BAB II KONSEP DASAR
A. Pengertian Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toxin. (tucker, Martin S 1999)
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz.2002)
Gastroenteritis adalah radang dari lambung keusus yang memberikan gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah besar.(Manjoer, Arief.2000)
Jadi penulis menyimpulkan dari data diatas bahwa gastroenteritis adalah keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak atau dewasa dalam satu hari dengan konsisten feses encer dapat berwarna hijau atau dapat bercampur dengan darah dan lender atau lender saja
6
B. Anatomi dan Fisiologi
(dari Joyke L. Kee dan Evelin R. Hayes, Farmakologi pendekatan proses keperawatan,509 : 1996, EGC)
1. Mulut Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan Secara umum mulut terdiri atas dua bagian yaitu :
7
a. Bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan gusi b. Bagian rongga mulut (bagian dalam), yaitu rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis – lapis, di bawahnya terletak kelenjar – kelenjar halus yang mengeluarkan lender, selaput ini kaya akan pembulu darah dan juga memuat banyak ujung akhir syaraf sensoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lender (mukosa) Di mulut ada beberapa bagian yang perlu diketahui : 1) Palatum Palatum terdiri dari dua bagian : a) Palatum durum, yang tersusun atas taju – tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri dari dua bagian palatum b) Palatuum mole, terletak di belakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas aringn fibrosa dan selaput lender 2) Rongga mulut a) Gigi Manusia mempunyai dua susunan gigi primer dan sekunder. Juga gigi ada dua macam, yaitu : Gigi sulung, molai tumbuh pada anak – anak umur 6 – 7 bulan
8
Gigi tetap tumbuh pada umur 6 – 18 tahun umlahnya 32 buah. b) Lidah Berfungsi untuk menggerakan makanan saat dikunyah atau ditelan. Dibagian belakang pangkal lidah terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan nafas. 3) Kelenjar ludah Terdapat tiga buah kelenjar ludah bagiannya yaitu : a) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantar prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibularis, duktusnya stensoni. b) Kelenjar submaksilaris, terletak dibawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengn frenulun lingua.ukuran kurang lebih sebesar kacang kenari. c) Kelenjar sub lungualis, letaknya terdapat dibawah selaput lender dasar rongga mulut bermuara didasar rongga mulut. 2. Faring Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amande) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang bnyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terdapat persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, yang terletak di belakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
9
3. Oesofagus Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, pnajnagnya sekitar 9 sampai dengan 25 cm dengan diameter sekitar 2.54 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung. 4. Lambung Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak, terutama didaerah epigaster lambung, terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilarik terletak dibawah diafragma didepan pangkreas dan limpa menempel disebelah kiri fundus uteri. Bagian lambung terdiri dari: a. Fundus ventrikuli Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteom kardium dan biasanya penuh berisi gas. b. Korpus fentrikuli Korpus fentrikuli setinggi ostium kardium suatu lekukan pada bagian bawah kurfatura minor. c. Antrum vilorus Antrum vilorus bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk spinter pilorus
10
d. Kurvatura minor Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari osteom kardiak sampai ke pilorus. e. Kurvatura mayor Kurvatura mayor lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri osteom kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lenalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limfa. f. Osteom kardiakum Osteom kardiakum merupakan tempat dimana dimana esofagus bagian abdomen masuk ke lambung pada bagian ini terdapat orifisium pilorik. Gambar 2: Lambung
(Sumber: http:www.medicastore.com http:www.medicastore.com) 11
5. Usus halus (intestinum minor) Adalah saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan
tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai
kiatup ileosekal empatnya menyatu dengan usus besar. Susunan usus halus : a. Duodenum Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm, berbentuk seperti sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan ini terdapat pangkreas. b. Yeyenum Adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang panjangnya lebih 1 – 1,5m. c. Ileum ILeum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan panjang 2 – 2,5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatam peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesentreum. 6. Hati Organ yang paling besar dalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya 1500 kg. Letaknya dibagian atas rongga abdomen disebelah 12
kanan bawah diafragma.Hepar tertetak diquadran kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh tulang rusuk (costae),sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kanya akan nutrien vena porta hepatica. 7. Empedu Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membrane berotot, letaknya dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 8 – 12 cm berisi 60 cm. Empedu yang diproduksi oleh sel – sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan kiri. Duktus hepatica menyatu untuk membentuk duktus hepatic komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu damn keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis bersama denagn duktus pancreas bernuara diduodenum atau dialihkan untuk penyimpanan dikandung empedu. 8. Pankreas Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatura besar lambung. Kelenjar pankreas Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sanga mirip dengan kelenjar ludah panjangya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum
13
sampai kelimpa dan
beratnya rata – rata 60 – 90 gr. Terbentang pada
vertebral lumbalis II dan II dibelakang lambung. 9. Usus Besar dalam ke luar adalah selaput lender, laposan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat . Ukurannya lebi besar daripada usus halus, disini terdapat taenia coli dan apendiks epiploika, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki villi,tidal memiliki lipatan – lipatan sirkuler. Serabut otot longitudinal dalam muskulus eksterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik kolon menjafdi kantong – kantong besar yang di sebut haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespongelombang peristaltic, sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml sekali masuk dan untuk total aliran sebanyak 500 ml/hari. Usus besar terdiri dari : a. Kolon asendens (kanan) b. Kolon transversum c. Kolon desendens (kiri) d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). 10. Rectum Rectun adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus.
