BAB II
KERANGKA TEORI
2.1
Agama dan Masyarakat
Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga peraturan yang dibuat-Nya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari: aspek keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan (sosiologis), hakikat kemanusiaan (human nature), asal usulnya (antropologis) dan moral (ethics). Peran lembaga agama di bidang sosial adalah sebagai penentu, agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Peran agama sebagai sosialisasi individu akan tampak secara nyata pada saat individu tumbuh menjadi dewasa. Pada saat itu, individu memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Pendidikan agama merupakan tanggung jawab dari orangtua untuk mengenalkan, memberikan contoh, dan menanamkan ajaran-ajaran moral kepada anak-anaknya. Agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Peranan sosial agama harus dilihat terutama sebagai sesuatu yang mempersatukan. Dalam pengertian harfiahnya, agama menciptakan suatu ikatan 14
Universitas Sumatera Utara
bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Karena nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan bersama dalam masyarakat. Peranan agama di dalam masyarakat sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat dan melestarikan, namun juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai kekuatan mencerai-beraikan, memecah belah dan bahkan dapat menghancurkan. Dalam pandangan Emile Durkheim agama merupakan suatu sistem kepercayaan beserta prakteknya dalam suatu komunitas moral. Dalam pandangannya agama berasal dari masyarakat itu sendiri. Adapun agama berisi tentang: a.
Sesuatu yang dianggap sakral, melebihi kehidupan duniawi dan menimbulkan kekaguman dan kehormatan.
b.
Sekumpulan kepercayaan yang dianggap sakral.
c.
Pelaksanaan ritual aktivitas keagamaan.
d.
Sekumpulan kepercayaan yang ikut dalam ritual yang sama. Agama dipandang sebagai petunjuk untuk mengatasi kesulitan yang
diakibatkan oleh ketidakpastian, ketidakberdayaan dan keterbatasan. Sebagai sebuah lembaga sosial agama merupakan asosiasi yang terorganisir dan terbentuk baik untuk kepentingan masyarkat (Murdiyatmoko, 2007: 46). Sebuah lembaga sosial memiliki fungsi manifest dan fungsi latent
tidak
terkecuali
lembaga
agama.
15
Universitas Sumatera Utara
a. Fungsi Manifest Fungsi manifest adalah fungsi yang disadari dan biasanya merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku-pelaku ajaran agama (Ishomuddin, 2002:51). Fungsi manifes agama meliputi:
a. Doktrin, yaitu pola yang menentukan sifat hubungan antar manusia dengan sesamanya dan manusia dengan Tuhan. b. Ritual, yaitu aturan-aturan tertentu yang digunakan dalam pelaksanaan agama (yang melambangkan doktrin dan yang meningatkan manusia pada doktrin. c. Seperangkat norma perilaku, yang konsisten dengan doktrin tersebut. Dalam menjalankan tugas, setiap agama membentuk petugas masing-masing yang memerlukan investasi dan personil yang besar untuk menjelaskan dan membela doktrin serta melaksanakan ritual dan perilaku yang diinginkan dalam suatu pola pemujaan dan penyiaran agama.
b. Fungsi Laten
Fungsi latent adalah fungsi yang tersembunyi yang kurang disadari oleh pelaku-pelaku ajaran agama ( Inshomuddin, 2002: 51). Fungsi laten agama menurut Durkheim dapat meningkatkan integritas masyarakat, baik pada tingkatan mikro maupun makro. Pada tingkat mikro fungsi laten agama ialah Ttuhan menggerakkan dan membantu kita untuk hidup. Melalui komunikasi dengan Tuhannya, umat beragama bukan saja mengetahui kebenaran yang tidak diketahui oleh orang yang tidak beriman, melainkan juga menjadikan manusia lebih kuat karena agama menggerakkan dan memberi semangat hidup. 16
Universitas Sumatera Utara
Dari segi makro, agama menjalankan fungsi positif karena agama dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang secara berkala menegakkan dan memperkuat perasaann dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan kesatuan. Dengan melalui kegiatan ritual keagamaan yang diselenggaraka secara bersama, kesatuan dan peratuan umat dapat di pupuk dan di bina.
