8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kinerja Perusahaan 1. Pengertian Kinerja Perusahaan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2002) Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Kinerja merupakan hal yang penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empiric suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja perusahaan. 2. Tujuan dan Penilaian Kinerja Menurut Mulyadi (2001) adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen dalam
merencanakan rencana
yang
formal
yang
dituangkan dalam rencana strategik, program dan anggaran organisasi.
9
Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta beberapa penghargaan, baik yang bersifat interisik maupun yang bersifat ekstrinsik. Penilaian kinerja dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasa pelanggan, produktivitas dan biaya efektif dalam proses bisnis serta produktifitas dan komitmen seseorang yang akan menentukan kinerja keuanagn dimasa yang akan datang, ini dapat dinamakan ukuran keuangan.
B. Persediaan 1. Pengertian dan Jenis-jenis Persediaan Sebuah perusahaan harus menyimpan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Kegagalan untuk melakukan hal itu bisa mengakibatkan hilangnya penjualan. Di sisi lain, terlalu banyak menyimpan persediaan akan menambah beban seperti penyimpanan, asuransi, dan pajak properti. Dan persediaan yang berlebihan akan meningkatkan risiko kerugian akibat penurunan harga, kerusakan dan perubahan pola pembelian pelanggan. Persediaan adalah barang yang dimiliki oleh perusahaan
10
untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barangbarang yang akan dijual kembali. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) : “ persediaan adalah asset : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan c. Dalam bentuk bahan atau pelengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Warren, et al. (2005) “persediaan digunakan untuk mengidentifikasi : a. Barang dagang yang disimpan untuk kemudian dalam operasi bisnis perusahaan, dan b. Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalanya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut
untuk
memproduksi
barang-barang
serta
menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk yang dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan, produksi tidak perlu dilakukan khusus buat konsumen, atau sebaliknya
11
tidak perlu konsumsi didesak supaya sesuai dengan kepentingan produksi.
Menurut Rangkuti (2004) tipe persediaan terdiri atas : a. Persediaan alat-alat kantor (Supplies) Persediaan
yang
diperlukan
dalam
menjalankan
fungsi
organisasi dan tidak menjadi bagian dari produk akhir. Tipe persediaan alat-alat kantor diantaranya adalah : kertas, pensil, tinta, disket, dan lain-lain. b. Persediaan bahan baku ( Raw Material) Item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan baku ini akan mengalami transformasi atau dikonversi menjadi barang akhir. Tipe dari bahan baku diantaranya : kayu, papan, pernis(pelitur) dalam industri mebel. c. Persediaan barang dalam proses Bagian dari produk akhir tetapi masih dalam proses pengerjaan, karena masih menunggu item yang lain untuk diproses. d. Persediaan barang jadi Persediaan produk akhir yang siap untuk dijual, didistribusikan atau disimpan.
12
2. Metode-metode persediaan Menurut Stice, et al. (2004) metode-metode penilaian persediaan yang paling umum adalah :
1) Identifikasi Khusus (Specific identification) Biaya yang dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan barang ke barang yang ada ditangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. 2) Biaya rata-rata (Everage Weight) Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. 3) Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO) FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realitis terhadap arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang terjual. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual.
13
4) Metode masuk terakhir, keluar pertama (LIFO) LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka harga pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. Namun, LIFO adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini.
3. Rasio aktifitas untuk persediaan Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Rasio
Perputaran
Persediaan
mengukur
efesiesi
pengelolaan persediaan barang dagangan. Rasio ini juga menggambarkan kecepatan perputaran persediaan, semakin besar rasio semakin baik.
Menurut Jumingan (2006), menerangkan bahwa : “Perputaran
persediaan
(inventory
turnover)
menunjukan berapa kali barang dijual dan diadakan kembali selama satu periode akuntansi”. Perputaran persediaan dihitung sebagai berikut :
14
Rasio perputaran persediaan =
Harga pokok produksi X1
Persediaan rata-rata
Untuk perusahaan yang kegiatannya tidak hanya membeli dan menjual barang dagangan tetapi juga memproduksi barang maka perusahaan ini akan mempunyai persediaan bahan mentah, bahan dalam proses dan bahan jadi. Terhadap persediaan ini maka dapat dianalisa dengan prosedur yang sama.
Sedangkan Menurut John J Wild, K R. Subramanyam dan Robert F Halsey (2004), menerangkan bahwa : “Ukuran perputaran persediaan yang berguna untuk menilai kebijakan pembelian dan produksi perusahaan adalah jumlah hari untuk menjual persediaan”. Rasio jumlah hari untuk menjual persediaan (days to sell inventory ratio) dihitung sebagai berikut :
Umur rata-rata persediaan
(Averange age of inventory)
=
360
Perputaran persediaan
15
Atau
Umur rata-rata persediaan
=
persediaan rata-rata x 360
(Averange age of inventory)
HPP
Umur rata-rata persediaan ini dapat dianggap sebagai jumlah waktu atau hari sejak pembelian bahan mentah sampai penjualan produk akhir perusahaan, maka semakin pendek umur ratarata persediaan maka semakin aktif persediaan tersebut dan sebaliknya.
