BAB. II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil maksimum (kecakapan dan kemampuan) setelah mengikuti program pembelajaran (interaksi individu dengan lingkingan pendidikannya) yang berwujud pada perubahan pada ranah kognitif, afeksi dan psikomotor, yang mencakup penguasaan ilmu pengetahuan, perubahan sikap, perubahan seluruh aspek tingkah laku dan penguasaan keterampilan yang diukur menggunakan tes dan dinyatakan dengan skor atau nilai. Menurut Abdullah (dalam
ebookbrowse.com) prestasi belajar dapat
diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Pendapat ini senada dengan pendapat Ilyas
(dalam ebookbrowse.com) bahwa
prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu. Selanjutnya menurut Gagne (dalam Dimyanti & Mujiono, 2012:10) Prestasi belajar berupa kapabilitas (kecakapan dan kemampuan) dalam penguasaan informasi verbal, keterampilan intelek keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Seluruh definisi prestasi belajar menurut para ahli diatas lebih diperjelas lagi uraiannya oleh Bloom, krathwohl & simpson (dalam Dimyanti & Mujiono 2012:26) mengemukakan bahwa prestasi belajar dapat digolongkan pada
kemampuan berprilaku setlah setelah melalui proses belajar. Adapun kemampuan berprilaku tersebut meliputi ranah sebagai berikut. 1. Ranah Kognitif a. Pengetahuan, yaitu mencapai kemampuan ingatan tentang apa yang dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. b. Pemahaman, yaitu mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. c. Penerapan, menggunakan apa yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah. d. Analisis, mencakup kemampuan menjabarkan suatu konsep. e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk pola baru. f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. 2. Ranah Afektif a. Penerimaan, Kemampuan mengakui adanya perbedaan. b. Partisipasi, Mencakup kemampuan mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. c. Penilaian dan penentuan sikap, Mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. d. Organisasi, Mencakup kemampuan membentuk suatu sistim nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. e. Pengamalan, Mencakup pengamalan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup.
3. Psiko Motor. a. Persepsi, Mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan khas tersebut. b. Kesiapan, mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. c. Gerakan terbimbing, Mencakup kemampuan melakukan suatu gerakan sesuai contoh. d. Gerakan yang terbiasa, yaitu mencakup kemampuan melakukan gerakangerakan tanpa contoh. e. Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara efisien dan bertahap. f. Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan yang berlaku. g. Kreativitas, Mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. 2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara garis besarnya factor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas dua faktor yaitu faktor internal adalah factor yang ada pada diri individu dan faktor eksternal yaitu factor yang ada diluar diri individu. Slameto (2010:54). Adapun factor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Faktor dari dalam diri siswa (intern) Faktor internal ini, terdiri dari faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. 1. Faktor Jasmani Selanjutnya dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. a) Faktor kesehatan Cacat tubuh berpengaruh pada capaian prestasi belajar siswa.
Karena
faktor kesehatan berpengaruh pula terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya. b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto,2010:55). Keadaan cacat tubuh sangat berpengaruh pada capaian prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki cacat tubuh akan menyebabkan belajarnya terganggu sehingga tidak dapat melaksanakan proses pembelajaran sebagaimana siswa yang tidak memiliki cacat tubuh. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia diarahkan untuk belajar pada lembaga pendidikan khusus ata diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh factor yang tergolong kedalam factor psikologis
yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor ini adalah:
itelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan Slameto, (2010:55) a) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. J.P Chaplin (dalam Slameto 2010: 55) Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dalam belajar sehingga prestasi belajar merekapun diatas ratarata dari siswa yang mempunyai intelegensi rendah. b) Perhatian Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek Stern & Bigot dalam suryabrata (2006;14) Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik sehinga prestasi belajar siswa maksimal, maka siswa harus mempunya perhatian terhadap apa yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. c) Bakat Menurut Michael dalam Suryabrata (2006 : 163) bahwa bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas, yang sedikit sekali tergantung
pada latihan mengenai hal tersebut. Misalnya Orang yang berbakat mengetik akan lebih cepat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidang itu. Jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajarnya. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka prestasi belajarnya lebih baik dibanding dengan siswa yang tidak/kurang berbakat. Karena ia akan senang belajar dan ia akan lebih giat lagi dalan belajarnya itu. d) Minat Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya. Karena bila sesuatu yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Hal ini senada dengan Hilgard (dalam Slameto 2010: 57) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan sehingg kegiatan yang diminati oleh seseorang akan diperhatikan teru-menerus yang disertai dengan rasa senang. e) Motif Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. James Drever (dalam Slameto 2010:58) Jelaslah bahwa motif yang kuat sangatlah perlu dalam meningkatkan prestasi belajar. Individu yang memiliki motif yang baik akan melaksanakan seluruh aktifitas belajar dengan ikhlas, bersemangat dan bersungguh-sungguh sehingga prestasi belajarnya akan maksimal.
