BAB II KHATM KHWAJIGAN DALAM ALIRAN TAREKAT DAN KESALEHAN A. Khatm Khwajigan dalam aliran tarekat 1.Tarekat Secara etimologi kata tarekat berasal dari bahasa arab al-thariiqah, jamaknya al-tharaaiq yang mengandung arti, metode, dan madzhab.1Ditinjau secara terminologi, kata tarekat ditemukan dalam berbagai definisi. Diantaranya, menurut Abu Bakar Aceh, tarekat adalah petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh rasul, dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung- menyambung dan rantai-berantai. Guruguru yang memberikan petunjuk dan pimpinan ini dinamakan Mursyid yang mengajar dan memimpin muridnya sesudah mendapat ijazah dari gurunya pula sebagaimana tersebut dalam sisilsilahnya. Atau suatu cara mengajar dan mendidik, yang akhirnya meluas menjadi kumpulan kekeluargaan yang mengikat penganut-penganut sufi, untuk memudahkan menerima ajaran dan latihan-latihan dari para pemimpin dalam suatu ikatan.2 Harun Nasution mendefinisikan tarekat sebagai jalan yang harus ditempuh oleh sufi, dengan tujuan untuk berada sedekat mungkin dengan Allah.3 L. Mesignon mengatakan bahwa tarekat mempunyai dua makna
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa Durriyyah, 2010), hlm. 236. 2 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Semarang: Ramadhani, 1993), hlm. 67. 3 Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat, Studi Pemikiran dan Pengalaman Sufi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 185
17
dalam dunia sufi. Pertama, dalam abad ke-9 M dan abad ke-10 M berati cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang berminat menempuh hidup sufi. Kedua, setelah abad ke-11 M tarekat mempunyai suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani oleh segolongan orang-orang Islam menurut ajaran-ajaran dan keyakinankeyakinan tertentu.4 Said Aqil Siraj memaparkan, bahwa tarekat artinya menjalankan ajaran Islam dengan penuh kehati-hatian, serta melaksanakan fadla ilu-a‟mal dan bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah dan riyadlah.5Amil Al- Kurdi mengatakan, tarekat menghindari yang haram dan makruh dan berlebihlebihan dalam hal yang mubah dan melaksanakan hal-hal yang diwajibkan serta hal-hal yang sunat sebatas kemampuan di bawah bimbingan seorang arif dan ahli nihayah.6 Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan, bahwa tarekat memiliki dua kualifikasi. Pertama, tarekat sebagai madzhab seorang salik dalam menjalankan ajaran-ajaran syariat Islam yang telah di contokan oleh nabi Muhammad SAW, dengan menjalankan beberapa tuntunannya, serta mampu mengendalikan dan mengalahkan nafsu syahwatnya. Dengan tujuan untuk berada sedekat mungkin dengan Allah (taqarrub ilallah), dan bisa mencapai derajat yang paling mulia yakni kedudukan ma‟rifatullah. Kedua,tarekat sebagai suatu lembaga atau organisasi yang di dalamnya 4
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat, Studi Pemikiran dan Pengalaman Sufi...185-186. SaidAqil Siraj, Dialog Tasawuf Kyai Said, (Surabaya: Khalista, 2012), hlm. 76. 6 Bahrun Rifa’i dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 234. 5
18
mengajarkan latihan olah rohani yang di atur sedemikian rupa oleh seorang guru Mursyid, menurut aturan/cara yang dianutnya, untuk mencapai tingkat kerohanian tertentu. 2. Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah Seperti gambar di atas, tarekat pada mulanya bersifat individual kemudian berkembang menjadi semacam organisasi. Pekembangan ini mulai tampak setelah abad ke 11 M dengan munculnya cikal bakal tarekat. Tarekat yang pertama muncul adalah tarekat Qadiriyyah yang diajarkan oleh Muhyi al-Din Abd al-Qadir al-Jilani (w. 561 H/1166 M). Sejak itu berbagai macam tarekat mulai bermunculan, baik yang merupakan cabang dari tarekat Qadiriyyah maupun tarekat yang berdiri sendiri.7Salah satunya ialah tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Tarekat ini banyak tersebar di dunia Timur, Tiongkok, bahkan sampai ke Pulau Jawa, bahkan merupakan salah satu tarekat yang paling besar yang hampir terdapat di seluruh dunia Islam. 