemen fisiknya, derajat ketertutupan, batas-batas dan karakter ruangan yang terbentuk melalui elemen fisiknya, yaitu : 1. Bidang dasar (base planes) Adalah bidang yang terletak dibawah kita, yaitu bidang yang kita pijak. Bidang merupakan salah satu elemen pengaruh pergerakan manusia dalam se buah ruangan, tapi karena bidang ini terletak dibawah horizon mata kita, bidang ini tidak berpengaruh terhadap derajat ketertutupan sebuah ruangan. 2. Bidang atas (overhead planes) Adalah bidang yang ada di atas kepala kita. Bidang atas melindungi kita dari panas terik matahari atau air hujan, sehingga secara psikologi dapat memberikan perlindungan dan rasa aman. 3. Bidang batas vertikal (spatial edge) Adalah elemen yang paling sering kita perhatikan karena posisinya terdapat didepan mata kita (frontal). Bidang ini memiliki 3 fungsi antara lain :
Sebagai pembatas ruang.
Sebagai latar belakang dari ruang yang dapat memberikan persepsi yang berbeda-beda tergantung penggunaan warna, tekstur dan bentuk.
Sebagai kerangka ruangan untuk memasukan elemen-elemen fisik kedalam ruangan tersebut.
Sedangkan ruang sebagai pembatas terdiri dari :
Lantai dan plafond sebagai pembatas ruang horizon,
Dinding sebagai pembatas ruang vertikal,
9
Perabot, pengolahan perabot adalah mengenai sifat fisik perabot tersebut seperti bentuk, kualitas, bahan dan proporsi.
4. Peranan aspek non fisik
Penerangan.
Aspek audial/kebisingan. Ditinjau dari segi fungsinya, ruang dapat dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu : 1. Ruang sosiofugal Ruang ini mempunyai fungsi sebagai pemisah/memisahkan masing-masing individu sehingga tercipta suasana yang lebih privat. Ruang sosiofugal dapat dibentuk dengan :
Membuat sekat/dinding sebatas pandangan mata.
Pengaturan furniture, tempat duduk diatur agar tidak saling bertatapan satu sama lain dengan menghadapkan ke dinding atau saling membelakangi, tetapi dapat juga saling berhadapan dengan jarak yang cukup jauh.
2. Ruang sosiopetal Ruang ini menyatukan masing-masing individu sehingga tercipta interaksi sosial. Untuk itu perlu sekali diperhatikan masalah fasilitas fisik untuk belajar ini misalnya, ukuran ruangan, pengaturan cahaya, ventilasi, suasana tempat belajar, kelengkapan fasilitas yang diperlukan misalnya alat-alat belajar, buku-buku dan sebagainya.
10
Selain itu, manusia juga mengalami adaptasi di dalam ruangan. Adaptasi adalah sesuatu untuk menyatakan perubahan oleh pemakai untuk menciptakan suatu lingkungan fisik agar cocok sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Adaptasi merupakan suatu perubahan sebagai suatu hasil dari penyesuaian diri terhadap suatu elemen di dalam ruang. Waktu seseorang merasa bahwa lingkungan fisik mereka tidak dapat mengakomodasikan apa yang mereka mau, mereka mengubahnya, mereka menjadi seorang perancang. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa manusia merubah lingkungannya untuk dapat mensuport aktivitas mereka.
2.1.2 Pengertian Kondisi Ruang Laboratorium Resep Ruang Laboratorium harus dapat mendukung proses belajar mengajar murid dan guru, bukan hanya guru yang memiliki skill tapi juga ruang harus dapat mendukung aktivitas didalamnya. Untuk mendapatkan komposisi ruang yang baik, diperlukan kesatuan bagian-bagian dalam ruang. Kesatuan itu dapat diperoleh dengan pengaturan yang baik dan pandangan yang serasi. Susunan suatu ruang pertama-tama harus sesuai tujuan, maksudnya ialah bahwa penggunaan dan penyusunan perabot ditentukan oleh kebutuhan praktis dan kebiasaan hidup penghuninya, sehingga diperhatikan keselarasan antara perabot-perabot, ruang gerak dan ruang mempersatu. Untuk mencapai tujuan yang sama disatukan menjadi satu kelompok fungsi (Fritz Wilkening, 1989: 46-47).