Fungsi latent agama menurut Durkhaim dapat meningkatkan integrasi masyarakat baik pada tingkat makro maupun pada tingkat mikro. Pada tingkat mikro fungsi laten agama ialah untuk menggerakkan dan membantu kita untuk hidup. Dari segi makro fungsi laten agama adalah dapat menentukan kebutuhan masyarakat yang setara berkala dan memperkuat perasaan dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan kesatuan. http://fajarhidayatasbar.blogspot.com/2012/10/tugasmakalah-fungsi-manifes-dan-fungsi.html, diakses hari Rabu, 14 Mei 2014 pukul 07:30 WIB)
Ishomuddin (2002: 54-56), dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat anatar lain: 1. Fungsi edukatif, ajaran agama memberikn ajaran-ajaran yang harus diapatuhi secara yuridis menyuruh dan melarang sehingga penganut agama dibembing berbuat baik sesuai ajaran agama yang dianut. 2. Fungsi penyelamat, keselamatan yang dimaksud adalah keselamatan dunia dan akhirat. Untuk mencapai keselamatan tersebut agama mengajarkan penganutnya melalui pengenalan yang sakral,berup keimanan kepada Tuhan. 3. Fungsi sebagai pendamaian, melalui agama seseorang yang melakukan kesalahan atau dosa dapat merasakan kedamaian batin melalui penebusan dosa dan pertobatan.
17
Universitas Sumatera Utara
4. Fungsi sebagai sosial kontrol, ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma
sehingga agama berfungsi sebagai pengawasan sosial
secara individu maupun kelompok. 5. Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kasamaan dalam satu-kesatuan iman dan kepercayaan sehingga akan membina rasa solidaritas secara individu maupun kelompok. 6. Fungsi transformatif, ajaran agama dapat megubah kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupanyang baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. 7. Fungsi kreatif, ajaran agama memotivasi penganutnya untuk bekerja produktif bukan hanya untuk kepentingan sendiri tetapi juga untuk kepentingan orang lain. 8. Fungsi sublimatif, segala usaha penganutnya yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama bila dilakukan dengan tulus untuk Allah merupakan ibadah.
2. 2
Solidaritas Sosial
Solidaritas adalah kesepakatan bersama, dukungan kepentingan dan tanggung jawab antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan dalam tindakan kolektif untuk sesuatu hal. Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama. Adanya pengalaman 18
Universitas Sumatera Utara
emosional yang sama dalam anggota kelompok merupakan elemen yang membentuk solidaritas sosial. Konsep solidaritas sosial merupakan konsep sentral Emile Durkheim yang menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat (Lawang, 1994:181). Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Solidaritas mekanik muncul pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif, ikatan sosial yang dibangun atas kebersamaan, kepercayaan dan adat bersama yang didasarkan pada homogenitas yang tinggi. Serta belum mengenal adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok Pada masyarakat seperti ini belum terdapat pembagian kerja yang berarti : apa yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat biasanya dapat dilakukan pula oleh orang lain. Dengan demikian tidak terdapat saling ketergantungan antara kelompok yang berbeda, karena masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhanya sendiri dan masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan yang lain.
19
Universitas Sumatera Utara
Doyle Paul Johnson (1994), secara terperinci menegaskan indikator solidaritas sosial, yakni : a) Adanya Pembagian Kerja Teori pembagian kerja adalah bahwa anggota kelompok tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaan yang sama, akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar tergantung satu sama lain. Pembagian kerja dalam hal ini bukan untuk mengakibatkan disintegrasi masyarakat yang bersangkutan tetapi tetapi justru meningkatkan solidaritas karena menjadikan anggota kelompok saling tergantung. Indikator pembagian kerja antara: 1. Penempatan individu Disesuaikan dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan individu, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan individu dalam melakukan tanggung jawabnya. 2. Beban tanggung jawab Berkaitan dengan tanggung jawab yang diemban oleh individu. 3. Spesialisasi tanggung jawab Dilakukan karena individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Anwar Yesmin dan Adang , 2010:31) b) Adanya Kesadaran Kolektif Kesadaran kolektif merupakan seluruh rasa kepercayaan dan perasaan bersama antar anggota kelompok. Kesadaran kolektif dibentuk karena adanya rasa seperasaan dan sepenanggungan. Kesadaran kolektif terjadi karena setiap 20
Universitas Sumatera Utara
anggota di dalamnya merasa bertanggung jawab dan merasa memiliki terhadap segala sesuatu yang ada dalam kelompok tersebut (sense of belonging). Ciri-ciri kesadaran kolektif dalam masyarakat : 1. Adanya rasa kepercayaan Dilakukan karena adanya rasa menjadi bagian dari individu lain. 2. Adanya rasa memiliki Mengakibatkan kesadaran tanggung jawab terhadap individu lain (Nasution 2009:12) c) Hukum Represif dominan Secara sederhana hukum represif dapat diartikan sebagai hukum yang mengabdi kepada kekuasaan represif dan kepada tata tertib sosial yang represif. Bentuk dari hukum represif diaplikasikan dalam bentuk kekerasan terhadap individu atau kelompok yang ingin dikuasai. Hukum represif adalah hukum yang di dalam pelaksanaanya tidak banyak memasukkan campur tangan dari masyarakat sehingga hukum yang berkembang tidak disertai perkembangan masyarakat justru mendukung kemajuan dan perkembangan kelompok yang memiliki kekuasaan. pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman. Ciri-ciri hukum represif dominan: 1. Penguasa
cenderung
mengidentifikasikan
kepentingannya
dengan
kepentingan masyarakat. 2. Keadilan yang diterima oleh masyarakat bersifat terbatas.