8 Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah sebuah tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyyah dan tarekat Naqsyabandiyyah. Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad khatib Syambas (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis Kitab Fath al-Arifin. Nama Syambas adalah nama sebuah kota di sebelah utara Pontianak, Kalimantan Barat. Syaikh Naquib al-Attas mengatakan bahwa Tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah tampil sebagai sebuah tarekat gabungan, karena Syaikh Sambas adalah seorang Syaikh dari kedua tarekat. Syaikh Sambas mengajarkan dua jenis zikir dalam satu versi 7
Alfatih Suryadilaga, Miftahus sufi, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 231. Bahrun Rifa’i dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf, (Bandung, CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 238-244. 8
19
yaitu zikir yang dibaca dengan keras (jahr) dalam tarekat Qadiriyyah dan zikir yang dilakukan di dalam hati (khafi) dalam tarekat Naqsyabandiyyah.9 Secara terpisah, tarekat Qadiriyyah adalah tarekat yang didirikan oleh Saikh Abdul Qadir al-Jilani. Beliau adalah seorang alim dan zahid, oleh pengikutnya dianggap sebagai qutubul „aqtab (Wali tertinggi). Pada awalnya Seikh Abdul Qadir adalah seorang yang alim fiqih, kemudian sesudah itu, beliau beralih kegemarannya kepada ilmu tarekat dan hakikat.10 Untuk mencapai kategori manusia yang tertinggi, menurut Abd alQadir al-Jilani harus mengalami empat tahap perkembangan spiritual. Tahap pertama adalah orang yang meyakini Tuhan dengan totalitas dan menjalankan ajaran agama dengan baik, tanpa pertolongan siapa pun. Kedua adalah ketika seseorang sudah mendekati kesucian hati yang dapat dijelaskan dalam dua hal, yaitu orang yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasarnya tetapi menahan diri dari kehidupan yang hedonistik, dan orang mengikuti suara hati yang selalu melintas dalam dirinya. Ketiga adalah keadaan tawakal, yakni ketika seseorang berserah diri secara total kepada Allah. Keempat adalah fana‟, yakni keadaan seseorang yang amat dekat dengan Tuhan dan bahkan menyatu dengan-Nya.11 Kemudian tarekat Naqsyabandiyyah didirikan oleh Muhammad Bah’uddin al-Uwaisi al-Bukhari, ia biasa dinamakan Naqsyabandi, terambil dari kata Naqsyaband, yang berati lukisan. Tarekat ini mengajarkan dzikir9
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.253. 10 Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 215. 11 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah diIndonesia...hlm.30.
20
dzikir yang sangat sederhana, lebih mengutamakan dzikir hati dari pada lisan. Tujuan pokok dari tarekat Naqsyabandi ialah, taubat, uzlah, zuhud, taqwa, qana‟ah dan taslim. Untuk mencapai tujuan ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan ilm, hilm, sabr, ridza, ikhlas, dan tafakkur. Kemudian hal yang wajib dilakukan oleh pengikut tarekat ini yaitu: berdzikir, meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan dunia, melakukan perintah agama dengan sungguh-sungguh, ihsan, dan mengerjakan amal kebajikan.12 Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah, seperti juga tarekat yang lainnya mempunyai beberapa tatacara peribadatan, tehnik spiritual, ritual, dan kegiatan tersendiri. Diantaranya ialah kegiatan Khatm Khwajigan. 2. Khatm Khwajigan Secara etimologi Khatm Khwajigan diambil dari kata Khatm artinya penutup atau akhir, dan Khwajigan, berasal dari bahasa Persi yang artinya syaikh-syaikh.13Jadi
secara
terminologi
Khatm
Khwajigan
artinya
serangkaian wirid, ayat, shalawat, dan doa yamg menutup setiap dzikir berjamah. Konon ini di susun oleh Asseikh Abdul Kholiq Al Ghujdawani14 dan di anggap sebagai tiang ke tiga setelah dzikir ismu dzat dan dzikir nafyi wa isbat. Khatm dibacakan di tempat yang tidak ada orang luar, dan pintu harus tertutup. Tidak seorang pun boleh ikut serta tanpa izin terlebih dahulu
12
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat....hlm. 216. Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia...hlm.