C. Perputaran Piutang Piutang yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kreditmaka perhitungan dalam tingkat perputaran piutang tersebut menurut Syamsuddin (2004) dapat dihitung sbb : Tingkat perputaran piutang = Total penjualan kredit (netto) X 1 (Receivable Turnover)
Piutang rata-rata
Piutang rata-rata dapat dihitung secara tiap bulanan (saldo tiap akhir bulan dibagi dua belas) atau tahunan yaitu saldo awal tahun ditambah saldo akhir tahun dibagi dua belas.
16
Makin tinggi ratio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika ratio rendah berarti
terjadi
over
investment
dalam
piutang
sehingga
memerlukan analisa lebih lanjut. Penurunan ratio penjualan kredut dengan piutang ratarata dapat disebabkan oleh faktor sbb : 1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang. 2. Turunnya piutang dan diikuti penurunan penjualan dalam jumlah besar. 3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah lebih besar. 4. Turunnya penjualan dengan piutang tetap. 5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tetap. Menurut Syamsuddin (2004), ratio perputaran piutang maka kita dapat menghitung pula rata-rata pengumpulan piutang (average age of account receivable) dengan rumus : Umur rata-rata pengumpulan piutang =
360 Tingkat
piutang
perputaran
atau
Umur rata-rata pengumpulan piutang = Piutang rata-rata x 360 Penjualan kredit
17
Hasilnya akan menunjukkan berapa hari piutang tersebut terdapat ditagihb yang umumnya antara satu atau dua bulan. Jika rata-rata pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kurang baik terutama bagian penagihan karena tidak mampu menagih piutang pada saatnya atau perusahaan tersebut memberikan pernyataan yang lebih lunak kepada pelanggannya.
D. Konsep Profitabilitas 1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh facktor-faktor tersebut terhadap profitabilitas suatu perusahaan, dapat digunakan rasio keuangan. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) adalah “rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”. Dari rasio profitabilitas
dapat
diketahui
bagaimana
tingkat
profitabilitas
perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit
18
bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Berhubungan dengan pernyataan di atas pada umumnya perusahaan dalam menjalankan operasionalnya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik profitabilitas maksimal dari pada laba yang maksimal. Jadi penting bagi perusahaan adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan profitabilitasnya. Profitabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Berbeda dengan pengertian laba, maka profitabilitas dalam faktor modal atau aktiva telah diperhitungkan, dengan demikian profitabilitas menunjukkan efesiensi penggunaan modal atau aktiva dalam perusahaan. Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan tanpa
mengingat
dari
mana
sumber
modal dan
menunjukkan tingkat efesiensi perusahaan dalam melaksanakan operasi perusahaan. Mengenai
cara
untuk
menilai profitabilitas
perusahaan
bermacam-macam dan tergantung pada laba atau aktiva mana yang akan diperbandingkan atau dengan kata lain bentuk modal dalam perusahaan ada bermacam-macam, misalnya modal asing, modal
19
sendiri, modal total begitu pula halnya dengan laba yaitu laba bruto, laba netto, laba sebelum pajak, laba netto sebelum pajak. 2. Ratio Pengukuran Profitabilitas Tinggi rendahnya
profitabilitas perusahaan dapat
ditentukan oleh dua faktor yaitu :
a. Profit margin Menurut Van Home (2009)
profit margin adalah
perbandingan antara laba usaha dengan penjualan bersih. Perbandingan ini dinyatakan dengan persentase. Jadi profit margin adalah selisih antara penjualan bersih dengan biaya operasi, selisihnya dinyatakan dalam presentase dari penjualan bersih, rumusnya sbb: Profit margin
=
laba usaha
x
100%
Penjualan bersih Besar kecilnya profit margin ditentukan oleh penjualan bersih dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung pada hasil penjualan dan besarnya biaya usaha.
20
b. Return on assets Menurut Harahap (2002) Return on assets adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net income) dengan aktiva usaha (operating income). Dengan kata lain profitabilitas
suatu
perusahaan
dapat
diukur
dengan
menghubungkan antar keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atas assets yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (operating income). Yang dimaksud dengan operating assets adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha untuk memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. Ratio ini akan menunjukkan tingkat efesiensi perushaan dalam melaksanakan operasinnya sehari-hari. Rumus yang dapat digunakan untuk mengukurnya yaitu sbb Return on assets (ROA) =
laba bersih setelah pajak x 100% Aktiva usaha
21
Ratio ini sangat berguna untuk membendingkan antara dua perusahaan atau lebih yang memiliki struktur modal yang berbeda atau untuk membandingkan perusahaan yang sama untuk dua periode yang berbeda.
