BAB II KONTEKS PENELITIAN
Pada bab ini, penulis mencoba untuk menggambarkan lokasi penelitian tempat penelitian dilakukan. Studi mengenai perilaku kolektif komunitas musik indie kota Medan ini dilakukan dalam ruang lingkup penelitian kota Medan. Secara lebih rinci studi deskriptif penelitian ini dilakukan pada tiga komunitas, yaitu komunitas Kirana, komunitas Tomat, dan komunitas Medan Movement, yang berada di beberapa lokasi-lokasi atau tempat-tempat dalam lingkup kota Medan. Lokasi-lokasi yang dimaksud adalah suatu wilayah dimana ketiga komunitas tersebut biasa berkumpul yang nantinya dapat digunakan sebagai latar dalam mendeskripsikan keberadaan ketiga komunitas. Melalui observasi lapangan yang dilakukan, hasilnya akan ditetapkan lokasi mana yang menjadi tempat berkumpulnya masing-masing komunitas. Beberapa lokasi yang didapat juga dijabarkan batasan wilayah kota Medan secara administratif yang dapat mempertegas bahwa lokasi-lokasi tersebut masih merupakan bagian dari kota Medan. Sebagai sebuah penelitian etnografi, pada bab mengenai gambaran umum lokasi penelitian ini juga tercantum pendeskripsian kota Medan secara umum, yaitu secara geografis, demografis, kependudukan, sampai pada pendeskripsian kota Medan secara historis dan kultural. Dan untuk menunjukkan beberapa tempat di kota Medan sebagai lokasi penelitian yang terpilih akan dijabarkan pada bagian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Berikut penulis sertakan data-data mengenai kota Medan yang penulis peroleh langsung dari situs www.pemkomedan.go.id
2.1. Kota Medan Secara Geografis Secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional. Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi). Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota
Universitas Sumatera Utara
Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis. Secara administratif, wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
Universitas Sumatera Utara
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
2.2. Kota Medan Secara Demografis Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan sosial ekonomi. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan. Tabel 1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun 2005 – 2007
Tahun
Jumlah Penduduk
2005 2.036.185 2006 2.067.288 2007 2.083.156 Sumber: BPS Kota Medan
Laju Pertumbuhan Penduduk 1,50 1,53 0,77
Luas Wilayah (KM²) 265,10 265,10 265,10
Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM²) 7.681 7.798 7.858
Melalui data tabel di atas, diketahui jumlah penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 2,036 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 2,067 juta jiwa pada tahun 2006 dan 2,083 juta jiwa pada tahun 2007. Dari tahun ke tahun
Universitas Sumatera Utara
laju pertumbuhan mengalami peningkatan dari 1,50 persen pada tahun 2005 meningkat menjadi 1,53 persen pada tahun 2006, dan menurun kembali menjadi 0,77 persen pada tahun 2007.
