BAB II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1.Kinerja Guru 2.1.1.Pengertian Kinerja Guru. Menurut Slamet (2007: 35), pengertian kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pekerja sesuai dengan perannya di organisasi berdasarkan tujuan organisasi dan tujuan individu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2002: 570), kinerja berarti “sesuatu yang dicapai” atau “prestasi yang diperlihatkan”. Suryadi (1999: 2) mendefinisikan kinerja adalah sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang
atau
sekelompok
dalam
suatu
organisasi.
Mangkunegara (2004: 67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dari beberapa pendapat maka pengertian kinerja adalah pelaksanaan kerja, hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang (pegawai/karyawan) dalam melaksanakan tugasnya melalui berbagai kegiatan berdasarkan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.
10
11 Menurut Mangkunegara (2004: 22) bahwa kinerja yang berkenaan dengan profesi keguruan merupakan perilaku nyata yang ditunjukkan guru pada saat memberikan pelajaran kepada siswanya. Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat tugas keprofesianalan guru menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 pasal 1 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Berdasarkan pengertian guru mempunyai peran yang sangat dominan dalam membentuk peserta didik menjadi manusia
yang
berkualitas.
Upaya
pemerintah
untuk
terus
meningkatkan kemampuan tenaga pendidik nampak dalam pemberian tunjangan profesional yaitu melalui sertifikasi tenaga pendidik yaitu memberikan penghargaan tambahan imbalan sebagai semangat untuk meningkatkan kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Disamping itu tugas / kewajiban guru menurut UndangUndang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 pasal 20 sebagai berikut : (1) merencanakan pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
12 dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, latar belakang keluarga dan status
sosial
ekonomi
peserta
didik
dalam
pembelajaran;
(4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika; (5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Guru merupakan ujung tombak Keberhasilan
guru
dalam
melaksanakan
pelaksana
pendidikan.
tugasnya
merupakan
cerminan dari kinerja guru, dan hal tersebut terlihat dari aktualisasi kompetensi guru dalam merealisasikan tugas profesinya. Sehubungan dengan kinerjanya maka guru ada yang memiliki kinerja baik dan ada juga yang memiliki kinerja kurang baik. Guru yang memiliki kinerja yang baik disebut guru yang profesional (Supriadi,1998: 98). Selanjutnya menurut Suryadi (1999: 5) mengemukakan kinerja guru adalah usaha sadar dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui pembelajaran, sehingga konsep kinerja guru merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan utamanya. Kinerja guru berarti tindakan unjuk kerja dari guru dalam melaksanakan tugas dan peranannya sebagai guru terutama dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah. Dari beberapa pendapat, dapat dinyatakan bahwa pengertian kinerja guru adalah prestasi kerja seorang guru secara profesional terhadap
penyelenggaraan
pembelajaran
mulai
dari
kegiatan
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, hingga evaluasi hasil
13 pembelajaran
berdasarkan
kemampuan
dan
ketrampilan
yang
dimilikinya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. 2.1.2. Aspek Kinerja Guru Menurut Sahertian dalam Kunandar (2008: 28) untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki kompetensi, maka diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek kompetensi yang ada pada dirinya, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi kepribadian adalah sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya. Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran/bidang studi) yang diajarkan dan
terpadu
dengan
kemampuan
mengajarnya.
Kompetensi
kemasyarakatan (sosial) adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan seharihari di masyarakat tempat ia bekerja, baik formal maupun informal. Dalam buku Standar Kompetensi Guru ( Depdiknas, 2004: 25), dijelaskan bahwa agar guru dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, maka guru harus memiliki 3 (tiga) komponen kompetensi yang saling berhubungan yaitu : (1) kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan kependidikan, (2) kompetensi akademik dan (3) kompetensi pengembangan profesi. Ketiga kompetensi guru tersebut mewadahi kompetensi profesional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial. Selain ketiga komponen kompetensi tersebut, guru
14 sebagai pribadi yang utuh juga harus memiliki sikap dan kepribadian yang positif, dimana sikap dan kepribadian tersebut senantiasa melekat pada setiap komponen yang menunjang profesinya. Natawijaya (1994: 38) berpendapat kinerja guru meliputi aspek-aspek : (1) kemampuan profesional dalam proses belajar mengajar, (2) kemampuan sosial dalam proses belajar mengajar, (3)kemampuan pribadi dalam proses belajar mengajar. Kemampuan profesional dalam proses belajar mengajar meliputi : (a) penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan dan konsep-konsep keilmuan dari bahan yang diajarkan itu, (b) kemampuan mengelola program belajar mengajar, (c) kemampuan mengelola kelas,(d) kemampuan mengelola dan menggunakan media dan sumber belajar, (e) kemampuan menilai prestasi belajar mengajar. Kemampuan sosial dalam proses belajar mengajar meliputi: a) terampil berkomunikasi dengan siswa, (b) bersikap simpatik, (c) dapat bekerjasama dengan BP3, (d) pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendamping. Kemampuan pribadi dalam proses belajar mengajar, meliputi : (a) kemantapan dan integrasi pribadi, (b) peka terhadap perubahan dan pembaharuan, (c) berdisiplin dalam melaksanakan tugas, (d) adil, jujur dan objektif, (e) berusaha memperoleh hasil kerja sebaik-baiknya,(f) simpatik dan menarik, luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak, (g) berwibawa.