11
Dari segi perancangan, elemen yang sangat dominan adalah ruanganruangan yang harus diciptakan, sehingga dapat menampung fungsi-fungsi yang berlangsung dalam ruangan tersebut baik. Setyo Soetiadji mengungkapkan bahwa untuk mewujudkannya harus diperhatikan persyaratan fisik ruang yang akan menjelma menjadi bentuk fisik ruangan, baik yang berupa lantai, dinding, atap, warna, perlengkapan dan sebagainya. Persyaratan lainnya berhubungan dengan pelaksanaan fungsi ruangan yang akan menjelma menjadi hubungan antar ruang, volume pengudaraan, intensitas pencahayaan, kenyamanan, keamanan dan sebagainya. Kondisi
ruang
laboratorium
hasil
upaya
penataan
yang
mempertimbangkan aspek lingkungan dan pengaturan kelengkapan fasilitas belajar dengan baik akan mampu memberikan rasa nyaman, aman dan berdaya guna bagi pemakainya. Dengan kata lain kondisi ruangan harus mampu memberikan suasana yang dapat membangkitkan semangat dalam belajar ataupun mengajar. Penataan tidak hanya berupa aturan geometrik, tetapi lebih pada suatu kondisi dimana setiap bagian dari seluruh komposisi saling berhubungan dengan bagian lain dengan tujuan untuk menghasilkan suatu susunan yang harmonis. Penataan tanpa variasi dapat mengakibatkan adanya sikap monoton dan membosankan, variasi tanpa tatanan menimbulkan kekacauan. Kesan untuk menyatukan berbagai variasi merupakan sesuatu yang ideal. Ditinjau dari segi penataan ruang, maka ruang laboratorium resep yang baik harus memenuhi beberapa aspek berikut ini :
12
a. Ukuran Ruang Kebutuhan luas ruangan laboratorium resep tergantung dari jenis dan aktifitasnya. Luas ruangan perorangan yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum kurang lebih 3,45 m2 sampai 6,03 m2. Ada yang menggunakan sistem berhadapan dengan menggunakan satu meja rujukan yang diletakan disamping, ada juga yang saling bertolak belakang dengan menggunakan dua buah meja rujukan yang diletakan di samping. Selain itu ada pula yang menggunakan sistem berdampingan yang mana ditengah-tengahnya dibatasi oleh meja rujukan (Ernst Neufert, 1980: 139). Pemilihan tata letak meja laboratorium ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan ruangan. Perabotan lain selain meja laboratorium, timbangan, dan kursi praktikum diletakan sejajar sepanjang tembok. Menentukan luas dan ukuran ruang pada dasarnya ditentukan oleh : -
Jumlah pengguna ruang,
-
Kegiatan yang akan terjadi dalam ruang tersebut,
-
Jumlah dan ukuran peralatan dan perabot yang harus ada dalam ruang,
-
Standar atau pengalaman empirik di lapangan,
-
Modul yang digunakan. Dalam menghitung kebutuhan luas ruang praktik Program Keahlian
Farmasi, rumus yang digunakan adalah : LRP = JP x α + Rg + RIS Rg
= 20% (JP x α)m2 (Sumber : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2003: 23)
13
Keterangan : LRP
: Luas ruang praktik.
JP
: Jumlah pengguna (siswa).
α
: Luas lantai yang diperlukan per siswa berdasarkan referensi (ILO).
Rg
: Ruang gerak siswa yang dibutuhkan, bila ruang praktik yang diadakan berupa ruang terbuka (open layout) yaitu sub ruang/area kerja yang tidak berdinding
RIS
: Luas ruang instruktur dan ruang simpan (60 m2)
α
: 5 s.d 9 m2
b. Peralatan Jenis peralatan yang dibutuhkan dapat ditentukan apabila telah diketahui kegiatan diklat dan jenis kegiatan yang akan dilakukan di setiap ruang tersebut, fungsi peralatan dan siapa pemakai peralatan dimaksud. Jumlah kebutuhan peralatan di masing-masing ruang tergantung pada :
Fungsi peralatan,
Jenis kegiatan yang dilakukan,
Jumlah pemakai,
Luas lantai ruang,
Ukuran setiap peralatan.