2.3. Komposisi Penduduk Kota Medan Komposisi penduduk Kota Medan berpengaruh terhadap kebijakan pembangunan kota, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan. Keterkaitan komposisi penduduk dengan upaya-upaya pembangunan kota yang dilaksanakan, didasarkan kepada kebutuhan pelayanan yang harus disediakan kepada masingmasing kelompok usia penduduk, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan bahkan pelayanan kesejahteraan sosial lainnya. Proporsi anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita) dalam kelompok penduduk Kota Medan sekitar 9% dari jumlah penduduk. Relatif besarnya proporsi dan jumlah penduduk anak-anak balita ini berimplikasi pada kebutuhan prasarana dan sarana kesehatan usia balita, dan sarana pendidikan usia dini baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada kelompok usia anak-anak dan remaja, kebijakan yang ditempuh diarahkan pada peningkatan status gizi anak, pengendalian tingkat kenakalan anak dan remaja, peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Upaya ini diharapkan dapat terus dilakukan untutk mempersiapkan masa depan anak-anak dan remaja sehingga mendukung terbentuknya sumber daya manusia yang semakin berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 Persentase Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur Tahun 2007 LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH GOLONGAN PERSEN PERSEN PERSEN UMUR JIWA JIWA JIWA (%) (%) (%) [1]
[2]
89.206 0-4 96.559 9-May 98.519 14-Oct 111.263 16 - 19 116.164 20 - 24 99.499 25 - 29 83.325 30 - 34 75.482 35 - 39 70.091 40 - 44 57.837 45 - 49 47.054 50 - 54 30.879 55 - 59 26.468 60 - 64 32.35 65 + Jumlah 1.034.696 Sumber: BPS Kota Medan
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
8,62 9,33 9,52 10,75 11,23 9,62 8,05 7,30 6,77 5,59 4,55 2,98 2,56 3,13 100,00
92.853 91.885 100.59 105.426 121.385 102.041 75.926 83.18 75.926 53.68 47.393 31.434 22.246 44.495 1.048.460
8,86 8,76 9,59 10,06 11,58 9,73 7,24 7,93 7,24 5,12 4,52 3,00 2,12 4,24 100,00
182.059 188.444 199.109 216.689 237.549 201.54 159.251 158.662 146.017 111.517 94.447 62.313 48.714 76.845 2.083.156
8,74 9,05 9,56 10,40 11,40 9,67 7,64 7,62 7,01 5,35 4,53 2,99 2,34 3,69 100
Berdasarkan tabel-tabel diatas diketahui bahwa ada kecenderungan peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.067.288 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007. Laju pertumbuhan berkisar 1,53% pada tahun 2006 dan 0,77% pada tahun 2007. Walaupun meningkat namun tidak terlalu mencolok, bahkan laju pertumbuhan penduduk cenderung lebih rendah tahun 2007 dibandingkan tahun 2006. Faktor alami yang diperkirakan mempengaruhi peningkatan laju pertambahan penduduk adalah seperti tingkat kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Upaya-upaya pengendalian kelahiran melalui
Universitas Sumatera Utara
program Keluarga Berencana (KB) perlu terus dipertahankan untuk menekan angka kelahiran. Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka pada tahun 2006 menjadi 7.858 jiwa/KM² pada tahun 2007. Tingkat kepadatan tersebut relatif tinggi, sehingga termasuk salah satu permasalahan yang harus diantisipasi. Apalagi dengan luas lahan yang relatif terbatas, sehingga berpeluang terjadi ketidak seimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada. Faktor lain yang juga secara berarti mempengaruhi peningkatan laju pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya arus urbanisasi dan commuters serta kaum pencari kerja ke Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, faktor utama yang menyebabkan komutasi ke Kota Medan adalah adanya pandangan bahwa : (1) bekerja di kota lebih bergengsi (2) di kota lebih gampang mencari pekerjaan, (3) Tidak ada lagi yang dapat diolah (dikerjakan) di daerah asalnya, dan (4) upaya mencari nafkah yang lebih baik. Besarnya dorongan untuk menjadi penglaju tentunya berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan pelayanan umum yang harus disediakan secara keseluruhan. Faktor lain yang secara umum mempengaruhi semakin menurunnya angka pertumbuhan penduduk pada periode 2006 - 2007 adalah peningkatan derajat pendidikan masyarakat Kota Medan. Pada umumnya peningkatan derajat pendidikan masyarakat secara langsung meningkatkan rata-rata pendidikan generasi muda, yang merupakan calon orang tua yang memasuki kehidupan rumah tangga. Melalui tingkat pendidikan yang semakin memadai, apresiasi, dan pandangan masyarakat terkait dengan upaya peningkatan kesejahteraan semakin