15 Dari beberapa pendapat maka aspek penilaian kinerja guru dapat ditunjukkan oleh beberapa kemampuan yang harus dimiliki guru dan dapat dinilai semuanya dalam proses belajar mengajar. 2.1.3. Indikator Kinerja Guru Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena guru mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program pendidikan. Penilaian kinerja menurut Siagian (2002: 168) adalah proses dimana organisasi berupaya memperoleh informasi yang seakurat mungkin tentang kinerja para anggotanya. Penilaian kinerja harus dilaksanakan dengan baik karena akan sangat bermanfaat bagi organisasi secara keseluruhan, bagi para atasan langsung dan bagi para guru atau karyawan yang bersangkutan. Ukuran kinerja guru menurut Slamet ( 2007: 235) merupakan ukuran atau standar kinerja yang dapat diandalkan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja. Agar terjadi penilaian yang kritis dalam menentukan kinerja, ukuran yang handal juga sama untuk mencapai kesimpulan sama tentang kinerja. Ukuran kinerja yang baik harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut : (a) praktis, keterkaitan langsung dengan pekerjaan seseorang adalah bahwa penilaian ditunjukkan pada perilaku dan sikap yang menentukan keberhasilan menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu, (b) kejelasan standar, standar adalah merupakan tolak ukur seseorang dalam melakukan pekerjaannya, (c) kriteria yang objektif, kriteria yang
16 dimaksud adalah ukuran-ukuran yang memenuhi persyaratan seperti mudah digunakan, handal, dan memberikan informasi tentang perilaku kritikal
yang
menentukan
keberhasilan
dalam
melaksanakan
pekerjaan. Siagian (2002: 168) mengemukakan bahwa penilaian kinerja merupakan prose informasi yang seakurat mungkin tentang kinerja para anggotanya. Penilaian kinerja harus dilakukan dengan baik karena akan sangat bermanfaat bagi organisasi secara keseluruhan, bagi para atasan langsung dan bagi karyawan yang bersangkutan. Berbagai pihak dapat menarik manfaat dari penilaian kinerja kesemuanya dapat dikaitkan dengan keseluruhan upaya meningkatkan produktivitas kerja organisasi, produktivitas kerja berbagai komponen organisasi,dan sebagai pendorong bagi para karyawan. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa: (1) Menilai kinerja guru hakekatnya adalah menilai sejumlah kompetensi guru itu sendiri dalam pelaksanaan tugasnya melalui proses pembelajaran, (2) Penilaian terhadap kinerja guru perlu dilakukan agar para guru senantiasa berupaya melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan meningkatkan kinerjanya, (3) Penilaian kinerja guru dapat dijadikan umpan balik bagi perbaikan dan atau peningkatan kinerjanya. Pengukuran kinerja guru SMP Negeri di sub rayon 08 Semarang berdasarkan teori di atas difokuskan pada tugas pokok dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, tugas tersebut
17 merupakan tugas rutin guru yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab agar variabel kinerja guru dapat dianalisis secara logis, maka dalam penelitian ini dibatasi pada indikator-indikator sebagai berikut : 1.
Kemampuan guru dalam merencanakan program pembelajaran, indikatornya (a) mampu menyusun Rencana Pembelajaran (RP), (b) merencanakan materi/bahan pembelajaran, penggunaan metode dan alat/media pembelajaran, (c) merencanakan skenario kegiatan pembelajaran, (d) merencanakan penilaian hasil belajar siswa.
2.
Ketrampilan guru dalam melaksanakan program pembelajaran, indikatornya : (a) terampil membuka dan menutup pembelajaran, (b) dapat mengelola materi pembelajaran, (c) terampil memilih dan menggunakan multimedia dan multimedia pembelajaran, (d)
terampil
membimbing
dan
melibatkan
siswa
dalam
pembelajaran, (e) terampil memberi motivasi dan memberikan penguatan atau reinforcement, (f) mampu mengelola waktu dan ruang kelas, (g) terampil memberikan pertanyaan secara variatif, (h)
mengaitkan
materi
dengan
kemajuan
IPTEK dalam
pembelajaran. 3.
Kemampuan
guru
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran,
indikatornya: (a) mampu menyusun prosedur, jenis, dan kriteria penilaian sesuai pedoman, (b) terampil melakukan penilaian selama proses pembelajaran, (c) melakukan penilaian (ulangan
18 harian), (d) mampu menganalisis dan mengolah hasil penilaian, (e) melaksanakan perbaikan dan pengayaan. 4.
Kemampuan guru melakukan hubungan pribadi dalam proses belajar mengajar, indikatornya : (a) Mampu membantu dan melatih kemandirian siswa, (b) Membimbing belajar siswa penuh kasih sayang, (c) Menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengajar, (d) Dapat berkomunikasi lancar dan jelas dengan siswa dalam proses belajar mengajar.