Pertimbangan tersebut mempunyai ketergantungan satu sama lain, karena asumsi yang digunakan untuk menghitung peralatan adalah bahwa alat melekat pada ruang dan kegiatan praktik untuk Program Keahlian Farmasi bersifat
14
individu, maka peralatan yang berhubungan atau dipakai langsung oleh siswa jumlahnya sama dengan jumlah siswa yang melakukan praktik dalam satu kurun waktu praktik. Rumus sederhana untuk menghitung kebutuhan jumlah peralatan adalah : JS JA = SA (Sumber : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2003: 32)
Keterangan : JA
: Jumlah alat.
JS
: Jumlah siswa/kelompok.
SA
: Jumlah siswa/alat.
c. Perabot Perabot atau mebeler terdiri dari yang mudah dipindahkan/disusun sesuai kebutuhan dalam proses belajar mengajar, dan perabot atau mebeler yang tetap/tidak mudah dipindahkan misalnya : meja beton, bak cuci, lemari tempel/kabinet, dan merupakan bagian dari bangunan. Fungsi perabot sekolah erat kaitannya dengan jenis kegiatan yang dilakukan, ruang penempatan perabot, dan calon pemakai perabot. 1. Jenis kegiatan Yang dimaksud dengan kegiatan disini adalah segala sesuatu yang dilakukan di sekolah dalam rangka pencapaian tuntutan kurikulum yang berlaku dan dalam kegiatan tersebut menggunakan alat bantu pembelajaran berupa alat tulis menulis, alat peraga, alat praktik, maupun buku-buku pelajaran sekolah.
15
Dalam hal ini perabot berfungsi sebagai wadah/tempat untuk menempatkan maupun menyiapkan alat bantu pembelajaran tersebut. 2. Penempatan perabot Setiap jenis perabot yang dibutuhkan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan baik dalam proses belajar mengajar maupun proses kegiatan pengelolaan sekolah akan membutuhkan ruangan tertentu sebagai tempatnya. Dalam hal ini penempatan perabot pada ruang belajar, ruang penunjang, maupun ruang perkantoran. 3. Pemakai perabot Pemakai ialah para siswa, para guru/instruktur, pegawai tata usaha, dan tamu/pihak luar sekolah. Jenis perabot pada setiap ruang dapat ditentukan apabila telah diketahui kegiatan apa yang akan dilakukan di ruang tersebut, fungsi perabot dan oleh siapa perabot tersebut digunakan. Untuk menghindari adanya jenis perabot yang terlalu banyak, maka dalam merencanakan jenis perabot hendaknya yang dapat dipakai untuk bermacammacam fungsi dan kegiatan sehingga dapat menghemat tempat pada ruang maupun biaya pengadaannya. Penentuan jumlah untuk masing-masing jenis perabot tergantung pada :
Jenis ruang,
Penggunaan tunggal dan penggunaan ganda,
Jenis kegiatan yang dilakukan,
Kegiatan yang dilakukan oleh pemakai perabot yang sifatnya berpindah/tetap,
16
Jumlah pemakai tiap jenis perabot,
Jumlah siswa dalam satu kelompok belajar dan jenis metoda yang lazim digunakan dalam proses belajar mengajar di ruang tersebut,
Jenis dan jumlah alat peraga/praktik yang digunakan dalam ruang tersebut,
Luas lantai ruang tersedia,
Ukuran setiap jenis perabot.
Penentuan ukuran perabot Salah satu hal yang harus diketahui dalam menentukan ukuran perabot sekolah adalah pertimbangan antropometri dan ergonomi dari calon pemakai, khususnya ukuran kursi, meja belajar untuk siswa perlu mendapat perhatian karena mereka sedang mengalami pertumbuhan tubuh yang cepat, sedangkan waktu yang paling banyak dalam proses belajar mengajar adalah duduk dan menulis. Antropometri adalah perhitungan dari ukuran-ukuran tubuh manusia. Antropometri juga merefleksikan proporsi dan dimensi tubuh manusia serta karakteristik fisiologis lainnya yang berhubungan dengan kegiatan manusia yang berbeda-beda. Antropometfi sering juga disebut sebagai faktor-faktor manusiawi (human factors). Penerapannya sehari-hari sering direpresentasikan dengan istilah ergonomik yang berkaitan dengan masalah-masalah seperti ketinggian permukaan meja, ketinggian tempat duduk yang menyenangkan serta dimensi kritis yang mempengaruhi perancangan unsur-unsur mikro seperti perlengkapan ( Deddy Halim, 2005: 187).
perabot, alat-alat, dan
17
Data antropometri didasarkan tinggi badan yang bersangkutan karena data berdasarkan usia dan jenjang pendidikan tidak dapat digunakan dengan alasan sebagai berikut :
Siswa yang usianya sama belum tentu sama ukuran tinggi badannya.