Universitas Sumatera Utara
meningkat. Adanya anggapan mengenai jumlah anggota keluarga yang tidak besar akan memudahkan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena beban ekonomi yang harus dipikul menjadi lebih ringan, mendorong Pasangan Usia Subur (PUS) cenderung mengikuti konsep Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Bahkan sebagian PUS baru memilih untuk menunda kelahiran dengan berbagai alasan ekonomi (bekerja) ataupun alasan sosial dan psikologis lainnya. Grafik Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2007
1.600.000 1.400.000 1.200.000 Laki-Laki 1.000.000 Jiwa
Perempuan Jumlah
800.000 600.000 400.000 200.000 0 0-14
15-64
65+
Kelompok Umur
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa komposisi penduduk terbesar berada pada kelompok usia 15-64 tahun sebagai kelompok usia produktif atau kelompok usia aktif secara ekonomis. Diluar kelompok usia produktif terdapat kelompok usia tidak produktif yang cenderung akan ditanggung oleh kelompok usia produktif, yang biasa disebut dengan angka beban tanggungan (ABT). Untuk Kota Medan angka beban tanggungan berkisar 45, atau sekitar setiap 45 orang ditanggung oleh 100 orang produktif. Jumlah penduduk Kota Medan yang sampai saat ini diperkirakan berjumlah 2,083 juta lebih, dan diproyeksikan mencapai 2,167 juta penduduk pada tahun 2010, ditambah beban arus penglaju juga menjadi beban pembangunan yang harus ditangani secara terpadu dan komprehensif. Di samping itu, pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas penduduk yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, sangat diperlukan pada masa datang. Beberapa masalah kependudukan dapat diringkas sebagai berikut : 1. Kecenderungan adanya penurunan flukturasi laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2006 dan tahun 2007. 2. Kecenderungan peningkatan arus ulang alik ke Kota Medan yang berimplikasi kepada pemenuhan fasilitas sosial yang dibutuhkan. 3. Masalah kemiskinan, tenaga kerja dan permasalahan sosial lain yang dipengaruhi oleh iklim perekonomian nasional dan global. 4. Penyediaan pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya termasuk sarana dan prasarana permukiman.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kota Medan Dalam Dimensi Sejarah Berdasarkan data Pemerintahan Kota Medan, kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan (ekspor-impor) tembakau sejak masa lalu. Sebagai tambahan John Anderson yang merupakan orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli atau Kota Medan pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan dinyatakan sebagai tempat kediaman Sultan Deli. Pada tahun 1883, Medan telah menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial Belanda membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Daerah Kesawan tahun 1920-an, akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan, gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan
Universitas Sumatera Utara
orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru, dan ulama. Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Sebagai hari lahir Kota Medan adalah 1 Juli 1590, sampai saat sekarang ini usia Kota Medan telah mencapai 419 tahun. Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermerga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya, hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan. Kota Medan berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju Medan pada tahun 1887,
Universitas Sumatera Utara
sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peranan para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang maupun lainnya. Nienhuys sebagai pendatang asing mempunyai peranan sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Marelan telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat perdagangan tembakau miliknya ke Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal dengan kawasan Gaharu. Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan cikal-bakal Kota Medan seperti sekarang ini. Sedang dijadikannya Medan menjadi ibukota dari Deli juga telah mendorong Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan, sebagaimana terdapat dalam konsep modern mengenai perkembangan kota. Sampai saat ini, disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus ibukota Sumatera Utara. 1