14
Biasanya rectum ini kosong karena tinja simpam ditempat yang lebih tinggi yaitu pada kolon desenden. Jika kolon desenden penuh dan tinja masuk kedalam rectum, maka akan timbul keinginan buang air besar, orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan ini, tetapi pada bayi dan anak mudah mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yamg penting untuk menunda buang air besar. Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.sebagiann anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. (Setiadi, 2007)
C. Etiologi Faktor penyebab diare adalah : 1.
Faktor infeksi a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut: 1) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, yersinia aoromonas dan sebagainya. 2) Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis) 3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur)
15
b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsillitis, bronkopnemonia, easefalitis, danlainnya. 2.
Faktor malabsorbsi : a.
Malabsorbsi karbohidrat
b.
Malabsorbsi lemak
c.
Malabsorbsi protein
3.
Faktor makanan, makanan basi atau beracun
4.
Faktor psikologis rasa takut dan cemas (Mansjoer arief, 2000)
D. Patofisiologi Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan dan faktor psikologis. Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung, yang kemudian bakteri dibunuh oleh asan lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka, ada yang beberapa lolos sampai keduodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, orga tubuh yang diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi cairan-cairan usus
16
dibagian cripta villi dan menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare. Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus mengakibatkan hiperperistaltik sehingga terjadi berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehinggan timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri abdomen atau kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan C02 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah serta nafsu makannya menurun. Karena terjadi
17
ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka, akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien terjatuh dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain air, tubuh juga kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan ini berlanjut terus, maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi kecil, tekanan darah menurun klien sangat lemah kesadaran menurun. Akibat lain dari kehilangancairan ekstrasel dan intrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kussamul) Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian siste, pernapasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi
18
stres maka, metabolisme akan terjadi peningkatan dalam bentuk peningkatan mortalitas usus. (Ngastiah, 2005 ; Syaifuddin, 1999 ; Barbara C Long, 1999)
E. Manifestasi Klinis 1.
Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering
2.
Muntah (umumnya tidak lama)
3.
Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4.
Kram abdomen, tenesmus
5.
Membrane mukosa kering
6.
Fontanel cekung (bayi)
7.
Berat badan menurun
8.
Malaise (Cecyly, Betz.2002)
F. Penatalaksanaan 1.
Penatalaksanaan medik primer diarahkan pada pengontrolan dan penyembuhan penyakit yang mendasar.
2.
Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral, mungkin diresepkan glukosa oral dan larutan elektrolit
3.
Untuk diare sedang, obat-obat non-spesifik, difenoksilat (lomotif) dan loperamit (imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber noninfeksius.
19
4.
Diresepkan antimikrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau diare memburuk
5.
Terapi interavena untuk hidrasi cepat (diberi cairan), terutama untuk klien yang sangat muda atau lansia. Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya. a. Dehidrasi ringan 1 jam pertama 25–50 ml/KgBB/hari Kemudian 125 ml/ KgBB /hari b. Dehidrasi sedang 1 jam pertama 50–100 ml/KgBB/oral Kemudian 125 ml/kgBB/hari c. Dehidrasi berat 1) Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3–10 kg a) 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit. b)
7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes).
c) 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit. 20
2) Untuk anak lebih dari 2–5 tahun dengan berat badan 10–15 kg. a) 1 jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). b) 7 jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit. 3) Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg a) 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes) b) 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB oralit per oral (Boughman, 2000)
G. Komplikasi 1.
Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
2.
