BAB II KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA VISI DAN MISI SEKOLAH
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan
adalah
proses
mengarahkan,
membimbing,
mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang. Kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang
maupun
kelompok
bergerak
ke
arah
tujuan
tertentu.
Kepemimpinan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau mengawasi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan tingkah laku orang lain1 dalam rangka mencapai tujuan Kepemimpinan adalah suatu pokok dari keinginan manusia yang besar untuk menggerakkan potensi organisasi. Weber mengemukakan kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu yang merupakan tujuan bersama, kepemimpinan merupakan sejumlah aksi atau sebuah proses di mana seseorang atau lebih menggunakan pengaruh, 1
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Toko Gunung agung, 1997),
hlm. 79
18
19
wewenang, atau kekuasaan terhadap orang lain dalam menggerakkan sistem sosial guna mencapai tujuan sistem sosial.2 Di sini Weber lebih menitik beratkan kepemimpinan pada aksi dan proses menggunakan wewenang. Dari sejumlah pengertian kepemimpinan tersebut kepemimpinan dapat dimaknai sebagai perilaku dan aktivitas mempengaruhi dan menggerakkan orang-orang atau pengikut dengan memelihara kepuasan kerja untuk mencapai tujuan yang spesifik. 3 Sedangkan kepemimpinan pendidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.4 Di mana tujuan tersebut tidak hanya diharapkan oleh sekolah namun juga pihak-pihak lain seperti peserta didik, orang tua peserta didik, dan tenaga lulusan. 2. Gaya Kepemimpinan Dalam Pendidikan Konsep kepemimpinan dalam pendidikan tidak bisa dilepaskan dari konsep kepemimpinan secara umum, secara formal kegiatan kepemimpinan harus diselenggarakan oleh seorang yang menduduki posisi atau jabatan tertentu yang di lingkungannya terdapat sejumlah orang yang harus bekerja sama untuk mencapai satu tujuan.
2
Saiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabeta, 2000),, hlm. 145 3 Ibid., hlm. 144 4 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 82
20
Sehubungan dengan teori kepemimpinan, dikenal beberapa istilah sebagai berikut: a. Pemimpin (leader) dengan kegiatannya disebut kepemimpinan (leadership). b. Manajer
(manager)
dengan kegiatannya disebut
manajemen
(management) Manajemen adalah suatu proses kegiatan seorang pemimpin yang harus dilakukan dengan menggunakan cara-cara pemikiran yang ilmiah maupun praktis untuk mencapai kerjasama dengan orang lain sebagai sumber tenaga kerja serta dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya. Manajemen di sekolah dapat dibedakan menjadi tiga sudut pandang : 1.) Manajemen pendidikan dilihat sebagai suatu wujud problema meliputi bidang pengajaran, kesiswaan, personalia, keuangan, peralatan pengajaran, gedung dan perlengkapan sekolah dan bidang hubungan sekolah dengan masyarakat. 2.) Manajemen dilihat sebagai proses kegiatan yang dijalankan oleh manajer meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan.
21
3.) Manajemen dilihat sebagai kepemimpinan yaitu bagaimana mengatur tata hubungan antara pemimpin dan bawahan. 5 c. Administrator
dengan
kegiatannya
disebut
administrasi
(administration).6 Dalam hal ini kepala sekolah dapat melimpahkan tugasnya pada tenaga administratif lain agar dapat bekerja sama dengan semua tenaga kependidikan dan membuktikan bahwa kepala sekolah mampu bekerja dengan dan melalui pihak lain. Dalam kepemimpinan terdapat tiga unsur yang harus selalu ada dan saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu unsur manusia, unsur saran dan unsur tujuan. Agar tiga unsur tersebut dapat berjalan secara seimbang maka menuntut adanya seorang pemimpin yang memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan yang diperlukan dalam kepemimpinannya. Setiap pemimpin mempunyai ciri khas serta gaya memimpin dengan menyertakan karakter yang ada dalam pribadi mereka sendiri. Secara teoritis telah banyak dikenal gaya kepemimpinan, namun gaya mana yang terbaik tidak mudah ditentukan untuk memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji dari tiga gaya pendekatan utama yaitu : pendekatan sifat, perilaku dan situasional.