13
112.
14
Ghujdawani dilahirkan di kota Ghujdwan dan wafat pada tahun 575 H. Lihat Sayyed Husain Naser (Ed), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam: Manifestasi, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 225-226.
21
dari seorang seikh. Selain itu para peserta khatm haruslah dalam keadaan berwudzu. 3. Amaliah dzikir dan wirid Khatm Khwajigan 1. Pembacaan istighfar 15 atau 25 kali, didahului oleh sebuah doa pendek; 2. Melakukan rabithah bi al-syaikh, sebelum berdzikir; 3. Membaca 7 kali surat al-fatihah; 4. Memabaca shalawat 100 kali; 5. Membaca surah al-Insyirah 77 kali; 6. Membaca surah al-Ikhlas 1001 kali; 7. Membaca 7 kali surah al-Fatihah; 8. Membaca do’a; 9. Membaca ayat-ayat tertentu dari al-Qur’an; Dalam pelaksanaan Khatm Khwajigan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Biasanya dalam pelaksanaanya Khatm sudah diringkas, dan satu hal yang tidak boleh ditinggal adalah berdoa.15 Dari beberapa warna dan tatacara yang bervariasi di dalam rangkaian amaliah ritual Khatm Khwajigan diatas, pada hakikatnya ialah berdzikir kepada Allah. Yang dimaksudkan dengan dzikir di sini ialah ucapan yang dilakukan dengan lidah dan mengingat akan Tuhan dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Tuhan dan membersihkannya dari
15
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiah di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1992),
hlm. 85.
22
sifat-sifat yang tidak layak untuknya.16Dzikir juga sangat penting karena merupakan langkah pertama manusia dalam menapaki cintanya kepada Allah.17Ulama’ menafsirkan, bahwa dzikir kepada Allah dalam menjauhkan diri dari pekerjaan yang munkar, sesungguhnya lebih besar artinya dari pada sembahyang yang dikerjakan sunyi dari pada mengingat Allah.18 Lalu dzikir pada keyakinan mereka itu akan melahirkan dua sifat pada manusia, pertama seorang hamba takut pada Allah dan kedua kasih kepada Allah. Jika seorang hamba takut kepada Allah, maka segala suruhnya akan dikerjakannya dan segala larangannya akan dihentikannya. Seorang yang kasih kepada Allah tentu akan memilih pekerjaan-pekerjaan yang disukai Allah dan menggiatkan dia menjauhkan diri pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak disukai Allah.19 Maka
dengan
alasan-alasan
itulah
golongan
ahli
tarekat
mempertahankan dzikir, tidak saja arti mengingat Allah dalam hati, tetapi menyebut Allah senantiasa kala dengan lidahnya untuk melatih segala anggotanya. Menurut anggapan mereka segala ibadah yang dikerjakan tidak disertai dengan mengingat Allah atau tidak karena Allah, maka ibadah itu kosong, akan hampa dari pahala. Maka dzikir selalu diucapkan dan mengingat Allah itu dikekalkan untuk memperoleh pengaruhnya.20 Maka dalam konteks ini, penulis beranggapan bahwa dengan berdzikir bisa meningkatkan kualitas iman serta ketakwaannya pada Allah swt, 16
Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat...hlm. 278. Said Aqil Siraj, Dialog Tasawuf kyai Said...hlm. 52. 18 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat...hlm. 278. 19 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat...hlm. 279. 20 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat...hlm. 279. 17
23
sehingga akan melahirkan sikap kesalehan, baik kesalehan yang bersifat individual maupun kesalehan yang cenderung kepada sosial kemasyarakatan. Sebagaimana yang telah di firmankan Allah di dalam surah Al-Baqarah ayat 2-3.21Sebab, ketika lisan dan hati seseorang dibiasakan untuk berdzikir dengan memuji asma‟-asma‟ dan sifat-sifat Allah, maka akan melahirkan dua sifat bagi manusia. Pertama, cinta yang didasari rasa takut pada Allah. Kedua, memunculkan rasa kasih sayang antar sesama manusia. B. Kesalehan 1. Pengertian Kesalehan Secara bahasa arti dari kesalehan adalah berbuat baik. Sedangkan secara terminologi kesalehan terbagi menjadi dua bagian yakni kesalehan individual dan kesalehan sosial. Kesalehan individual adalah mengabdi kepada Allah Swt, dengan menjalankan beberapa perintahnya dan menjauhi larangannya. Adapun kesalehan sosial adalah kebaikan atau keharmonisan dalam hidup bersama, berkelompok baik dalam lingkup kecil antar keluarga, RT, RW, desa, kota, Negara sampai yang paling luas yaitu dunia.22 Said Aqil Siraj mengatakan kesalehan sosial adalah perilaku orangorang yang sangat peduli dengan nilai-nilai Islami, yang bersifat sosial. Suka memikirkan dan santun kepada orang lain, suka menolong, dan seterusnya; meskipun orang-orang ini tidak setekun kelompok pertama dalam melakukan