Sebaliknya
tidak adanya motif yang mendoronmg siswa belajar, maka akan melemahkan kegiatan siswa dalam belajar f) Kematangan Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Slameto (2010 :58) Dalam belajarnya, siswa akan lebih berhasil belajar jika ia sudah matang. Sehingga siswa yang sudah matang prestasi belajarnya akan maksimal dibanding siswa yang belum matang. g) Kesiapan Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2010 : 59) adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Kesediaan iu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan denga kematangan, karana kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Jadi, kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan dan ia sudah ada kesiapan maka akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran serta mampu memenuhi tuntutan belajar sehingga prestasi belajarnya akan maksimal. 3. Faktor kelelahan Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Slameto (2010:59)
a) Kelelahan jasmani Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian”. b) Kelelahan Rohani. Kelelahan ini dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sulit berkonsentrasi, seolah-olah otak sudah kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus mamikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat. Menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai denga bakat, minat dan perhatiannya. B. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar dapatlah
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 2010 : 60). 1. Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluargaberupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
a) Cara orang tua mendidik Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya , tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar, tidak melengkapi/menyediakan alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan belajar yang dialami dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajar sehingga prestasi belajarnya tidak maksimal. b) Relasi antar anggota keluarga Relasi orang tua dan anaknya, relasi anak/siswa dengan saudaranya yang berwujud kasih sayang, pengertian, saling membantu akan berpengaruh terhadap optimalnya prestasi belajarnya dibandingkan dengan anak/siswa yang mengalami relasi dalam bentuk kekerasan, sikap acuh takacuh dan sebagainya. c) Suasana rumah Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasi belajarnya rendah. d) Keadaan ekonomi keluarga Belajar berhubungan erat dengan keadaan ekonomo keluarga. Siswa yang belajar selain harus memenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan, minum,
pakaian perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga kebutuhan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, lat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Kebutuhan tersebut hanya akan terpenuhi jika keluargannya mempunya uang yang cukup. Siswa yang semua kebutuhan pokok dan kebutuhan fasilitas terpenuhi prestasi belajarnya akan lebih tinggi dibanding yang kurang/tidak terpenuhi. e) Pengertian orang tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat dalam belajar sehingga mengakibatkan prestasi belajarnya tidak optimal. Orang tua wajib memberi dorongan dan membatunya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. f) Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan anggota keluarga dan kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong siswa agar tekun dan giat belajar sehingga prestasi belajarnya dapat optimal. 2. Faktor sekolah Faktor sekolah faktor sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, displin sekolah, waktu sekolah, stan dar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah Slameto (2010: 64).
a) Metode mengajar guru Cara mengajar guru yang kurang baik dapat mempengaruhi pemahaman dan penguasaan siswa terhada materi pelajaran. Cara mengajar ini diantaranya kurangnya persiapan dan kurangnya penguasaan bahan ajar oleh guru menyebabkan guru tersebut menyajikan materi pelajaran tidak jelas dan parsial, sikap guru kepada siswa dan mata pelajaran tersebut tidak baik maka tentunya siswa akan merasa kurang senang terhadap pelajaran tersebut, serta serta metode yang tidak variatif akan membuat siswa menjadi bosan, pasif, dan hanya mencatat saja. jika hal-hal tersebut terjadi maka prestasi belajar siswa tidak akan maksimal. b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu Slameto (2010 : 67). Kurikulum yang terlalu padat, diatas kemampuan siswa akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran maka hal ini akan berpengaruh pula pada tidak maksimalnya prestasi belajar siswa. b) Relasi guru dengan siswa Relasi guru dengan siswa jaga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Apabila relasi guru dengan siswa terjalin dengan baik, maka siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai pelajarannya sehingga siswa akan mempelajari sebaik-baiknya maka prestasi belajarnya akan meningkat. Sebaliknya jika siswa menbenci gurunya, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikan, juga
siswa merasa jauh dengan gurunya maka akan segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. c) Relasi siswa dengan siswa. Relasi yang baik antar siswa dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajarnya. Siswa yang mempunya sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lainnya, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Sehingga ia akan malas untuk masuk sekolah karena disekolah ia mengalami pelakuan yang kurang menyenangkan dari teman-tamannya. d) Disiplin sekolah. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, maka siswa harus disiplin dalam belajar baik dirumah maupun disekolah. Agar siswa disiplin maka guru beserta staf yang lian disiplin pula. e) Alat pelajaran. Alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam memaksimalkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya. Hal ini dipertegas oleh Sanjaya (2009 : 163). Menurtnya, bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.