2.2. Supervisi Akademik 2.2.1. Pengertian Supervisi Akademik Menurut Boordman dalam Subari (1994: 4) bahwa supervisi adalah suatu
usaha
menstimulir,mengkoordinasi,dan
membimbing
secara
berlanjut pertumbuhan guru-guru baik secara pribadi maupun kelompok agar lebih memahami dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Menurut Purwanto (2012: 76) supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-gurudan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Ia
berupa
dorongan,bimbingan,dan
kesempatan
bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar
19 yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran. Menurut Neagley dalam Pidarta (1999: 2) bahwa supervisi adalah pelayanan
kepada
guru
yang bertujuan
menghasilkan
perbaikan
instruksional, belajar dan kurikulum. Supervisi diartikan sebagai bantuan, pengarahan, bimbingan kepada guru-guru dalam bidang instruksional, belajar dan kurikulum. Nilai dari supervisi ini akan tampak dalam perkembangan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan peserta didik. Berbeda dengan Sutisna
dalam
Arikunto (2006: 12) bahwa
dengan supervisi yang intensif kepada guru, secara tidak langsung siswa akan kena dampaknya yaitu ikut terangkat prestasi belajarnya. Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa supervisi bertujuan untuk membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut. Dari berbagai rumusan di atas bahwa kegiatan supervisi pendidikan yang ditujukan untuk perbaikan situasi belajar mengajar itu dilakukan melalui peningkatan kemampuan profesi para guru dalam melaksanakan tugasnya. Agar peranan guru dalam kaitan dengan tugas mendidik dapat berhasil dengan baik, maka guru perlu diadakan pembinaan dengan cara disupervisi oleh supervisor. Glickman dalam Dharma (2008: 9) mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
20 pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Kemendiknas ( 2010: 53 ) supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Daresh dalam Dharma (2008: 9) Esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu
guru
mengembangkan
profesionalismenya.
Meskipun
demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Sergiovanni dalam Dharma (2008: 9) penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat membantu guru mengembangkan kemampuan, maka untuk pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya. Menurut Alfonso,Firth, dan Neville dalam Dharma (2008: 10) ada tiga konsep pokok /kunci dalam pengertian supervisi akademik, yaitu :
21 (a) supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Supervisi jangan diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Dari beberapa pendapat, dapat dinyatakan supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya. Namun, setelah melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan dan pelaksanaan pengembangan kemampuannya. Melalui supervisi akademik guru akan semakin profesional dalam mengelola pembelajaran bagi siswa- siswanya. 2.2.2. Tujuan Supervisi Akademik Menurut Sergiovanni dalam Arikunto (2006: 13) bahwa tujuan utama kegiatan supervisi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, yang harapan akhirnya juga pada prestasi belajar siswa. Tentu saja peningkatan tersebut tidak dapat hanya mengenai satu aspek saja, tetapi semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran,antara lain siswa itu sendiri, guru, dan personel lain, peralatan, pengelolaan, maupun lingkungan tempat belajar.
22 Menurut Sergiovanni dalam Dharma (2008: 11) ada tiga tujuan supervisi akademik yaitu : (a) supervisi akademik diselenggarakan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan ketrampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuan melalui teknik – teknik tertentu; (b) supervisi akademik diselenggarakan untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan pengawas, kepala sekolah, supervisor lainnya ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian siswanya; (c)
supervisi
menerapkan
akademik
diselenggarakan
kemampuannya
dalam
untuk
mendorong
melaksanakan
guru
tugas-tugas
mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Menurut Arikunto (2006: 6-7) tujuan supervisi ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya,terutama dalam melaksanakan tugas yaitu melaksanakan proses pembelajaran. Selanjutnya apabila kualitas kinerja guru dan staf sudah meningkat ,demikian pula mutu pembelajarannya, maka diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Sedangkan secara khusus tujuan supervisi akademik adalah: (1) meningkatkan kinerja siswa,
23 (2) meningkatkan mutu kinerja guru, (3) meningkatkan keefektifan kurikulum, (4) Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana,
(5)
meningkatkan
kualitas
pengelolaan
sekolah,
(6) meningkatkan kualitas situasi umum sekolah. Menurut Djajadisastra dalam Ali (2011: 11) mengemukakan tujuan supervisi akademik sebagai berikut : (1) memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa, (2) memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan mengajar, (3) memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar, (4) memperbaiki penilaian atas media, (5) memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya, (6) memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya, (7) memperbaiki sikap guru atas tugasnya.