5
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 182 6 Hadari Nawawi, op. cit., hlm. 78
22
1.) Pendekatan sifat Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Pendekatan ini berasal pada asumsi bahwa individu merupakan pusat kepemimpinan. Pada kepemimpinan yang efektif ada sifat-sifat pribadi yang tidak terpisahkan seperti kekuatan fisik, keramahan dan intelegensi yang dianggap bisa dialihkan dari satu situasi ke situasi lain karena tidak semua orang memiliki sifat-sifat ini. 7 Dalam pendekatan ini seorang pemimpin dianggap memiliki sifat-sifat bawaan yang
membedakannya dari orang
yang
bukan
pemimpin. Sifat-sifat itu seperti keramahtamahan, antusiasme, integritas, kemampuan mengambil keputusan, intelegensi dan kemampuan memimpin. Meskipun telah banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinan, hingga kini para peneliti tidak berhasil menemukan sifat-sifat yang tepat dipakai sebagai ukuran untuk membedakan pemimpin dan bukan pemimpin. Hal ini menunjukkan bahwa hanya dengan pendekatan sifat masalah kepemimpinan
tidak
dapat
diselesaikan
dengan
baik. 8
Pendekatan sifat juga tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan seperti apakah sifat-sifat kepribadian itu mampu
7
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 108 8 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 32
23
mengindikasikan kepemimpinan yang profesional? Apakah karakteristik itu dapat dipelajari atau telah ada sejak lahir? Ketidakmampuan
pendekatan
ini
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan tersebut mendatangkan kritik dari berbagai pihak. 9 Sehingga muncul pendekatan-pendekatan lain. 2.) Pendekatan Perilaku Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku bukan dari sifat-sifat pemimpin, karena sifat relatif sulit diidentifikasikan. Sehingga orang yang dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif. 10 Meskipun perilaku pemimpin juga dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai dan pemahaman mereka. Hal ini sesuai dengan hasil studi mengenai gaya kepemimpinan yang menggunakan pendekatan perilaku.11 Di antaranya yaitu : a.) Studi kepemimpinan universitas
OHIO,
memperoleh
gambaran mengenai dua dimensi utama dari perilaku kepemimpinan yaitu pembuatan inisiatif dan perhatian, meliputi pembinaan batasan terhadap peranannya dan peranan bawahannya untuk mencapai tujuan dan corak
9
E. Mulyasa, Manajemen, op. cit., hlm. 109 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 91 11 E. Mulyasa, Manajemen, loc. cit 10
24
hubungan pimpinan dan bawahan ditandai saling percaya, menghargai dan menghormati. b.) Studi
kepemimpinan
Universitas
Michigan,
mengidentifikasi dua perilaku yang disebut orientasi bawahan di mana pemimpin sangat
memperhatikan
bawahan, mereka merasa setiap karyawan adalah penting dan menerima mereka sebagai individu. Dan orientasi produksi yaitu perilaku yang memperhatikan produksi dan aspek-aspek teknis kerja, bawahan dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. 3.) Pendekatan Situasional Pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku, keduanya menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi. Dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi daripada kualitas pribadi, dan merupakan sesuatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu. Seseorang menjadi pemimpin bukan saja karena kepribadian yang dimiliki, tapi juga karena berbagai faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dan situasi. Keberhasilan pemimpin bergantung pada diri pemimpin maupun keadaan organisasi. 12 Pendekatan
situasional
atau
kontigensi
(kemungkinan)
merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah
12
Ibid, hlm. 112
25
antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.13 Secara tidak langsung pendekatan ini membenarkan kedua asumsi di atas, karena organisasi bersifat universal, namun tidak mungkin organisasi itu ada pada kondisi yang sama. Gaya kepemimpinan lainnya diungkapkan oleh Getzel dan Guba, yang berkenaan dengan tiga gaya kepemimpinan yaitu normatif, personal dan transaksional. Gaya kepemimpinan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :14 a) Normatif Menekankan dimensi tingkah laku sosiologis atau dimensi tingkah laku institusi. Gaya ini mengasumsikan bahwa tujuan-tujuan
yang
telah
digariskan
akan
mempercepat
pencapaian tujuan lembaga dalam kepemimpinannya, gaya kepemimpinan ini tidak lebih dari unsur teknis. b) Personal Lebih menekankan dimensi psikologis atau individu. Asumsinya bahwa jalan terbaik untuk mewujudkan tujuan
13
M. Ngalim Purwanto,. op. cit., hlm. 38 Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2004), hlm. 79 14
26
adalah lebih pada keterlibatan individu dari pada hanya mempercayakan pada struktur organisasi. c) Transaksional Merupakan gaya sementara untuk mencapai gaya lain yang sangat tergantung pada situasi. Gaya ini lebih menekankan kebutuhan untuk bergerak sambil berubah ke arah yang lebih baik tanpa mengubah urutan organisasi maupun pribadi yang terlibat di dalamnya. Dan gaya kepemimpinan yang paling sering disebutkan oleh para pakar pendidikan adalah gaya otoriter, laissez faire dan demokratis. a) Kepemimpinan Otoriter Bentuk kepemimpinan ini adalah yang paling banyak dikenal
dan
tergolong
paling
tua.