Siswa yang kelasnya sama belum tentu sama pula tinggi badannya. Data antropometri diperlukan dalam menentukan ukuran-ukuran, sarana
lingkungan hidup, dalam hal ini perabot harus dapat menunjang kebutuhan jasmani dan rohani pemakai, khususnya perabot sekolah harus dapat mendukung perkembangan jasmani siswa dalam masa pertumbuhannya.
d. Sirkulasi Pengertian sirkulasi adalah aktivitas gerak yang dilakukan dalam ruangan. sedangkan alur sirkulasi dapat diartikan sebagai ”tali” yang mengikat ruangruang sesuatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang maupun dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan (Francis D.K Ching, 1994). Pengaturan dan perencanaan sirkulasi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam perencanaan karena desain sirkulasi dapat menentukan efisiensi bangunan sebagai kesatuan fungsional. Unsur-unsur sirkulasi antara lain : a. Pencapaian bangunan, b. Pintu masuk bangunan, c. Konfigurasi alur gerak, d. Hubungan jalan dengan ruang,
18
e. Bentuk ruang sirkulasi. Ruang sirkulasi atau daerah sirkulasi adalah jalan lalu dari jalan masuk di luar bangunan sampai masuk ke dalam bangunan dan berlalu dari satu tempat atau ruang ke tempat atau ruang lainnya. Dalam sirkulasi orang bergerak dan mengalami. Ia bergerak langsung dengan aman atau tersendat-sendat dan sering menubruk sesuatu. Ia mengalami urutan-urutan penglihatan yang logis dan mengesankan atau membingungkan, ini tergantung dari mutu ruang yang dimasukinya. Perancangan sirkulasi adalah dasar. Pengaturan dan perancangannya yang benar amat menentukan efisiensi pemakaian bangunannya, lagi pula sirkulasi yang baik memperlihatkan keteraturan ekspresi keindahan. Syarat-syarat sirkulasi meliputi : a. Urutan yang logis baik dalam ukuran ruang, bentuk dan arah, b. Pencapaian yang mudah dan langsung, c. Memberikan gerak yang logis dan pengalaman yang indah bermakna.
2.1.3 Standar Ruang Laboratorium Resep a. Ruang laboratorium resep berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran resep secara praktek yang memerlukan peralatan khusus. b. Ruang laboratorium resep dapat menampung minimum satu rombongan belajar. c. Rasio minimum ruang laboratorium resep 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum
19
ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar ruang laboratorium resep minimum 5 m. d. Ruang
laboratorium
resep
memiliki
fasilitas
yang
memungkinkan
pencahayaan memadai untuk membaca jurnal praktikum dan melaksanakan peracikan obat e. Ruang laboratorium resep dilengkapi sarana sebagai berikut Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Laboratorium Resep No 1 1.1
Jenis
Rasio
Perabot Kursi Guru
1.2
Meja kerja
1 buah/ 7 peserta didik
1.3
Meja demonstrasi
1 buah/lab
1.4
Meja persiapan
1 buah/lab
1.5
Lemari alat
1 buah/lab
1.6
Lemari bahan zat
2 buah/lab
1.7
Lemari asam
1 buah/lab
1 buah/guru
Deskripsi Kuat, stabil, dan mudah dipindahkan. Kuat dan stabil. Ukuran memadai untuk menampung kegiatan peserta didik secara berkelompok maksimum 7 orang. Kuat dan stabil. Luas meja memungkinkan untuk melakukan demonstrasi dan menampung peralatan dan bahan yang diperlukan. Tinggi meja memungkinkan seluruh peserta didik dapat mengamati percobaan yang didemonstrasikan. Kuat dan stabil. Ukuran memadai untuk menyiapkan materi percobaan. Tertutup dan dapat dikunci. Ukuran memadai untuk menampung semua alat. Kuat dan stabil. Cukup untuk menyimpan seluruh bahan, tidak mudah berkarat, rak tersangga dengan kuat. Pintu geser, berkunci. Ukuran ruang dalam lemari minimum
20
No
Jenis
1.8
Bak cuci
2 2.1
Peralatan Pendidikan Pipet tetes
2.2
Batang pengaduk
2.3
Gelas beaker
2.4
Gelas beaker
2.5 2.6
Labu erlenmeyer Pipet volume
2.7
Corong
2.8
Mortar + Stamper
2.9
Gelas ukur
Rasio
1 buah/ 2 kelompok, ditambah 1 buah di ruang persiapan.
