BAB II KOMUNIKASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Kata “komunikasi” berasal dari kata latin cum, yaitu kata depan yang berarti dengan dan bersama dengan, dan unus, yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata tersebut terbentuk kata benda communio yang dalam bahasa inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Untuk bercommunio, diperlukan usaha dan kerja. Dari kata itu dibuat kata kerja communicare
yang
berarti
membagi
sesuatu
dengan
seseorang,
memberikan sebagian kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja communicare pada akhirnya dijadikan kata kerja benda communication, atau bahasa inggris communication, dan bahasa Indonesia diserap menjadi komunikasi. Berdasarkan berbagai arti kata communicare yang menjadi asal
kata
komunikasi,
jadi
secara
harfiah
komunikasi
berarti
pemberitahuan, pembicaraan percakapan, pertukaran pikiran, atau hubungan.1
1
Ngainun Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011), hlm. 18.
27
28
Sebagaimana dikutip oleh Abdul Majid yang menyebutkan bahwa Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Sedangkan menurut Wilbur Schramm, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. Berdasarkan definisi diatas dapat diambil pemahaman: Pertama, pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi. Kedua, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan komunikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif. Ketiga, komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen, yaitu pengirim, pesan, dan penerima pesan pada posisi yang seimbang.2
2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013 ), hlm.
282.
29
Secara sederhana, komunikasi pendidikan dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi dalam suasana pendidikan. Dengan demikian, komunikasi pendidikan adalah proses perjalanan pesan atau informasi yang merambah bidang atau peristiwa-peristiwa pendidikan. Disini komunikasi tidak lagi bebas atau netral, tetapi dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan.3 2. Proses Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, dan didalamnya terjadi pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Komunikasi adalah suatu proses yang dinamis, bukan yang bersifat statis, sehingga memerlukan tempat, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok. Proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut.
Sender
Encoding
Message
Decoding
Receiver
Media
g
Noise
Feedback
Response
Gambar 1. Proses Komunikasi
3
Pawit M. Yusuf, Komunikasi Instruksional, Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 30.
30
Unsur-unsur dalam proses komunikasi: a. Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. b. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. c. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. d. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. e. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. f. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah mendapatkan pesan. h. Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. i. Noise: Gangguan tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.4 Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. 4
Onong Uchjana Effendy, Ilmu komunikasi, Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 18-19.
31
a. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal mencakup beberapa aspek, yaitu sebagai berikut. 1) Vocabulary (Perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti. Karena itulah, olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi. 2) Racing (Kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau lambat. 3) Intonasi suara. Aspek ini mempengaruhi arti pesan secara dramatis sehingga pesan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proporsional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. 4) Humor. Aspek ini dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan memberikan catatan bahwa tertawa dapat membantu menghilangkan stres dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis. Harus diingat bahwa humor merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi. 5) Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya, sehingga lebih mudah dimengerti. 6) Timing (Waktu yang tepat), keadaan kritis yang perlu diperhatikan. Sebab, berkomunikasi menjadi berarti bila seseorang bersedia
32
berkomunikasi. Artinya, ia dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan sesuatu yang disampaikan. b. Komunikasi Nonverbal Beberapa hal yang termasuk dalam komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut. 1) Ekspresi Wajah. Wajah merupakan sumber yang yang kaya dengan komunikasi. Sebab, ekspresi wajah mencerminkan suasana emosi seseorang. 2) Kontak
mata,
berkomunikasi.
yang
merupakan
Dengan
sinyal
mengadakan
kontak
alamiah
untuk
mata
selama
berinteraksi atau tanya jawab, berarti orang tersebut terlibat dan menghargai
lawan
bicaranya
dengan
kemauan
untuk
memperhatikan, bukan sekedar mendengarkan. Kontak mata juga memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya. 3) Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal, sebab sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan, seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang, atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. 4) Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri, dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
33
5) Sound (Suara). Rintihan, menarik napas panjan, dan tangisan juga merupakan ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. 6) Gerak
isyarat,
yaitu
gerakan
yang
dapat
mempertegas
pembicaraan.5 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulisan, maupun
bahasa
lisan.
Sedangkan
komunikasi
nonverbal
adalah
komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan sejenisnya. Ketercapaian tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Dalam komunikasi terdapat 5 elemen yang terlibat, yaitu a. Komunikator (pengirim pesan) Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan penerima pesan pada komunikator, serta ketrampilan komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi. b. Pesan yang disampaikan Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima
5
Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Yogyakarta: Ircisod, 2014), hlm. 106-108.