Kepemimpinan
ini
menempatkan kekuasaan di tangan seseorang atau sekelompok kecil orang yang disebut atasan sebagai penguasa yang tidak dapat dibantah dan orang lain harus tunduk pada kekuasaannya dengan menggunakan ancaman dan hukuman sebagai alat dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Bawahan
tidak
diberi
kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan pendapatpendapatnya, kreatifitas dalam bekerja dianggap penyimpangan walaupun sebenarnya lebih efektif dari pada perintah atasan
27
yang
sudah
ada. 15
Biasanya
pemimpin
merasa
paling
berpengalaman mengambil keputusan dan merasa wibawanya akan berkurang bila menerima masukan dari bawahan. Akibat-akibat negatif yang timbul dari kepemimpinan otoriter ini antara lain : -
Kepemimpinan otoriter mematikan kreatifitas dan inisiatif guru sehingga dalam bekerja guru selalu menunggu perintah atasan.
-
Guru dan siswa yang selalu diliputi perasaan takut akan hukuman, justru mendorong munculnya keinginan berontak di balik sikap patuh mereka, hasilnya bawahan akan patuh hanya bila ada atasan.
-
Sekolah menjadi statis karena keputusan diambil secara sepihak oleh pimpinan dan tidak memerlukan musyawarah dengan anggota guru maupun pihak-pihak lain, bila pun ada rapat, sifatnya hanya untuk memberikan keputusankeputusan yang sudah ditetapkan.16
b) Kepemimpinan Laissez Faire Bentuk kepemimpinan ini adalah kebalikan dari bentuk kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol karena dalam realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang yang dipimpin 15 16
Hadari Nawawri, op. cit., hlm. 9 Ibid.¸ hlm. 93
28
untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan. Pemimpin
hanya
bertindak
sebagai
penasehat
dengan
memberikan kesempatan bertanya bila merasa perlu, sehingga setiap individu merasa mampu mengambil keputusan sendiri dan melaksanakannya sendiri. Kepemimpinan seperti ini kurang baik dilaksanakan di lingkungan pendidikan secara murni karena setiap anggota bergerak sendiri-sendiri, sehingga semua aspek manajemen
administrasi
tidak
dapat
diwujudkan. 17
Kepemimpinan kendali bebas bisa menjadi efektif bila dilaksanakan dalam kelompok profesional yang termotifasi tinggi. 18 Mereka telah mengetahui dengan baik tugas dan tanggung jawab mereka dalam mencapai tujuan organisasi. c) Kepemimpinan Demokratis Bentuk kepemimpinan ini menempatkan manusia pada faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin diwujudkan dalam bentuk human relationship yang
didasari
prinsip
saling
menghargai
dan
saling
menghormati. Setiap orang dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki kemampuan, kemauan, kehendak, pikiran dan minat. Oleh karena itu setiap orang harus dimanfaatkan dengan mengikutsertakan dalam semua kegiatan
17 18
Ibid.¸ hlm. 95 Saiful Sagala, op. cit., hlm. 151
29
organisasi sesuai posisi masing-masing. 19 Pemimpin yang demokratis dihormati dan disegani secara wajar sehingga tercipta hubungan kerja yang positif dalam bentuk saling mengisi dan saling menunjang. Di lingkungan lembaga pendidikan, kepemimpinan demokratis merupakan bentuk yang paling serasi karena memungkinkan setiap personil berpartisipasi secara aktif dalam mengembangkan
dan
memajukan
organisasi.
Dengan
kepemimpinan ini tiap saran dan pendapat sebagai pencerminan inisiatif dan kreatifitas selalu dipertimbangkan bersama untuk diwujudkan demi kepentingan bersama. Pada prinsipnya kepemimpinan tidak hanya berkenaan dengan gaya yang ditampakkan oleh pemimpin karena tidak satu gaya pun yang dapat diterapkan secara terus menerus dalam segala situasi organisasi. Para ahli tersebut menyatakan bahwa tidak ada kepemimpinan yang baik untuk segala situasi, sehingga masingmasing memiliki keunggulan yang berbeda–beda. Karena itu aspek penerapan gaya kepemimpinan tidak lebih penting dari pada persoalan kemampuan pemimpin memperlakukan semua unsur personil secara manusiawi sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan standar
19
Nanang Fatah. loc. cit.