E.
Pengaruh
Antara
Perputaran
Piutang
Dan
Perputaran
Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur. Telah sama-sama diketahui bahwa hubungan antara piutang dan persediaan dank as berhubungan erat satu sama lainnya. Bilaman terjadi suatu produk dijual (secara kredit) maka produk tersebut dipindahkan dari pos persediaan ke pos piutang dan akhirnya ke pos kas. Peningkatan arus kas yang masuk akan memperbesar jumlah aktiva lancar, dalam hal ini adalah jumlah kas. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini juga berarti perusahaan dapat membiayai dana operasional sehari-hari seperti pembelian
bahan
mentah untuk
memproduksi, membayar upah karyawan, membayar hutang jangka pendek dan lain-lain. Semakin likuid perusahaan akan memacu perusahaan untuk mengelola kas yang benar dengan cara diputarkan atau dalam keadaan
22
bekerja terus-menerus, dalam rantai perputaran modal kerja dapat digambarkan sbb : Kas
Inventory
Piutang
Kas
Gambaran ini terlihat perusahaan berusaha memutar kasnya menjadi persediaan dengan cara membiayai produksi suatu produk (mengubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi) kemudian terjadi perputaran persediaan (barang keluar dari gudang)
untuk dijual
baik secara tunai
atau kreditsehingga
menimbulkan aliran kas masuk baik berupa uang kas (penjualan tunai) atau piutang (penjualan kredit). Untuk piutang akan terjadi perputaran piutang dengan cara mencairkan piutang kembali menjadi kas dan seterusnya kas berputar kembali. Semakin tinggi perputaran piutang (receivable turnover) menujukkan modal kerja yang ditambahkan dalam piutang rendah, sebaliknya jika ratio semakin rendah berarti terajdi over investment dalam piutang. Ini kemungkinan dapat disebabkan oleh bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau kemungkinan ada perubahan dalam kebijaksanaan kredit. Sedangkan semakin tinggi volume penjualan kredit (piutang) menyebabkan makin tinggi pula tingkat peputaran persediaan
23
perusahaan. Ini disebabkan untuk memenuhi permintaan pembeliaan maka perusahaan harus dapat memenuhi persediaan di gudang sehingga apabila pembeli sewaktu-waktu memerlukan produk kita maka perusahaan dapat memenuhinya. Makin tinggi perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan rendah, dan sebaliknya jika ratio semakin rendah berarti telah terjadi kesalahan atau penetapan kebijaksanaan perusahaan berkaitan dengan
investasinya pada
persediaan. Kesalahan ini akan memperkecil keuntungan karena dengan adanya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan yang dibutuhkan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan,
dan
pemeliharaan
gudang
dan
memperbesar
kemungkinan kerugian karena kerusakan, penurunan kualitas dan keuangan.
F. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan oleh penulis adalah beberapa skripsi yang disusun oleh mahasisiwa Universitas Mercu Buana dan Mahasiswa
Universitas lainnya. Disisni penulis akan
menampilkan kajian penelitian terdahulunya dengan menggunakan tabel.
24
Tabel kajian penelitian sebelumnya NO
NAMA
JUDUL
HASIL KAJIAN/KESIMPULAN
1.
Imelda
Analisis
1. Kebijakan piutang dagang
Pengaruh
yang diterapkan oleh PT.
Kebijakan
Seoul sejak tahun 2001-2003
Piutang Dagang
tidak efektif, karena rata-rata
Terhadap
penagihan
Likuiditas
dan
piutang
lebih
lambat dari sredit period
Rentabilitas PT.
yang
Seoul
penagihan
Metal
ditetapkan.
Periode
yang
paling
Indonesia.
lambat adalah pada tahun
(Universitas
2001.
Mercu
Buana 2. terdapat pengaruh antara
2005)
kebijakan
piutang
dagang
terhadap likuiditas (Current ratio, Quick ratio), begitu juga
dengan
rentabilitas
(Return on assets dan Return on Equity). 2.
Yuniari
Pengaruh
1.
tidak
terdapat
pengaruh
usaha
terhadap
Piutang
piutang
Terhadap
profitabilitas
Tingkat
berdasarkan analisis regresi
Profitabilitas
pada ROI tahun 2005-2006
Perusahaan
tingkatsignifikannya
Manufaktur
di
0.398 lebih dari 0.05.
(ROI),
sebesar
25
BEJ (Universitas Mercu
Buana
2008)
G. Model Penelitian Untuk lebih memperjelas konsep tersebut, dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Gambar 2.1
Model Penelitian
Perputaran Piutang (X1)
Perputaran Persediaan (X2)
Profitabilitas : Return on Asset (Y)