2.5. Kota Medan Secara Kultural Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh sebab itu, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis. Dampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak
1
Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) Tahun 2006-2010 Pemko Medan (Via www.pemkomedan.go.id)
Universitas Sumatera Utara
satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan. Adanya pluralisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
2.6. Visi dan Misi Kota Medan Untuk mewujudkan pembangunan Kota Medan yang lebih terarah, terencana, menyeluruh, terpadu, realistis dan dapat dievaluasi, maka perlu dirumuskan rencana strategis sebagai broad guide line penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Kota Medan untuk lima tahun ke depan. Rencana strategis yang ditetapkan sekaligus menjadi strategi dasar bagi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan
kota,
serta
memberikan
orientasi
dan
komitmen
bagi
penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian, di samping adanya rencana pembangunan kota yang handal, perlu adanya pengukuran capaian kinerja sebagai bentuk akuntabilitas publik guna menjamin peningkatan pelayanan umum yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
2.6.1. Visi Kota Medan Pembangunan
Kota Medan
merupakan rangkaian kegiatan
yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu visi merupakan simpul dalam upaya menyusun rencana strategis pembangunan kota. Sebagai gambaran identitas masa depan Kota Medan maka, perumusan visi itu didasarkan pada pertimbangan : 1. Prasyarat pembangunan kota, seperti berkembangnya demokrasi dan partisipasi, mendorong penegakan hukum, keadilan sosial dan ekonomi, pemerintahan yang kuat, efisien dan efektif, birokrasi yang kreatif dan inovatif, stabilitas politik dan keamanan yang kondusif, pelayanan publik yang prima, pemerataan pembangunan dan pembangunan kota yang berkelanjutan. 2. Masalah dan tantangan serta kebutuhan pembangunan Kota Medan dalam rangka mewujudkan kemajuan Kota Medan yang metropolitan. 3. Kebijakan pembangunan nasional, sektoral dan regional yang mendorong perkembangan Kota Medan sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan Indonesia bagian barat. 4. Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi. 5. Nilai-nilai luhur, norma dan budaya yang telah lama dianut seluruh warga Kota Medan. 2.6.2. Misi Kota Medan Untuk mempertegas tugas dan tanggung jawab pembangunan dari seluruh stakeholder maka visi pembangunan kota dijabarkan ke dalam misi yang jelas, terarah dan terukur. Misi ini menjelaskan tujuan dan saran yang ingin dicapai
Universitas Sumatera Utara
dalam pembangunan kota sehingga diharapkan seluruh stakeholder dapat mengetahui dan memahami kedudukan dan peran masing-masing masyarakat dalam pembangunan. Adapun misi Kota Medan adalah : 1. Mewujudkan
percepatan
pembangunan
daerah
pinggiran,
dengan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota. 2. Mewujudkan tata pemerintahan yang lebih baik dengan birokrasi yang lebih efisien, efektif, kreatif, inovatif dan responsif. 3. Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial, ekonomi, budaya. Membangun dan mengembangkan pendidikan, kesehatan serta budaya daerah. 4. Meningkatkan suasana religius yang harmonis dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
2.7. Kota Medan Secara Sosial Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya . Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi
Universitas Sumatera Utara
dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat . Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota Medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin
2.8. Kota Medan dan Tempat Berkumpulnya Komunitas Musik Indie Pada keterangan gambar 1, dapat dilihat jumlah penduduk kota Medan tahun 2007 berdasarkan jenis kelamin pada kelompok umur 15-64 tahun yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki sebanyak 718.062 jiwa dan jenis kelamin wanita sebanyak 718.637 jiwa. Jika berdasarkan data komposisi penduduk kota Medan yang telah dijabarkan pada tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan kelompok umur 16-19 pada tahun 2007 mencapai posisi sebesar 10,40% dan kelompok umur 20-24 sebesar 11,40% dari kuantitas keseluruhan penduduk kota Medan yang berjumlah 2.083.156 jiwa. Di samping itu, jumlah penduduk dengan kelompok umur 25-29 sebesar 9,67%, 30-34 sebesar 7,64%, dan kelompok umur 35-39 sebesar 7,62% pada tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun data yang diberikan oleh BPS dan Pemerintah Kota Medan masih bersifat generalisasi yaitu khususnya pengelompokan umur yang masih secara meluas, namun keterangan data komposisi penduduk kota Medan di atas cukup menunjukkan bahwa besarnya kelompok usia remaja. Hal ini dapat membantu guna memahami, bahwa dari jumlah keseluruhan penduduk kota Medan, anak muda atau golongan usia remaja menduduki komposisi yang cukup besar. Berdasarkan himpunan dari beberapa dialog pra penelitian (baik dari teman maupun orang-orang yang menaruh perhatian pada musik indie kota Medan), observasi lapangan yang dilakukan secara langsung dan keterlibatan langsung penulis terhadap subjek studi ini, maka diketahuilah beberapa lokasi sebagai tempat berkumpulnya masing-masing komunitas musik indie kota Medan. Dilihat dari komposisi usia pelaku dan penikmat musik indie (16-29 tahun) sekitar 31,47% yang tegolong usia remaja dari jumlah keseluruhan penduduk kota Medan. Sebagaimana remaja-remaja yang hobi bermain musik di kota-kota besar lainnya di Indonesia, secara umum studio musik merupakan tempat berkumpul yang menjadi favorit. Begitu juga halnya dengan remaja-remaja yang hobi musik di kota Medan, dengan banyaknya tempat jasa-jasa penyewaan rental studio musik, remaja-remaja atau anak-anak muda kota Medan dapat dijumpai di rentalrental studio ini. Tempat ini dijadikan sebagai tempat berkumpul yang asyik sekedar saling berbagi cerita mengenai musik, menunggu giliran bermain musik di studio musik atau ngejam atau tentang hal lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Bila dilihat dari alasan berkumpulnya tidak jauh berbeda, pada umumnya anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas musik indie kota Medan memiliki alasan seperti tempat asyik berkumpul dengan teman-teman yang satu selera musik, berbincang-bincang tentang musik indie luar negeri atau band-band indie Indonesia dan band-band indie lokal Medan, serta obrolan-obrolan lainnya di luar musik. Tempat nongkrong juga dimanfaatkan oleh anak-anak muda komunitas
musik
indie
untuk
membahas
atau
merancang
kegiatan
menyelenggarakan gigs (istilah untuk pertunjukan musik). Untuk itu penulis akan menyesuaikan tempat nongkrong remaja-remaja musik indie yang menjadi informan penelitian.
2.8.1. Studio Musik Kirana dan Komunitas Kirana Studio musik Kirana ini merupakan sebuah rumah yang terletak di jalan Darussalam dengan salah satu ruangan dijadikan sebagai rental studio. Bila kita melihat sekilas dari sisi jalan, studio musik ini tidak mencerminkan sebagai studio musik. Karena dari sisi jalan, studio musik Kirana ini seperti rumah yang cukup besar berlantai dua. Studio musiknya terletak di sisi samping sebelah kiri dari rumah induk. Studio musik Kirana hanya merentalkan satu musik studio saja. Di bagian depan studio ada meja kerja penjaga studio yang biasa dijaga oleh pekerja remaja secara bergantian, yaitu dari pagi jam sembilan sampai sore jam tiga dan dari sore jam tiga sampai jam sembilan malam dijaga dengan remaja yang berbeda. Tepat di sisi bagian depan studio juga ada tempat duduk atau tempat tongkrongan yang
Universitas Sumatera Utara
cukup luas. Tempat tongkrongan tersebut berisi papan informasi yang biasa digunakan untuk menempel brosur event-event ataupun gigs yang diselenggarakan di kota Medan. Ada poster-poster band ternama yang di pajang di bagian dindingdindingnya, baik band luar negeri maupun band dalam negeri. Studio ini menyewakan studio musik per jamnya seharga Rp.35.000.