30
yang diterapkan.20 Tentunya dengan memperhatikan faktor situasi dimana kepemimpinan itu sedang berlangsung. 3. Kepemimpinan Dalam Islam Kepemimpinan di dalam Islam disebut dengan istilah khalifah yang berarti wakil. Pemahaman kata khalifah setelah Rasulullah wafat menyentuh juga maksud yang terkandung dalam perkataan amir atau penguasa, karenanya kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia disebut pemimpin formal. Namun jika merujuk pada firman Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat 30 :
)03 : ض َخ ِليفَةً (البقرة ِ َو ِإ ْذ قَا َل َرب َُّك ِل ْل َم ََلئِ َك ِة ِإنِي َجا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْر "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (Qs. Al-Baqarah : 30).21 Maka kedudukan non formal dari seorang khalifah juga tidak bisa dipisahkan, perkataan khalifah dalam ayat tersebut tidak hanya ditujukan kepada khalifah sesudah Nabi Muhammad saw, tapi juga penciptaan Nabi Adam as yang disebut sebagai manusia yang tugasnya memakmurkan bumi yang meliputi menyeru orang lain berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar. Selain kata khalifah juga disebut ulil amri yang berarti pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam. Sebagaimana dapat kita jumpai dalam surat an-Nisa ayat 59 : 20
Saiful Sagala, loc. cit. R.H.A. Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Fahdh Thibaat al Mushhaf Asy-Syarif, 1421 H), hlm. 13 21
(Madinah: Mujamma’ al-Malik
31
َّ يَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا أ َ ِطيعُوا الرسُو َل َوأُو ِلي ْاْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم َّ َّللاَ َوأَ ِطيعُوا )95 : (النساء “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (Qs. An-Nisa’ : 59)22 Di sana terlihat bahwa kedudukan ulil amri atau pemimpin adalah sangat tinggi sehingga perintah mentaati pemimpin jatuh sesudah perintah menaati Allah dan Rasul-Nya. Kemudian muncul pertanyaan siapa pemimpin yang harus dipatuhi dalam ayat tersebut? Dalam terjemah tafsir al-Maraghy disebutkan bahwa ulil amri dalam ayat tersebut adalah para umara’, hakim, ulama, panglima perang, dan seluruh pemimpin, dan kepala yang menjadi tempat kembali manusia dalam kebutuhan masalah-masalah umum. 23 Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan:
وكذا قال مجاهد."وأولى اْلمر منكم" يعنى اهل الفقه والدين "وأولى اْلمر منكم" يعنى.وعطاء والحسن البصرى وأبو العالية والظاهر وهللا أعلم أنها عامة فى كل أولى اْلمر من.العلماء 24
.تقدم
اْلمراء والعلماء كما
Ulil amri di sini adalah ahli fiqih. Juga ada yang mengatakan para mujtahid. Dalam terjemah tafsir Ibnu Katsir ialah para pemimpin, namun ada juga yang mengatakan mereka adalah ulama, namun Allah lebih 22
Ibid.¸ hlm. 128 Ahmad Musthofa al-Maraghy, Terjemah Tafsir al-Maraghy, terj. Bahrun Abu Bakar, lc., dan Drs. Hery Nor Aly, (Semarang: Toha Putra, 1986), hlm. 119. 24 Imam Abi al-Fada’ al-Hafidz Ibnu Katsir ad-Damasyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, Juz 1, (Libanon: Darul Kutub, 1994), hlm. 478. 23
32
mengetahui ayat itu mencakup ulil amri baik dari kalangan ulama maupun umara’.25 4. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk memiliki manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan mutu sekolah. 26 Meskipun faktor pengalaman kerja dan lamanya menjabat jabatan kepala sekolah juga mempengaruhi kesuksesan kerjanya 27 karena tujuan pendidikan tidak dapat dicapai secara singkat. Kepala
sekolah bertanggungjawab atas tercapainya tujuan
pendidikan melalui upaya menggerakkan bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.28 Seorang kepala sekolah dituntut tanggung jawabnya sebagai bentuk profesionalisme kepemimpinannya. Hal ini 25
Moh. Nasib ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, terj. Drs. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 741. 26 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2005), hlm. 182 27 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), hlm. 22 28 Moch,. Idochi Anwar, op. cit., hlm. 86
33
sesuai dengan hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan
Bukhari
Muslim sebagai berikut :