21
ذلك الكتاب الريب فيه هدى للمتقين الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلوة ومما رزقنهم ينفقونArtinya: “Kitab Al-Qur‟an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka” 22 Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial dari Adabe Islam. Diterjehkan oleh IlyasAbu Haidar, (Jakarta: Al-Huda, 2003), hlm. 54.
24
ibadat seperti sembayang dan sebagainya itu. Lebih mementingkan hablun minan naas.23 Durkheim mengatakan bahwa kesalehan dapat dilihat dari kepedulian untuk menghasilkan tatanan sosial dalam masyarakat. Moral telah ada disepanjang sejarah umat manusia dan merupakan salah satu fungsi pengatur utama masyarakat.
24
Disamping itu, agama berfungsi untuk mendukung dan
melestarikan masyarakat yang sudah ada. Dalam konteks ini, moral bersifat fungsional terhadap persatuan dan solidaritas sosial.25 2. Indikator-indikator kesalehan 1. Ciri-ciri kesalehan individual a. Mengerjakan shalat, shalat menurut bahasa, ialah berdo’a, sedangkan menurut syariat adalah ucapan-ucapan dan gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan dengan niat, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.26 b. Menjalankan ibadah puasa, puasa adalah menahan diri dari perkara yang membatalkan, seperti makan, minum, sex, sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dengan niat persyaratan tertentu.27 c. Haji, haji berasal dari bahasa arab yang artinya mengunjungi, sedangkan menurut istilah adalah mengunjungi ka’bah dan sekitarnya di
23
Said Aqil Siraj, Dialog Tasawuf kyai Said...hlm. 59. Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Soiologi. Dari Filosofi Posivistik ke Post Posivistik...hlm. 105. 25 Betty R. Scharf, Kajian Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1995), hlm. 93. 26 Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqih Praktis, (Bandung, Mizan, 1999), hlm. 105. 27 Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqih Praktis...hlm. 341. 24
25
kota Makkah dan sebagainya untuk melakukan ibadah, thawaf, sa’i, wukuf dan sebagainya.28 d. Dzikir, dzikir adalah meninggalkan sesuatu yang berbentuk kelupaan pada Allah, dan dzikir merupakan kunci utama seseorang dalam menggapai ketenangan batin.29 e. Zakat, zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan dari milik seseorang, untuk kepentingan kaum fakir miskin serta anggota masyarakat
lainnya
yang
memerlukan
bantuan
dan
berhak
menerimanya.30 2. Ciri-ciri kesalehan sosial a. Silaturahmi, seorang mempunyai tugas dalam kesehariannya terhadap keluarganya. Ia harus menemui, bersikap ramah, dan menyayangi mereka. Ia harus mengetahui kesulitan dan problem yang dihadapi dan berusaha sekuat mungkin membantu mereka dalam menyelesaikannya. Ia bersama mereka dalam suka maupun duka, sehati dengan mereka. Kesusahan dan cobaan yang menimpa mereka adalah kesusahan dirinya.31Sikap seperti ini akan menimbulkan dampak bahwa, dalam kesulitan, mereka tidak merasa sendirian dan membuat hati mereka terhibur. b. Pemaaf dan lapang dada, sikap ini merupakan salah satu pokok penting akhlak Islam dalam berinteraksi sosial. Sebagaimana yang sering kita 28
Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqih Praktis...hlm. 377. SaidAqil Siraj, Dialog Tasawuf Kyai Said...hlm. 43. 30 Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqih Praktis...hlm. 273. 31 Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm. 29
37.