f) Waktu sekolah Proses belajar yang dapat memilih waktu yang tepat dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika terpaksa siswa masuk sekolah disore dan malam hari akan menyebabkan mereka mengantuk, capek atau tidak bersemangat sehingga mengalami kesulitan dalam berpikir, berkonsentrasi dan menerima pelajaran. Sebaliknya proses pembelajaran dilaksanakan dipagi hari, pikiran siswa masih segar, serta jasmaninya dalam kondisi baik. Oleh sebab itu memilih waktu sekolah yang tepat dapat berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dan pada akhirnya akan berpengaruh pula pada capaian prestasi belajar siswa. g) Keadaan Gedung Keadaan gedung yang memadai, nyaman, berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa. Bagaimana mungkin siswa akan belajar dengan baik apabila kelas tidak nyaman dan memadai bagi setiap siswa. h) Metode belajar. Belajar yang teratur setiap hari, dapat membagi waktu dengan baik, dapat memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan sangat membantu siswa mengetahui dan memahami apa yang ia akan pelajari sehingga berpengaruh pula pada peningkatan prestasi belajar siswa. i) Tugas rumah. Beban tugas rumah yang terlalu banyak akan membuat siswa terbebani dan stres sebab tidak dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang lain dirumah khususnya aktivitas-aktivitas melakukan aktifitas belajar.
3. Faktor Masyarakat. Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan keberadaan siswa dalam masyarakat diantaranya kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Slameto (2010:70) . a) Kegiatan siswa dalam masyarakat Dimana kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi apabila siswa mengambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu belajar. b) Mass media. Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dimasyarakat. Slameto (2010: 70). Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga prestasi belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas, percabulan, akan berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi karena pengaruh jalan ceritanya.
c) Teman Bergaul Anak
perlu
bergaul
dengan
anak
lain,
untuk
mengembangkan
sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga prestasi belajarnya maksimal, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana. d) Bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek terhadap siswa yang ada disitu. Anak/siswa akan tertarik untuk ikut berbuat apa yang dilakukan orang-orang disekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak/siswa kehilangan semangat belajar. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang
yang terpelajar, yang baik-baik, mereka
mendidik dan menyekolahkan anaknya, anak/siswa terpengaruh juga kehal-hal yang dilakukan oleh orang-orang dilingkungannya. Pengaruh ini dapat mendorong semangat anak/siswa untuk belajar lebih giat sehingga prestasi belajarnya maksimal.
2.1.3 Pengertian Motivasi Menurut Eysenck dkk (dalam Slameto 2010:170) motivasi ialah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi serta arah umum dari tingkah laku manusia. Selanjutnya menurut Uno (2008:9) Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan dari dalam maupun dari luar diri individu sehingga seseorang berkeinginan mengadakan perubahan tingkah laku tertentu yang lebih baik dari sebelumnya dengan sasaran pemenuhan kebutuhan, penetapan tujuan dan menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang timbul oleh adanya rangsangan-rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) sehingga seseorang berkeinginan mengadakan perubahan tingkah laku tertentu yang lebih baik dari sebelumnya dengan sasaran pemenuhan kebutuhan, penetapan tujuan dan menentukan perbuatan yang harus dilakukan. 2.1.4 Ciri-Ciri Motivasi. Untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan. (Abin Syamsuddin Makmun dalam http//www.ebook/ pdf) 2.1.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Soemanto
(dalam
http//www.ebook/teori-teorimotivasi.pdf)
Motivasi
seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : a. Faktor Internal; faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas: 1. Persepsi individu mengenai diri sendiri
Seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak 2. Harga diri dan prestasi Faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk berprestasi; 3. Harapan. Adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari perilaku. 4. Kebutuhan Manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya
secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya. 5. Kepuasan kerja Lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku. b. Faktor Eksternal (faktor yang berasal dari luar diri individu) terdiri atas: 1. Jenis dan sifat pekerjaan Dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud; 1. Kelompok kerja dimana individu bergabung Kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.