اخبرنا يونس عن الزهرى: بشربن دمحم المروزى قال اخبرنا عبد هللا قال سمعت: اخبرنا سالم بن عبد هللا عن ابى عمر رضى هللا عنه قال: قال وزاد الليث قال يونس كتب رزيق بن. كلكم راع:رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص يقول حكيم الى ابن شهاب وانا معه يومئذ بوادى القرى هل تري ان اجمع؟ ،ورزيق عامل على ارضى يعملها وفيها جماعة من السودان وغيرهم ، فكتب ابن شهاب وانا اسمع يأ مره ان يجمع،ورزق يومئذ على ايلة سمعت رسول هللا صلى: يخبره ان سالما حدثه ان عبد هللا بن عمر يقول االمام راع، وكلكم مسؤل عن رعيته، كلكم راع: هللا عليه وسلم يقول ، والرجل راع فى اهله وهو مسؤل عن رعيته،ومسؤل عن رعيته والخادم راع فى مال،والمراة راعية فى بيت زوجها ومسؤلة عن رعيتها والرجل راع فى مال: قال وحسبت ان قد قال،سيده ومسؤل عن رعيته 29 )ابيه ومسؤل عن رعيته وكلكم راع ومسؤل عن رعيته (رواه بخارى Matan Hadits di atas berarti bahwa kamu semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, dan seorang pegawai adalah pemimpin dalam menjaga harta tuanya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang anak adalah pemimpin atas harta ayahnya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
29
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, (Libanon: Dar al-Khutub al Ilmiyah) hlm. 268
34
kepemimpinannya. Kamu semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanmu. Perubahan dalam peranan dan fungsi kepala sekolah dari yang statis menjadi dinamis membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada kepala sekolah, khususnya pada administrator sekolah. Mereka harus memiliki pengetahuan yang baik tentang kebutuhan masyarakat serta kesediaan dan ketrampilan untuk mempelajari perubahan yang sedang terjadi di masyarakat sehingga kepala sekolah melalui program-program pendidikan yang disajikan senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan. Kepala sekolah sebagai salah satu unsur SDM administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif. Terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan yang paling aktual saat ini ialah makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan30 sebagai dampak dari desentralisasi pendidikan, dimana manajemen pendidikan semakin transparan dan terbuka. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah menjadi sangat penting oleh karena laju perkembangan kegiatan atau program pendidikan yang ada di setiap sekolah ditentukan oleh arahan, bimbingan serta visi yang ingin dicapai oleh kepala sekolah. Untuk dapat melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan baik, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kompetensi yang disyaratkan, kompetensi ini meliputi : 1) Menunjuk pada
30
Moch. Idochi Anwar, op. cit., hlm. 87
35
karakteristik pribadi pemimpin yang tercermin pada setiap sikap dan tindakannya. 2) Mengacu pada kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan. 3) Menunjuk pada suatu kinerja yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas. 31 Selain itu tentunya memiliki kompetensi keguruan: meliputi kompetensi pedagogik atau kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; kompetensi personal atau kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan menjadi teladan bagi muridnya; kompetensi profesional atau penguasaan materi secara luas dan mendalam; dan kompetensi sosial atau kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan warga sekolah dan masyarakat sekitar secara efektif dan efisien. Dalam pola pembaharuan sistem pendidikan tenaga kepemimpinan di Indonesia merangkum beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan yang profesional, yaitu a. Kompetensi pribadi yang menunjuk pada kemampuan yang sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan nasional meliputi berjiwa pancasila, bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur. b. Kompetensi personal yang menunjuk pada kemampuan teknis edukatif dan administratif serta kepemimpinan yang tangguh untuk dapat menyelenggarakan kegiatan kependidikan yang berkualitas.
31
Ibid., hlm. 88
36
Selain kompetensi yang tersebut di atas, kepala sekolah juga perlu memiliki kompetensi dasar dalam bidang manajerial, yaitu : a. Keterampilan teknis Ketrampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan suatu tugas. b. Keterampilan Manusiawi Ketrampilan yang menunjukkan kemampuan seseorang pemimpin di dalam bekerja dengan dan melalui orang lain secara efektif dan untuk membina kerja sama, kemampuan manusiawi sangat strategis untuk dapat memperoleh produktivitas organisasi yang tinggi,
karena dalam
implementasinya terwujud pada upaya
bagaimana seorang pemimpin mampu memotivasi bawahannya. c. Kemampuan Konseptual Menunjukkan kemampuan dalam berfikir seperti menganalisa suatu masalah, memutuskan dan memecahkan masalah tersebut dengan baik, seorang pemimpin dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh (totalitas) terhadap organisasinya, agar ia dapat bertindak selaras dengan tujuan organisasi dan berdasarkan tujuan dan kebutuhan kelompoknya. 32 Ketika kepala sekolah memahami dengan baik tujuan organisasinya, maka ia akan dapat dengan mudah mengarahkan bawahannya untuk dapat menyesuaikan perilaku yang berorientasi pada tujuan.