26
saksikan adanya perampasan hak-hak orang lain, diskriminasi, dan pelecehan. Di sana, orang –orang mengabaikan hak-hak orang lain, yang bersifat kecil, seperti menyerobot giliran, bersuara keras, dan mengganggu ketenangan orang lain. Masalah ini akan menyebabkan kesengsaraan hidup yang tidak tertanggulangi. Dengan demikian berdasarkan pesan Islam tentang kesabaran
dan menahan amarah
terhadap sesama, maka satu sama lain harus saling tepo sliro dan memaafkan.32 c. Membesuk orang sakit adalah bagian dari etika sosial Islam dan termasuk salah satu dari misdhaq yang lain dari menyenangkan hati orang. Mendatangi orang sakit dan menanyakan keadaannya dengan memperhatikan bahwa orang sakit sangat mengharapkan kunjungan sahabat, kerabat, keluarganya adalah sesuatu yang bersifat wajib.33 d. Kepedulian, tidak ada ungkapan yang lebih tepat dari sabda Nabi Saw tentang persaudaraan yang seiman. Apabila seorang mukmin menilai bahwa saudara seimannya ibarat anggota dari tubuhnya dan merupakan bagian dari badan atau keluarganya, maka saat saudaranya dalam kesusahan tidak akan merasakan kesendirian dalam menyeleaikan persoalannya. Oleh karena itu, nurani suci akan memberontak bilaman manusia yang ketika menghadapi masalah dan mendapatkan bantuan orang lain, tidak mau membantu orang lain yang membutuhkan.
96-97.
32
Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.
33
Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.
150.
27
Hubungan yang baik, cinta dan kasih sayang antara orang-orang mukmin memilki nilai dan manfaat bagi kedua pihak.34 e. Sabar, umat manusia dalam kesehariannya selalu melakukan interaksi sosial. Setiap individu memiliki kerakter yang khas serta mempunyai watak, tabiat, perangai, perilaku dan cara berpikir yang berbeda-beda. Dari sekian banyak perilaku dan akhlak itu, ada yang tercela
dan
menyakiti hati orang lain. Pebutan dan perlakuan yang buruk ini menimbulkan sikap-sikap yang tidak berkesan, maka langkah yang harus dilakukan ialah menanggapinya dengan sikap sabar yang akan membentengi dari perbuatan tercela.35 f. Hak Orang Tua, dalam Islam setelah umat manusia mengemban beberapa tugas terhadap Allah Swt, tugas terbesar dan terpenting berikutnya adalah berkaitan dengan hak-hak orang tua yang menjadi tanggung jawab seorang anak. Dalam Al-Qur’an tanpa terpisah setelah menjalnakan
perintah
menyembah
dan
bertauhid
kepada-NYa,
kemudian menybutkan hak orang tua dengan berbakti dan berbuat baik kepada mereka.36 g. Suka duka bersama, orang-orang mukmin antara satu dengan yang lain dalam hubungan persaudaraan. Mereka tolong menolong dalam kesusahan dan kesulitan, dan berusaha mengatasi kesulitan mereka
123. 88.
34
Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.
35
Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.
36
Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.
21
28
secara bersama-sama baik suka maupun duka. Pada dasarnya, persahabatan dan persaudaraan direalisasikan dalm bentuk ikut merasa senang ketika sahabatnya senang dan merasa sedih tatkala sahabtnya sedih. Karena itu, terlibat dalam suka dan duka termasuk mishdaq dari menyenangkan hati orang mukmin.37 h. Solidaritas sosial, adalah suatu sikap yang menunjukan adanya kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, dengan melakukan hal yang dapat bermanfaat bagi lingkungannya. Dalam hal ini, Durkheim mengamati bahwa solidaritas dapat menunjukan pada suatu keadaan hubungan antara individu dan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.38Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja sebagai dasar untuk mengadakan klasifikasi masyarakat, sesuai dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi dia lebih cenderung mempergunakan dua taraf klasifikasi, yaitu yang sederhana dan yang kompleks. Tipe-tipe pembagian kerja tersebut dihubungkan dengan tipe-tipe solidaritas. Artinya, masyarakat-masyarakat yang sederhana dan kompleks, kesatuan dan keutuhannya dipertahankan melalui berbagai cara.39 Apabila dalam pembagian kerja terdapat sedikit diferensiasi, maka solidaritas didasarkan pada homogenitas; artinya, warga masyarakat sebenarnya sejenis atau sama. Dengan kata lain, warga masyarakat
158.