34
c. Komunikan (penerima pesan) Agar
komunikasi
berjalan
lancar,
komunikan
harus
mampu
menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima. d. Konteks Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan
yang
kondusif
sangat
mendukung
keberhasilan
komunikasi. e. Sistem penyampaian Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau karakteristik penerima pesan.6 3. Pola Komunikasi Beberapa pola komunikasi yang ada dalam proses belajar mengajar terdiri dari tiga jenis, yakni: a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Pada dasarnya ceramah adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa dalam belajar.
6
Abdul Majid, Op.Cit., hlm. 285-286.
35
b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah Pada komunikasi ini, guru dan siswa dapat berperan sama, yaitu pemberi aksi adan penerima aksi. Disini sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi terbatas antara guru dan pelajar secara individual. Antara pelajar dan pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dengan teman atau bertanya sesama temannya. c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi yang dinamis anatara guru dengan siswa, tetapi melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan yang lainnya juga. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan
kegiatan
siswa
yang
optimal,
sehingga
menumbuhkan siswa untuk belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.7
G
S
S
G
S
Komunikasi satu arah
S
S
G
S
Komunikasi dua arah
S
S
Komunikasi banyak arah
Gambar 2. Pola Komunikasi dalam proses belajar mengajar
7
Ibid., hlm. 289-290.
S
36
4. Aspek Komunikasi Kunci utama komunikasi dikelas terletak ditangan guru. Ia seyogianya membangun mekanisme yang tepat agar suasana komunikatif dapat tumbuh dengan baik. Kemampuan komunikatif perlu dilatih dan diperbaiki dari waktu ke waktu. Tidak sedikit guru yang wawasanya luas, pengetahuaannya mendalam, dan penguasaan materinya cukup baik, tetapi kurang berhasil dalam mengantarkan siswanya mendapatkan pengetahuan. Memang ada banyak faktor yang memengaruhinya terhadap keberhasilan pembelajaran. Dari sekian banyak faktor, kemampuan komunikasi menjadi salah satunya. Komunikasi dalam pembelajaran termanifestasi dalam berbagai metode mengajar yang diterapkan. Mengajar memang harus menggunakan metode yang baik dan tepat karena mengajar merupakan kegiatan yang terencana dan melibatkan banyak siswa. Metode dan mengajar merupakan satu kesatuan yang akan menentukan kondisi kelas. Metode merupakan langkah, sedangkan mengajar adalah implementasi dari langkah tersebut.8 Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dengan komunikan, dan informasi tersebut samasama direspons sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:
8
Ngainum Naim, Op.Cit.,hlm. 54.
37
a. Kejelasan Hal ini maksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan. b. Ketepatan Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. c. Konteks Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. d. Alur Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap. e. Budaya Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.9
9
Abdul Majid, Op.Cit., hlm. 291.
38
5. Hukum Komunikasi yang Efektif a. Respect Komunikasi
yang
efektif
harus
dibangun
dari
sikap
menghargai terhadap setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika hukum komunikasi ini diterapkan dalam dunia pendidikan, guru harus memperlakukan siswa sebagai manusia yang memiliki hati dan perasaan untuk dihormati dan dihargai. Dengan kata lain, guru harus memperlakukan siswa sebagai subjek belajar sehingga lahir sinergi antara guru dan siswa dalam meraih tujuan bersama melalui proses pembelajaran. b. Empathy Empathy adalah kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sesuai dengan situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Jika diterapkan dalam dunia pendidikan, hukum empati ini menegaskan bahwa sebelum mengirimkan pesan atau menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, guru harus mengerti dan memahami dengan empati terhadap calon penerima pesan (siswa) sehingga pesan tersebut akan sampai
39
tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif karena esensi komunikasi adalah aliran dua arah.10 c. Audible Makna audible antara lain adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti seseorang harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, sedangkan audible berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima. Dalam dunia pendidikan, kemampuan memanfaatkan dan menggunakan media merupakan suatu kelebihan tersendiri dalam menunjang kesuksesan proses pembelajaran.11 d. Clarity Selain pesan harus dapat dimengerti dengan baik, kejelasan pesan juga harus mendapatkan perhatian sehingga tidak menimbulkan multi-interpretasi.
Kesalahan
penafsiran
terhadap
pesan
yang
disampaikan membawa implikasi yang tidak sederhana. Dalam melakukan komunikasi, perlu dikembangkan sikap terbuka sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan. Tanpa adanya keterbukaan, akan timbul sikap saling curiga dan akan menurunkan semangat serta antusiasme kelompok atau tim secara keseluruhan.