32
Ibid., hlm. 89
37
B. Visi dan Misi Sekolah 1. Pengertian Visi dan Misi Sekolah Secara umum visi dapat diartikan kemampuan untuk melihat suatu persoalan, juga diartikan sebagai pandangan dan wawasan. Sedangkan misi adalah tugas yang dirasakan sebagai kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, dan sebagainya. Di bawah ini ada beberapa pendapat tentang pengertian visi yang penulis ambil dari buku administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya pendidikan yang ditulis oleh Moch. Idochi Anwar diantaranya adalah : a. Salusu mengungkapkan visi adalah penjelasan mengenai rupa yang seharusnya dari suatu organisasi bila ia berjalan dengan baik. b. Sanusi mengungkapkan visi atau wawasan adalah penglihatan yang mendalam mengandung pengetahuan, kecintaan dan kepedulian terhadap profesi dan kemampuan.33 c. Gaffar mengartikan visi sebagai daya pandang yang jauh mendalam dan meluas yang merupakan daya pikir abstrak yang memiliki kekuatan luar biasa dan dapat menerobos segala batas-batas fisik waktu dan tempat. d. Morrisey memandang visi adalah representasi apa yang anda yakini sebagai bentuk organisasi anda di masa depan dalam pandangan pelanggan,
karyawan
dan
juga
pemilik. 34
Pendapat
lain
mendefinisikan bahwa visi adalah suatu pandangan yang merupakan 33 34
Ibid., hlm. 1 Ibid., hlm. 2
38
kristalisasi dan intisari dari suatu kemampuan (competence), kebolehan (ability) dan kebiasaan (self efficacy), dalam melihat, menganalisis dan menafsirkan. e. E. Mulyasa mengemukakan visi adalah gambaran sekolah yang diinginkan di masa depan. Gambaran tersebut didasarkan pada landasan
yuridis
(undang-undang
pendidikan
dan
Peraturan
Pemerintah), khususnya pendidikan nasional sesuai level dan jenis sekolahnya, serta disesuaikan dengan profil seklah sehingga dimungkinkan sekolah memiliki visi yang berbeda dengan seklah lain, asalkan tidak keluar dari koridor pendidikan nasional. Kelapa sekolah di dalam menetapkan visinya harus berpijak pada peningkatan mutu masa depan.35 Visi terbentuk dengan dasar kecerdasan penghayatan nilai-nilai, pengetahuan
dan
pengalaman,
kemampuan
khusus
dalam
memecahkan masalah serta daya-daya perilaku lain yang dijadikan unggulan. Dengan kata lain visi merupakan intisari endapan dari suatu sistem nilai dan kaidah yang diberlakukan. Bentuk visi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman profesional, interaksi dan komunikasi keilmuan serta berbagai kegiatan intelektual lain yang dapat
35
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 85
39
membentuk pola pikir tertentu36 yang didasari kecintaan terhadap profesi. 2. Tinjauan Konsep Visi Perlu disadari bahwa ilmu berasal dari agama atau tidak bebas dari nilai agama, demikian pula dalam pemanfaatan dan pengembangannya tidak boleh keluar dari nilai-nilai agama, meskipun demikian agama hanya merupakan puncak pencapaian dan agama juga tidak melakukan perubahan atau alat pembaruan. Ilmulah yang menjadi jalan pencapaian dan menjadi alat perubahan dan pembaruan, maka sudah semestinya antara ilmu dan agama berjalan beriringan. Dalam era globalisasi ilmu berkembang sangat pesat. Programprogram studi baru terus bermunculan tanpa dapat dibendung. Hal ini tidak akan menimbulkan anarkis atau buta bila kelahirannya atau perkembangannya tidak keluar dari nilai-nilai agama. 37 Sehingga dalam penyusunan visi maupun misi pendidikan harus tetap memperhatikan nilai-nilai agama sebagai proses awal penyelarasan ilmu dengan agama. Perumusan visi adalah tugas manajemen tingkat atas, namun hal itu haruslah merupakan proses interaksi yang berpeluang mendapatkan umpan balik dari semua tingkat manajemen. Mengkomunikasikan visi ke seluruh bagian organisasi tidaklah mudah, ada berbagai konflik yang dihadapi antara atasan dengan bawahan, antara kepentingan bersama dan kepentingan pribadi dan antara berbagai unit kerja dalam organisasi. Oleh 36
Moch. Idochi Anwar, loc. cit. Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), hlm. 130 37
40
karena
itu
tugas
utama
dari
eksekutif
tertinggi
adalah
mengkomunikasikan visi tersebut ke seluruh jajaran dan tingkat manajemen. Hal ini dapat dilakukan dengan mengangkat visi sebagai acuan pada berbagai briefing yang dilakukan oleh eksekutif, 38 sehingga visi dapat memuaskan seluruh anggota atau paling tidak mendekati keinginan seluruh anggota. Visi yang efektif sangatlah diperlukan, visi juga harus memberikan kepuasan meskipun tidak memuaskan bagi semua pihak karena visi organisasi tidak selamanya sesuai dengan visi perorangan. Visi yang efektif adalah visi yang hidup, menantang, menghargai masa lampau dan sebagai pengontrol masa depan. Mengembangkan visi meliputi aspekaspek penggambaran mengenai
bagaimana
seharusnya organisasi