Gambar 1. Tampak Depan Studio Kirana
Gambar 2. Tongkrongan remaja-remaja komunitas Kirana
Gambar 3. Studio musik Kirana
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Papan Pengunguman
Gambar 5. Meja penjaga studio
Studio musik ini dimiliki oleh Lutfi (biasa akrab dengan sapaan Kentung). Lutfi alias Kentung yang berusia 28 tahun ini sebagai anak dari pemilik rumah di jalan Darussalam tersebut, sekaligus sebagai pemilik studio musik Kirana. Remaja yang berpostur badan tinggi besar dengan kepala plontos itu mengaku mendirikan studio musik, dikarenakan dia juga hobi bermain musik. Lutfi alias Kentung sempat mempunyai band bernama Kolam Renang, dimana Lutfi sebagai drummer. Studio musik Kirana berdiri sekitar pada tahun 2002. Pada tahun ini juga, serentak komunitas Kirana berdiri. Pada awalnya band-band yang bergabung dan sering nongkrong disini ada, “Beautiful Monday”, “90’s”, “Wardoyo” dan “Kolam Renang”, band Lutfi sendiri. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya banyak band-band indie kota Medan yang bergabung ke Kirana. Diantaranya ada “The Cangis”, “Korine Conception”, “Hairdresser On Fire”, “The Brengsex”, “90’s Chaotic Robot”, “Cutting Union”, “Arsitek Sore”, “Rizky Pratama Sembiring”, dan “The Object”. Remaja-remaja yang tergabung dalam band tersebutlah yang sering berkumpul di studio Kirana. Remaja-remaja selaku pelaku komunitas Kirana tersebut berkumpul sekadar untuk berbincang dengan kawan-kawan satu
Universitas Sumatera Utara
komunitas, ataupun menunggu giliran menyewa studio musik. Torep (27 tahun), seorang gitaris band “The Cangis” (band yang beraliran Rock n Roll yang tergabung dalam komunitas Kirana) yang sering berkumpul bersama teman-teman sekomunitasnya di studio Kirana jalan Darussalam no.38, menyebutkan alasan tempat berkumpulnya: “Selalu ngumpul di Kirana, kalau mau makan aja baru ngumpul di luar atau kalau lagi ada acara. Alasannya, karena kalau makin sering ngumpul jadi makin banyak ide-ide yang bisa di-sharing. Kalau enggak ya sekedar ngumpul-ngumpul aja sambil cerita sampah gak jelas,hehe”
Seorang anggota komunitas Kirana lainnya, Reza (20 tahun), personil band “90’s Chaotic Robot” dan band “Arsitek Sore” juga mengemukakan alasannya demikian: “Ngumpul di Kirana, kebanyakan dari kami karena merasa satu selera, taste, selera musik. Untuk planning-an event, chillout, ngejam-ngejam.” Beragam alasan remaja-remaja komunitas Kirana dalam hal berkumpul.. Namun, baik mau persiapan meenyelenggarakan gigs yang dinamakan Lost In A Melodic yang dimiliki oleh komunitas ini ataupun hanya sekedar mengobrol, remaja-remaja selalu meramaikan studio Kirana baik sore hari sampai malam hari.
2.8.2. Studio Musik Tomat dan Komunitas Tomat Studio musik Tomat atau biasa dituliskan dengan Tomatoes Studio ini terletak di jalan Tomat dekat jalan Iskandar Muda dan jalan Abdullah Lubis, Medan. Studio musik Tomat ini merentalkan studionya seharga Rp.35.000 per jam. Jalan Tomat ini sempit dan kecil dan hanya biasa dilewati satu mobil secara
Universitas Sumatera Utara
bergantian. Cukup mudah dikenali, bahwa nama studio ini diambil dari nama jalan dimana rumah induk suatu studio berdiri. Tepatnya, studio musik Tomat ini berdiri memanfaatkan posisi garasi mobil bagian depan sebuah rumah yang bergaya Eropa (rumah yang tidak memiliki pagar di bagian depan rumah). Studio musik Tomat ini dimiliki oleh Dicky, berusia 27 tahun. Seorang mahasiswa fakultas Kedokteran UISU semester akhir ini mengaku mendirikan studio musik karena hobi musik dan belajar bisnis kecil-kecilan. Studio musik Tomat ini didirikan Dicky sekitar tahun 2006.
Gambar 6. Studio Tomat Pada tahun 2006 itu, tepatnya ketika pertama sekali studio Tomat berdiri dan siap dipakai belum ada pengurusan yang jelas, termasuk yang menjaga studio belum ada. Hal tersebut juga dikarenakan karena Dicky sibuk kuliah dan tidak ada
Universitas Sumatera Utara
waktu luang untuk mengurusi studi secara intens. Ketika itu Ari yang kenal dengan mas Dicky (sapaan yang akrab pada Dicky), menawarkan diri untuk menjaga studionya. Berawal dari sinilah, teman-teman Ari banyak yang berdatangan ke studio Tomat, termasuk penulis sendiri yang sudah lama kenal dengan Ari.