2.2.3. Prinsip – prinsip Supervisi Akademik Prinsip – prinsip supervisi akademik menurut Arikunto (2006: 19) sebagai berikut : antara lain : (a) Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan, dan bukan mencari-cari kesalahan, (b) Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan. Sedangkan menurut Purwanto dalam Arikunto (2006: 21) prinsipprinsip dalam supervisi adalah bahwa: (a) Supervisi hendaknya bersifat
24 konstruktif dan kreatif yaitu bahwa dari para supervisor seyogyanya dapat memberikan motivasi kepada pihak-pihak yang disupervisi, (b) Supervisi hendaknya didasarkan pada keadaan dan kenyataan yang sesuai dengan sebenar-benarnya sehingga kegiatan supervisi dapat terlaksana dengan realistis, (c) Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana, tidak terlalu kaku tetapi sewajarnya, (d) Supervisi hendaknya dapat memberikan rasa aman kepada pihak-pihak yang disupervisi, (e) Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional antara pihak yang mensupervisi dengan disupervisi, bukan didasarkan atas hubungan pribadi, (f) Supervisi hendaknya didasarkan pada jenis kemampuan, kesanggupan, serta kondisi, dan sikap pihak yang disupervisi agar tidak menimbulkan rasa stress pada pihak yang disupervisi, (g) Supervisi tidak dilaksanakan dalam kondisi mendesak, (h) Supervisi bukan inspeksi atau pemeriksaan, (i) Supervisi adalah sebuah kegiatan yang hasilnya memerlukan proses yang kadang-kadang tidak sederhana, (j) Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif dan kooperatif. Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang negatif, korektif berarti memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat,sedang kooperatif berarti berusaha melakukan dan mengatasi secara bersama-sama ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut Soetopo dan Soemanto (1988: 42) prinsip-prinsip supervisi akademik dibedakan yaitu prinsip positif dan prinsip negatif. Yang dimaksud prinsip positif adalah prinsip-prinsip yang patut kita ikuti, sedangkan prinsip-prinsip negatif adalah prinsip yang merupakan larangan
25 bagi kita. Prinsip-prinsip positif antara lain : (a) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif, (b) Supervisi harus kreatif dan konstruktif,(c) Supervisi harus scientific dan efektif, (d) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru, (e) Supervisi harus berdasarkan kenyataan,(f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan self evaluation. Sedangkan prinsip-prinsip negatifnya antara lain : (a) Seorang supervisor tidak boleh bersikap otoriter, (b) Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru, (c) Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan dilaksanakan atau tidak,(d) Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih dari guru-guru oleh karena jabatannya,(e) Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam cara-cara guru mengajar,(f) Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila ia mengalami kegagalan.
2.2.4. Sasaran Supervisi Adapun sasaran supervisi menurut Arikunto (2006: 33) adalah sebagai berikut : a. Aspek yang disupervisi 1. Supervisi akademik, yang menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
26 2. Supervisi administrasi, mencakup antara lain administrasi sekolah secara umum, kesiswaan, ketenagaan, perlengkapan, keuangan dan hubungan sekolah dengan masyarakat. 3. Supervisi
edukatif,
mencakup
kurikulum,
kegiatan
belajar
mengajar, pelaksanaan bimbingan konseling. b. Orang yang disupervisi Orang yang disupervisi, antara lain : (1) guru mata pelajaran; (2) Guru pembimbing; (3) tenaga edukatif lainnya , misalnya
pustakawan,
laboran, teknisi; (4) tenaga administrasi; (5) siswa. c. Orang yang melakukan Supervisi Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Adapun pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah atau personel yang ditugasi. Personel yang ditugasi dalam hal supervisi pengajaran dapat dilakukan oleh guru senior, sedangkan untuk administrasi dapat didelegasikan ke pegawai kantor.
2.2.5. Supervisi Pengawas Satuan Pendidikan Dalam kaitannya dengan supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Satuan Pendidikan, menurut Purwanto (2006: 32) pengertian supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Menurut Jones dalam Mulyasa (2003: 155) supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas
27 kinerja personalia
sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama
pendidikan. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kompetensi
supervisi
pengawas
satuan
pendidikan
berdasarkan
Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 meliputi tugas merencanakan program supervisi akademik dalam rangka profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat serta menindaklanjuti hasil supervisi
akademik
profesionalisme,
terhadap
dengan
guru
melalui
dalam
rangka
langkah-langkah
peningkatan perencanaan,
pelaksanaan yang tepat dan berpenampilan yang nyata serta meyakinkan dan mengadakan perubahan dengan cara
rasional
dalam
usaha
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Format supervisi akademik pengawas satuan pendidikan, antara lain: (a) Pra – Observasi ( pertemuan awal ), mencakup :1) menciptakan suasana akrab dengan guru, 2) membahas persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang menjadi fokus pengamatan,3) menyepakati instrumen observasi yang akan digunakan: (b). Observasi (pengamatan pembelajaran), meliputi kegiatan : 1) pengamatan difokuskan pada aspek yang telah disepakati,2) menggunakan instrumen observasi, 3) di samping instrumen perlu dibuat catatan (fieldnotes), 4) catatan observasi meliputi perilaku guru dan siswa, 5) tidak mengganggu proses pembelajaran; (c) Pasca-observasi ( pertemuan balikan ), meliputi : 1) dilaksanakan
28 segera setelah observasi; 2) tanyakan bagaimana pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru berlangsung; 3) tunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan) dan beri kesempatan guru mencermati dan menganalisanya; 4) diskusikan secara terbuka hasil observasi; 5)
berikan
dorongan
moral
bahwa
guru
mampu
memperbaiki