37
Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.
38
Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 44-45. Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 190.
39
29
mempunyai cita-cita dan nilai yang sama. Kepribadian dari masing-masing merupakan pencerminan mikorokopis dari masyarakat. Oleh karena itu, makasecara relatif tidak terdapat kualitas-kualitas pribadi yang dapat memisahkan pribadi dan kolektiva. Durkheim menamakan solidaritas tersebut sebagai solidaritas mekanik.40 Apabila pembagian kerja bertambah kompleks, maka kapasitas masyarakat meninggi, akan tetapi dasar homogenitas ditransformasikan. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling bergantung, antara bagianbagian masyarakat yang telah mengenal pengkhususan itu, Durkheim menyebut solidaritas ini sebagai solidaritas organik.41 Secara singkat, solidaritas mekanik terbentuk karena adanya saling kesamaan antara anggota masyarakat, sedangkan solidaritas organik terbentuk karena adanya perbedaan antara anggota masyarakat. Adanya perbedaan tersebut
menyebabkan setiap anggota masyarakat
saling
bergantung antara satu dengan yang lain. Seorang guru akan membutuhkan dokter ketika sakit, seorang petani membutuhkan seorang pedagang untuk memasarkan hasil pertaniannya.42 Kedua tipe solidaritas sosial ini memilki beberapa ciri sebagaimana yang dijelaskan Durkheim. Pertama, anggota masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang rendah (mekanik), masih terikat satu sama lain atas dasar kesamaan emosional dan kepercayaan, serta adanya komitmen moral. 40
Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi...hlm. 190. Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi...hlm. 190. 42 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 51. 41
30
Perbedaan adalah sesuatu yang harus dihindari. Pada masyarakat dengan tingkat pembagian kerja yang tinggi (organik), sangat memungkinkan terjadi perbedaan, dan masyarakat disatukan oleh ketergantungan fungsional. Kedua, solidaritas organik didasarkan pada kesadaran kolektif yang kuat, angota masyarakat diharapkan mampu mempertahankan kesamaan, sedangkan pada solidaritas organik, otonomi individu sangat dihargai mengingat individu menjalankan fungsi yang berbeda-beda. Ketiga, dari segi kontrol sosial, dalam solidaritas mekanik, nilai dan norma bersifat umum dan abstrak, hukum yang berlaku bersifat represif.43 Secara konkret, solidaritas ini dapat kita jumpai pada masyarakat industri atau masyarakat perkotaan. Melihat fenomena ini, Durkheim mengusulkan perlunya suatu konsensus intelektual dan moral untuk menciptakan keteraturan sosial (social order) yang bersifat harmonis dan integratif.44Tokoh asal Prancis ini melihat bahwa masyarakat memerlukan adanya solidaritas sosial agar individu di dalam masyarakat memiliki kesadaran kolektif yang sama dan kuat. Sehingga bisa mengatarkan pada individu kepada tipe solidaritas yang didasarkan atas kepercayaan dan kesetia kawanan ini diikat oleh apa yang disebut collective conciousness yaitu suatu sistem keparcayaan dan perasaan yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat.45
43
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial...hlm. 51-52. 44 Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Soiologi. Dari Filosofi Posivistik ke Post Posivistik. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 95-97. 45 Ambo Upe, Tradisi Aliran Dalam Soiologi. Dari Filosofi Posivistik ke Post Posivistik... hlm. 95.