100 buah/lab Masingmasing 25 buah/lab Masingmasing 12 buah/lab Masingmasing 3 buah/lab 25 buah/lab Masingmasing 30 buah/lab Masingmasing 30 dan 3 buah/lab Masingmasing 6 dan 1 buah/lab Masingmasing 15, 15,15, 3, dan 3
Deskripsi 0,9 m x 0,6 m x 0,9 m. Tinggi bidang kerja dari lantai 70 cm. Materi tahan karat, tahan asam, mempunyai pintu kaca yang dapat dibuka-tutup sebagian, mempunyai pencahayaan yang baik, saluran buangan gas langsung keluar dan terpompa, mempunyai saluran air bersih dan buangan. Tersedia air bersih dalam jumlah yang memadai.
Ujung panjang, dengan karet. Ukuran 20 cm. Diameter: 5 mm dan 10 mm, panjang 20 cm. Volume: 50 ml, 150 ml, dan 250 ml. Volume: 500 ml, 1000 ml, dan 2000 ml. Volume 250 ml, 100 ml Skala permanen. Volume: 5 ml dan 10 ml. Diameter: 5 cm dan 10 cm.
Bahan keramik, bagian dalam berglasur. Diameter: 13 cm dan 16cm. Volume: 10 ml, 50 ml, 100 ml, 500 ml, dan 1000 ml.
21
No
Jenis
2.10 Buret + klem
2.10 Statif dan klem
Rasio buah/lab 10 buah/lab
2.12 Kaca arloji 2.13 Corong pisah
Masingmasing 10 buah/lab 10 buah/lab 10 buah/lab
2.14 Alat destilasi
2 set/lab
2.15 Neraca 2.16 Pembakar spiritus 2.17 Kaki tiga + alas kasa kawat 3 Media Pendidikan 3.1 Papan tulis
2 set/lab 8 buah/lab 8 buah/lab
4 4.1
1 buah/lab
Deskripsi Skala permanen, tangan klem buret mudah digerakkan, kelas B. Volume 50 ml. Besi, tahan karat, stabil, kuat, permukaan halus. Klem boss clamp. Diameter 10 cm. Bahan gelas. Volume 100 ml. Bahan gelas. Volume labu 100 ml. Ketelitian 10 mg. Bahan gelas, bertutup. Tinggi disesuaikan tinggi pembakar spiritus. Ukuran minimum 90 cm x 200 cm. Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik melihatnya dengan jelas.
Bahan Habis Pakai Bahan habis pakai tersedia di laboratorium meliputi bahan dasar obat, dengan banyak setiap saat 1,2 x banyak yang dibutuhkan.
5 5.1 5.2 5.3
Perlengkapan Lain Lemari Narkotika Alat pemadam kebakaran Peralatan P3K
5.4 5.5
Tempat sampah Jam dinding
1 buah/lab 1 buah/lab
Disimpan didepan dan dikunci Mudah dioperasikan.
1 buah/lab
Terdiri dari kotak P3K dan isinya tidak kadaluarsa termasuk obat P3K untuk luka bakar dan luka terbuka.
1 buah/lab 1 buah/lab (Sumber : Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007: 52)
22
2.2
Tinjauan Terhadap Proses Belajar Mengajar
2.2.1 Pengertian Belajar Kegiatan yang paling pokok dan utama dari proses pndidikan adalah kegiatan belajar mengajar. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik. Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalah “Suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Skinner dalam Dimyati(2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Berdasarkan
pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
belajar
merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Perubahan tersebut akan nampak dalam penguasaan pola-pola respon yang baru terhadap lingkungan, berupa keterampilan, kebiasaan, sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalaman, apresiasi dan sebagainya.
23
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
2.2.2 Pengertian Mengajar Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi belajar mengajar (Nasution, 1982: 8). Mengajar adalah usaha yang dilakukan untuk memberikan kemudahan terhadap siswa, agar terjadi proses belajar yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar ini merupakan suatu interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Fungsi pokok mengajar adalah menyiapkan kondisi yang dipergunakan untuk belajar. Sedangkan yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswa. Dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah, belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang siswa selaku penerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar.