21
Universitas Sumatera Utara
3. Badan pengawas khusus seperti polisi menjadi pusat kekuasaan yang bebas. 4. Hukum dan otoritas resmi digunakan untuk menegakkan konformitas kebudayaan (http://books.google.co.id/books?id=_rXrAAAAMAAJ&q=ciriciri+hukum+represif&dq=ciriciri+hukum+represif&hl=id&sa=X&ei=Yj_-UndHpDp8AWNuoKwCQ&ved=0CB4Q6AEwAA Diakses pada hari Rabu 16 Juni 2014, pukul 10.11WIB) d) Memiliki Karakter Individualitas Berbicara mengenai karakter individualitas menjelaskan tentang tinggi atau rendahnya sikap dan penilaian serta pemikiran individu ketika berhubungan dengan masyarakat. Karakter individualitas terbentuk tergantung bagaimana penerimaaan masyarakat terhadap pola perilaku individu tersebut. Ciri Ciri karakter individualitas: 1. Gaya hidup disesuaikan dengan kesempurnaan masyarakat. 2. Memiliki dorongan ke-akuan dan ke-kitaan. Keakuan mengacu pada pengabdian terhadap diri sendiri dan kekitaan mengacu pada pengabdian terhadap dunia luar (Nasution 2009:12) e) Memiliki Pola Konsensus Secara Normatif Konsensus merupakan kesepakatan yang tercipta dalam masyarakat. Dalam hal ini kesepakatan yang dimaksud adalah kesepakatan terhadap peraturan peraturan yang sudah lama ada di masyarakat dan itu sudah disepakati dari awal dalam masyarakat tersebut. 22
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri pola konsensus secara normatif : 1. Menciptakan integrasi dalam masyarakat. 2. Konflik dalam masyarakat multikultural menjadi pendukung utama konsensus (Anwar Yesmin dan Adang , 2010:32-33) f) Adanya keterlibatan badan kontrol sosial dalam melaksanakan pengendalian sosial Badan kontrol sosial menjadi pemegang kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan dalam masyarakat. Badan kontrol sosial yang dimaksud adalah kelompok masyarakat yang sudah lama ada dan berdiri di masyarakat dalam bentuk organisasi maupun komunitas. Badan kontrol sosial yang ada di masyarakat berfungsi sebagai pengendali di masyarakat. Pemberian hukuman terhadap orang yang menyimpang diberikan oleh badan kontrol sosial tersebut. Ciri-cirri keterlibatan badan kontrol sosial dalam melaksanakan pengendalian sosial : 1. Hukum sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. 2. Negara sebagai wadah terciptanya hukum tersebut. 3. Masyarakat berfungsi sebagai pencipta nilai dan norma (Anwar Yesmin dan Adang , 2010:32-33) g) Memiliki sifat ketergantungan Terjadi karena adanya kelebihan dan kekurangan setiap individu dan kelompok dalam masyarakat. Saling melengkapi kelemahan dan kelebihan masing masing individu mengakibatkan sifat ketergantungan menjadi hal yang wajib berlaku di masyarakat. 23
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri sifat ketergantungan : 1. Terjadi pada masyarakat multikultural. 2. Terjadi ketika masyarakat mengalami globalisasi. 3. Berdampak pada empat bidang yaitu ekonomi, sosial budaya, teknologi dan politik.