2. Situasi lingkungan pada umumnya Setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya
dalam
melakukan
interaksi
secara
efektif
dengan
lingkungannya; 3. Sistem imbalan yang diterima Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan. 2.1.6
Pengertian Memanfaatkan Pelayanan. Sebelum memahami pengertian memanfaatkan pelayanan maka terlebih
dahulu akan dijelaskan pengertian dari masing-masing kata tersebut. Kata memanfaatkan dapat diartikan sebagai sesuatu kegiatan menggunakan sesuatu sehingga berguna atau menguntungkan bagi dirinya sendiri. Hal ini selaras dengan pengertian kata tersebut dalam kamus lengkap bahasa indonesia moderen, kata memanfaatan berasal dari kata manfaat yang diartikan dengan guna, faedah, laba atau untung. Dalam kamus besar bahasa indonesia memanfaatan diartikan aktivitas individu/kelompok menggunakan sesuatu. Sedangkan pengertian pelayanan dapat dilihat pada beberapa pendapat para ahli dibawah ini. Pasolong (dalam ebook//definisipelayananmenurutparaahli//pdf)
menyatakan bahwa pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Selanjutnya Moenir (dalam sumber yang sama) berpendapat bahwa pelayanan hakekatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan juga merupakann sebuah proses, pelayanan berjalan secar rutin dan berkesinambungan. Mengacu pada penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa memanfaatkan pelayanan dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam rangka menggunakan suatu
kegiatan yang
dilakukan oleh individu atau kelompok/organisasi tertentu untuk memenuhi hak bagi siapa saja yang berkepentingan atas hak itu, sehingga dapat menguntungakan bagi dirinya (yamg memanfaatkan). 2.1.7 Pengertian Bimbingan dan Konseling Sebelum melakukan pembahasan lebih jauh tentang pengertian bimbingan dan konseling maka terlebih dahulu dijelaskan pengertian dari duakata yaitu antara bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu pengertian antara kedua kata tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Menurut Yusuf & Nurhisan, (2011:5) bimbingan adalah
merupakan
terjemahan dari guidance dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah guidance dari akar kata guide berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot) , (3) mengelola (to manage) dan (4) menyetir (to steer). Selanjutnya Menurut Moh. Surya (dalam Sukardi 2008:37) bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistimatis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
terdapat kemandirian dalam pemahaman diri dan mewujudkan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam pasal 27 Peraturan Pemerintah nomor 29/90 menyatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menemukan pribadi, mengenali lingkungan dan merencanakan masa depan (dalam Sukardi 2008:36) Berdasrkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah suatu proses bantuan yang terus menerus dan tersistimatis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar individu mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, mengenal secara objektif lingkungan social dan lingkungan fisik dan menerimanya secara positif serta mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan masa depan dirinya sendiri. Selanjutnya akan dijelaskan pengertian konseling. Konseling sebagai terjemahan dari “Counseling” merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik (sukardi:2008:37). Selanjutnya Ruth Srang menyatakan bahwa”Counseling is a most important tool of guidance”. Konseling merupakan inti dari alat yang paling penting dalam bimbingan. Sedangkan menurut Robinson (dalam Yusuf &Nurhisan,2011:7).Konseling adalah semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Suasana hubungan konseling ini meliputi penggunaan wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai informasi, melatih atau mengajar,
meningkatkan kemampuan , memberikan bantuan melalui pengambilan keputusan dan usaha-usaha penyembuhan (terapi). Lebih jauh, ASCA (American School Counselor Association) (dalam Yusuf dan Nurhisan, 2011:8) mengemukakan bahwa: Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia , penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada kliennya mengatasi masalah-masalahnya. Sedangkan pakar lain mengatakan konseling adalah bantuan yang diberikan kepada konseli supaya ia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri , untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya dimasa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep sewajarnya mengenai (a) dirinya sendiri (b) orang lain (c) pendapat orang lain tentang dirinya dan (e) kepercayaan, Moh. Surya (dala Sukardi 2008: 38) . Dari uraian diatas jelaslah bahwa konseling adalah hal yang inti dari proses bimbingan untuk membantu idividu yang dilaksanakan empat mata antara konselor dan klien agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri , dalam memperbaiki tingkah lakunya saat ini dan mungkin dimasa yang akan datang. Dapat difahami dari seluruh penjelasan diatas tentang pengertian motivasi, pengertian memanfaatkan, pengertian pelayanan dan pengertian bimbingan dan konseling maka yang dimaksud oleh penulis tentang motivasi memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling ialah kegiatan-kegiatan secara suka rela dan sungguh-sungguh
yang
dilakukan
oleh
individu
(siswa)
dalam
rangka
menggunakan kegiatan yang rutin dan berkesinambungan yang dilaksanakan oleh konselor (Guru BK) sehingga dapat menguntungkan bagi dirinya (siswa)
khususnya pada upaya memaksimalkan prestasi belajarnya. Selanjutnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mempunyai ruang lingkup yang luas dan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu segi fungsi, sasaran, layanan dan masalah yang akan dijelaskan dibawah ini. Thohirin (2007:135) 2.1.8 Tujuan Bimbingan dan Konseling Dalam penetapan tujuan bimbingan dan konseling disekolah, umumnya para ahli merumuskannya menjadi dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan tersebut adalah: a. Tujuan Umum Menurut Nurhisan, (2007: 8) Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar individu: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi , perkembangan