24
2.2.3 Pengertian Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Moh. Uzer Usman, 1990: 1). Proses belajar mengajar dinyatakan sebagai proses yang mengandung dua pengertian yaitu sebagai rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu dan dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran. Mengajar dan belajar merupakan dua kegiatan yang berlainan, akan tetapi antara satu dengan yang lainnya terdapat hubungan yang erat bahkan saling berkaitan satu sama lainnya.
25
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah, didalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran (H. Mohammad Ali, 1987: 4). Komponen-komponen itu dapat dikelompokan kedalam tiga kategori utama yaitu guru, isi atau materi pelajaran dan siswa. Interaksi antara ketiga komponen utama tersebut melibatkan sarana dan prasarana seperti metode, media dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Sudirman (1989: 40) menyatakan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, antara lain: 1. Tujuan
(pengetahuan,
keterampilan,
sikap
dan
nilai)
yang
hendak
dicapai/ditingkatkan sebagai hasil kegiatan yang berupa efek instruksional dan efek pengiring. 2. Isi mata pelajaran atau bidang studi (teori, praktek, scope dan squence tingkat kesulitan dan kaitannya dengan studi lain). 3. Sumber-sumber belajar yang relevan, mutakhir, terpilih dan tepat guna dari berbagai jenis sumber belajar. 4. Ketersediaan alat-alat, dana, pengadaannya, waktu persiapannya. 5. Siswa (usia, kemampuan, latar belakang, motivasi, kebutuhan, dan lain-lain). 6. Pengajar (falsafah tentang pendidikan dan pengajaran, kompetensinya dalam teknik mengajar, kebiasaannya, kerjasama dengan guru lain dalam bidang studi yang berkaitan, dan lain-lain. 7. Besar kelas dan jumlah ruangan, banyaknya jam pertemuan yang tersedia.
26
8. Faktor ekonomi dan administrasi. Abin Syamsuddin (1990: 91) mengidentifikasi beberapa ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, antara lain : a. Perubahan itu intensional, artinya pengalaman atau praktek atau latihan dengan sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan secara kebetulan. Dengan demikian perubahan karena kemampuan atau kematangan atau karena penyakit dan keteletian tidak dapat dipandang sebagai perubahan hasil belajar. b. Perubahan itu positif. Artinya sesuai yang diharapkan (normatif) atau kriteria keberhasilan (criteria of success) baik dipandang dari segi sisw (tingkat abilitas dan bakat khususnya, tugas perkembangan, dan sebagainya) maupun dari segi guru (tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tingkat standar kulturnya). c. Perubahan itu efektif. Artinya pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar yang bersangkutan, serta fungsional dalam arti perubahan hasil belajar itu (setidaktidaknya sampai batas waktu tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (problem solving) baik dalam ujian, ulangan dan sebagainya maupun dalam penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.
27
2.3 Anggapan Dasar Anggapan dasar adalah suatu titik tolak pemikiran agar tidak terjadi keragu-raguan dalam penelitian yang akan dilakukan. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1990: 107), sebagai berikut : “Anggapan dasar atau postulat adalah asumsi yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan pada masalah-masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal, titik mana yang tidak lagi menjadi keragu-raguan.” Anggapan dasar yang menjadi titik tolak dalam penelitian ini adalah : 1. Dengan penataan ruang laboratorium resep yang baik, siswa merasa nyaman dalam melaksanakan kegiatan/aktivitas belajarnya. 2. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar jika ruang laboratorium resep memiliki penataan ruang yang baik.
2.4 Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian. Hipotesis disimbolkan dengan Ho dan perlu didampingi oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini merupakan hipotesis tandingan (Ho) untuk Ha. Suharsimi Arikunto (2002: 64), mengemukakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” Berdasarkan pengertian tersebut, hipotesis yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah :
28
Ho : “Tidak ada kontribusi yang positif dan berarti dari kondisi ruang laboratorium resep terhadap proses belajar mengajar di SMK YPIB Subang“. Ha : “Terdapat kontribusi yang positif dan berarti dari kondisi ruang laboratorium resep Subang “.
terhadap proses belajar mengajar di SMK YPIB