kekurangannya; 6) tentukan bersama rencana pembelajaran dan supervisi berikutnya. Menurut Keputusan Menteri P dan K RI No.0134/0/1977 dalam Ngalim Purwanto (2012: 78) tugas pengawas dalam pendidikan dirinci sebagai berikut : (1) Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi, metode
penyajian, penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannya
berlangsung sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,(2) Pengendalian tenaga teknis sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai dengam ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (3) Mengendalikan pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana sekolah,(4)
Mengendalikan
tata
usaha
sekolah
meliputi
urusan
kepegawaian, urusan keuangan dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (5) Mengendalikan hubungan kerjasama dengan masyarakat, (6) Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketepatan dan waktu,(7) Menilai pelaksanaan kerja tenaga teknis sekolah, (8) Menilai pemanfaatan sarana sekolah,(9) Menilai efisiensi dan keefektifan tata usaha sekolah, (10) Menilai hubungan kerjasama dengan masyarakat,
29 (11) Melaksanakan program supervisi sekolah serta memberikan petunjuk perbaikan terhadap penyimpangan dalam pengelolaan sekolah yang meliputi segi: a) proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode tertentu, b) kegiatan sekolah di bidang pengelolaan gedung dan bangunan, c) pengembangan personel sekolah termasuk kepala sekolah,guru,tenaga tata usaha yang mencakup segi disiplin, sikap dan tingkah laku,pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan tuntutan profesi masing-masing, d) tata usaha sekolah termasuk urusan keuangan, urusan sarana dan urusan kepegawaian, e) hubungan sekolah dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan dan masyarakat umumnya. Berdasarkan
uraian
konsep-konsep
teoretis
tentang
supervisi
akademik, dapat dinyatakan bahwa supervisi akademik pengawas satuan pendidikan merupakan upaya seorang pengawas satuan pendidikan dalam rangka membantu guru untuk mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya yang diukur dengan indikator dengan mengacu pada panduan dari Depdiknas yaitu: (1)
Memahami
konsep,
prinsip,
teori
dasar,
karakteristik
dan
kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan., (2) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang
pengembangan
di
sekolah/
madrasah
atau
mapel
di
sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, serta kompetensi dan
30 kompetensi
dasar
dan
prinsip-prinsip
pengembangan
KTSP,
(3) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi / metode / teknik pembelajaran / bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa, (4) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran / bimbingan ( di kelas, laboratorium atau di lapangan ) untuk mengembangkan potensi siswa, (5) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, (6) Memotivasi guru dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.
2.3. Kepemimpinan Kepala Sekolah 2.3.1. Konsep Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi karena pada umumnya keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Untuk mendapatkan gambaran tentang arti kepemimpinan, berikut dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli, diantaranya Hemhill & Coons 1957 dalam Yukl (1994: 2) mendefinisikan kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama ( shared goal ). Tannenbaum,Weschler & Massarik dalam Yukl (1994: 2) mendefinisikan kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.
31 Yukl (1994: 4) mendefinisikan kepemimpinan secara luas sebagai prosesproses mempengaruhi, yang mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi. Farland dalam Danim (2004: 55) mendefinisikan kepemimpinan adalah suatu proses dimana pemimpin dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Danim (2004: 55) mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ordway Tead dalam
Kartono (1992: 49) mendefinisikan
kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terry dalam Kartono
(1992:
49)
menyatakan
kepemimpinan adalah
kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar mereka mau berusaha mencapai tujuantujuan kelompok. Hoyet dalam Kartono (1992 :50) menyatakan kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang. Definisi tentang kepemimpinan
32 menurut Weihrich dalam Wahjosumidjo (2011: 105) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha kearah tercapainya tujuan organisasi. Selanjutnya Wahjosumidjo (2011: 104) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan (followership) kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin. Siagian (2002: 62) mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. Menurut Soetopo (1988: 1) Pengertian umum kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaiansuatu maksud atau tujuan tertentu. Busy
(1998:
328)
mendefinisikan
bahwa
kepemimpinan
berhubungan dengan nilai – nilai dan tujuan. Menurut Mardjiin Syam dalam Soetopo dan Soemanto menyatakan kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta
33 menggiatkan orang, dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah daripada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan beberapa pendapat dan definisi di atas tentang kepemimpinan dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan, mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok yang secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Wahjosumidjo (2011: 42) ada empat tugas penting seorang pemimpin : (1) Mendefinisikan misi dan peranan organisasi, (2) Fungsi kedua seorang pemimpin adalah merupakan pengejawantahan tujuan
organisasi,
(3)
Mempertahankan
keutuhan
organisasi,
(4) Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan menurut Day et al dalam Brundrett (2013: 10) pemimpin yang sukses: (1) Menentukan nilai-nilai dan visi mereka untuk meningkatkan harapan, menetapkan arah dan membangun kepercayaan, (2) Membentuk kondisi untuk mengajar dan belajar, (3) Merestrukturisasi bagian organisasi dan mendesain ulang peran dan tanggung jawab kepemimpinan, (4) Memperkaya kurikulum, (5) Meningkatkan kualitas guru,
(6)
Meningkatkan
kualitas
pengajaran
dan
pembelajaran,
(7) Membangun kerjasama internal, (8) Membangun hubungan yang kuat di luar komunitas sekolah.