karir
serta
kehidupan
dimasa
yang
akan
datang;
(2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Sedangkan menurut Sukardi (2008:44) Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling adalah sesuai dengan tujuan pendidikan, sebagimana yang dinyatakan dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nsional (UUSPN) Tahun 2003 (UU.No. 20/2003) yaitu terwujudnya
manusia indonesia yang
seutuhnya, yang cerdas, yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Bedasarkan uraian ditas maka dapat ditarik kesimpulan banwa tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nsional (UUSPN) Tahun 2003 (UU.No. 20/2003). Tujuan umum bimbingan dan konseling ini harus diketahui/difahami oleh siswa sehingga membentuk persepsi yang objektif terhadap eksistensi bimbingan dan konseling disekolah. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan motivasi mereka dalam memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling disekolannya. Sehingga out put yang terlahir dari setiap lembaga pendidikan dapat mencerminkan apa yang menjadi tujuan undang-undang pendidikan nasional tersebut. b. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling disekolah adalah membantu siswa agar dapat memenuhi tujuan tugas-tugas perkembangannya sehingga individu/siswa menjadi individu yang mampu mengenal, memahami/memiliki, merefleksikan nilai-nilai etika, moral dan ahlak dalam kehidupan sehari-hari, serta mandiri dan bertanggungjawab, sukses dalam studi dan karir. Hal ini senada dengan Sukardi (2008:14) Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir. Selanjutnya Yusuf & Nurhisan (2011:10) Bimbingan pribadi social dimaksudkan untuk untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi social dalam mewujudkan
pribadi yang bertakwa, mandiri dan bertanggungjawab. Bimbingan belajar dimaksud untuk mencapai tujuan
dan tugas-tugas perkembangan pendidikan.
Bidang karir dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif. Apabila Tujuan khusus bimbingan dan konseling ini diketahui/difahami oleh seluruh siswa, maka akan menumbuhkan motivasi yang tinggi pada upaya memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah. Sehingga tujuan bimbingan dan konseling disekolah dapat terwujud. 2.1.9
Fungsi Bimbingan dan Konseling Terdapat beberapa ahli yang menjelaskan tentang fungsi dari layanan
bimbingan dan konseling, ada ahli yang mengelompokan fungsi bimbingan dan konseling menjdi 5 fungsi ada juga yang mengelompokan menjadi 7 fungsi. Tetapi dalam hal ini penulis lebih cenderung menggunakan 7 fungsi yang terdapat dalam layanan bimbingan dan konseling karena dianggap dapat mewakili seluruh fungsi bimbingan dan konseling disekolah yaitu menurut Yusuf & Nurhisan (2011:16). Fungsi-fungsi tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Fungsi Pemahaman Yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman atas dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Preventif Yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalaha yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. 3. Fungsi Pengembangan Yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personil sekolah lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistimatis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. 4. Fungsi Perbaikan. Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, social, belajar dan karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching. 5. Fungsi Penyaluran Yaitu fugsi bimbingan yang membantu individu memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir ata jabatan yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian dan cirri-ciri pribadi yang lain. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya didalam maupun diluar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi. Yaitu fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat dan kemampuan serta kebutuhan individu (siswa). 7. Fungsi Penyesuaian. Yaitu fungsi bimbingsn dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah atau norma agama. Fungsi bimbingan dan konseling tersebut diatas menjelaskan gambaran tentang ranah kerja bimbingan dan konseling di sekolah, karena dalam fungsi bimbingan dan konseling tersebut mengulas tentang upaya-upaya
guru
pembimbing dalam kapasitasnya sebagai penanggung jawab pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dalam rangka membantu siswa memenuhi tugas-tugas perkembangannya sehingga siswa optimal dalam perkembangan social-pribadi, karir dan khususnya perkembangan belajar siswa sehingga prestasi belajarnya dapat maksimal. 2.1.10 Bidang Bimbingan dan Koseling Bidang bimbingan mencakup semua upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Sukardi (2008:53)
1. Bimbingan Sosial-Pribadi. Bidang bimbingan dan konseling bidang social-pribadi adalah bantuan yang diberikan oleh konselor untuk mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya (pribadi) dan masalah-masalah sosialnya. Hal ini senada dengan Yusuf & Nurhisan (2011:11) bahwa bimbingan social-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah social-pribadi. Yang tergolong dalam masalah social-pribadi adalah masalah hubungan dengan sesam teman, dengan pendidik, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, dan menyelesaikan konflik. Apabila bidang bimbingan ini benar-benar dimanfaatkan olehsiswa maka prestasi belajarnya akan maksimal. 2. Bimbingan Belajar/Akasemik. Bidang
bimbingan
belajar/akademik
adalah
membantu
siswa
mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik, untuk menguasai keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Sukardi (2008:56) Selanjutnya menurut Yusuf & Nurhisan (2011:10) Bimbingan akademik yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong masalah-masalah akademik yaitu: pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/konsentrasi, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain.