10 11
Ngainun Na’im, Op. Cit., hlm. 47. Ibid., hlm. 48.
40
Dalam proses pembelajaran, keterbukaan guru terhadap siswa merupakan bentuk sikap yang positif. Keterbukaan sikap guru menjadikan guru lapang dada menerima masukan dari siswa demi perbaikan proses pembelajaran. Namun demikian, guru juga harus menanamkan nilai moralitas kepada para siswanya agar mereka melakukan kritik dan memberikan masukan kepada guru tetap dalam koridor moral. e. Humble Hukum kelima dalam komunikasi yang efektif adalah rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain yang biasanya didasari oleh sikap rendah hati. Sikap ini pada intinya adalah sikap yang penuh melayani, sikap menghargai, mau mendengarkan dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut, penuh pengendalian diri, dan mengutamakan kepentingan yang lebih besar.12 6. Fungsi dan Manfaat Komunikasi Pada dasarnya manusia telah melakukan tindakan komunikasi sejak lahir keduania. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses kehidupannya. Komunikasi juga merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia. Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada
12
Ibid., hlm. 49-50.
41
dalam benak pikirannya dan/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung.13 Melalui komunikasi sesorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing atau terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Melalui komunikasi seseorang dapat mengetahui dan mempelajari mengenai diri orang-orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya, baik yang dekat ataupun jauh. Melalui komunikasi seseorang dapat memperoleh hiburan atau menghibur orang lain. Melalui komunikasi seseorang dapat menambah pengetahuan dan mengubah sikap serta perilaku kebiasaanya. Melalui komunikasi seseorang juga dapat berusaha untuk membujuk dan/atau memaksa orang lain agar berpendapat, bersikap atau berperilaku sebagaimana yang diharapkan.14 Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi, fungsi komunikasi adalah sebagai berikut. a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Memengaruhi (to influence)15 Menurut M.S Hidajat, seseorang yang mampu berkomunikasi efektif akan mendapat manfaat sebagai berikut.
13 Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan & Perubahan Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 19. 14 Ibid., hlm. 20. 15 Onong Uchjana Effendy, Op.Cit., hlm. 8.
42
a. Dapat menghemat waktu b. Disukai orang c. Diperhatikan orang d. Memberdayakan orang e. Dapat memotivasi, menjelaskan, meyakinkan, mempengaruhi orang atau kelompok f. Memperkuat Profesionalisme Dari gambaran mengenai manfaat berkomunikasi efektif dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang mampu berkomunikasi efektif tidak saja akan memotivasi orang seorang tetapi juga akan mampu berbicara di depan umum dalam rangka memberikan informasi, memotivasi, membujuk, mengendalikan atau memberikan instruksi kepada suatu kelompok. Kemampuan berbicara di depan umum akan membawa seseorang dapat meraih sukses dalam karir hidupnya.16
B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa latin Moveers yang berarti menggerakkan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan. Secara
istilah terdapat
berbagai
macam
definisi
motivasi
yang
disampaikan oleh beberapa ahli, antara lain :
16
18.
M. S. Hidajat, Public Speaking & Teknik Presentasi (Jakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm.
43
a. Atkinson, yang menyatakan motivasi adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh. b. Freud, menyatakan bahwa motivasi adalah energi pisik yang memberi kekuatan kepada manusia untuk melakukan tindakan tertentu. c. Chauhan, mengutip pendapat Aw Bernard yang mendefinisikan motivasi sebagai sebuah fenomena yang melibatkan stimulation (perangsang tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu dimana sebelumnya kecil atau bahkan tidak ada). d. Beberapa ahli yang lain seperti Halpin, Payne & Ellert, Freehil, Mc Donald, dan Zilli menekankan bahwa motivasi merupakan karakteristik personal yang menjadi energi, antusiasme, semangat, kekuatan, keteguhan, dan kebutuhan untuk berperilaku dalam mencapai prestasi.17 Secara umum motivasi didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku. Dalam definisi demikian, maka pada dasarnya motivasi merupakan proses yang terjadi didalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu untuk mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga. Sebagai sebuah proses, motivasi bukanlah sebuah produk, sehingga tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diketahui indikatornya dari perilaku yang tampak
17
hlm. 12.
