BAB II KONSEP DASAR A.
Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya mendapat rangsangan. ( Maramis, 1995 : 119 ) Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya respon apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar / bangun, dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik. ( Maramis,1995 :119 ) Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola yang mendekat yang disebabkan secara
6
internal atau eksternal disertai dengan suatu pengurangan berlebih – lebihan.distorsi atau kelainan berespon terhadap stimulus. ( Townswnd MS, 1998 ) Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal yang kemudian direalisasikan oleh klien dengan tindakan B.
Rentang Respon Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individual yang berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005). Ini merupakan persepsi maladaptif. Jika klien yang sehat presepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang
diterima
melalui
panca
indra
klien
halusinasi
mempresepsikan suatu stimulus panca indra walaupun stimulus tersebut
7
tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami kelalaian persensif yaitu salah mempresepsikan stimulus yamh diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpertasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indra tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon tersebut sebagai berikut : Adaptif
Maladaptif
Respon Adaptif
Distorsi Pikiran
- Respon Logis
- Distorsi pikiran
- Delusi Halusinasi
- Respon akurat
- Perilaku aneh /
- Perilaku diorganisasi
- Perilaku sesuai
tidak sesuai
- Sulit berespon
- Emosi sosial
- Menarik diri
Gejala Pikiran
dengan pengalaman
- Emosi berlebihan Gambar 1. Rentang Respon Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005) C.
Fase - fase Halusinasi Halusinasi yang dialami klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart & Laraia,2001) membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat halusinasinya. Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
8
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu: Fase I ( Comforting / ansietas sebagai halusinasi menyenangkan ) Karakteristik : Pada fase ini
klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Perilaku klien : Di sini dapat dilihat perilaku klien tersenyum, tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. Fase II ( Condemning / ansietas berat halusinasi memberatkan ) Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Perilaku klien : Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
9
Fase III Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Perilaku klien : Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain. Fase IV ( Conquering / Panik umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya ) Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Perilaku klien : Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan. D.
Etiologi 1. Faktor predisposisi Beberapa factor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya neurobiology seperti halusinasi antara lain : ( Stuart, 2007 )
10
a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: 1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. 2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. 3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). b. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
11
c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. 2. Faktor Presipitasi Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: a. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b. Stres lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
12
c.
Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor meliputi status sosial ekonomi, keluarga,, jaringan interpersonal dan organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas.
E.
Manifestasi Klinik Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu: a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai. b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara. c. Gerakan mata abnormal. d. Respon verbal yang lambat dan diam. e. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk. f. Perilaku menyerang teror seperti panik. g. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain. h. Menarik diri atau katatonik. i. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas. j.
Peningkatan sistem saraf otonom
13
k. Penyempitan kemampuan konsenstrasi. l.
Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai. Tabel 1 : Karakteristik Halusinasi ( Stuart and Laraia 2003 )
No
1
Jenis
Karakteristik
Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sring suara kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara kedua penderita halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan
bahwa
pasien
disuruh
untuk
melakukan sesuatu kadang – kadang dapat membahayakan. 2
Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar
geometris,
gambar
karton
atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan
dapat
berupa
sesuatu
yang
menyenangkan / sesuatu yang menakutkan seperti monster. 3
Penciuman
Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya
bau-
menyenangkan.
bau Halusinasi
yang
tidak
penciuman
biasanya akibat stroke, tumor, kejang dan demensia.
14
4
Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, dan feses
5
Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain.
6
Chanesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena (arteri), pencernaan makanan
7
Klinestetik
Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri
15
F. Masalah Keperawatan Adapun masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran antara lain :
G.
1.
Perubahan Persepsi sensori halusinasi.
2.
Resiko Perilaku Kekerasan.
3.
Isolasi sosial : menarik diri.
4.
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Pohon Masalah
Resiko perilaku menciderai diri
Gangguan sensori / persepsi : Halusinasi pendengaran
Core problem
Isolasi social : menarik diri
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Gambar 2. Pohon masalah gangguan sensori / persepsi : Halusinasi pendengaran (Keliat, 2006)
16
H.
Diagnosa Keperawatan Pengertian diagnosa keperawatan yang ditentukan para ahli salah satunya sebagai berikut : Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. ( Gordon, dikutip oleh Carpenito, 1996 ) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1.
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar
2.
Resiko Perilaku Kekerasan
3.
Isolasi sosial : Menarik diri
4.
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah (Keliat, 2006)
17