Gambar 7. Pintu masuk studio Tomat dan papan pengumuman Ari dan Dicky akhirnya membentuk band bernama “Dirty Jacket”. Band yang beraliran Britpop (British Pop) ini juga termasuk band yang produktif menghasilkan karya lagu di komunitas Tomat, dan lagu-lagunya sempat sering diputar di radio-radio lokal. Selain “Dirty Jacket”, band yang bernanung di komunitas Tomat, band indie lainnya ada “GIZMO”, “Marionette”, “Parksound”, “Just In Case”, “The Oh Good”, “A Hole In Your Stocking” (ALIONG), “Aboutmind” dan “AHIMSA”. Remaja-remaja yang tergabung dalam band-band tersebut termasuk dalam kumpulan remaja komunitas Tomat yang sering
Universitas Sumatera Utara
berkumpul di studio musik Tomat. Selaku pelaku komunitas Tomat, remajaremaja tersebut selalu berkumpul di studio musik tersebut hanya untuk sekadar mengobrol ataupun memakai studio musik.
Gambar 8. Tongkrongan remaja-remaja komunitas Tomat Di studio Tomat dapat dijumpai, Arie, 25 tahun, gitaris band “Dirty Jacket” menyebutkan alasannya: “Karena satu selera musik, gak jauh-jauh dari classic rock atau british. Terus tempatnya juga enak, bisa ngejam gratis.” Sekarang,
remaja-remaja
komunitas
Tomat
terbilang
jarang
menyelenggarakan gigs. Kurang begitu jelas apa yang menjadi alasannya. Yang jelas, di komunitas Tomat juga telah berdiri sebagai Event Organizer (EO) yang bernama Tomato Promade. Studio Tomat ini juga sering disewa alatnya dalam acara-acara besar di kota Medan di luar gigs-gigs yang diselenggarakan komunitas
Universitas Sumatera Utara
musik indie. Sekitar tahun 2008 awal, remaja-remaja yang tergabung dalam komunitas Tomat sebelumnya, mengalami perpecahan yang disebabkan tidak adanya lagi kesepahaman pada pemilik studio mengenai manajemen baik dalam hal penyelenggaraan gigs ataupun perhatian pemilik studio terhadap kelanggengan komunitas Tomat. Hal ini yang menyebabkan beberapa dari kalangan remajaremaja komunitas Tomat keluar dan membentuk suatu komunitas baru yang bernama Medan Movement.
2.8.3. RV Net dan Komunitas Medan Movement Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa sebagian dari remaja-remaja yang tergabung dalam komunitas Medan Movement ini adalah berasal dari komunitas Tomat. Remaja-remaja yang sebelumnya di komunitas Tomat inilah yang memotori berdirinya komunitas Medan Movement. Diantaranya ada Bimbim (Indra Antian Sitompul), Dadi, Bayoe Asmara, Panjang (Indra Fadillah), Ican, Faris dan penulis sendiri, Fauzi Abdullah (di komunitas akrab dipanggil dengan sapaan Wo, Loy atau Kebo). Secara organisatoris komunitas, komunitas ini cukup mapan dalam struktur keorganisasian, dengan komposisi pengurusan yang jelas dimana Bimbim (Indra Antian Sitompul) duduk sebagai ketua komunitas, dan posisi-posisi lainnya diduduki oleh remaja-remaja yang tergabung dalam komunitas Medan Movement. Namun struktur ini bersifat tidak baku, hanya tujuan agar teratur dalam penyelenggaraan gigs dan dalam hal pengaturan dana.