Esa Nur Wahyuni, Motivasi Dalam Pembelajaran (Malang : UIN Malang Press, 2009),
44
seperti pemilihan tugas-tugas, usaha, keteguhan, dan ucapan-ucapan secara verbal. “saya yakin dapat menyelesaikan tugas-tugas ini”.18 Motivasi
dapat
juga
dikatakan
serangkaian
usaha
untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu, jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang.19 2. Karakteristik Motivasi Belajar Dari definisi yang telah dibuat oleh para ahli, ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas motivasi. Karakteristik motivasi tersebut menurut Seifert adalah kecenderungan untuk bertindak, membangkitkan, mengarahkan, memelihara atau menjaga, dan motivasi dipelajari ataukah pembawaan. a. Kecenderungan untuk bertindak Sulit bagi guru untuk mengobservasi motivasi berprestasi siswanya, tetapi guru dapat mengamati pekerjaan rumah dan partisipasi setiap hari siswa di kelas, serta bagaimana siswa memilih proyekproyek juga yang diberikan kepadanya.
18
Ibid., hlm. 13. Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hlm. 109. 19
45
b. Membangkitkan dan mengarahkan Membangkitkan dan mengarahkan merupakan aspek-aspek yang penting dari motivasi, maka akan muncul dorongan-dorongan baik secara fisik maupun psikologi untuk berusaha. Menurut Stipek dan Kowlski, pada tugas-tugas yang sederhana, seperti mengidentifikasikan tulisan,
“dan”
dalam
kecenderungan untuk Sedangkan
untuk
paragraf
ini,
biasanya
membangkitkan
unjuk kerja (performance) lebih tinggi. tugas-tugas
yang
lebih
kompleks
akan
membangkitkan kecenderungan untuk mengerjakan yang terbaik pada tingkat sedang. Tetapi untuk tugas-tugas yang menjemukan dan kurang diperhatikan,
maka
akan
membangkitkan
kecemasan
untuk
menyelesaikan tugas tersebut, atau mungkin akan membingungkan terhadap tugas-tugas itu sendiri. c. Permanen atau temporer Walaupun semua definisi menyatakan bahwa motivasi ada dalam diri seseorang dalam periode waktu yang lama, namun demikian ada dua motive yang memiliki keadaan waktu relatif pendek atau kadang-kadang (temporary) dalam lingkungan atau situasi tertentu dan terdapat juga motif-motif permanen (permanent motives). Salah satu contoh temporary motives adalah kecemasan. Banyak siswa yang merasa cemas pada saat menghadapi ujian, sehingga ada sebuah keinginan untuk belajar.
46
d. Dipelajari ataukah pembawaan Motivasi juga mempunyai berbagai macam jenis apakah merupakan hasil belajar ataukah pembawaan sejak lahir. Cemas dalam menghadapi ujian dan motivasi berprestasi adalah salah satu contoh motivasi yang dipelajari, dan dapat dilatihkan sedangkan lapar, keingintahuan dan kreatifitas merupakan motivasi yang tidak dapat dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, biasanya motivasi yang dimiliki oleh siswa merupakan kombinasi dari motivasi yang dipelajari dan motivasi pembawaan dari lahir. Seorang siswa mungkin menjadi cemas, khawatir pada saat menghadapi ujian karena ia memiliki pengalaman buruk dalam suatu ujian tetapi boleh jadi ia mempunyai sifat dasar sebagai orang yang mudah cemas atau khawatir dalam suatu hal. Semua bentuk-bentuk perilaku tersebut merupakan motivasi karena memberi energi dan arah untuk mencapai tujuan dalam belajar.20 3. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Motivasi dalam Belajar a. Kemasakan (fisik, sosial, dan psikis). Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi.
Seandainya
dalam
pemberian
motivasi
itu
tidak
memperhatikan kematangan, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
20
Ibid., hlm. 15-20.
47
b. Usaha yang bertujuan, goal, dan ideal. Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar. c. Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi Apabila tujuan sudah jelas dan pelajar selalu diberi tahu tentang kemajuannya maka dorongan untuk usaha akan semakin besar. Kemajuan perlu diberitahukan, karena dengan mendapatkan kemajuan ini anak akan merasa puas, sesuai dengan low of effect dari Thorndike kepuasan ini akan membawa kepada usaha yang lebih besar, sebaliknya apabila murid mengalami kegagalan, untuk kepentingan belajar selanjutnya, hendaknya jangan selalu diingatkan sehubungan dengan low of effect dikatakan bahwa hal-hal yang menyenangkan akan selalu diulang-ulang. Pengulangan berkali-kali adalah syarat belajar. d. Penghargaan dan hukuman Pemeberian penghargaan dapat membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima penghargaan, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri diluar kelas. Sedangkan hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
48
e. Partisipasi Dalam kegiatan belajar mengajar perlu diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu.21 4. Macam-macam Motivasi Belajar Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang ayng disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.22 a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu terangsang dari luar, karena dalam setiap diri
21 Mustaqim dan Abdul Wahab, Psikologi Penddiikan ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003), hlm. 75-76. 22 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008), hlm. 23.