Dapat disimpulkan bahwa bidang bimbingan akademik merupakan upaya konselor membantu individu mencegah dan mengentaskan permasalahan belajar siswa yang dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan-kesulitan belajar, membantu individu mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu individu agar sukses dalam belajar dan agar mampu menyesuaikan diri dengan segala tuntutan program/pendidikan. Apabila siswa benar benar memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dibidang ini, maka sudah tentu prestasi belajarnya akan maksimal. 3. Bimbingan Karir. Bimbingan karir merupakan upaya bantuan kepada individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya (bakat. Minat, potensi dan sita-citanya), mengenal dunia kerja, memiliki pengetahuan dan keterampilan memasuki sistim kehidupan budaya sosial yang dinamis, dan mempersiapkan diri dengan tuntutan karir yang diharapkan, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan betanggungjawab atas keputusan karir yang dipilihnya. Senada dengan W.S.Wingkel (dalam Sujardi 2008: 58). Bahwa bimbingan karir ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu; dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah/akan dimasuki. Selanjutnya Yusuf & Nurhisan (2011:11) memaparkan bahwa bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program
pendidikan. Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif maupun keterampilan individual dalam mewujudkan kosep diri yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki sistim kehidupan social budaya yang terus-menerus berubah. Apabila layanan bimbingan dan konseling bidang karir ini benar-benra dimanfaatkan oleh siswa maka prestasi belajarnya akan maksimal sebab ia akan diarahkan kepada karir/prodi yang sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya. 2.1.11 Asas Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah pekerjaan profesional. Pekerjaan yang profesional itu harus dilaksanakan dangan mengikuti kaidahkaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses layanan Bimbingan dan konseling. Dalam penyelanggraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidahkaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling. Asas- asas yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatofan, keahlian, alih tangan kasus dan tutwurihandayani (Yusuf & Nurhisan, 2011: 22) 1. Rahasia. Yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin. . Jika asas ini benar-benar
dilaksanakan, maka penyelenggra atau pemberi layanan akan mendapatkan kepercayaan dari semua pihak terutama klien sehingga mereka akan mau memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika guru Bk tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka
hilanglah
kepercayaan
klien,
hingga
akibatnya
mereka
enggan
memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling. 2. Sukarela. Yaitu menhendaki
adanya
kesukaan dan kerelaan peserta
didik
mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut. Dalam hal ini siswa diharapakan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segrnap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada guru BK dan guru BK juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain guru BK memberikan bantuan dengan ikhlas. 3. Terbuka. Dalam pelaksanaan kegiatan layanan peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik. Keterbukaan ini sangat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya
kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersifat terbuka dan tidak berpura-pura. 4. Kegiatan. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling peserta didik yang menjadi
sasaran
layanan/kegiatan
berpartisipasi
secara
aktif
didalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya. 5. Mandiri. Asas bimbingan ini menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandidri dengan cirri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkingannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serata mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap
layanan
bimbingan
dan
konseling
yang
diselenggarakan
bagi
perkembangan kemandirian peserta didik. 6. Kini. Pada penanganan masalah klien, masalah peserta didik (klien) yang ditangani adalah masalah dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa guru BK tidak boleh menunda-nunda
pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau terlihat jelas-jelas bahwa siswa membutuhkan bantuan guru BK dapat segera membantunya misalnya adanya siswa yang mengalami masalah dan harus mendapatkan peneganan segara maka guru BK hendaklah segera memberikan bantuan. 7. Dinamis. Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan itu tidaklah sekedar mengulang hal yang lama, yang bersifat menoton, melainkan perubahan yang selalu menuju kesuatu pembaruan sesuatu yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah perkembangan siswa yang dikehendaki. 8. Terpadu. Pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan phak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya. 9. Harmonis. Segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan kinseling didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hokum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggung jawabkan apabila isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan mengamalkan nilai dan norma tersebut. 10. Ahli. Layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana bimbingan dan konseling hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalnya guru bimbingan dan konseling harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling. 11. Alih Tangan Kasus Pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggara- kan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atau suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain. 12. Tut Wuri Handayani. Pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju. Demikian juga segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendaknya disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan seperti itu. Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa selain asas-asas bimbingan dan onseling tersebut terkait antara satu dan lainnya, segenap asas itu perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang satu tidak perlu didahulukan atau dikemudiankan dari yang lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari seluruh proses kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan tersendat-sendat atau terhenti sama sekali. Asas-asas layanan bimbingan dan konseling sangat menunjang untuk proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah. Karena dengan adanya asas ini dapat memotivasi siswa memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling sehingga siswa optimal dalam perkembangannya dan maksimal prestasi belajarnya. 2.1.12 Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Menyusun program bimbingan dan konseling merupakan salah satu kompetensi dan tugas pokok konselor. Hal ini ditegaskan dalam SK Menpan No.84/1993 ditagaskan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan dan konsling, melaksanakan program bimbingan dan konseling, evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling dan tindak lanjut dalam program bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. Selanjutnya program yang disusun tersebut meliputi; program tahunan , semesteran, triwulan,
bulanan atau mingguan serta program satuan layanan dan satuan pendukung. (seri pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan konseling, 1995: Depdikbud, 2004) Dalam penyusunan program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah, terdapat dua jenis struktur program layanan bimbingan dan konseling yaitu struktur program bimbingan dan konseling 17 plus dan struktur program bimbingan dan konseling komprehensif. Pada pembahasan ini penulis memilih salah satu program layanan yaitu program koprehensif. Muro dan Kottman (dalam Yusuf & Nurhisan 2011: 26) Mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif diklsifikasikan kedalam empat jenis layanan, yaitu: 1) Layanan dasar bimbingan; 2) layanan resposif; 2) Layanan perencanaan individual; dan (4) dukungan sistem. 1
Layanan Dasar Bimbingan. Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi peserta didik
melalui kegiatan-kegiata kelas atau diluar kelas, yang disajikan secara sistimatis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara optimal. Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya.