Universitas Sumatera Utara
Band-band yang bergabung di komunitas ini adalah sebagian besar sebelumnya pernah bernaung di komunitas Tomat. Band-band indie yang bernaung di komunitas Medan Movement yaitu “Just In Case”, “The Oh Good”, “Metronica”, “Row” dan “Rumput Tetangga”. Sebagai tempat berkumpulnya, memang komunitas Medan Movement berbeda dengan komunitas Kirana dan komunitas
Tomat
yang
bisa
memilih
studio
musik
sebagai
tempat
tongkrongannya. Meskipun dalam penyelenggaraan gigs komunitas Medan Movement bekerjasama dengan Mita Studio, namun remaja-remaja komunitas Medan Movement tidak memilih Mita Studio sebagai tempat nongkrong atau tempat berkumpul. Remaja-remaja komunitas Medan Movement lebih memilih rumah dari salah satu anggota komunitas di jalan Kenanga Raya dekat dengan jalan Setia Budi. Di tempat ini juga berdiri suatu warnet (warung internet) yang termasuk menjadi alasan yang tepat untuk tempat nongkrong. Biasanya, di luar persiapan menyelenggarakan gigs, remaja-remaja komunitas Medan Movement banyak menghabiskan waktu dengan mengobrol di halaman rumah toko tiga pintu tersebut. Selain mengobrol, remaja-remaja tersebut juga sering melewati waktu dengan bermain internet atau bermain game online.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Anggota komunitas Medan Movement sedang makan bersama di halaman RV Net Dari komunitas Medan Movement penulis dapati, Bimbim (24 tahun), ketua komunitas Medan Movement mengemukakan pendapatnya: “Ngumpul di RV Net, itu untuk penggeraknya aja. Kalau secara kesluruhan ngumpulnya di setiap gigs. Karena RV itu rumah teman (Isan) yang asyik dijadikan tempat ngumpul. Cerita-cerita soal gigs, band-band indie luar negeri, indie Indonesia dan indie lokal. Di luar itu ya curhat-curhat.”
Gambar 10. Bimbim bersama anggota komunitas Medan Movement lainnya berfoto bersama di halaman RV Net
Universitas Sumatera Utara
Darren (21 tahun), selaku anggota komunitas musik indie yang juga selaku MC (pembawa acara) di setiap gigs-gigs yang diadakan Medan Movement, dia mengemukakan alasannya: “Di situ rumah Isan (salah satu anggota komunitas), lagian di situ ada warnet. Abis itu luas, ya cocok aja jadi tempat ngumpul dan strategis.” Isan, 22 tahun, selaku anggota komunitas Medan Movement yang juga sebagai pemilik rumah sekaligus RV Net yang dijadikan tempat berkumpulnya anak-anak muda Komunitas Medan Movement, dia menjelaskan alasannya: “Karena ada tempatnya, warnet, jadi lebih gampang. Kadang ngumpul biasa aja, lebih sering bahas acara, rapat tentang acara.” Bila dilihat dari beberapa data informan masing-masing komunitas tersebut di atas, dapat terlihat sedikit perbedaan. Perbedaan itu antara lain Komunitas Kirana dan Komunitas Tomat lebih memilih studio musik Kirana dan studio musik Tomat sebagai tempat nongkrong atau berkumpul anak-anak muda komunitas, dengan fasilitas studio musik tentunya menjadi tempat pilihan yang cocok untuk berkumpul dengan teman-teman dalam komunitas. Sementara, ada sedikit perbedaan pada komunitas Medan Movement. Kalau komunitas Kirana dan komunitas Tomat lebih memilih tempat berkumpul di lokasi studio masingmasing, anggota-anggota komunitas Medan Movement lebih memilih sering berkumpul di RV Net (warung internet) sekaligus rumahnya Isan yang juga selaku anggota komunitas Medan Movement. Hal ini dikarenakan beberapa anggota komunitas Medan Movement merupakan pecahan dari komunitas Tomat, dan anggota-anggota komunitas Medan Movement tidak memiliki studio ataupun akses yang dominan ke sebuah rental studio. Maka dari itu, salah satu rumah
Universitas Sumatera Utara
anggota komunitas dipilih menjadi tempat untuk berkumpul anggota-anggota komunitas Medan Movement. Beberapa keterangan yang telah disebut di atas, merupakan alasan-alasan dan tempat-tempat dimana remaja-remaja komunitas musik indie berkumpul. Tempat dimana remaja-remaja ini melakukan kreativitas, baik perbincangan mengenai musik, membuat suatu hasil karya lagu, dan membicarakan tentang penyelenggaraan musik indie (gigs).
Universitas Sumatera Utara