31
Masyarakat tidak bisa membuat pengaruhnya dirasakan kecuali jika masyarakat itu bertindak, dan masyarakat tidak akan bertindak kecuali jika individu-individu yang menyusunnya berhimpun bersama dan bertindak bersama pula. Tindakan bersamalah yang menimbulkan kesadaran atas dirinya sendiri dan kedudukannya; masyarakat diatas semua kerja sama aktif yang lain. Sehingga seperti yang telah dikemukakan bahwa tindakan yang menguasai kehidupan agama, karena fakta menunjukan masyaraktlah yang merupakan sumbernya.46 Oleh karena itu, kekuatan agama adalah kekuatan manusia , kekuatan moral. Sentimen kolektif dapat mendorong kesadaran warga masyarakat dengan cara mendekatkan diri mereka kepada objek di luar diri mereka yakni kekuatan-kekuatan keagmaan tidak bisa terbentuk tanpa mengadopsi beberpa dari karakteristiknya dari hal-hal yang lain, kekuatan agama dapat menjelma menjadi semacam unsur fisik, dalam hal ini agama akan terpadu dengan kehidupan
material,
kemudian
dianggap
mempunyai
kemampuan
menjelaskan apa yang terjadi.47Kesalehan menurut Salah satu kelebihan Islam dibandingkan agama dan kepercayaan yang lain ialah bahwa Islam merupakan agama yang mementingkan sikap sosial.48 Jika diperhatikan bahwa semua undang-undang Allah, baik yang berkaitan dengan ibadah maupun yang lainnya, maka akan menemukan di
46
Roland Robertson, ed, Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis. Diterjemahkan oleh Ahmad Fedyani Saifuddin dari Sosiology of Religion, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 43-44. 47 Roland Robertson, ed, Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis...hlm. 44. 48 Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial. Diterjemahkan oleh Abu Haidar, Ilyas dari Adabe Islam, (Jakarta: Al-Huda, 2003), hlm. 7.
32
dalamnya lebih banyak menjelaskan tentang hubungan antara manusia pada sosialnya.49Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 4350. Tegasnya, perkembangan dan penguatan nilai-nilai insani dan kesempurnaan ibadah yang mengantarkan pada kebahagiaan yang hakiki, hanya dapat dicapai dengan memperhatikan hubungan yang bersifat sosial. Harus dikatakan bahwa hakikat keberadaan dan potensi manusia untuk menghindari keburukan dan keegoisan serta menjaga kehormatan menjadi lebih tampak dengan berlaku baik, bertoleransi dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Dari sini, bahwa tugas seorang Muslim dalam memperoleh kesempurnaan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat ialah dengan menjga hubungan sosial, bukan melalui „uzlah, khalwat, dan duduk menyendiri tanpa memperhatikan masalah-masalah sosial.51 Secara singkat dapat dikatakan, bahwa syarat untuk bisa menggapai kebahagiaan hakiki dalam pandangan Islam ialah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt dengan tujuan memperoleh ridlo-Nya dan menetapkan tingkatan-tingkatan penghambaan di hadapan Tuhan semesta alam. Hanya dengan ketaatan sepenuhnya atas perintahnya-perintah Allahlah, manusia dapat memperoleh ridlo-Nya, serta mendapatkan rahmat dan anugrah-Nya.52
49
11.
Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.
50
واقيم الصلوة واتوا الزكوة واركعوا مع الركعينArtinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk”. 51 Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.12. 52 Tim Akhlak, ed, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial...hlm.11.
33
Dengan demikian, Khatm Khwajigan berperan sebagai kegiatan ketarekatan yang sangat menekankan kualitas dzikir bagi para penganutnya, dengan cara meninggalkan segala hal yang berbentuk kelupaan kepada Allah serta memasuki wilayah musyahadah (persaksian), dan mengalahkan rasa takut bersamaan dengan rasa kecintaan yang mendalam. Allah telah berfirman, QS. Al-Baqarah: 15253. Ayat tersebut mengingatkan bahwa dalam setiap tarikan nafas dan kesadaran, manusia seyogyanya selalu mengingat Allah di mana saja dan kapan saja selama ia di masih berada di atas bumiNya.54
والواستقامواعلى الطريقة السقينهم ماء غداقاArtinya: “ Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar.” 54 Said Aqil Siraj, Dialog Tasawuf kyai Said...hlm. 52. 53
34