Shock
hipovolemik
yang
terdekompensasi
(hipotensi,
asidosis
metabolic, perfusi sistemik buruk) 3.
Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
4.
Kejang demam terjadi pada dehidrasi hipertonik (dehidrasi yang berlebih)
5.
Hipoglikemia (gula)
21
6.
Hipokalemia (meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, disritmia jantung)
7.
Bakteremia (Cecyly, Betz.2002. Mansjoer, Arief. 1999)
H. Pengkajian Fokus Menurut Cyndi Smith Greenbery, 1992 adalah 1. Identitas klien 2. Riwayat keperawatan Awal serangan
: gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare. Keluhan utama
: feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput kadir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan konsisten encer. 3. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi 4. Riwayat Psikososial keluarga 5. Kebutuhan dasar a. Pola Eliminasi Mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari b. Pola Nutrisi
22
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan BAB c. Pola Istirahat dan Tidur Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman d. Pola Aktifitas Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat disentri abdomen 6. Pemeriksaan Penunjang a. Darah Ht meningkat, leukosit menurun b. Feses Bakteri atau parasit c. Elektrolit Natrium dan Kalium menurun d. Urinalisa Urin pekat, BJ meningkat e. Analisa Gas Darah Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan) 7. Daya Fokus a. Subjektif 1). Kelemahan 2).Diare lunak s/d cair
23
3). Anoreksia mual dan muntah 4). Tidak toleran terhadap diit 5). Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan bawah, abdomen tengah bawah) 6). Haus, kencing menurun 7). Nadi mkeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun cepat dan dalam (kompensasi ascidosis). b. Objektif 1). Lemah, gelisah 2). Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus 3). Penurunan turgor, pucat, mata cekung 4). Nyeri tekan abdomen 5). Urine kurang dari normal 6). Hipertermi 7). Hipoksia / Cyanosis 8). Mukosa kering 9). Peristaltik usus lebih dari normal 8. Tumbuh kembang anak Tumbuh kembang anak usia 1-3 tahun (toddler)
24
a. Pertumbuhan Toodler menambah berat badan sebanyak 2,2 kg pertahun (4xBBL) berat badan meningkat kira-kira 7,5 cm pertahun. Lingkar kepala meningakat 2,5 cm pertahun. Gigi mulai pertama dan kedua serat gigi taring mulai muncul. b. Perkembangan 1) Motorik kasar Usia 15 bulan : sudah bisa jalan sendiri, dapat melempar obyek Usia 18 bulan : bisa berlari tapi sering jatuh, menarik mainan, naik tangga dengan bantuan. Usia 24 bulan : berlari sudah baik, naik tangga sendiri, membuka baju sendiri, menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan. Usia 36 bulan : menggunakan kedua kaki untuk melompat, bisa bersepeda dengan roda tiga. 2) Motorik halus Usia 15 bulan : memegang cangkir, memasukkan jari kelubang, membuka kotak, melempar benda. Usia 18 bulan : menggunakan sendok, membuka halaman buku, menyusun balok. Usia 24 bulan : membuka pintu, membuka kunci, menggunting, minum dengan gelas, menggunakan sendok. Usia 36 bulan : menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri, menggosok gigi.
25
c. Psikoseksual (fase anal) Kepuasan berkisar sekitar anus, BAB/BAK sendiri Ngompol, mempermainkan alat kelamin d. Psikososial (otonomi vs rasa malu dan ragu) Belajar untuk asertif dalam mengekspresikan kebutuhan, keinginan dan kemampuan. Suka mencari perhatian terhadap pengasuh, mencari kesempatan dan aktivitas bermain, bermain secara aktif dengan obyek. (Whaley and Wong, 1999)
26
I. Pathways Keperawatan Melabsorbsi makanan di usus
Infeksi
Reaksi inflamasi
Makanan beracun
Tekanan osmotik meningkat
Peningkatan sekresi Pergeseran cairan dan cairan dan elektrolit elektrolit ke rongga usus
Rangsang saraf parasimpatis meningkat Motilitas usus Hipermotilitas Sekresi air&elektrolit meningkat
Isi rongga usus meningkat
Faktor psikologis
Hipomotilitas Bakteri tumbuh berlebihan
Diare
Output berlebih
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Dehidrasi Tubuh kehilangan cairan elektrolit Defisit volume cairan dan elektrolit
Kerusakan mukosa usus
Defekasi sering
Demam Hipertermi
Kemerahan dan eleskrosi kulit sekitar anus (lecet, iritasi) Gangguan integritas kulit
Nyeri episgatrik
(Price, Sylvia A. 1994)
27
J.
Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis 2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare 3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat gastroentritis 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah 5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi 6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi, iritasi mukosa usus.
K. Fokus Intervensi dan Rasional 1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis Tujuan : mencapai BAB normal Kriteria hasil : penurunan frekuensi BAB sampai kurang 3x. Feses mempunyai bentuk Intervensi : a. observasi dan catat frekuensi defekasi 28
Rasional : membantu membedakan penyakit individu da mengkaji beratnya tiap defekasi. b. tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping temapat tidur Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. c. identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misal : sayursegar danbuah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu Rasional : menghindari iritasi meningkatkan istirahat usus d. mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan minuman jernih tiap jam hindari minuman dingian Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan atau minuman. Makan kembali secara bertahap mencegah terjadinya kram dan diare berulang e. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi misal : antikolinergik rasional : menurunkan mortilitas atau peristaltik usus dan menunjukkan sekresi degestif untuk menghilangkan kram dan diare (Carpenito, 2000) 2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat diare. Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit KH
: turgor baik CRT < 2 detik
29
Mukosa lembab Tidak pucat Intervensi : a. Kaji tanda-tanda dehidrasi Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan mencagah syok hipovolemik b. Monitor intake cairan dan output Rasional
: untuk mengetahui balance cairan
c. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak Rasional
: untuk mengembalikan cairan yang hilang
d. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit Rasional
: untuk mempertahankan cairan.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat gastroentritis Tujuan : Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi KH
: skala nyeri 0 Klien mengatakan nyeri berkurang Nadi 60 – 90 x / menit Klien nyaman, tenang, rileks
30
Intervensi : a. Kaji karakteritas dan letak nyeri Rasional
: untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri
b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman Rasional
: posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
c. Beri kompres hangat diperut Rasional
: untuk mengurangi perasaan keras di perut
d. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik Rasional
: untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah, anoreksia Tujuan : nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : BB sesuai usia Nafsu makan meningkat Tidak mual / muntah Intervensi : a. Timbang BB tiap hari Rasional
: untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan mengetahui tingkat perubahan
b. Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur) 31
Rasional
: untuk membantu perbaikan absorbsi usus
c. Anjurkan beristirahat sebelum makan Rasional
: Memudahkan penyerapan nutrien
d. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan dalam keadaan hangat Rasional
: keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan
e. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan sedikit tapi sering Rasional
: untuk memenuhi asupan makanan
f. Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa Rasional
: untuk memenuh gizi yang cukup.
g. kolaboration pemberian obat anti emetik Rasional
: untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan muntah
5. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi Tujuan : mempertahankan norma termia KH
: suhu dalam batas normal 36,2 – 37,60C
Intervensi : a. Monitor suhu dan tanda vital Rasional
: untuk mengetahui vs klien
b. Monitor intake dan output cairan Rasional
: untuk mengetahui balance
c. Beri kompres 32
Rasional
: supaya terjadi pertukaran suhu, sehingga suhu dapat turun
d. Anjurkan untuk minum banyak Rasional
: untuk mengganti cairan yang hilang
e. Colaborasi pemberian obat penurun panas sesuai indikasi Rasional
: untuk menurunkan panas
6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi Tujuan : gangguan integritas kulit teratasi Kriteria hasil : tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal Intervensi : a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut bilas dengan air bersih, keringkan dengan seksama kemudian olesi dengan minyak atau salep. Rasional
: untuk mencegah perluasan iritasi
b. Beri stik laken diatas perlak klien Rasional
: untuk mencegah gerekan tiba-tiba pada bokong
c. Gunakan pakaian yang longgar Rasional
: untuk memudahkan bebas gerak
d. Monitor data laboratorium Rasional
: untuk mengetahui luasan / PH faccer, elektrolit,
hematoksit, dll.
33