bereksistensi. Gerakan yang aktif dalam menciptakan masa depan organisasi bersumber pada anggapan bahwa dunia dapat diubah ke arah yang lebih baik. 39 Dalam mengembangkan visi, pemimpin diharapkan mampu mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang relevan bagi kegiatan internal organisasi. Kekuatan-kekuatan tersebut misalnya: 1) Kekuatan atau keadaan yang berhubungan dengan apa yang sedang terjadi di luar organisasi pendidikan seperti munculnya kebijakan pendidikan nasional maupun lokal, dan otonomi daerah; 2) Kekuatan yang berhubungan dengan klien pendidikan yaitu latar belakang sosial, aspirasi keluarga, 38 39
Moch. Idochi Anwar, op. cit., hlm. 2 Ibid., hlm. 3
41
sumber-sumber
masyarakat,
karakteristik
ketenagakerjaan
dan
sebagainya. Pemimpin yang ingin mengembangkan visi organisasi pendidikan harus menyeleksi secara berkelanjutan terhadap kelompokkelompok kekuatan itu. 3. Tanggungjawab Kepala Sekolah Terhadap Visi Menjadi Misi (Aksi) Organisasi sekolah dalam mencapai visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya, mengingat tidak semua kepala sekolah dapat bekerja secara profesional. Berbagai kasus menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang terpaku dalam urusan-urusan administrasi yang sebenarnya bisa dilimpahkan kepada tenaga administrasi. Dalam pelaksanaannya pekerjaan kepala sekolah adalah pekerjaan berat yang menuntut kemampuan ekstra,40 sehingga kepala sekolah dapat melimpahkan wewenang kepada tenaga kependidikan lain agar kepala sekolah tidak direpotkan dengan urusan-urusan yang sebenarnya dapat dialihkan pengerjaannya. Kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader innovator, dan motivator. Semua itu harus dipahami oleh kepala sekolah dan yang lebih penting adalah bagaimana kepala sekolah mampu mengamalkan dan menjadikan hal tersebut dalam bentuk tindakan nyata di sekolah. Pelaksanaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan satu
40
E. Mulyasa, Menjadi, op. cit., hlm. 97
42
sama lain karena saling berkaitan dan mempengaruhi serta menyatu dalam pribadi kepala sekolah profesional. Kepala sekolah yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi aksi dalam paradigma baru manajemen pendidikan,41 dimana sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan dan evaluasi,
pengembangan kurikulum,
menyediakan fasilitas, membiayai pelaksanaan pendidikan, mengelola peserta didik, menciptakan hubungan sekolah dengan masyarakat, dan menciptakan iklim sekolah yang kondusif. a. Kepala Sekolah Sebagai Educator (pendidik) Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus
memiliki
strategi
yang
tepat
untuk
meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidik di sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberi
dorongan
pada
seluruh
tenaga
kependidikan
serta
melaksanakan model pembelajaran yang menarik dan mengadakan program akselerasi bagi siswa yang cerdas di atas normal. Kepala sekolah sebagai educator juga harus senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Ia harus mampu membimbing guru dan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan IPTEK dan memberi contoh mengajar.
41
Ibid. , hlm. 98
43
b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer Sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama, memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan uh meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah, dalam hal ini kepala sekolah harus mau dan mampu memberdayakan seluruh sumber daya sekolah demi mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Ia harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual dan menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi warga sekolah. c. Kepala Sekolah sebagai Administrator Dalam kegiatan sehari-hari kepala sekolah lebih banyak melaksanakan tugas administratif manajerial daripada pelaksanaan tugas sebagai pengajar.42 Administrasi berhubungan erat dengan berbagai aktifitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum,
mengelola administrasi peserta didik, administrasi
personalia, administrasi sarana prasarana, administrasi keuangan 42
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT. Ardatizya Kaya, 2000), hlm. 162
44
kegiatan itu perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk
menjalankan
tugas
kepala
sekolah
sebagai
administrator, kepala sekolah dapat bekerja melalui orang lain di masing-masing bidang dengan menggunakan gaya gabungan antara pembagian tugas dan hubungan manusiawi dengan masing-masing tenaga kependidikan. d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Salah satu tugas utama kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik,
karena
kegiatan utama
di
sekolah dalam
rangka
mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik. e. Kepala Sekolah sebagai Leader Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Dalam implementasinya
45
kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan yaitu demokratis, otoriter, dan laissez faire. Ketiga sifat itu sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang leader sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul secara situasional. Meskipun kepala seolah ingin selalu bersifat demokratis namun seringkali situasi dan kondisi tertentu menuntut untuk bersifat lain, misalnya otoriter karena dalam hal tertentu sifat kepemimpinan otoriter lebih cepat digunakan dalam mengambil keputusan. f. Kepala Sekolah Sebagai Innovator Sebagai innovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberi teladan
pada
seluruh
tenaga
kependidikan
di
sekolah
dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang innovatif, seperti moving class yaitu mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri dan dilengkapi alat peraga. g. Kepala Sekolah sebagai Motivator Secara intensif kepala sekolah diharapkan mampu memotivasi tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,
46
pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan penghargaan secara efektif dan menyediakan berbagai sumber belajar. Dalam kepemimpinan yang baik, setiap orang bertanggung jawab menghilangkan kendala-kendala dalam pencapaian kinerja tinggi, visi memberi arahan pada tiap orang untuk mengikutinya, begitu arahan sudah diketahui langkah berikutnya adalah menghilangkan kendala dan rintangan yang menghalangi tercapainya keunggulan dalam kinerja. 43 Kepala sekolah juga diharapkan menjadi figur atau percontohan bagi seluruh warga sekolah dan menjadi mediator yang berfungsi penyelesai masalah dengan efektif, karena kepala sekolah memposisikan diri dengan benar dan dapat bersikap bijaksana. 4. Strategi Mengembangkan Visi Melalui Komunikasi Organisasi bukanlah entitas yang statis tetapi mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Organisasi cenderung mengalami pasang surut yang dipengaruhi antara lain oleh lamanya beroperasi, kekuasaan dan tingkat kerumitan urusannya. Siklus organisasi dapat diidentifikasi dalam tahap, fase lahir dan berkembang, dewasa dan perluasan, fase kematangan dan tahap kebangkitan dan refitalisasi. Dalam kerangka perubahan itu diperlukan corak dan fungsi kepemimpinan yang berbeda. Fungsi dan ciri kepemimpinan yang diperlukan dalam perubahan itu merupakan bentangan kontinum dari animator penciptaan budaya, pemelihara budaya dan agen perubahan. Walaupun organisasi akan 43
Jerome Asrcara, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan Dan Tata Langkah Penerapan, terj. Yosal Iriantara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 20
47
berubah di masa mendatang, tetapi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam menciptakan, membangun, memelihara dan mengubah organisasi akan tetap sama. 44 Maka seharusnya pemimpin sebagai pelaku penciptaan budaya secara kontinyu dapat menyingkirkan hambatan-hambatan tersebut. Pada organisasi formal, jaring komunikasi yang lazim digunakan adalah mengikuti rantai wewenang dan terbatas pada komunikasi yang berhubungan dengan tugas. Penyelesaian segala masalah mengandalkan pemimpin kelompok yang bertindak sebagai saluran pusat untuk semua komunikasi kelompok. Sedangkan pada organisasi informal komunikasi bergerak ke segala arah melalui tingkat wewenang dan kemungkinan besar
memenuhi
kebutuhan
sosial
anggota
kelompok
karena
mempermudah penyelesaian tugas. Organisasi informal mengijinkan semua anggota kelompok untuk dengan aktif saling berkomunikasi. Ada
beberapa
faktor
yang
perlu
diperhatikan
dalam
mengkomunikasikan visi yaitu : a. Filtering (penyaringan) mengacu pada memanipulasi informasi sedemikian rupa sehingga akan tampak lebih menguntungkan si penerima informasi. Penentu utama filtering adalah banyaknya tingkat dalam struktur organisasi, makin banyak tingkat vertikal dalam hirarki organisasi, makin banyak kesempatan filtering.
44
Ibid., hlm. 16
48
b. Persepsi selektif. Muncul karena dalam proses komunikasi si penerima pesan secara selektif melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang dan karakteristik pribadi lainnya. Penerima juga melibatkan minat dan harapan mereka ke dalam komunikasi itu. c. Emosi, berkaitan dengan perasaan si penerima ketika menerima suatu pesan komunikasi sehingga mempengaruhi cara ia menafsirkan pesan, emosi yang ekstrim sangat mungkin menghalangi komunikasi yang efektif. d. Masalah Bahasa, berkaitan dengan kenyataan bahwa anggota organisasi biasanya tidak mengetahui bagaimana orang lain yang berinteraksi dengan mereka telah memodifikasi bahasa. Para pengirim cenderung mengadakan kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan berarti sama bagi penerima. Hal itu sering menimbulkan kesulitan komunikasi. 45 Dengan adanya filtering, persepsi selektif, emosi, dan masalah bahasa yang digunakan sebagai pertimbangan dalam mengkomunikasikan visi, dapat menghindarkan organisasi dari pemanfaatan pihak-pihak di dalamnya untuk kepentingan pribadi.
45
Ibid, hlm. 20