49
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia akan secara sadar melakukan sesuatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan dimasa mendatang.23 b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar individu. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendak mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan abaikan dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar. Guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrinsik 23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Cet. Ke-3 (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 116.
50
ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif dikelas.24 Menurut Hamzah B. Uno indikator motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melakukan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dalam beberapa perilaku diantaranya: a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai). b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi. d. Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan. e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya). f. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya). g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugastugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya. h. Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian). i. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.25
24
Ibid., hlm. 116-117. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, Cet. Ke-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm 21-22. 25
51
5. Jenis-jenis Motivasi Belajar a. Prespektif kebutuhan Teori motivasi yang memandang dari sudut kebutuhan dikembangkan oleh Maslow. Menurut Maslow, kebutuhan manusia bertingkat-tingkat. Individu akan merasa puas memenuhi kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf sebelumnya kebutuhan itu selalu terpenuhi, kebutuhan-kebutuhan itu adalah sebagai berikut : 1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan lain. Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan rasa lapar, haus, dan istirahat. 2) Kebutuhan akan keamanan (securiry), yaitu kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan. 3) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima kelompok, perasaan dihormati dan dihargai oleh orang lain. 4) Kebutuhan untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu kebutuhan berprestise yang erat dengan kebutuhan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya baik dalam bidang pengetahuan, sosial, dan lainnya. Menurut Maslow, motivasi pada setiap tingkatan dapat dibangkitkan sebelumnya.
manakala
telah
terpenuhinya
tingkat
motivasi
52
b. Prespektif fungsional Prespektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi sebagai penggerak adalah motivasi yang memberi tenaga untuk aktivitas tertentu, artinya menggerakkan seluruh energi yang tersedia tanpa adanya penggerak tidak mungkin akan terjadi aktivitas, penggerak itu bisa datang dari luar diri individu yang kemudian dinamakan eksternal atau bisa muncul dari dalam yang dinamakan internal.26 Motivasi yang didasarkan kepada harapan adalah motivasi yang memandang bahwa sesuatu itu pasti terjadi sesuai dengan harapan. Dengan demikian, motivasi itu bangkit karena adanya harapan tertentu. Yaitu harapan yang dapat memuaskan kebutuhannya, manakala individu merasa sesuatu tidak akan muncul sesuai dengan harapan, maka motivasi itu akan lemah. Motivasi yang didasarkan pada insentif adalah motivasi yang muncul oleh karena ada tujuan yang nyata, tujuan tersebut adalah sesuatu yang dapat mengakibatkan rasa senang, misalkan karena adanya hadiah atau pujian. Motivasi individu dapat dibangkitkan melalui insentif.27
26 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 225. 27 Ibid., hlm. 256.
53
6. Fungsi Motivasi belajar Fungsi motivasi menurut Oemar hamalik meliputi sebagai berikut : a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, ibarat Winkel sebelum ini, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.28 7. Pentingnya Motivasi belajar Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan memperjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain. Pertama, menentukan hal-hal yang dapat menjadikan penguat belajar, kedua memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, ketiga menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan keempat menentukan ketekunan belajar.29 Menumbuhkan
semangat
belajar
penting
artinya
demi
kesuksesan belajar. Minat belajar akan menjadi daya dorong yang kukuh untuk mengantarkan anak melakukan belajar tanpa adanya anjuran, apalagi paksaan. Namun, realitasnya banyak siswa yang tidak suka belajar. Belajar dianggap sebagai aktivitas yang menjenuhkan, bahkan siksaan. Oleh 28 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP (Jakarta : Tim Gaung Persada Press, 2008), hlm. 162. 29 Hamzah B. Uno, Op. Cit., hlm. 27.
54
karena itu, guru harus melakukan berbagai usaha secara sistematis dan tepat dalam membangkitkan minat belajar ini. Satu aspek mendasar yang seyogianya menjadi landasan penting adalah memandang anak-anak dengan perspektif yang tepat. Maka, semangat berkomunikasi kepada anak harus selaras dengan paradigma dunia anak, bukan dengan paradigma dunia orang dewasa.30
30
Ngainun Naim, Op. Cit., hlm. 93-94.