2.3
Pemuda Dalam Gereja Pemuda dalam konsep sosiologis merupakan produk dan agen perubahan
sosial (agent of change). Naafs dan White (2012:3-4) mengidentifikasikan tiga gagasan utama dalam pemuda yaitu : Pemuda sebagai generasi yaitu pemuda yang berperan sebagai penerus dari keberlanjutan sebuah kelompok masyarakat, Pemuda sebagai transisi yaitu pemuda yang berperan sebagai penggerak perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pemuda sebagai pencipta budaya yaitu pemuda dipandang sebagai kelompok yang penting dalam masyarakat sebagai produsen budaya karena dari pemuda kebudayaan mengalami perubahan dari hari ke hari. Pandangan lain mengenai pemuda bisa kita ketahui dari teori Talcott Parson (1942) di mana menurut Talcott Parson pemuda merupakan suatu kategori sosial yang muncul seiring perubahan peran keluarga yang disebabkan oleh perkembangan kapitalisme. Gereja bukan sekedar organisasi saja tetapi gereja merupakan kumpulan dari anggota gereja yang menyadari bahwa mereka memiliki sistem kepercayaan yang sama. Seksi pemuda merupakan salah satu anggota kelompok dalam gereja. Pemuda merupakan tumpuan harapan bagi orang tua, bangsa dan gereja, sehingga pemuda sering sebagai generasi pewaris penerus cita-cita. Pemuda secara 24
Universitas Sumatera Utara
psikologis adalah mereka yang masih dalam proses pembentukan kepribadian dan pengembangan pengetahuan. Gereja merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam keberlangsungan kegiatan agama Kristen. Pertumbuhan dari suatu gereja dipengaruhi oleh keterlibatan dari anggotanya dalam pelaksanaan pengembangan gereja. Kegiatan yang dilaksanakan dalam gereja dibagi dalam tiga tugas penting yaitu : bersaksi disebut dengan marturia, melayani
yang disebut diakonia,
persekutuan disebut dengan koinonia. Adapun tujuan dari ketiga tugas tersebut adalah terciptanya kehidupan gereja yang seimbang di masyarakat. Persekutuan (koinonia) yang tercipta di lembaga agama dijalankan oleh seluruh komponen gereja. Pemuda memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan atau pengembangan gereja. Seperti halnya di gereja GKPS Huta Rih pemuda berperan aktif dalam kegiatan gereja. Lembaga agama memiliki peranan dalam membentuk persekutuan antar anggota kelompok gereja termasuk antar pemuda dalam gereja. Hal ini ini ditandai dengan kegiatan-kegiatan yang di lakukan pemuda tidak hanya bersaksi dan melayani tetapi ada juga persekutuan. Kegiatan yang dilakukan oleh pemuda tidak hanya berfokus pada kegiatan keagamaan yang bersifat religius saja, tetapi juga berupaya untuk membangun kesatuan atau membangun hubungan yang baik diantara sesama komponen gereja maupun diluar komponen gereja. Persekutuan pemuda dalam gereja berfungsi dalam membangun solidaritas antar anggota pemuda. Keterlibatan pemuda sangat mempengaruhi perkembangan dari suatu gereja, hal ini dikarenakan pemuda memiliki sifat yang paling aktif dan paling 25
Universitas Sumatera Utara
antusias dalam pelaksanaan kegiatan gereja. Seperti halnya di GKPS Huta Rih, pemuda berperan aktif dalam kegiatan gereja. Tidak hanya di ibadah umum tetapi pemuda juga ikut dalam memperlengkapi anak sekolah minggu. Pemuda juga menyelenggarakan kebaktian khusus unutuk pemuda, ikut dalam aktif adalam kegiatan-kegiatan sosial seperti mengunjungi keluarga baik dalam kondisi suka cita maupun duka cita. Pemuda GKPS Huta Rih juga aktif ambil bagian dalam kegiatan kebersihan seperti kegiatan gotong royong dalam membersihkan lingkungan gereja.
26
Universitas Sumatera Utara