34 Danim (2004: 60) mengemukakan bahwa untuk menjadi pemimpin yang ideal harus memenuhi persyaratan tertentu adalah sebagai berikut : (1) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) memiliki kecerdasan yang tinggi; (3) memiliki kondisi fisik yang kuat ; (4)mempunyai pengetahuan luas; (5) percaya Diri; (6) merupakan bagian dari anggota kelompok; (7) bersikap adil dan bijaksana; (8) bersikap tegas dan mempunyai inisiatif; (9) dapat membuat dan mengambil keputusan; (10) memiliki kestabilan emosi; (11) sehat jasmani dan rohani; (12) bersifat prospektif. Pemimpin dalam memberikan arahan harus mampu mengarahkan secara teoritis dan praktis berbagai kebijakan yang akan dikembangkan dalam organisasinya. Seorang pemimpin mempunyai fungsi menurut Raven dan Robin dalam Miftah (2004: 264) mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan akan meliputi : (1) membantu dan menetapkan tujuan kelompok; (2) memelihara
kelompok;
(3)memberi
simbol
untuk
identifikasi dari ciri kelompoknya; serta (4) mewakili kelompok terhadap orang lain. Berbagai rujukan teoritis diperoleh adanya tugas dan fungsi para pemimpin
yang cukup komplek, namun kesemuanya
itu dapat
dikelompokkan bahwa tugas dan fungsi pemimpin itu harus mampu menciptakan : (1) perencanaan (planning), yaitu melakukan perencanaan secara makro dan mikro apa saja yang akan dicapai oleh organisasinya; (2) mengorganisasikan (organizing/staffing) struktur organisasi dan orangorang untuk
menggarap
berbagai
kegiatan
dalam
organisasinya;
(3) pelaksanaan ( actuating / implementing ) berbagai perumusan dan
35 kesepakatan dengan berbagai norma yang mesti dipenuhi dalam pelaksanaan tugas setiap personil dalam organisasi dan; (4) pengecekan, pengawasan dan penilaian ( controlling,monitoring,evaluating ) berbagai kegiatan pelaksanaan operasional dari seluruh sistem.
2.3.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah Mengenai peranan kepemimpinan, dibicarakan oleh Hick dalam Wahyosumidjo (2011: 106), kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktik sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktikkan delapan fungsi di dalam kehidupan sekolah sebagai berikut : (1)Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan kepada sikap para guru, staff dan para siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan, kepentingan serta tingkat sosial budaya yang berbeda sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan antar kelompok. Dalam menghadapi hal semacam itu kepala sekolah harus bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau dianakemaskan. Dengan kata lain sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu guru, staff dan para siswa. (2) Sugesti atau saran diperlukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas. Para guru, staff dan siswa suatu sekolah hendaknya selalu mendapat saran, anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela
36 berkorban, rasa kebersamaannya dalam melaksanakan tugas masingmasing. (3) Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan memerlukan berbagai dukungan. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru, staff, siswa baik berupa dana, peralatan, waktu bahkan suasana yang mendukung,(4) Kepala sekolah berperan sebagai katalisator dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staff dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, (5) Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan sekolah, sehingga para guru, staff dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan keamanan dari kepala sekolah, (6) Seorang kepala sekolah selaku pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan diarahkan ke kepala sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah di mana dan dalam kesempatan apapun. Oleh sebab itu, penampilan kepala sekolah harus selalu dijaga integritasnya, selalu terpercaya dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya, (7) Kepala sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staff dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru, staff dan
37 siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara tanggung jawab ke arah tercapainya tujuan sekolah, (8) Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok, ingin diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya. Untuk itu kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apa pun yang dihasilkan oleh mereka yang menjadi tanggung jawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti : kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan. Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan salah
satu
komponen
pendidikan
yang
paling
berperan
dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksanakan. Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin di lingkungan satuan pendidikan harus mampu mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan dalam lingkungan satuan pendidikan melibatkan upaya seorang kepala sekolah untuk mempengaruhi perilaku para guru dalam suatu situasi kepala sekolah dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya agar diperoleh kinerja guru yang baik. Koontz dalam Wahjosumidjo (2011: 105) menguraikan bahwa kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam tugasnya harus mampu : (a) mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri kepada para guru, staff dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing, (b) memberikan bimbingan dan mengarahkan kepada para guru, staff dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri
38 di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan. Menurut Hargreaves dalam Brundrett (2013 : 14) “ Leadership currently contributes to finnish high performance not by concentrating on measurable performance outcomes, but by paying attention to the conditions, processes and goals that produce high performance………….. Kepemimpinan saat ini memberikan kontribusi untuk menyelesaikan kinerja tinggi tidak dengan berkonsentrasi pada hasil kinerja yang terukur namun dengan memperhatikan kondisi, proses dan tujuan yang menghasilkan kinerja tinggi. Menurut Lord & Maher, 1991 dalam Yukl (1994: 6) menguraikan bahwa cara bagi para pemimpin untuk mempengaruhi kinerja
para
bawahannya, diantaranya: (1) Para pemimpin dapat mempengaruhi bawahan untuk bekerja lebih cepat atau melakukan sesuatu pekerjaan yang berkualitas dengan lebih baik, misalkan dengan menawarkan insentifinsentif khusus, dengan memberikan ceramah-ceramah inspirasional tentang pentingnya pekerjaan, dengan menetapkan tujuan-tujuan yang menantang; (2) Para pemimpin dapat meningkatkan ketrampilan bawahannya untuk melakukan suatu pekerjaan misalkan dengan memperlihatkan kepada mereka metode-metode yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan; (3) Para pemimpin dapat mengorganisasi dan mengkoordinasi aktivitas-aktivitas dengan cara yang lebih efisien,misalnya mencocokkan secara tepat orang dengan tugasnya, menemukan cara-cara yang lebih baik untuk menggunakan orang dan sumber daya; (4) Para
39 pemimpin dapat memperoleh sumber-sumber daya yang dibutuhkan dengan segera untuk melakukan pekerjaan misalnya informasi, personil, peralatan. Dari
pendapat
beberapa
ahli
di
atas,
maka
komponen
kepemimpinan kepala sekolah yang akan diukur dengan indikatorindikator sebagai berikut: (1) Memiliki kepribadian yang kuat, meliputi : jujur, percaya diri, bertanggung jawa, berani mengambil resiko, berjiwa besar, dapat mengendalikan emosi, memiliki motivasi untuk berhasil, (2) Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa yang baik. Mempunyai program/upaya untuk memperbaiki kesejahteraan guru dan karyawan dan dapat memanfaatkan upacara hari senin dan upacara lain untuk memahami kondisi siswa secara keseluruhan serta mau mendengar/menerima usul/kritikan/saran karyawan atau siswa melalui pertemuan secara regular / insidental, (3) Memiliki visi dan memahami misi sekolah, memiliki visi tentang sekolah yang dipimpinnya, memahami misi yang diemban sekolah,
mampu
melaksanakan
program
/
target
dengan
baik,
(4) Kemampuan mengambil keputusan, mampu mengambil keputusan bersama warga sekolah, mampu mengambil keputusan untuk urusan eksternal maupun intern sekolah, (5) Kemampuan berkomunikasi yaitu mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik kepada guru dan tenaga kependidikan lainnya, mampu menerangkan gagasan dalam bentuk tulisan, mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik dengan siswa dan mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik kepada masyarakat / orang tua siswa, (6) Kemampuan meningkatkan kualitas dan ketrampilan guru,
40 (7) Kemampuan mengorganisasi dan mengkoordinasi aktivitas – aktivitas yang
lebih
efisien,
(8)
Kemampuan
memperkaya
kurikulum,
(9) Kemampuan merestruktusisasi bagian organisasi dan mendesain ulang peran dan tanggung jawab kepemimpinan.
2.4. Penelitian yang relevan 1.
Keke T. Aritonang,(2005) dalam jurnal penelitian yang berjudul “ Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen BPK PENABUR Jakarta “ menyatakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian dit erima dalam arti bahwa terdapat hubungan positif antara kedua variabel bebas dengan variabel terikat baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa kompensasi kerja memberikan sumbangan sebesar 6,76% terhadap kinerja guru, disiplin kerja guru memberikan sumbangan sebesar 77,44%. Sedangkan kompensasi kerja dan disiplin kerja guru secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 77,60% terhadap kinerja guru. Dengan demikian sebagai saran untuk meningkatkan kinerja guru yang tinggi perlu ditingkatkan kompensasi kerja dan disiplin kerjanya.
2.
Nuchiyah Nunu (2007) dalam jurnal penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa “ menyatakan setelah diolah hipotesis diajukan dalam penelitian ini seluruhnya diterima dan didukung oleh data empirik sehingga dapat ditafsirkan bahwa : 1) Kepemimpinan Kepala Sekolah
41 memiliki pengaruh yang signifikan yaitu 46% terhadap prestasi belajar siswa kelas VI semester I Sekolah Dasar, 2). Kinerja mengajar guru memiliki pengaruh yang signifikan yaitu 53% terhadap prestasi belajar siswa, 3). Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja mengajar guru bersama-sama memiliki pengaruh yang kuat yaitu 67% terhadap prestasi belajar siswa kelas VI tahun ajaran 2004 – 2005. Rekomendasi diajukan kepada semua pihak untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan ruang lingkup dan sampel penelitian yang lebih luas. 3.