Bidang-bidang bimbingan, meliputi bimbingan
pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. 2. Layanan Responsif Layanan responsif adalah layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan (pertolongan) dengan segera. Layanan bertujuan untuk membantu siswa memenuhi kebutuhan yang dirasakan
pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah, atau malasuai. Layanan ini lebih bersifat kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok dan konsultasi. Isi layanan responsif ini adalah bidang: (1) pendidikan; (2) belajar; (3)sosial; (4) pribadi; (5) karir; (6) tata tertib sekolah; (7) narkotika dan perjudian; (8) perilaku seksual; dan (9) kehidupan lainnya. 3. Layanan Perencanaan Individual. Layanan perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya. Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu
individu
membuat
dan mengimplementasikan
rencana-rencana
pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Membantu individu memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu. 4. Dukungan Sistem Dukungan
sistem
adalah
kegiatan-kegiatan
menejemen
bertujuan
memantapkan, memelihara dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebuh luas;
menejemen program, penelitian dan pengembangan. Thomas Ellis, 1990 (dalam Yusuf & Nurhisan: 2011; 31). Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan diatas. Sedangkan bagi personil pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan disekolah. Dukungan sistim ini meliputi dua aspek yaitu: Pemberian layanan dan kegiatan menejemen. 2.1. 13 Hubungan Antara Motivasi Memanfaatkan Pelayanan Bibingan dan Konseling Dengan Prestasi Belajar Siswa Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang utama secara sinergis, yaitu bidang administratif dan kepemimipinan, bidang intruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (Bimbingan dan Konseling). Phenix (dalam Yusuf & Nurhisan 2010:5) mengemukakan bahwa bidang bimbinan dan konseling disekolah terkait dengan program pemberian bantuan kepada peserta didik
dalam upaya mencapai perkembangannya yang
optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggungjawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau konselor Menurut Yusuf & Nurhisan (2010:4) pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akadmik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual.
Sedangkan menurut prayitno dan Amti Erman, (2004:197) Fungsi bimbingan dan konseling disekolah adalah: 1) Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya. 2) Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat mghambat perkembangan dirinya. 3) Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. 4) Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi, bakat dan minat yang dimilikinya, 5) Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu siswa memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. Setiap lembaga pendidikan dalam upaya menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akadmik sekali pun masih perlu interfensi dari bimbingan dan konseling. Hal ini disebabkan dalam kegiatan belajar-mengajar disekolah, akan timbul berbagai masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi pengajar (guru). Misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar berhasil, bagaimana membuat rencana bagi siswa, menyesuaikan proses belajar, penilaian hasil belajar, kesulitan belajar dan sebagainya. Bagi siswa sendiri masalah-masalah belajar yang mungkin timbul adalah pengaturan waktu belajar, motivasi belajar, memilih cara belajar yang efektif, menggunakan buku-buku pelajaran, mempersiapkan ujian dan sebagainya. Sehingga perlunya pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu siswa
agar berhasil dalam belajar dan mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Yusuf & Nurihsan (2011:29) Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa dalam memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling erat kaitannya dengan prestasi belajarnya. Hal ini disebabkan permasalahan-pemasalahan yang mengahambat belajarnya baik menyangkut masalah kesulitan belajar itu sendiri, masalah pribadi yang diantaranya menyebabkan siswa malas/enggan belajar, masalah sosial yang dapat menyebabkan siswa terisolir/tertolak dari lingkungan atau kelompoknya sehingga tidak dapat bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas belajar, masalah karir dimana siswa memilih sekolah lanjutan/prodi yang tidak sesuai dengan bakat, dapat terantisipasi sejak dini. 2.1.14 Kajian Relevan Penelitian yang bejudul Hubungan antara Motivasi Memanfaatkan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan Prestasi Belajar Siswa, belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun terdapat beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan judul penelitian tersebut diantaranya adalah Hubungan antara Motivasi Siswa dalam Memanfaatkan Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo. dan Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo. Adapun penjelasan penelitianpenelitian tesebut sebagai berikut.