Hary Susanto (2009) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan: 1) Kompetensi guru dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru SMK di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan taraf signifikansi 0,038; 0,045; dan 0,001. 2). Kompetensi guru, kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dan secara langsung maupun tidak langsung taraf signifikansinya 0,036; 0,003; 0,036; 0,000; (0,038 dan 0,036) ; (0,045 dan 0,036 ).
42 2.5.Kerangka Pikir Penelitian 2.5.1 Pengaruh Supervisi Akademik Pengawas Satuan Pendidikan Terhadap Kinerja Guru. Supervisi akademik pengawas satuan pendidikan merupakan sarana untuk melakukan pembinaan/pembimbingan kepada guru mengenai hasil kegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Diharapkan supervisi pengawas satuan pendidikan akan membawa dampak positif bagi perkembangan kegiatan guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Dalam dunia pendidikan guru-guru merupakan figur yang ditaati oleh seluruh peserta didik dalam sekolah tersebut. Guru dalam menjalankan
tugasnya
memiliki
keanekaragaman
latar
belakang
pendidikan, kemampuan, inisiatif dan motivasi mengajar di sekolah. Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya bertujuan memperbaiki proses belajar mengajar secara total. Dalam hal ini bahwa tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu mengajar guru, akan tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran pembelajaran, meningkatkan mutu pengetahuan dan ketrampilan guru, memberikan bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran. Supervisor sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain itu supervisi diharapkan mampu membawa dampak perkembangan yang baik
43 bagi kemajuan proses pengajaran melalui peningkatan kurikulum yang ada di sekolah sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peran pengawas satuan pendidikan dalam hal ini sebagai supervisor harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada staf atau guru di sekolah agar dalam pelaksanaan kurikulum belajar secara efektif. Efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas satuan pendidikan akan mempengaruhi kinerja guru dalam pelaksanaan kurikulum. Sejalan dengan kerangka pikir tersebut dapat diduga bahwa supervisi akademik pengawas satuan pendidikan mempengaruhi kinerja guru. 2.5.2.Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru. Kepemimpinan sekolah yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah dalam mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan para guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kinerja atau prestasi yang merupakan keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu. Tugas mengajar merupakan tugas utama guru setiap hari. Adapun dimensi dari kinerja guru dapat dilihat pada kemampuan melaksanakan atau mengelola pembelajaran dan kemampuan menilai pembelajaran. Kepala
sekolah
mempunyai
peranan
penting
dalam
memberdayakan komponen-komponen di sekolah. Guru merupakan salah satu komponen kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan di sekolah, sehingga guru dituntut bekerja secara profesional sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kepala
44 Sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan dan mutu pendidikan di sekolah. Peran kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja seorang guru sangat besar. Mengingat dengan kepemimpinan yang baik, kepala sekolah diharapkan mampu mempengaruhi dan menggerakkan para guru guna meningkatkan kinerja guru. Maka sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat diduga bahwa kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kinerja guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
45
Guru SMP Muhammadiyah di Kabupaten Kendal
a. b. c. d. e. f. g.
Supervisi Akademik Program dan jadwal supervisi Tujuan dan prinsip supervisi Hubungan guru dengan supervisor Bimbingan dalam supervisi Prosedur pelaksanaan supervisi Bantuan dalam memecahkan masalah Hasil supervisi
Kepemimpinan Kepala Sekolah a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Memiliki kepribadian yang kuat. Memahami kondisi anak buah dengan baik. Memiliki visi dan memahami misi sekolah Kemampuan mengambil keputusan Kemampuan berkomunikasi. Kemampuan meningkatkan ketrampilan. Kemampuan mengorganisasi dan mengkoordinasi. Kemampuan memperkaya kurikulum Kemampuan merestrukturisasi bagian organisasi .
Kinerja Guru a. Merencanakan program belajar mengajar b. Melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar c. Menilai proses belajar mengajar d. Hubungan Gambarpribadi 2.1. dalam proses belajar mengajar.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian 2.6. Hipotesis Menurut Samsudi (2005: 106) hipotesis berisi rumusan yang menjelaskan dugaan atau jawaban sementara terhadap hubungan antar
46 variabel. Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis diuji dengan menggunakan analisis
statistik
inferensial.
Berdasarkan
pengertian
yang
telah
dikemukakan maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang positif dari supervisi akademik pengawas satuan pendidikan terhadap kinerja guru SMP Muhammadiyah di Kabupaten Kendal. 2. Terdapat pengaruh yang positif dari kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Muhammadiyah di Kabupaten Kendal. 3. Terdapat pengaruh yang positif dari supervisi akademik pengawas satuan pendidikan dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Muhammadiyah di Kabupaten Kendal. 2.7. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik merupakan pernyataan yang dapat diuji secara statistik mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian. Hipotesis statistik memiliki dua bentuk yaitu hipotesis alternatif ( Ha ) dan hipotesis nol ( Ho ). :
= 0
:
≥ 0
:
= 0 ≥ 0
: :
= 0
:
≥ 0