Penelitian 1 Judul Penelitian: Hubungan antara Motivasi Siswa dalam Memanfaatkan Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Kinerja Guru BK Nama Peneliti : Selvianti Ibrahim Nim
:111 408 182
Tahun
: 2011
Jurusan
: Bimbingan dan Konseling
Fakultas
: Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi siswa dalam memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling dengan kinerja guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil pengolahan data untuk menguji keberatian hubungan variabel X (kinerja Guru BK) dan variabel Y ( motivasi siswa memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling ) diperoleh harga koefisien determinasi (r2) sebesar 24,17 % . Hasil ini memberikan arti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi siswa memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling dengan Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling sedangkan sisanya 75,83 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain dalam penelitian ini Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi siswa memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling dengan kinerja guru Bimbingan dan Konseling. Persepsi tersebut dapat dibuktikan dengan diterimanya pengujian
hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus korelasi product moment pada taraf kepercayaan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = n- 1. Sehubungan dengan hasil penelitian ini peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Bagi guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling harus melaksanakan kinerja secara profesional agar siswa akan lebih termotivasi untuk memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling. Selain itu juga, guru Bimbingan dan Konseling perlu menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa agar pelaksanaaan layanan Bimbingan dan konseling akan sesuai dengan kan kebutuhan siswa serta mendapat respon yang positif dari siswa. 2. Bagi Siswa Siswa harus memiliki motivasi dalam memanfaatkan layanan Bimbingan dan Konseling karena dengan adanya motivasi yang tinggi maka siswa bukan hanya unggul dalam aspek akademis saja namun unggul dalam aspek kepribadian. Penelitian II Judul Penelitian: Hubungan antara Motivasi Belajar Siswa dengan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo. Nama Peneliti : Merlin Alwi Nim
: 111 407 005
Tahun
: 2011
Jurusan
: Bimbingan dan Konseling
Fakultas
: Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara motivasi siswa ditinjau dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kelas XI di SMA Negeri 3 Kota Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini yaitu 300 siswa yang terdiri dari pria dan wanita. Sampel dalam penelitian ini yaitu berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket guna ntuk mengumpulkan data Motivasi Belajar Siswa (Y), dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling (X). Teknik analisis data pada penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu analisis deskriptif
dan analisis inferensial. Sebelum menguji hipotesis dilakukan uji
normalitas galat regresi dengan menggunakan uji lilliefors, kemudian untuk
menguji hipotesis digunakan analisis regresi Y a bX dan analisis korelasi (rxy). Hasil analisis terdapat nilai koefisien korelasi antara pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dengan motivasi belajar (r) sebesar 0,715 dan r 2 = 0,5118. Untuk uji hipotesis thitung > ttabel yaitu 8,18 > 2,05 pada taraf 1 % maka H0 ditolak artinya koefisien korelasi X dengan Y adalah sangat signifikan. Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis penelitian, disimpulkan bahwa
terdapat hubungan positif antara motivasi belajar siswa ditinjau dari pelaksanaan layanan bimbingan konseling, yaitu semakin baik pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Dengan demikian hasil pengujian hipotesis ini mengindikasikan adanya hasil yang positif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka peneliti menyarankan halhal sebagai berikut.
a. Bagi siswa Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini siswa lebih termotivasi untuk memanfaatkan semua kegiatan layanan BK demi menunjang prestasi belajar yang lebih baik b. Bagi guru Diharapkan lebih memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa yang terutama masalah belajar c. Bagi sekolah Adanya perhatian khusus dari semua pesonil sekolah yang diberikan kepada siswa untuk memotivasi proses belajar siswa dan mau memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling d. Bagi peneliti selanjutnya Untuk calon konselor haruslah mengusai semua teknik-teknik layanan bimbigan dan konseling, agar masalah dari setiap siswa bisa terentaskan 2.2 Hipotesis Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang diajukan, maka jawaban sementara yang akan dibuktikan kebenarannya adalah: “ Apakah Terdapat hubungan signifikan antara motivasi memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling dengan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 8 Gorontalo.